REPUBLIK INDONESIA
PANDUAN
PEMERIKSAAN
LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH
Tortama V Tortama VI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 atar
1.1 Belakang
Latar Belakang
REFERENSI
LAMPIRAN
BAB 2
PROSEDUR ANALITIS
Contoh harapan yang dikembangkan dengan risiko salah saji yang harus
ditelusuri tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2.1
Harapan yang dikembangkan dengan risiko salah saji
Data yang
Akun Harapan Risiko salah saji
digunakan
Kas Lainnya Neraca, BKU Potongan pajak yang belum disetor + Kurang saji kas
dan Setara Kas SP2D LS ke bendahara yang belum lainnya dan
diberikan kepada yang berhak + bunga setara kas
jasa giro
Aset Tetap LRA, Neraca, (Belanja Modal + penambahan dari Hibah aset tetap
hasil inventarisasi) = (So Aset Tetap yang tidak
per 31 Des 200X) – (So Aset Tetap per diungkapkan,
31 Des 200X-1) +/- mutasi penghapusan AT
masuk/keluar tidak
diungkapkan,
salah pengelom-
pokkan anggaran,
aset tetap kurang/
lebih saji
Data yang
Akun Harapan Risiko salah saji
digunakan
Utang PFK Neraca dan Utang PFK = saldo utang PFK tahun Lebih/kurang saji
LAK sebelumnya + penerimaan non utang PFK,
Anggaran PFK (diluar penerimaan selisih fisik dan
karena kesalahan rekening) – catatan SiLPA
pengeluaran non anggaran PFK (diluar
pengeluaran karena kesalahan
rekening)
pada akun laporan keuangan yang diperiksa. Di tahap ini, prosedur analitis
biasanya dilakukan dengan melakukan analisis data pendukung laporan
keuangan baik data keuangan maupun data non keuangan.
Ada tiga cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan LKPD, yaitu
analisis data, tehnik prediktif dan analisis rasio dan tren dengan uraian sebagai
berikut.
2.3.1 Analisis data
Analisis data dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan antar akun
dan kecukupan pengungkapannya.
Pengujian ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan
pengungkapannya bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan menilai kebenaran
angka-angka dalam laporan keuangan. Melalui analisis, dapat diketahui apakah
terdapat kesalahan jurnal ataupun kesalahan klasifikasi akun sehingga dapat
dilakukan koreksi atas laporan keuangan dimaksud.
Misalnya :
1) Penerimaan di bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke kas daerah
pada akhir tahun anggaran harus tercermin dalam kas di bendahara
penerimaan dan pendapatan yang ditangguhkan pada Neraca per 31
Desember.
2) Penerimaan hutang pemerintah daerah, harus tercermin dalam penerimaan
pembiayaan pada LRA dan pengakuan hutang pada Neraca per 31 Desember.
3) Adanya pengakuan Utang Perhitungan Pihak Ketiga/PFK harus tercermin
dalam saldo Kas di Neraca per 31 Desember dan dijelaskan dalam CaLK.
Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antar akun-akun dalam Neraca
dan LRA, baik vertikal (akun-akun dalam Neraca/LRA) maupun horisontal.
Untuk lebih memudahkan prosedur analitis, dapat dilakukan dalam file excel yang ada di CD
terlampir.
Uraian Persamaan
Aset harus sama dengan total kewajiban Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana
ditambah dengan total ekuitas.
Kas di bendahara pengeluaran harus sama Kas di Bendahara Pengeluaran = Sisa Uang
dengan sisa Uang Persediaan yang belum Persediaan yang Belum Disetor + Utang
disetor ditambah dengan utang PFK di PFK di Bendahara Pengeluaran
bendahara pengeluaran.
Kewajiban jangka pendek, kecuali utang PFK, Kewajiban Jangka Pendek (kecuali Utang
harus sama dengan EDL-dana yang harus PFK) = EDL - Dana yang Harus Disediakan
disediakan untuk pembayaran utang jangka untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek
pendek.
Investasi jangka panjang harus sama dengan Investasi Jangka Panjang = EDI –
EDI - diinvestasikan dalam investasi jangka Diinvestasikan Dalam Investasi Jangka
panjang. Panjang
Aset tetap harus sama dengan EDI- Aset Tetap = EDI – Diinvestasikan Dalam
diinvestasikan dalam aset tetap. Aset Tetap
Uraian Persamaan
Aset lainnya harus sama dengan EDI- Aset Lainnya = EDI – Diinvestasikan Dalam
diinvestasikan dalam aset lainnya. Aset Lainnya
Dana cadangan harus sama dengan EDC- Dana Cadangan = EDC –Diinvestasikan
diinvestasikan dalam dana cadangan. dalam Dana Cadangan
Uraian Persamaan
Arus kas bersih dari aktivitas operasi harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi =
sama dengan arus masuk kas dari aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Operasi -
operasi dikurangi arus keluar kas dari aktivitas Arus Keluar Kas dari Aktivitas Operasi
operasi.
