DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
04 Agar LHP kinerja berkualitas dan memberikan manfaat yang Karakteristik LHP
maksimal, LHP harus memenuhi karakteristik lengkap, meyakinkan, Kinerja
tepat waktu, jelas dan ringkas, serta berimbang.
05 Sebagai penjabaran dari SPKN dan Juklak Pemeriksaan Kinerja, perlu Pentingnya Juknis
disusun sebuah Juknis Penyusunan LHP Kinerja. Juknis juga disusun Penyusunan LHP
Kinerja
dengan mengacu pada pedoman pemeriksaan kinerja yang berlaku
secara internasional yang diterbitkan oleh The International
Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI). Juknis
Penyusunan LHP Kinerja menjadi dasar bagi pemeriksa dalam
menyusun LHP kinerja, sekaligus mendorong keseragaman unsur-
unsur utama LHP Kinerja.
B. Dasar Hukum
06 Dasar hukum penyusunan Juknis Penyusunan LHP Kinerja adalah Dasar hukum
sebagai berikut: penyusunan Juknis
C. Tujuan
07 Tujuan Juknis Penyusunan LHP Kinerja adalah untuk memberikan Tujuan Juknis
pedoman secara teknis bagi pemeriksa dalam menyusun LHP
kinerja. Dengan mengikuti Juknis ini, diharapkan pemeriksa dapat
memenuhi prinsip-prinsip pelaporan pemeriksaan sebagaimana
diatur dalam SPKN.
D. Lingkup
08 Juknis ini mengatur penyajian LHP kinerja, Juknis ini tidak mencakup: Lingkup Juknis
E. Pengguna
09 Pengguna Juknis Penyusunan LHP Kinerja adalah Pemeriksa yang Pengguna Juknis
melakukan pemeriksaan kinerja, khususnya yang sedang menyusun
LHP Kinerja.
F. Sistematika
10 Juknis Penyusunan LHP Kinerja ini disusun dengan sistematika Sistematika Juknis
sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : GAMBARAN UMUM
BAB III : PENYAJIAN IKHTISAR EKSEKUTIF
BAB IV : PENYAJIAN BAB PENDAHULUAN LAPORAN HASIL
PEMERIKSAAN
BAB V : PENYAJIAN BAB GAMBARAN UMUM OBJEK
PEMERIKSAAN
BAB VI : PENYAJIAN BAB HASIL PEMERIKSAAN
BAB VII : PENYAJIAN TEMUAN PEMERIKSAAN
BAB VIII : PENYAJIAN KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
PEMERIKSAAN
BAB IX : PENUTUP
BAB II
GAMBARAN UMUM
02 Juklak Pemeriksaan Kinerja menyebutkan bahwa hasil dari tahap LHP Pendahuluan
perencanaan pemeriksaan dituangkan dalam suatu laporan hasil Kinerja
pemeriksaan pendahuluan. Hasil pemeriksaan pendahuluan
merupakan dasar bagi pengambilan keputusan apakah pemeriksaan
tersebut akan dilanjutkan ke tahap pemeriksaan terinci atau tidak.
Jika berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan diputuskan bahwa
suatu pemeriksaan tidak dilanjutkan dalam pemeriksaan terinci,
maka LHP Pendahuluan merupakan laporan final untuk kegiatan
pemeriksaan pendahuluan. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan
pendahuluan diputuskan bahwa suatu pemeriksaan dilanjutkan ke
dalam pemeriksaan terinci, maka LHP Pendahuluan menjadi dasar
untuk menyusun Program Pemeriksaan (P2) Terinci.
05 LHP Kinerja dinyatakan efektif pada tanggal ditandanganinya LHP Tanggal efektif LHP
oleh pejabat yang berwenang. Kinerja
06 Pemeriksaan kinerja memiliki karakteristik yang unik karena Sifat penugasan dan
pemeriksaan ini dilakukan guna memberikan upaya perbaikan keleluasaan
Pemeriksa dalam
untuk berbagai permasalahan yang berbeda. Pemeriksaan kinerja
menyusun LHP
bersifat direct reporting dimana Pemeriksa bertanggung jawab atas Kinerja
penentuan hal pokok dan kriteria pemeriksaan, serta pengujian hal
pokok tersebut terhadap kriteria pemeriksaan. Hasil pengujian ini
disajikan dalam sebuah laporan dalam bentuk temuan, kesimpulan,
dan rekomendasi.
Pemeriksa bertanggung jawab menyusun LHP Kinerja yang
berkualitas. Juknis Penyusunan LHP Kinerja memuat kondisi-kondisi
minimal yang harus ada dalam LHP Kinerja untuk memenuhi prinsip
LHP Kinerja yang berkualitas. Selain itu, pengaturan di dalam Juknis
juga berfungsi untuk mendorong keseragaman unsur-unsur utama
LHP Kinerja. Juknis ini menyajikan contoh dalam penyajian LHP
Kinerja sebagai referensi. Pemeriksa diharapkan kreatif saat
menuangkan hasil pemeriksaannya dalam LHP Kinerja.
08 Untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas, maka LHP kinerja Persyaratan minimal
minimal harus memuat: LHP Kinerja
a. standar pemeriksaan;
b. hal pokok;
c. tujuan pemeriksaan dan/atau pertanyaan pemeriksaan;
d. lingkup pemeriksaan (sasaran, tahun anggaran, lokasi
pemeriksaan);
e. kriteria pemeriksaan dan sumber kriteria;
f. sumber data;
g. keterbatasan penyajian atas data yang digunakan (bila ada);1
1
Keterbatasan penyajian atas data yang digunakan berkaitan dengan informasi yang bersifat rahasia
sebagaimana diatur oleh peraturan perundang-undangan.