Arus kas bersih dari aktivitas investasi aset Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset
nonkeuangan harus sama dengan arus masuk Non Keuangan =
kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Investasi Aset
dikurangi arus keluar dari aktivitas investasi Non Keuangan - Arus Keluar Kas dari
aset nonkeuangan. Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan
Arus kas bersih dari aktivitas pembiayaan harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan
sama dengan arus masuk kas dari aktivitas =
pembiayaan dikurangi arus keluar dari aktivitas Arus Masuk Kas dari Aktivitas Pembiayaan -
pembiayaan. Arus Keluar Kas dari Aktivitas Pembiayaan
Arus kas bersih dari aktivitas nonanggaran Arus Kas Bersih dari Aktivitas Non
harus sama dengan arus masuk kas dari Anggaran = Arus Masuk Kas dari Aktivitas
aktivitas nonanggaran ditambah arus keluar kas Non Anggaran + Arus Keluar Kas dari
dari aktivitas nonanggara. Aktivitas Non Anggaran
Kenaikan/ penurunan kas harus sama dengan Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas Bersih
arus kas bersih dari aktivitas operasi ditambah dari Aktivitas Operasi +
arus kas bersih dari aktivitas investasi aset Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset
nonkeuangan ditambah arus kas bersih dari Non Keuangan + Arus Kas Bersih dari
aktivitas pembiayaan ditambah arus kas bersih Aktivitas Pembiayaan + Arus Kas Bersih
dari aktivitas nonanggaran. dari Aktivitas Non Anggaran
Uraian Persamaan
Saldo akhir kas di BUD harus sama dengan Saldo Akhir Kas di BUD = Saldo Awal Kas di
saldo awal kas di BUD ditambah kenaikan/ BUD + Kenaikan/Penurunan Kas
penurunan kas.
Saldo akhir kas harus sama dengan saldo akhir Saldo Akhir Kas = Saldo Akhir di BUD +
di BUD ditambah saldo akhir kas di bendahara Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran
pengeluaran ditambah saldo akhir kas di + SaldoAkhir Kas di Bendahara Penerimaan
bendahara penerimaan.
Uraian Persamaan
SiLPA di LRA harus sama dengan EDL-SiLPA di SiLPA (LRA) = EDL – SiLPA (Neraca)
neraca.
SiLPA di LRA harus sama dengan kas di kas SiLPA (LRA) = Kas di Kas Daerah + Kas
daerah ditambah kas di bendahara pengeluaran di Bendahara Pengeluaran + Setara Kas +
ditambah setara kas ditambah investasi jangka Investasi Jangka Pendek – Utang PFK
pendek kemudian dikurangi dengan utang PFK di (Neraca)
neraca.
Uraian Persamaan
SiLPA (LRA) tahun sebelumnya harus sama SiLPA Tahun sebelumnya (LRA) =
dengan penerimaan pembiayaan-penggunaan Penerimaan Pembiayaan – Penggunaan
SiLPA (LRA) tahun berjalan dan sama dengan SiLPA Tahun berjalan (LRA) = EDL –
EDL-SiLPA di neraca tahun sebelumnya. SiLPA Tahun Sebelumnya (Neraca)
Catatan :
Persamaan ini berlaku jika Pemda
mencatat seluruh SiLPA tahun
sebelumnya sebagai penerimaan
pembiayaan di tahun berjalan.
Uraian Persamaan
Arus kas masuk dari aktivitas investasi (LAK) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Investasi
harus sama dengan pendapatan asli daerah (LAK) = Pendapatan Asli Daerah Yang
yang berasal dari penjualan aset tetap dan Berasal Dari Penjualan Aset Tetap dan Aset
aset lainnya (di LRA). Lainnya (di LRA)
Arus kas keluar dari aktivitas investasi (LAK) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi
harus sama dengan belanja modal (di LRA). (LAK) = Belanja Modal (di LRA)
Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pembiayaan
(LAK) harus sama dengan penerimaan (LAK) = Penerimaan Pembiayaan Di LRA
pembiayaan di LRA (selain penggunaan (Selain Penggunaan SiLPA)
SiLPA).
Arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Pembiayaan
(LAK) harus sama dengan pengeluaran (LAK) = Pengeluaran Pembiayaan di LRA
pembiayaan di LRA.
*) Penyimpangan dari persamaan pada tabel diatas dapat diperbolehkan antara lain karena:
1) Pada LRA terdapat pengakuan pendapatan dan belanja non-cash basis sehubungan
adanya transaksi pendapatan hibah dalam bentuk barang;
2) Dalam hal terdapat pengembalian belanja (contra post), LAK mungkin menyajikan arus
kas secara bruto sedangkan LRA menyajikan belanjanya secara netto;
Uraian Persamaan
Saldo akhir kas tahun lalu (LAK) harus sama Saldo Akhir Kas Tahun Lalu (LAK) = Saldo
dengan saldo awal kas tahun berkenaan awal Kas Tahun Berkenaan (LAK) = Saldo
(LAK), saldo akhir kas di neraca tahun lalu, dan Akhir Kas Tahun lalu (Neraca) = Saldo Awal
saldo awal kas di neraca tahun berjalan. Kas Tahun Berjalan (Neraca)
Apabila terdapat selisih haru diungkapkan
dalam CaLK
Saldo akhir kas di neraca tahun berjalan harus Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (Neraca) =
sama dengan saldo akhir kas di LAK tahun Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK)
berjalan. Apabila terdapat selisih harus diungkapkan
dalam CaLK
Uraian Persamaan
Utang PFK di neraca harus sama dengan Utang PFK (Neraca) = Utang PFK di BUD +
utang PFK di BUD ditambah utang PFK di Utang PFK pada Bendahara Pengeluaran
bendahara pengeluaran.
Saldo utang PFK di neraca tahun berjalan Saldo Utang PFK tahun berjalan (neraca) =
harus sama dengan saldo utang PFK di neraca Saldo Utang PFK Tahun sebelumnya
tahun sebelumnya ditambah penerimaan PFK (Neraca) + Penerimaan PFK Tahun berjalan
tahun berjalan dikurangi pengeluaran PFK – Pengeluaran PFK Tahun Berjalan (LAK)
tahun berjalan di LAK. Apabila terdapat selisih maka selisih
tersebut adalah utang PFK yang ada di
bendahara pengeluaran
Apabila terdapat selisih, pemeriksa agar menelusuri penyebab selisih tersebut, yang
antara lain dapat disebabkan oleh :
1. Kesalahan penjumlahan
2. Penambahan aset di neraca tidak sama dengan jumlah belanja modal di LRA, hal
tersebut bisa dikarenakan adanya aset yang berasal dari hibah berupa barang
ataupun adanya kapitalisasi.
Untuk tujuan analisis rumus-rumus di atas dapat dikembangkan dalam formula analisis
dalam program excel (terlampir dalam compact disk) sehingga pemeriksa hanya perlu
menginput satu kali untuk keseluruhan pengujian dalam tabel di atas.
Selain itu, teknik prediktif dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah
tertentu dan membandingkan dengan catatan-catatan atau rumusan lain untuk
mengetahui adanya indikasi permasalahan yang akan diuji lebih lanjut dalam
pengujian substantif. Contoh teknik ini adalah membandingkan dana transfer yang
diterima oleh daerah dengan data transfer dari Pemerintah Pusat. Contoh lain
adalah membandingkan penerimaan Pajak Hotel suatu pemda dengan Penerimaan
Pajak Hotel di Pemerintah daerah yang lain bila informasi spesifik terkait dengan
hal tersebut kita ketahui.
Selain itu, rasio yang dapat digunakan untuk menilai alokasi dana yang
dilakukan pemerintah daerah diketahui dengan rasio antara belanja langsung
dengan total belanja serta rasio antara belanja tidak langsung dengan total belanja.
Dengan rasio ini diketahui apakah dana pemda sebagian besar digunakan
sebagian besar untuk pembangunan yang akan memberi manfaat jangka panjang
bagi masyarakat atau untuk belanja habis pakai seperti belanja pegawai.
2.3.3.2 Analisis Trend
Analisis trend adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan akun
yang sama untuk periode lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran
mengenai kecenderungan dari suatu akun dalam laporan keuangan pemerintah
daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat prediksi
keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun yang diperiksa
berdasarkan data atau informasi kecenderungan pencapaian pajak daerah
beberapa periode yang lalu.
Analisis trend tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel,
perhitungan matematis dalam prosentase ataupun diagram untuk mengetahui
kecenderungan dari akun-akun dalam Neraca dan LRA.
Analisis tren mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-
perubahan yang terjadi dalam beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar
dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di masa sekarang.
A. Analisis Vertikal
Analisis yang dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan, yaitu analisis antar akun Neraca saja, LRA saja
9 -5+6-7+8 (hasil = 0)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Neraca (Evaluasi 1)
12-13-14
(hasil = 0)
1 2 3 4 12 13 14 15 16
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Neraca (Evaluasi 2)
1 2 3 4 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Pemkab Siliwangi WDP WDP 108.328.148.656,00 2.268.573.176,00 - - 412.192,00 110.596.309.640,00 110.662.970.889,00 (66.661.249,00) P Terdapat kesalahan pada
pengakuan pencairan bunga
dana cadangan yang diakui
sebagai pendapatan lain-lain
PAD yang sah (LRA) dan Kas di
Bendahara Penerimaan
(Neraca). Pencairan tersebut
dijurnal pada kas di bendahara
penerimaan karena kas baru di
transfer ke kas daerah per 6
Januari 2011.
2 Pemkot Majapahit WDP WDP 942.515.578.681,00 119.965.748,00 1.500.000.000.000,00 7.047.882.716,00 - 2.449.683.427.145,00 2.449.683.347.747,0 79.398,00 selisih sebesar Rp79.398,00
0 merupakan Jasa giro di
bendahara pengeluaran
3 Pemkab WDP WDP 1.330.478.856,00 263.843.801,00 - - 441.625.785,50 1.152.696.871,50 3.530.867.793,00 (2.378.170.921,50) Selisih merupakan Kas di BLUD
Diponegoro yang dicatat sebagai kas di
bendahara penerimaan sebesar
Rp2.378.170.921,50, yang
sebesar Rp441.625.785,50
diantaranya adalah utang PFK
BLUD
4 Pemkab WDP WDP 114.577.727.590,00 490.556.019,00 - - 17.070.095,00 115.051.213.514,00 115.051.213.514,00 -
Ratulangi
5 Pemkab WDP WDP 13.663.552.328,00 75.325.432,00 5.000.000.000,00 1.210.106.431,00 - 19.948.984.191,00 19.948.530.499,00 453.692,00 selisih sebesar Rp453.692,00
Mangkurat merupakan Jasa giro di
bendahara pengeluaran
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Neraca CaLK
Opini Opini
No Entitas kas di Bendahara Pengeluaran = Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih)
2009 2008
Sisa Uang Persediaan di Sisa UP yang belum disetor + Utang
Kas di Bendahara Utang PFK di Bendahara PFK di Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran
Pengeluaran Pengeluaran
yang belum disetor
27-28-29 (hasil = 0)
1 2 3 4 27 28 29 30 31
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud, salah satu penyebab antara lain adalah adanya jasa giro di bendahara pengeluaran
Neraca CaLK
Pendapatan di Tangguhkan =
Kas di Bendahara Penerimaan +
Opini Opini Penerimaan di Bendahara
No Entitas Pendapatan di Kas di Bendahara Penerimaan di Bendahara Reviu Keterangan (Penjelasan Selisih)
2009 2008 Pengeluaran
Tangguhkan Penerimaan Pengeluaran
32-33-34 (hasil = 0)
1 2 3 4 32 33 34 35
1 Pemkab Siliwangi WDP WDP - 66.661.249,00 - (66.661.249,00) √ Terdapat kesalahan pada pengakuan
pencairan bunga dana cadangan yang diakui
sebagai pendapatan lain-lain PAD yang sah
(LRA) dan Kas di Bendahara Penerimaan
(Neraca). Pencairan tersebut dijurnal pada
kas di bendahara penerimaan karena kas
baru di transfer ke kas daerah per 6 Januari
2011.