09 Pemeriksa dapat mencantumkan informasi lain yang berguna untuk Informasi lain yang
meningkatkan kepercayaan pengguna LHP sehingga dapat dapat
memaksimalkan
memaksimalkan dampak pemeriksaan. Informasi tersebut
dampak pemeriksaan
diantaranya adalah:
a. Dasar hukum pemeriksaan;
b. Alasan pemeriksaan;
c. Metodologi pemeriksaan;
d. Jangka waktu pemeriksaan;
e. Pelaporan informasi rahasia (bila ada);
f. Pembatasan penyajian.
11 LHP Kinerja yang baik akan lebih mendorong pelaksanaan tindak Karakteristik LHP
lanjut atas rekomendasi BPK, sehingga dapat memperbaiki atau Kinerja agar LHP
berdampak maksimal
meningkatkan kinerja entitas yang diperiksa. Agar berdampak
maksimal harus memiliki karakteristik lengkap, meyakinkan, tepat
waktu, jelas dan ringkas, serta berimbang. Selain memiliki
karateristik tersebut, LHP Kinerja sebaiknya juga memiliki alur logika
yang runut sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
a. Lengkap
LHP yang lengkap adalah LHP yang menyajikan seluruh
informasi dan argumentasi yang diperlukan agar pengguna LHP
memiliki pemahaman yang cukup dan benar mengenai
permasalahan dan kondisi atas hal pokok yang diperiksa. Untuk
menghasilkan LHP yang lengkap, Pemeriksa harus menyajikan
secara jelas tujuan pemeriksaan dan metodologi yang
digunakan untuk menjawab tujuan dan pertanyaan
12 Untuk menjamin agar LHP Kinerja memenuhi karakteristik LHP yang Tugas pereviu
berkualitas, hasil pemeriksaan yang disajikan dalam laporan harus memastikan alur LHP
yang logis
melalui suatu analisis yang memadai dan telah melalui proses reviu
yang berjenjang. Pereviu bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa seluruh informasi dalam LHP telah disajikan secara runut dan
logis untuk dapat mengarahkan pembaca memahami permasalahan
dan dasar pertimbangan pemeriksa dalam pengambilan
kesimpulan. Lebih lanjut mengenai proses reviu dijelaskan dalam
Pedoman Manajemen Pemeriksaan (PMP).
13 Para pemangku kepentingan BPK berasal dari berbagai kalangan Penjelasan istilah
masyarakat dengan karakteristik serta latar belakang pendidikan teknis agar LHP
mudah dipahami oleh
dan pengalaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu, LHP harus
pembaca umum
mudah dipahami termasuk oleh para pembaca umum. Agar mudah
dipahami, LHP Kinerja sebaiknya menghindari penggunaan istilah-
istilah teknis tertentu yang sulit dipahami oleh para pemangku
kepentingan. Pemeriksa harus menjelaskan kata atau istilah teknis
yang dinilai sulit dalam LHP Kinerja ke dalam glosarium dan/atau
catatan kaki/akhir (footnotes/endnotes).
14 LHP Kinerja dapat menyajikan informasi dengan cara yang lebih Gambar dan tabel
menarik dan efektif dengan menampilkan gambar (peta, grafik, untuk LHP Kinerja
yang lebih menarik
diagram, ilustrasi, dan foto) dan tabel yang relevan dengan
informasi yang disajikan dalam LHP tersebut. Penyajian gambar dan
tabel tersebut perlu didukung dengan penjelasan yang memadai.
15 Penyajian gambar dan tabel dalam batang tubuh LHP Kinerja Penyajian gambar
disajikan dengan ketentuan sebagai berikut: dan tabel dalam LHP
Kinerja
a. Tabel terdiri dari maksimal lima kolom dan/atau sepuluh baris.
Apabila ukuran tabel lebih dari lima kolom dan/atau sepuluh
baris, tabel dicantumkan sebagai lampiran.
b. Gambar dan tabel tidak boleh disisipkan di dalam paragraf dan
harus dimuat dalam halaman yang sama.
16 Gambar/tabel yang disajikan dalam LHP Kinerja bertujuan untuk Penggunaan kalimat
membantu pembaca dalam memahami maksud dari suatu uraian penghubung antara
uraian dan
atau paragraf. Oleh karena itu, penting bagi Pemeriksa untuk
gambar/tabel
memperhatikan penggunaan kalimat penghubung. Saran penyajian
kalimat penghubung adalah sebagai berikut:
17 Pemeriksa dapat menyajikan sintesis dari isi LHP Kinerja dalam Infografis, potret
bentuk infografis, potret pemeriksaan (snapshot), maupun pokok pemeriksaan, dan
pokok pemeriksaan
pemeriksaan (highlight). Sintesis disusun dalam satu halaman untuk
kinerja
mengomunikasikan pesan utama dari LHP Kinerja. Tidak ada
ketentuan khusus terkait tata letak (layout) unsur-unsur yang
disajikan dalam sintesis. Namun sintesis diharapkan dapat menarik
minat pembaca terhadap isi LHP tersebut. Pesan utama yang
disampaikan dalam sintesis meliputi alasan pemeriksaan, tujuan,
kesimpulan, dan rekomendasi signifikan pemeriksaan, serta fakta
utama. Penyajian alasan pemeriksaan termasuk dampak yang
diharapkan dari pemeriksaan yang dilakukan. Penyajian kesimpulan
termasuk temuan signifikan yang mendukung kesimpulan. Fakta
utama adalah hal-hal yang dinilai menarik dan penting dalam
pemeriksaan yang disajikan dalam angka-angka seperti tanggal,
persentase, nilai uang dan barang, peringkat, dan sejenisnya.
Infografis, potret pemeriksaan, maupun pokok pemeriksaan dapat
ditempatkan sebelum halaman Ikhtisar Eksekutif. Dalam
menyajikan infografis, pemeriksa harus memastikan bahwa
gambar/visualisasi yang dibuat relevan dengan tema pemeriksaan
terkait. Contoh penyajian sintesis isi LHP dalam bentuk infografis,
potret pemeriksaan, maupun pokok pemeriksaan dapat dilihat pada
Lampiran 1 sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Juknis ini.