2 Pemkot Majapahit WDP WDP 2.439.451,00 2.360.053,00 79.398,00 - √
3 Pemkab Diponegoro WDP WDP - 1.936.545.136,00 - (1.936.545.136,00) √ merupakan kas pada RSUD, yang dicatat
sebagai bagian dari SILPA
4 Pemkab Ratulangi WDP WDP 3.350.690.690,00 3.350.690.690,00 - - √
5 Pemkab Mangkurat WDP WDP 453.692,00 - 453.692,00 - √
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 1 Evaluasi 2
Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar Aset Lancar Ekuitas Dana Lancar
Keterangan
Keterangan
No Entitas Reviu 7-8 Reviu (penjelasan
3-4 (Hasil=0) (penjelasan Selisih)
(hasil=0) Selisih)
Piutang Cadangan Piutang Persediaan Cadangan Persediaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 3 Evaluasi 4
2 11 12 13 14 15 16 17 18
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 5 Evaluasi 6
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana Investasi
Cadangan
Keterangan Keterangan
No Entitas 19-20 Reviu Reviu
Dana Cadangan (penjelasan Selisih) Aset lainnya 23-24 (hasil=0) (penjelasan Selisih)
diinvestasikan dlm (hasil=0) diinvestasikan dlm aset
Dana Cadangan lainnya
1 2 19 20 21 22 23 24 25 26
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 7 Evaluasi 8
Ekuitas Dana
Ekuitas Dana lancar
Investasi
Keterangan
Keterangan (penjelasan
No Entitas Jumlah Kewajiban 27-28+29 Reviu Jumlah Kewajiban Reviu (penjelasan
Utang PFK Dana yang harus Selisih) Dana yang harus 32-33 (hasil=0)
Jangka Pendek (hasil=0) Jangka Panjang Selisih)
disediakan untuk disediakan untuk
pembayaran utang pembayaran utang
jangka pendek jangka panjang
1 2 27 28 29 30 31 32 33 34 35
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Analisis Vertikal -
Laporan Arus Kas
LAK(Evaluasi 1) LAK(Evaluasi 2)
5-6-7 (hasil =
10-11-12 (hasil = 0)
0)
1 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
LAK(Evaluasi 3) LAK(Evaluasi 4)
Arus Kas
Arus Kas
Bersih Aktivitas
Bersih
Investasi Aset
Aktivitas
Non
Non
Keuangan= Keterangan Keterangan
Anggaran =
No Entitas Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Arus Kas Bersih Arus Masuk Reviu (Penjelasan Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Arus Kas Bersih Reviu (Penjelasan
Arus Masuk
dari Aktivitas dari Aktivitas Aktivitas kas - Arus Selisih) dari Aktivitas Non dari Aktivitas Non Aktivitas Non Selisih)
kas - Arus
Pembiayaan Pembiayaan Pembiayaan Keluar dari Anggaran Anggaran Anggaran
Keluar dari
aktivitas
aktivitas Non
Investasi Aset
Anggaran
Non Keuangan
15-16-17 (hasil 20-21-22
= 0) (hasil = 0)
1 2 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Analisis Horizontal
Analisis yang dilakukan dengan melihat hubungan antar akun neraca dengan LRA ataupun kesesuaian dengan nilai yang disajikan dalam LAK
1. Analisis horizontal antara Neraca – LRA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2 Pemkot Majapahit 2.449.683.347.747,00 2.449.683.347.747,00 - √ 1.789.756.684.218,00 1.820.060.110.218,00 1.820.060.110.218,00 (30.303.426.000,00) (30.303.426.000,00) √ selisih disebabkan adanya
koreksi SiLPA tahun
sebelumnya sebesar
Rp30.303.426.000,00 dan
kenaikan/penurunan di BLUD
sebesar Rp1.529.076.754,00
5 Pemkab Mangkurat 19.948.530.499,00 19.948.530.499,00 - √ 92.189.528.248,00 88.985.593.242,28 97.834.709.782,07 3.203.935.005,72 (5.645.181.534,07) √ selisih sebesar
Rp3.203.935.005,72 adalah
saldo akhir tahun lalu Kas di
BLUD Gunung Jati
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Evaluasi 3
LRA Neraca Ket CaLK Selisih
1 2 11 12 13 14 15 16 17 19
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
Apabila selisih
No Entitas diungkapkan dalam Reviu Apabila Reviu Reviu Keterangan
11-12-13 (hasil
3-4 CaLK atau Temuan 7-8 selisih, lihat PFK di
Saldo akhir kas tahun Utang PFK Saldo PFK = 0)
Saldo awal kas Pemeriksaan Saldo akhir kas Saldo kas penjelasan Bendahara
lalu Tahun Berjalan BUD
(ada/tidak) di CaLK Pengeluaran
(ada/tidak)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 18
1 Pemkab 135.390.207.497,00 135.390.207.497,00 - √ 110.663.383.081,00 110.663.383.081,00 - √ 412.192,00 (20.295.354,00) 412.192,00 20.295.354,00 √ Pemerintah Kabupaten
Siliwangi memasukan
Siliwangi utang PFK Bendahara
Pengeluaran tahun lalu
sebesar Rp20.707.546,00
(Neraca) ke Pengeluaran
PFK BUD (LAK/Aktivitas
Non Anggaran) dan
memasukan PFK
Bendahara Pengeluaran
tahun berjalan sebesar
Rp412.192,00 (Neraca) ke
Penerimaan PFK BUD
(LAK/Aktivitas Non
Anggaran).
LRA – LAK
Cek: kebenaran dan akurasi angka-angka
dalam LAK dibandingkan dengan LRA
1 2 3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Pemkab Siliwangi 1.309.287.780.383,00 307.120.825,00 1.309.594.901.208,00 - √ 1.356.259.698.319,00 6.556.689.095,00 185.630.211.095,00 1.177.186.176.319,00 185.630.211.095,00 - -
2 Pemkot Majapahit 9.741.359.951.894,00 826.126.180,00 9.742.186.078.074,00 - √ 6.955.920.679.594,00 2.064.745.163.385,10 1.055.536.741.017,00 7.965.129.101.962,10 1.055.536.741.017,00 - -
4 Pemkab Ratulangi 1.695.066.200.909,00 - 1.695.066.200.909,00 - √ 1.689.071.148.835,00 15.000.000,00 155.205.402.443,00 1.534.354.232.316,00 155.205.402.443,00 (473.485.924,00) adanya sisa uyhd sebesar
Rp473.485.924,00 di bendahara
pengeluaran yang dimasukkan di
dalam arus kas keluar dari
aktivitas operasi
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
LRA – LAK
Cek: kebenaran dan akurasi angka-angka dalam LAK dibandingkan dengan LRA
1
LAK LRA Ket
No Entitas Reviu
arus kas masuk
Arus kas masuk aktivitas operasi pendapatan 3+4-5
aktivitas investasi
1 2 3 4 5 6
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
3
LRA LAK LAK Ket Ket
No Entitas Reviu Reviu
Realisasi Belanja (Tidak
Belanja Transfer atau Arus kas keluar dari arus kas keluar dari
termasuk belanja Belanja Modal (7+8)-10-11 Penjelasan selisih
Belanja Bagi hasil aktivitas operasi aktivitas investasi
transfer)
1 2 7 8 9 10 11 12 13
*) jika terjadi selisih, telusuri lebih lanjut penyebab terjadinya selisih dimaksud
4
CaLK LRA LAK Ket
No Entitas Reviu Keterangan
Lain-lain PAD yg sah, arus kas masuk dari
14-15
penjualan aset aktivitas investasi
1 2 14 15 16 17
BAB 3
PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO
Dalam pemeriksaan keuangan, kita mengenal ada empat jenis risiko yaitu
sebagai berikut.
1) Risiko Pemeriksaan yang Dapat Diterima (Acceptable Audit Risk (AAR))
AAR = IR X CR X DR
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait.
Setiap saldo atau golongan transaksi memiliki risiko bawaan yang berbeda-
beda sehingga salah saji dapat terjadi pada saldo atau golongan transaksi
tertentu yang berbeda dengan saldo atau golongan transaksi yang lain.
Risiko bawaan dapat terjadi pada keseluruhan akun atau akun-akun tertentu
dalam laporan keuangan. Pemeriksa dapat mengidentifikasi risiko bawaan
tersebut pada langkah-langkah dalam tahap perencanaan pemeriksaan yaitu
pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan; pemahaman
entitas; pemantauan tindak lanjut; dan prosedur analitis awal.
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian internal entitas.
Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern
untuk mencapai tujuan entitas yang relevan dengan penyusunan laporan
keuangan entitas. Risiko pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan
bawaan dalam setiap pengendalian internal.
Agar dapat menilai risiko pengendalian dengan tepat, pemeriksa harus
memahami pengendalian internal entitas dan melaksanakan prosedur
pengujian pengendalian untuk menentukan apakah pengendalian tersebut
telah berjalan dengan efektif. Pemeriksa menilai keseluruhan tingkat risiko
pengendalian setiap asersi atas masing-masing akun atau kelompok
transaksi. Penilaian terhadap risiko pengendalian untuk asersi tertentu
membutuhkan pengalaman dan pertimbangan (judgement) khusus, terutama
jika terdapat perbedaan penilaian risiko untuk proses-proses yang mendasari
asersi tersebut.
Risiko deteksi adalah risiko bahwa pemeriksa tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan
fungsi efektivitas prosedur pemeriksaan dan penerapannya oleh pemeriksa.
Risiko ini timbul karena ketidakpastian yang ada pada saat pemeriksa tidak
memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi
karena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan
transaksi tersebut diperiksa 100%.
(3) Tingkat AAR sebesar 1%, artinya tingkat keyakinan pemeriksa atas opininya
sampai 99%. Tingkat ini berlaku bagi beberapa entitas sektor publik dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
(1)) Entitas sektor publik tersebut mempunyai pengguna eksternal yang
sangat ekstensif perhatiannya terhadap laporan keuangan entitas
tersebut, dan/atau
(2)) Entitas sektor publik tersebut cukup rentan akan terjadinya salah saji
material dan secara politik sensitif dan/atau adanya harapan publik atas
kewajaran laporan keuangan entitas publik tersebut sehingga pemeriksa
membutuhkan tingkat keyakinan yang sangat tinggi.
Adapun cara penentuan berapa besar tingkat AAR adalah dengan menggunakan
pembobotan nilai terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat AAR yaitu:
Perhitungan materialitas awal dan TE ini hanya untuk setiap akun yang disajikan
pada laporan keuangan, bukan untuk akun pada ledger karena akan terlalu
banyak akun yang dihitung.
Cara perhitungan besaran materialitas awal dan TE ini dapat dilihat pada Bab IV
Materialitas dan Tolerable Error.