19 Salah satu hasil dari pemeriksaan kinerja adalah rekomendasi untuk Bahasa yang
perbaikan kinerja entitas yang diperiksa. Manajemen entitas akan persuasif dalam LHP
terdorong menjalankan rekomendasi BPK, apabila LHP disajikan
dengan bahasa yang persuasif. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), persuasif berarti bersifat membujuk secara halus
dengan maksud membuat supaya menjadi yakin. Komunikasi
persuasif merupakan komunikasi yang bertujuan untuk mengubah
atau memengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang
BAB III
PENYAJIAN IKHTISAR EKSEKUTIF
01 Ikhtisar Eksekutif adalah ringkasan atas LHP yang mencerminkan isi LHP Pengertian Ikhtisar
secara keseluruhan. Ikhtisar Eksekutif memuat hal yang signifikan dalam Eksekutif
LHP agar pembaca tersebut dapat memahami substansi LHP secara
cepat.
02 Ikhtisar Eksekutif diperuntukkan bagi pembaca laporan yang memiliki Pengguna Ikhtisar
waktu terbatas seperti presiden, menteri atau pimpinan di lembaga Eksekutif
pemerintah, DPR/DPD/DPRD, kepala daerah, dan pemangku
kepentingan BPK lainnya.
03 Ikhtisar Eksekutif merupakan ringkasan dari LHP sehingga disusun Penyajian Ikhtisar
setelah laporan induk (batang tubuh laporan) selesai dan disajikan tanpa Eksekutif tanpa
mengurangi
mengurangi informasi penting yang diperlukan pembaca. Agar terhindar
informasi penting
dari perubahan yang tidak perlu dan risiko perbedaan substansi laporan
induk dengan Ikhtisar Eksekutif, penyusunan Ikhtisar Eksekutif
sebaiknya dilakukan pada saat temuan, kesimpulan, dan rekomendasi
telah direviu.
05 Kalimat dalam Ikhtisar Eksekutif harus ringkas dan jelas. Dalam hal Bahasa dalam
bahasa, Ikhtisar Eksekutif menggunakan bahasa yang sederhana agar Ikhtisar Eksekuti
mudah dipahami dan tidak menimbulkan multitafsir. Dengan demikian,
pembaca dapat dengan mudah memahami informasi dalam Ikhtisar
Eksekutif dan terhindar dari pemahaman yang salah.
Selain bahasa yang sederhana, Ikhtisar Eksekutif juga menggunakan
bahasa yang bersifat persuasif. Pemeriksa harus menghindari
penggunaan kata-kata yang memberikan kesan menyalahkan atau
mendiskreditkan, baik dari sudut pandang budaya, teknis, maupun
politis, yang dapat memicu penolakan dari entitas yang diperiksa.
Pemilihan kalimat yang kurang tepat dapat menimbulkan reaksi yang
06 Ikhtisar Eksekutif terdiri dari beberapa unsur yang harus ada, yaitu: Unsur-unsur Ikhtisar
Eksekutif
a. dasar hukum pemeriksaan;
b. standar pemeriksaan;
c. alasan pemeriksaan;
d. tujuan pemeriksaan;
e. lingkup pemeriksaan;
f. temuan signifikan;
g. kesimpulan pemeriksaan;
h. rekomendasi pemeriksaan; dan
i. ringkasan tanggapan entitas.
Contoh 2:
sebesar 23% pada tahun 2025, namun sampai dengan bulan Juni
2019 baru mencapai 8,85%, masih jauh dari target yang
ditetapkan. Selanjutnya, hasil analisis BPK atas kajian terkait
investasi di sektor energi yang dilakukan oleh akademisi
menunjukkan bahwa sejak tahun 2017 hingga 2018 terdapat
penurunan investasi swasta di sektor EBT, yaitu dari sebesar 1,907
miliar USD pada tahun 2017 menjadi sebesar 1,526 miliar USD
pada tahun 2018. Oleh karena itu, BPK memandang perlu
melakukan pengujian untuk menilai faktor apa saja yang
menghambat investasi swasta tersebut.
Contoh 3:
Contoh 2:
Contoh 3:
Contoh 2:
Contoh 3:
BPK melaksanakan pemeriksaan kinerja atas kegiatan Pencegahan
Maladministrasi Pelayanan Publik pada Ombudsman RI untuk
Tahun Anggaran 2018. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
kegiatan pencegahan maladministrasi pelayanan publik yang
dilakukan oleh Ombudsman RI cukup efektif. Ombudsman RI
melaksanakan perbaikan pola hubungan kerja yang ditetapkan
dalam peraturan yang mengatur bentuk koordinasi/pola
hubungan kerja, prosedur, tata kerja, dan batasan tanggung jawab
antara unit kerja pada Sekretariat Jenderal dengan unit kerja
keasistenan. Hal ini dapat terwujud karena Ketua Ombudsman RI
telah menetapkan PO Nomor 30 tahun 2018 tanggal 26 Maret
2018 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kelola (SOTK) Asisten
Ombudsman RI. Dalam peraturan tersebut Ketua Ombudsman RI
telah menghilangkan unit keasistenan yang melakukan duplikasi
pekerjaan dengan unit kesekretariatan. Selain itu Sekretaris
Jenderal juga menetapkan Peraturan Sekjen Ombudsman RI
Contoh 2:
BAB IV
PENYAJIAN BAB PENDAHULUAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
A. Sistematika Penulisan
Standar Pemeriksaan
Standar pemeriksaan yang digunakan adalah Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Contoh 2:
Tujuan pemeriksaan
Pemeriksaan kinerja pengelolaan pelayanan Kantor Pertanahan
Kabupaten Magetan bertujuan untuk:
1) menilai efisiensi pelayanan Kantor Pertanahan Kabupaten
Magetan; dan
2) menilai efektivitas pengelolaan pelayanan Kantor
Pertanahan Kabupaten Magetan.