3) Identifikasikan dan beri penilaian IR untuk level entitas dan akun/siklus
Pemberian nilai awal atas risiko pengendalian dengan ukuran kualitatif dilakukan
dengan panduan sebagai berikut:
(1) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah material maka secara umum
pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa risiko pengendalian awal adalah tinggi;
(2) Jika tingkat kelemahan pengendalian adalah signifikan maka secara umum
pemeriksa dapat menyimpulkan bahwa risiko pengendalian awal adalah
sedang; dan
(3) Risiko pengendalian disimpulkan rendah jika tidak terdapat kelemahan
pengendalian atau terdapat kelemahan pengendalian akan tetapi tingkat
kelemahan pengendaliannya adalah sangat rendah, terdapat pengendalian
pengganti (compensating controls).
Sedangkan penilaian risiko pengendalian secara kuantitatif dapat menggunakan
pedoman sebagai berikut:
Tabel 3.1 Pedoman Penentuan Risiko Pengendalian
Rentang Risiko
Penilaian Subyektif Level Risiko
Pengendalian
Risiko gabungan merupakan risiko bawaan setelah dikurangi dengan bagian dari
risiko bawaan yang bisa dimitigasi oleh pengendalian intern yang efektif.
Untuk mengisi risiko gabungan, maka gunakan matriks berikut ini sebagai
panduan:
INHERENT RISK / IR
High H H M
RISK\CR
Medium H M L
Low M L L
Risiko deteksi yang ditetapkan akan dipengaruhi oleh ketiga risiko lain dalam
model yaitu risiko pemeriksaan yang diterima (AAR), risiko bawaan (IR), dan
risiko pengendalian (CR). Berubahnya salah satu unsur risiko dalam model
tersebut, akan merubah risiko deteksi yang ditetapkan.
Risiko deteksi ditetapkan untuk menentukan berapa banyak bukti substantif yang
akan dikumpulkan oleh pemeriksa. Banyaknya bukti yang akan dikumpulkan
berbanding terbalik dengan risiko deteksi yang ditetapkan pemeriksa. Jika risiko
deteksi yang ditetapkan kecil, maka bukti yang harus dikumpulkan besar/banyak.
Meningkatnya risiko pemeriksaan yang diterima, akan mengakibatkan risiko
deteksi yang direncanakan juga akan meningkat, dan bukti pemeriksaan yang
direncanakan menurun. Meningkatnya risiko bawaan dan risiko pengendalian,
akan mengakibatkan risiko deteksi yang direncanakan menurun dan bukti
pemeriksaan yang direncanakan meningkat. Demikian sebaliknya. Penjelasan
lebih lengkap mengenai hubungan masing-masing risiko dengan jumlah bukti
pemeriksaan yang direncanakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Hubungan masing-masing risiko dengan jumlah bukti pemeriksaan
Jumlah Bukti
Kondisi AAR IR CR DR
Pemeriksaan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Moderat Moderat
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Moderat Moderat Moderat Moderat Moderat
5 Tinggi Rendah Moderat Moderat Moderat
Hubungan antara AR, IR, CR dan DR secara kuantitatif akan mempengaruhi lingkup
pengujian terinci. Hubungan tersebut dapat diilustrasikan sebagai berikut.
Tabel 3.3 Pengaruh masing-masing risiko terhadap lingkup pengujian terinci
Lingkup
AR IR CR DR Materialitas
Pengujian
Lingkup
AR IR CR DR Materialitas
Pengujian
Range untuk DR :
L : 1–9
M : 10 – 40
H : 41 – 56
7) Identifikasi strategi pemeriksaan yang akan dilakukan, serta buat link risiko
yang teridentifikasi ke program pemeriksaan.
Strategi pemeriksaan untuk menentukan sifat, saat, dan seberapa jauh prosedur
pengujian substantif, didasarkan pada masing-masing tingkat risiko deteksi yang
berbeda, contohnya:
Strategi pemeriksaan pada tingkat DR yang rendah
Sifat: Pengujian pemeriksaan atas seluruh asersi signifikan dengan
menggunakan prosedur pemeriksaan sebagai berikut. Pemeriksaan fisik atas
saldo akhir
(1) Reviu eksternal dokumen
(2) Konfirmasi
(3) Reperfomance
Luas lingkup: Pengujian yang lebih luas (ekstensif/luas atas akun atau transaksi
yang signifikan.
INHERENT
CONTROL RISK
RISK
Saldo Signifi Siklus Risiko
No Akun
(Rp) kansi terkait Gabungan
Identi Identi
H/M/L H/M/L
fikasi fikasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kolom 3 (Saldo)
Diisi dari Laporan Keuangan Audited dari periode sebelumnya, dan nantinya harus
disesuaikan dengan kondisi Laporan Keuangan Unaudited periode yang diperiksa.
Kolom 4 (Signifikansi)
Signifikansi akun ditentukan dengan kriteria kuantitatif dan judgement professional
pemeriksa dengan pertimbangan sebagai berikut.
(1) Kriteria kuantitatif adalah planning materiality. Jika saldo akun lebih besar
daripada 50% planning materiality, maka akun tersebut signifikan. Misalnya :
saldo akun piutang Rp60miliar. Planning materiality adalah Rp100miliar,
maka akun piutang signifikan secara kuantitatif (lebih besar dari 50% x
Rp100miliar).
(2) Saldo akun mungkin berada dibawah 50% dari planned materiality, tetapi akun
tersebut dapat menjadi signifikan berdasarkan pertimbangan nilai transaksi yang
besar dan judgement professional pemeriksa. Misalnya: Akun Kas pada
Bendahara Pengeluaran yang bersaldo Rp23juta ditetapkan sebagai akun
signifikan walaupun planned materiality sebesar Rp500miliar. Penetapan ini
karena risiko Kas pada Bendahara Pengeluaran tinggi sehingga adanya
kemungkinan kesalahan yang tinggi pada akun kas ini.