3) Teknik sampling
Pemeriksa perlu menjelaskan bahwa pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan sampling. Hal ini diperlukan untuk
memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa masih
terdapat risiko kesalahan pengambilan kesimpulan dikarenakan
pemeriksaan tidak memeriksa seluruh populasi.
Contoh penyajian teknik sampling adalah sebagai berikut.
Contoh 1:
Contoh 2:
Contoh 2:
Contoh 2:
BAB V
PENYAJIAN BAB GAMBARAN UMUM OBJEK PEMERIKSAAN
BAB VI
PENYAJIAN BAB HASIL PEMERIKSAAN
A. Umum
03 Temuan pemeriksaan merupakan hasil yang diperoleh dari analisis dan Definisi temuan
penilaian atas bukti pemeriksaan yang dibandingkan dengan kriteria pemeriksaan
pemeriksaan untuk menjawab tujuan pemeriksaan.
04 Temuan positif atau capaian merupakan kondisi terpenuhinya atau Capaian dan
terlampauinya kriteria pemeriksaan. Sedangkan temuan negatif temuan negatif
merupakan kondisi tidak terpenuhinya kriteria pemeriksaan yang
menandakan adanya kelemahan suatu proses atau ketidaksesuaian
dengan kriteria yang berlaku.
07 Apabila pemeriksa menetapkan lebih dari satu area kunci, maka hasil
pemeriksaan disajikan dalam bab yang terpisah untuk masing-masing
area kunci. Penyajian area kunci dalam bab terpisah karena setiap area
kunci akan memiliki desain pemeriksaan yang berbeda dengan area
kunci lainnya. Bila pemeriksaan memiliki lebih dari satu area kunci, maka
sistematika penulisan hasil pemeriksaan harus konsisten antara area
kunci satu dengan area kunci lainnya.
08 Sebelum masuk dalam pembahasan temuan pemeriksaan secara terinci, Pengantar Bab
pemeriksa dapat menyajikan paragraf pengantar yang berisi uraian Hasil
Pemeriksaan
singkat mengenai hal-hal yang akan dibahas pada bab tersebut. Paragraf
pengantar tersebut dapat berupa penjelasan singkat atas hal pokok atau
objek pemeriksaan misalnya terkait permasalahan yang menjadi latar
belakang pemeriksaan dan kondisi ideal yang seharusnya terjadi.
Paragraf pengantar dapat juga menyajikan gambaran singkat seluruh
temuan pemeriksaan dalam suatu bab sehingga pembaca dapat lebih
mudah memahami penjelasan rinci pada temuan pemeriksaan.
Pemeriksa juga dapat melaporkan status temuan pemeriksaan yang
signifikan dan rekomendasi dari hasil pemeriksaan sebelumnya yang
belum ditindaklanjuti yang memengaruhi tujuan pemeriksaan yang
sedang dilakukan.
Berikut adalah contoh paragraf pengantar bab hasil pemeriksaan:
Judul bab
Bab III
HASIL PEMERIKSAAN
Paragraf
Sampah merupakan bagian dari sisa aktivitas pengantar
manusia yang perlu dikelola dengan baik agar tidak
menimbulkan berbagai permasalahan terhadap
kehidupan manusia maupun gangguan pada
lingkungan. Pengelolaan sampah yang efektif dan
efisien dapat menunjang kesehatan dan
memberikan nilai tambah atau manfaat lebih
kepada masyarakat. Kegiatan pemilahan sampah di
hulu juga dapat membantu pengolahan sampah
oleh pemerintah pada tahap selanjutnya, dan
membantu ekonomi masyarakat.
BAB VII
PENYAJIAN TEMUAN PEMERIKSAAN
01 Penyajian temuan pemeriksaan dalam laporan terdiri dari unsur Unsur temuan
sebagai berikut: pemeriksaan
03 Terdapat 3 (tiga) kemungkinan kondisi yang ditemui oleh Pemeriksa Pengujian kriteria
saat melakukan pengujian kriteria, yaitu terpenuhinya kriteria
pemeriksaan (capaian), tidak terpenuhinya kriteria pemeriksaan
(temuan negatif), dan terpenuhinya sebagian kriteria pemeriksaan
(temuan negatif). Bila menemukan kondisi di mana hanya sebagian
kriteria pemeriksaan yang terpenuhi, maka Pemeriksa perlu secara
jelas menggambarkan kondisi apa yang sudah dan belum
memenuhi kriteria.
05 Penyajian judul akan memberikan gambaran awal kepada pembaca Judul temuan
mengenai pokok bahasan yang akan diungkap oleh Pemeriksa. Judul pemeriksaan
untuk setiap capaian dan temuan negatif disajikan dengan
menggunakan bahasa yang singkat dan jelas.
07 Berikut adalah contoh penyajian judul temuan negatif: Judul temuan negatif
11 Kriteria pemeriksaan adalah standar atau ukuran yang masuk akal Kriteria pemeriksaan
dan dapat dicapai untuk menilai aspek 3E atas hal pokok/objek yang
diperiksa. Kriteria dapat berfokus pada “apa yang seharusnya”
(what should be) menurut UU/peraturan/standar; “apa yang
diharapkan” (what is expected) menurut prinsip-prinsip yang baik,
pengetahuan ilmiah dan praktik terbaik; atau “apa yang dapat
terjadi/tercapai jika diberikan kondisi yang lebih baik” (what could
be - given better condition).
13 Penyajian kriteria pada tiap temuan pemeriksaan dapat disertai Penyajian sumber
dengan informasi yang jelas mengenai sumber kriteria tersebut. kriteria dalam temuan
pemeriksaan
Contoh 1. Penyajian kriteria dalam capaian tanpa menyertakan
sumber kriteria yang digunakan:
14 Unsur akibat dalam temuan pemeriksaan merupakan konsekuensi Definisi unsur akibat
atau dampak yang jelas dan logis dari hasil perbandingan antara
kondisi yang ditemukan oleh Pemeriksa di lapangan dengan
15 Unsur akibat diidentifikasi sebagai apa yang telah terjadi maupun Akibat aktual dan
dampak yang mungkin akan terjadi di masa mendatang. Sifat akibat potensial
temuan menentukan apakah Pemeriksa dapat menyajikan akibat
yang telah terjadi (akibat aktual) atau berpotensi akan terjadi
(akibat potensial). Akibat aktual merupakan akibat yang terjadi
pada saat ini karena adanya kondisi yang tidak sesuai dengan
kriteria. Akibat potensial secara umum digambarkan sebagai
konsekuensi logis yang mungkin dapat terjadi jika kondisi tidak
memenuhi kriteria. Akibat potensial dapat bersifat spekulatif,
sehingga Pemeriksa harus menyajikannya dengan hati-hati dengan
tetap didukung bukti yang cukup dan tepat serta analisis yang
memadai.
16 Unsur sebab merupakan alasan terjadinya ketidaksesuaian suatu Definisi unsur sebab
kondisi dengan kriteria yang ditetapkan. Dalam temuan negatif,
sebab merupakan faktor yang menjadi akar permasalahan tidak
tercapainya kriteria. Sedangkan dalam capaian, sebab merupakan
faktor yang menyebabkan entitas mencapai atau melebihi kriteria
yang telah ditetapkan. Pemeriksa harus dapat menggunakan
kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama dalam
mengidentifikasi sebab utama suatu permasalahan (akar
permasalahan) berdasarkan bukti yang dikumpulkan. Pemeriksa
harus mempertimbangkan apakah bukti yang ada dapat
memberikan argumen yang meyakinkan dan masuk akal bahwa
unsur sebab yang diungkapkan merupakan faktor utama terjadinya
perbedaan antara kondisi dan kriteria.
Unsur sebab merupakan dasar penyusunan rekomendasi.
Identifikasi unsur sebab secara tepat akan membantu Pemeriksa
17 Unsur akibat dan sebab dapat disajikan mengalir dan melebur Penyajian unsur
dalam satu paragraf narasi temuan. Tidak ada keharusan untuk akibat dan sebab
menyajikan kedua unsur tersebut secara terpisah. Dalam penyajian
unsur akibat dan sebab, Pemeriksa juga tidak harus menggunakan
kalimat baku seperti “hal/kondisi ini mengakibatkan….” atau
“hal/kondisi ini disebabkan oleh….”
Penggabungan unsur akibat dan sebab tetap perlu memperhatikan
pencapaian maksud suatu kalimat, serta memperhatikan
penggunaan kalimat efektif.
Berikut adalah contoh penyajian unsur akibat dan sebab dalam
temuan pemeriksaan.
Contoh 1 (penyajian unsur akibat dan sebab yang terpisah):
18 Tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab atas temuan Tanggapan pejabat
pemeriksaan harus disajikan dalam bentuk tertulis pada setiap entitas yang diperiksa
temuan pemeriksaan kinerja untuk menjelaskan perspektif entitas
terhadap temuan tersebut. Tanggapan harus dievaluasi dan
dipahami serta disajikan secara berimbang dan objektif.
Penyajian tanggapan atas temuan pemeriksaan disajikan secara
ringkas dalam temuan pemeriksaan kinerja tanpa mengubah
19 Apabila tanggapan atas temuan pemeriksaan dari entitas yang Penyajian tanggapan
diperiksa bertentangan dengan temuan pemeriksaan dalam LHP, yang menerima atau
menolak temuan
dan menurut Pemeriksa, tanggapan tersebut tidak tepat, maka
pemeriksaan
Pemeriksa harus menyampaikan ketidaksetujuan atas tanggapan
tersebut beserta alasannya. Ketidaksetujuan tersebut harus
disampaikan secara seimbang dan objektif. Sebaliknya, Pemeriksa
harus memperbaiki laporannya apabila Pemeriksa berpendapat
bahwa tanggapan tersebut benar.
Berikut adalah contoh penyajian tanggapan entitas yang menerima
temuan pemeriksaan:
BAB VIII
PENYAJIAN KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PEMERIKSAAN
A. Penyajian Kesimpulan
04 Tidak terdapat format urutan yang baku dalam menyajikan Format penyajian
kesimpulan pemeriksaan. Hal penting yang perlu dipertimbangkan kesimpulan
Pemeriksa dalam menyajikan kesimpulan pemeriksaan adalah
informasi tersebut disajikan secara logis dengan tujuan memberikan
keyakinan pembaca laporan.
05 Jenis penyajian kesimpulan yang dapat digunakan, yaitu penyajian Jenis penyajian
kesimpulan secara eksplisit dan implisit. Penyajian kesimpulan secara kesimpulan
eksplisit merupakan penyajian kesimpulan secara gamblang dalam
menjawab tujuan pemeriksaan, dimana kalimat utama akan
mengungkapkan secara langsung atau terbuka jawaban atas tujuan
pemeriksaan. Sedangkan penyajian kesimpulan secara implisit
diungkapkan secara tidak langsung dalam kalimat utama. Selain itu,
dalam menyajikan kesimpulan secara implisit, sedapat mungkin
pemeriksa harus memastikan bahwa pembaca dapat memahami
kesimpulan yang diberikan atas kinerja entitas/program/kegiatan
yang diperiksa. Adapun pemilihan cara penyajian kesimpulan baik
eksplisit maupun implisit perlu mempertimbangkan risiko
pemeriksaan, antara lain yang berkaitan dengan isu/permalasahan
yang menjadi perhatian publik atau politik, dan aspek kematangan
entitas.