Kolom 5 (Siklus Terkait)
Diisi dengan kegiatan-kegiatan/transaksi yang akan menambah atau mengurangi nilai
akun terkait. Misal:
(1) Akun Kas dipengaruhi transaksi/kegiatan penerimaan (+) dan pengeluaran (-);
(2) Akun Piutang dipengaruhi oleh penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD)
yang belum dibayar (+), pelunasan SKPD (-) dan penghapusan piutang (-);
(3) Akun aktiva tetap dapat dipengaruhi oleh transaksi/kegiatan pembelian (+),
pembangunan (+), penghapusan (-), penjualan (-), revaluasi (+/-) dan
inventarisasi (+/-); dan lain-lain.
Kolom 6 (Inherent Risk : Identifikasi)
Untuk mengidentifikasi inherent risk pada kolom ini, hubungkan kegiatan-
kegiatan/transaksi yang mempengaruhi akun sesuai yang tercantum dalam kolom 5
dan sifat/karakteristik dari akun dengan kemungkinan kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan kegiatan-kegiatan/transaksi tersebut sebelum mempertimbangkan
adanya pengendalian.
Misalnya :
(1) Akun Kas. Apa yang mungkin salah dalam transaksi penerimaan kas. Mungkin
dapat terjadi penerimaan kas kurang daripada seharusnya, penerimaan kas tidak
disetor ke Kas Negara dan tidak dicatat, atau salah rekening. Kemudian apa
yang mungkin salah dalam transaksi pengeluaran kas? Mungkin fiktif, dicuri,
terlalu besar, dan lain-lain.
(2) Akun aktiva tetap (tanah). Apa yang mungkin salah dalam pembelian tanah?
Mungkin tanah dalam sengketa, nilai pembelian lebih besar daripada
seharusnya, dll. Apa yang mungkin salah dalam revaluasi? Mungkin revaluasi
tidak sesuai dengan harga wajar, ada aset yang tidak direvaluasi atau hanya
menggunakan nilai historisnya, dll.
Kolom 7 (Inherent Risk : H/M/L)
Simpulan (High, Medium, Low) berdasarkan kelemahan yang ditemukan dari hasil
reviu dan test serta temuan sebelumnya.
Tingkat risiko pengendalian bisa langsung dinyatakan tinggi apabila berdasarkan hasil
reviu tidak terdapat disain pengendalian yang memadai atau terdapat temuan tahun
lalu yang belum selesai ditindaklanjuti oleh entitas.
Namun, pemeriksa tidak bisa langsung menetapkan risiko pengendalian yang rendah
tanpa melakukan pengujian atas pengendalian (test of control). Pengujian
pengendalian ini dilakukan untuk memastikan efektivitas disain pengendalian.
Kesimpulan Control Risk :
(1) Low bila pengendalian didisain dan dilaksanakan secara efektif (tidak ada
temuan SPI).
(2) Medium bila pengendalian didisain dan dilaksanakan, tapi kita tidak cukup yakin
menyatakan telah beroperasi efektif (ada temuan SPI tetapi tidak material).
(3) High bila pengendalian tidak efektif (Temuan SPI material, baik disain maupun
operasinya).
Kolom 10 (Risiko Gabungan)
Isi kolom ini dengan nilai risiko gabungan yang telah diperoleh.
Kolom 11 (Risiko Deteksi)
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa pemeriksa tidak dapat mendeteksi salah saji
material pada saat melaksanakan prosedur substantif. Semakin tinggi risiko deteksi,
semakin rendah efektifitas pelaksanaan prosedur substantif. Sebaliknya, semakin
rendah risiko deteksi, semakin tinggi efektivitas pelaksanaan prosedur substantif.
Risiko deteksi berbanding terbalik dengan risiko gabungan. Semakin tinggi risiko
gabungan, maka semakin rendah risiko deteksi. Demikian sebaliknya.
Dengan mempertimbangkan risiko pemeriksaan yang dapat terima dan risiko
gabungan tersebut di atas maka dapat ditentukan risiko deteksi. Secara kualitatif,
hubungan antara risiko deteksi dan risiko gabungan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5 Hubungan risiko deteksi dan risiko gabungan
High Low
Medium Medium
Low High
Sesuai risk based audit maka penentuan strategi pemeriksaan didasarkan pada
tingkat risiko deteksi pada suatu akun. Semakin rendah risiko deteksi maka semakin
tinggi efektivitas prosedur substantif yang dilaksanakan. Dengan demikian, pemeriksa
bisa mengalokasikan sebagian besar sumber daya baik dari jumlah pemeriksa,
cakupan dan kedalaman prosedur pemeriksaan substantif atas akun tersebut.
Tabel 3.6 Tabel strategi pemeriksaan umum
Risiko
Strategi Pemeriksaan Umum
Deteksi
Medium • Walaupun tidak menjadi fokus, tetapi harus ada perhatian yang cukup.
• Sebagian mengandalkan pengendalian.
• Pengujian substantif tidak terlalu mendalam. Pilih apakah
mengutamakan substantif saldo atau transaksi. Berdasarkan kondisi
yang ada, pilih juga penekanan pada asersi tertentu yang paling
berpengaruh, misalnya eksistensi, atau kepemilikan, sesuai dengan
keadaan.
• Sample menengah.
• Prioritas kedua untuk alokasi sumber daya (jumlah dan kualitas).
• Prosedur analitis dan uji akurasi tetap harus dilakukan.
Contoh pengisian Formulir Penilaian Risiko dapat dilihat pada Lampiran 3.4.