B. Perumusan Rekomendasi
10 Rekomendasi yang akan diberikan kepada entitas yang diperiksa perlu Pengomunikasian
dikomunikasikan dengan pejabat entitas dengan tujuan supaya: rekomendasi
kepada entitas
a. entitas yang diperiksa memperoleh kesempatan untuk memahami
rekomendasi yang diberikan; dan
C. Penyajian Rekomendasi
13 Tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab atas kesimpulan dan Tanggapan
rekomendasi harus disajikan dalam bentuk tertulis. Tanggapan pejabat entitas
yang diperiksa
tersebut harus dievaluasi dan dipahami secara seimbang dan objektif,
serta disajikan secara memadai dalam LHP.
Pemeriksa dapat menyajikan tanggapan atas rekomendasi dan
kesimpulan di akhir bab pembahasan hasil pemeriksaan atau di suatu
bab tersendiri. Penyajian tanggapan atas kesimpulan dan
rekomendasi di suatu bab tersendiri dilakukan jika LHP memuat bab
tersendiri yang menyajikan kesimpulan dan rekomendasi. Tanggapan
atas kesimpulan dan rekomendasi juga disajikan secara singkat dalam
Ikhtisar Eksekutif.
Pemeriksa menyajikan tanggapan pejabat entitas atas kesimpulan dan
rekomendasi beserta rencana aksi (rencana tindakan perbaikan)
entitas yang diperiksa dalam lampiran LHP. Rencana tindakan
perbaikan merupakan upaya entitas dalam menindaklanjuti
rekomendasi.
Apabila entitas yang diperiksa memberikan tanggapan yang
bertentangan dengan kesimpulan dan rekomendasi pemeriksaan, dan
Pemeriksa tidak menerima tanggapan tersebut, maka Pemeriksa
harus menyampaikan ketidaksetujuan atas tanggapan entitas beserta
alasannya. Ketidaksetujuan Pemeriksa harus disampaikan secara
seimbang dan objektif. Sebaliknya, Pemeriksa harus memperbaiki
laporannya apabila Pemeriksa menerima tanggapan tersebut.
Pemeriksa juga menilai rencana tindakan perbaikan yang disusun oleh
entitas. Apabila rencana tindakan perbaikan tidak sesuai dengan
rekomendasi yang diberikan, maka Pemeriksa harus menyampaikan
ketidaksetujuan atas rencana tindakan perbaikan tersebut beserta
alasannya. Ketidaksetujuan Pemeriksa harus disampaikan secara
seimbang dan objektif.
Berikut merupakan contoh penyajian tanggapan entitas.
Contoh 1:
Contoh 2:
Contoh 3:
BAB IX
PENUTUP
01 Juknis Penyusunan LHP Kinerja mulai berlaku pada saat ditetapkan melalui Pemberlakuan
Keputusan BPK. Juknis
02 Pemutakhiran Juknis Penyusunan LHP Kinerja melalui masukan tertulis dari Pemuthakiran
Direktorat Litbang dan/atau satker terkait yang ditujukan kepada Kepala Juknis
Ditama Revbang. Pemutakhiran berupa perubahan Juknis dimaksud
ditetapkan melalui Keputusan BPK tentang Perubahan atas Juknis
Penyusunan LHP Kinerja.
03 Juknis Penyusunan LHP Kinerja merupakan dokumen yang dapat berubah Pemantauan
sesuai dengan perubahan peraturan perundang-undangan, standar keterterapan Juknis
pemeriksaan, dan/atau kondisi lain. Akan dilakukan pemantauan
keterterapan Juknis oleh Subdirektorat Analisis Kebijakan Pemeriksaan
Kinerja sebagai dukungan bagi Pemeriksa dalam penerapan Juknis.
Masukan atau pertanyaan terkait Juknis dapat disampaikan kepada:
Subdirektorat Analisis Kebijakan Pemeriksaan Kinerja
Direktorat Analisis Kebijakan PKN
Direktorat Utama Perencanaan, Evaluasi, dan Kebijakan PKN
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Gedung Arsip Lantai 2
Jl. Gatot Subroto 31 Jakarta 10210
Email: litbang.kinerja@bpk.go.id
LAMPIRAN
Sumber: GAO Performance Audit Report on Drug Control – Office of National Drug Control
Policy Met Some Strategy Requirements but Needs Performance Evaluation Plan, 19
Desember 2022
IKHTISAR EKSEKUTIF
Jakarta, 20XX
Penanggung Jawab
IKHTISAR EKSEKUTIF
Rekomendasi pemeriksaan
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
Jakarta, 20XX
Penanggung Jawab
Lampiran IV.3. Contoh Penyajian Kriteria dan Sumber Kriteria dalam Lampiran LHP Kinerja
Contoh Penyajian Kriteria dan Sumber Kriteria dalam Lampiran LHP Kinerja
Ilustrasi pemeriksaan:
Tim melakukan pemeriksaan kinerja pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) untuk mengetahui efektivitas pengelolaan inspeksi tenaga
nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan selama tahun 2019 s.d. 2021. Berdasarkan tujuan pemeriksaan “Menilai efektivitas pengelolaan
inspeksi tenaga nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan”, dengan pertanyaan keseluruhan (pertanyaan pemeriksaan level 1) “Apakah
pengelolaan inspeksi tenaga nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan telah efektif?”. Atas pertanyaan pemeriksaan level 1 ini, tim memiliki 4
sasaran pemeriksaan (pertanyaan level 2) yaitu:
1) Apakah perencanaan sumber daya dalam pengelolaan inspeksi tenaga nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan telah efektif?
2) Apakah pelaksanaan inspeksi tenaga nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan telah efektif?
3) Apakah pemantauan kegiatan inspeksi tenaga nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan telah efektif efektif?
4) Apakah evaluasi kegiatan inspeksi tenaga nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan telah efektif efektif?
Sebagai contoh, pertanyaan pemeriksaan level 2 nomor 2 dijabarkan ke dalam pertanyaan pemeriksaan level 3. Berikut ini penyajian kriteria
dan sumber kriteria untuk salah satu pertanyaan pemeriksaan level 3 (Subpertanyaan 2.2.1):
2.2 Apakah pelaksanaan inspeksi tenaga nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan telah efektif?
2.3 Apakah pemantauan kegiatan inspeksi tenaga nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan telah efektif?
2.4 Apakah evaluasi kegiatan inspeksi tenaga nuklir untuk tujuan industri dan kesehatan telah efektif?
Pertanyaan Pemeriksaan
No No Kriteria Pemeriksaan Sumber Kriteria
(Level 3)
2.2.1 Apakah aktivitas inspeksi tenaga 2.2.1.1 Inspeksi dilaksanakan secara berkala dan sewaktu- 1. Peraturan Kepala BAPETEN No 1 Tahun 2017
nuklir untuk tujuan industri dan waktu: tentang Pelaksanaan Inspeksi dalam
kesehatan telah dilaksanakan 1. Inspeksi secara berkala disesuaikan dengan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Bab
secara efektif? tingkat kelompok risiko; V Pasal 44 s.d. 46, dan Lampiran III;
2. Inspeksi secara sewaktu-waktu dilaksanakan 2. Peraturan turunan Perka BAPETEN No 1
dengan kondisi sebagai berikut: Tahun 2017:
a. kejadian abnormal; - Instruksi Kerja Pelaksanaan Inspeksi
b. informasi dugaan pelanggaran; pada Masa Pandemi;
c. sebagai tindak lanjut Inspeksi Berkala - Prosedur Pelaksanaan Inspeksi.
d. verifikasi dalam rangka perizinan;
e. pelaksanaan pengangkutan; dan/atau
f. penegakan hukum.
Pertanyaan Pemeriksaan
No No Kriteria Pemeriksaan Sumber Kriteria
(Level 3)
2.2.1.2 Terdapat saluran komunikasi selain dari sumber 1. Renstra BAPETEN 2020-2024, Subbab 3.3.3.
internal yang memungkinkan BAPETEN Peningkatan pemanfaatan teknologi
memperoleh informasi akan adanya risiko yang informasi dan partisipasi Stakeholder
tidak terdeteksi dari prosedur rutin. ketenaganukliran untuk mendukung fungsi
pengawasan
ketenaganukliran yang menyatakan bahwa
BAPETEN melakukan kegiatan stategis yaitu
Pengembangan sistem informasi dan
infrastruktur pendukung pengawasan
partisipatif ketenaganukliran;
2. Hasil benchmark dari PT Schlumberger
Geophysics Nusantara (PT SGN) yang antara
lain menyatakan bahwa PT SGN memiliki
catatan material balance menggunakan
aplikasi RITE milik PT SGN yang mencatat
secara detil mutasi dan perpindahan setiap
zat radio aktif yang dimiliki PT SGN.
2.2.1.3 Whistleblowing System telah diterapkan sebagai 1. Instruksi Presiden Republik Indonesia
sarana partisipasi stakeholder dalam rangka Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
pengawasan kegiatan inspeksi pemanfaatan Pemberantasan Korupsi, Instruksi ke Sepuluh
tenaga nuklir. “Meningkatkan upaya pengawasan dan
pembinaan aparatur untuk meniadakan
perilaku koruptif di lingkungannya.”;
2. Renstra BAPETEN 2020-2024, Subbab 3.3.3.
Peningkatan pemanfaatan teknologi
informasi dan partisipasi Stakeholder
ketenaganukliran untuk mendukung fungsi
pengawasan
ketenaganukliran yang menyatakan bahwa
BAPETEN melakukan kegiatan stategis yaitu
Pengembangan sistem informasi dan
infrastruktur pendukung pengawasan
partisipatif ketenaganukliran;
Pertanyaan Pemeriksaan
No No Kriteria Pemeriksaan Sumber Kriteria
(Level 3)
3. Studi dari Whistleblowers Center (NWC) yang
berjudul Proven Effectiveness of
Whistleblowers, yang menyatakan “ACFE
recognized that one of the primary
characteristics of fraud is that it is
clandestine, or hidden; almost all fraud
involves the attempted concealment of the
crime. Consequently, insiders (i.e.
whistleblowers) were viewed as essential for
any effective anti-fraud program.”
2.2.1.4 Terdapat sanksi yang telah diterapkan sesuai 1. UU No. 10 Tahun 1997 tentang
ketentuan atas temuan hasil inspeksi. Ketenaganukliran pada Bab VII tentang
Pertanggungjawaban Kerugian Nuklir dan
Bab VIII Ketentuan Pidana;
2. PP No. 2 Tahun 2014 tentang Perizinan
Instalasi Nuklir dan Pemanfaatan Bahan
Nuklir pada Bab VI tentang Sanksi
Administratif.
Lampiran VII.4. Contoh Pengungkapan Temuan dengan Unsur-unsur yang Disajikan Tidak
Secara Berurutan
A. Contoh capaian:
Dan Keamanan di Kawasan Perbatasan Tahun 2019 pada Badan Nasional Pengelola
Perbatasan (BNPP) dan Instansi Terkait Lainnya, yaitu:
1) Kriteria 1.6.1 yang menyatakan bahwa BNPP melakukan koordinasi program
pembangunan kawasan perbatasan mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan baik
dengan instansi pusat maupun daerah;
2) Kriteria 1.6.2 yang menyatakan bahwa koordinasi perencanaan dan pelaksanaan
program pembangunan kawasan perbatasan dilakukan secara berkala;
3) Kriteria 1.6.3 yang menyatakan bahwa setiap pimpinan unit organisasi di lingkungan
Sekretariat Tetap BNPP menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di
lingkungan satuan organisasi masing-masing dan antar unit organisasi di lingkungan
BNPP serta dengan instansi lain sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
3) PLBN Motamasin anatara lain sarana dan prasarana untuk lapangan penimbunan
dan parkir Kedatangan; dan 4) PLBN Skouw antara lain Sarana dan prasarana Pos
Pemeriksaan Imigrasi Kargo, Palang pintu pemeriksaan, Pos Pemeriksaan Imigrasi,
Pos Pemeriksaan Bea Cukai.
c. Terdapat infrastuktur sarana dan prasarana di wilayah Lokpri dan PKSN yang belum
dimanfaatkan dan tidak sesuai peruntukan.
Hasil pemeriksaan fisik secara uji petik atas pembangunan sarana dan prasarana atas
program kegiatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan,
dan Kementerian Perdagangan menunjukkan adanya sarana dan prasarana yang belum
dimanfaatkan sebagai berikut:
1) Rumah dinas guru dan asrama siswa yang belum dimanfaatkan pada SMAN 1
Sekayam; SDN 16 Kenaman, SDN 2 Balai Karangan dan SMPN 1 Entikong;
2) Bantuan peralatan pendidikan yang belum dimanfaatkan pada SMA Terpadu Hati
Tersuci Maria Halilulik dan SMPN 2 Paloh karena masih ada bantuan peralatan
pendidikan dari tahun sebelumnya;
3) Ruangan pada puskesmas yang belum dimanfaatkan yaitu Ruang Linen pada
Puskesmas Kota Atambua dan Ruang anak pada Puskesmas Atambua Selatan;
4) Pasar rakyat Lakafehan belum dimanfaatkan karena masih belum dilakukan Berita
Acara Serah Terima Kedua (FHO) dan masih diperlukan perbaikan pada konstruksi
Bangunan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan kriteria dalam Pemeriksaan Kinerja atas Efektivitas
Pengelolaan Program Pembangunan Infrastruktur Dalam Meningkatkan Perekonomian
Dan Keamanan di Kawasan Perbatasan Tahun 2019 pada Badan Nasional Pengelola
Perbatasan (BNPP) dan Instansi Terkait Lainnya, yaitu:
1) Kriteria 1.4.1 yang menyatakan bahwa Masterplan di Atas Peta Kondisi Eksisting PLBN
Terpadu, dan Rencana Pola Sirkulasi PLBN Terpadu dijadikan pedoman dalam
pelaksanaan pembangunan;
2) Kriteria 1.4.2 yang menyatakan bahwa pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas
Program pembangunan infrastruktur kawasan perbatasan periode Tahun 2019 telah
dilakukan secara berkala dan terencana.
Kondisi tersebut mengakibatkan:
a. Agenda prioritas dalam renduk yaitu peningkatan penyediaan infrastruktur kawasan
perbatasan yang menjadi fokus lokasi penanganan yang diprioritaskan belum
sepenuhnya tercapai;
b. Konsistensi antara arahan kebijakan, program, kegiatan, dan anggaran dengan proses
pelaksanaan dan hasil yang dicapai dalam pengelolaan batas wilayah negara dan
kawasan belum sepenuhnya terwujud;
c. Pelayanan pada PLBN Terpadu belum sepenuhnya optimal.
Kondisi tersebut disebabkan oleh Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara kurang
intensif dalam mengawasi pelaksanaan pembangunan PLBN Terpadu yang mengacu pada
dokumen master plan.
DAFTAR SINGKATAN
35. UU : Undang-undang
DAFTAR PUSTAKA
ANAO. Performance Audit Report on Administration of Critical Infrastructure Protection Policy, 21 Juni
2022.
Assefa, S., Worke, Z.T. and Mohammed, M., (2015). Stakeholders impact analysis on road
construction project management in Ethiopia: a case of western region. International
Journal of Engineering and Technical Research, 3(11), pp.115-121.
BPK. (2015a). Pedoman Manajemen Pemeriksaan.
BPK. (2015b). Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Upaya Pemerintah Daerah dalam
Penyediaan Akses Air Bersih Berbasis Masyarakat yang Layak dan Berkelanjutan Tahun
Anggaran 2014 dan Semester I 2015 pada Pemerintah Kabupaten Solok (Nomor
53/LHP/XVIII.PDG/12/2015).
BPK. (2017). Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
BPK. (2018a). Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Pengelolaan Bendungan pada
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat dan Instansi terkait lainnya (37/LHP/XVII/09/2018).
BPK. (2018b). Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Efektivitas Penanganan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga Guna Menjadikan Sampah sebagai Sumber
Daya pada Pemerintah Kabupaten Tabanan dan Instansi terkait Lainnya Tahun
Anggaran 2016 s.d. 2018 (Semester I) di Tabanan (Nomor 27/LHP/XIX.DPS/12/2018).
BPK. (2018c). Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja Efektivitas Pengembangan Wilayah Surabaya
Madura pada Badan Pelaksana – Badan Pengembangan Wilayah Surabaya Madura (BP-
BPWS) Tahun 2015 s.d. Semester I 2018 (Nomor 32/LHP/XVIII/12/2018).
BPK. (2019a). Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Pengelolaan Sampah Perkotaan pada
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Pekanbaru Tahun 2018 dan Semester I
2019 di Pekanbaru. (Nomor 38/LHP/XVIII.PEK/12/2019).
BPK. (2019b). Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Efektivitas Pengelolaan Prioritas Nasional
Pembangunan Desa Tahun 2017 s.d. semester I tahun 2018 pada Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kementerian Koordinator
Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan serta Instansi terkait lainnya di DKI
Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, dan Kepulauan Riau. (Nomor
76/HP/XVI/02/2019).
BPK. (2019c). Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Pengelolaan Pelayanan Rawat Jalan dan
Rawat Inap pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Ripin Kabupaten Muaro
Jambi TA 2018 dan Semester I 2019 di Sengeti (Nomor 36/LHP/XVIII.JMB/12/2019).
BPK. (2019d). Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja atas Kegiatan Pencegahan Maladministrasi
Pelayanan Publik Tahun Anggaran 2018 s.d. Triwulan III Tahun 2019 pada Ombudsman
TIM PENYUSUN