Bobot
No Faktor Kriteria Kondisi Penilaian
1 2 3
Keterjangkauan terhadap
entitas. Semakin sulit suatu
1 Geografis entitas untuk dijangkau, Sulit terjangkau 1
maka bobot penilaiannya
semakin kecil.
Besarnya nilai aset
dibandingkan dengan
entitas sejenis. Semakin
2 Nilai aset Sedang 2
besar nilai aset entitas,
maka bobot penilaiannya
semakin kecil.
Besarnya anggaran yang
dikelola dibandingkan
dengan entitas sejenis.
Anggaran yang
3 Semakin besar nilai Sedang 2
dikelola
anggaran entitas, maka
maka bobot penilaiannya
kecil.
Tingkat Semakin tinggi tingkat
ketergantungan ketergantungan pengguna
Sangat
4 pengguna terhadap atas laporan keuangan 1
tergantung
laporan keuangan entitas, maka bobot
entitas penilaiannya kecil.
Semakin banyak jumlah
satker yang dimiliki suatu
5 Jumlah satker entitas pelaporan, maka Sedikit 3
bobot penilaiannya semakin
kecil.
Semakin buruk hasil
Hasil pemeriksaan pemeriksaan tahun
6 Baik 2
tahun sebelumnya sebelumnya, maka bobot
penilaiannya semakin kecil.
Semakin rendah tingkat
kepastian going
7 Going concern Tinggi 3
concernnya, maka bobot
penilaiannya semakin kecil.
Bobot
No Faktor Kriteria Kondisi
Penilaian
Semakin rendah tingkat
Integritas integritas manajemennya,
8 Tinggi 3
manajemen maka bobot penilaiannya
semakin kecil.
Semakin buruk sistem
Sistem informasi informasi entitas, maka
9 Baik 2
yang digunakan bobot penilaiannya semakin
kecil.
Sub Total 2 8 9
TOTAL 19
Kesimpulan Tingkat AAR Sedang (3%)
Untuk setiap faktor pengukur, terdapat 3 skor sebagai ukuran nilai dari pengaruh faktor
terhadap risiko pemeriksaan yang dapat diterima. Nilai 1 (satu) mewakili nilai risiko
pemeriksaan terendah, dan nilai 3 (tiga) mewakili nilai risiko pemeriksaan tertinggi.
Skor nilai untuk masing-masing faktor pengukur diberikan dengan dasar perbandingan
kriteria dan kondisi yang ada serta menggunakan penilaian profesional. Skor nilai total
untuk keseluruhan faktor kemudian dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai tersebut,
ditentukan 3 kategori tingkat risiko pemeriksaan dalam 3 rentang nilai sebagai berikut:
9 – 14 : Rendah (1%)
15 – 21 : Sedang (3%)
22 – 27 : Tinggi (5%)
Keterangan:
(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP
tersebut.
Bobot Penilaian
No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait
1 2 3
1. Sifat bisnis/industri entitas. Semakin kompleks struktur bisnis Pemahaman 1
entitas maka semakin tinggi risiko entitas.
bawaan akun-akun tertentu.
2. Hasil pemeriksaan Semakin banyak temuan pada Pemantauan Aset tetap masih ada Siklus 3
sebelumnya. tahun sebelumnya atas akun tindak lanjut permasalahan hukum; pencatatan Aset
tersebut, maka semakin tinggi risiko pemeriksaan Persediaan masih belum di Tetap dan
bawaannya. sebelumnya. stock opname Persediaan
3. Integritas personel kunci. Semakin rendah kompetensi dan Pemahaman Akun kas diketahui sangat Siklus kas. 2
pengalaman personil entitas, maka entitas. rentan karena bendaharanya
semakin tinggi risiko bawaannya. belum memiliki keahlian
akuntansi yang memadai.
4. Penugasan pertama vs Penugasan pertama pemeriksaan Pemahaman 1
penugasan berulang. atas suatu entitas akan cenderung entitas
ditetapkan risiko bawaan yang lebih Pemantauan
tinggi daripada entitas yang telah tindak lanjut
diperiksa sebelumnya. pemeriksaan
sebelumnya.
Bobot Penilaian
No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait
1 2 3
5. Hubungan dengan pihak- Semakin entitas bertransaksi Prosedur Akun aset tetap jalan Siklus 3
pihak terkait. dengan pihak yang mempunyai analitis dan menjadi sangat rentan ketika pengadaan aset
hubungan istimewa maka semakin pemahaman rekanan yang mengerjakan
rentan transaksi dan akun terkait. SPI. proyek tersebut adalah
saudara dari pimpinan
entitas.
6. Jenis-jenis transaksi Semakin tidak sering transaksi Prosedur Akun aset lainnya yang Siklus 2
(rutin/non-rutin) dan tingkat tersebut, maka semakin tinggi analitis. berkurang menjadi rentan penghapusan
kompleksitasnya. risikonya atau semakin kompleks barangkali ada aset yang aset
transaksi, maka semakin tinggi dihapuskan dan dijual
risiko bawaannya. sehingga menimbulkan
pemasukan.
7. Dorongan dan motivasi klien. 3
8. Tingkat subyektivitas atas Semakin subjektif akun tersebut, Pemahaman Akun piutang pajak yang Siklus 3
pertimbangan-pertimbangan maka semakin tinggi risikonya. tujuan berdasarkan asumsi tertentu pendapatan
yang disyaratkan oleh pemeriksaan dari entitas. pajak.
standar akuntansi. dan harapan
penugasan.
9. Tingkat kerentanan terhadap Beberapa jenis aset mempunyai Laporan Kas, Aset tetap dan Siklus 3
pencurian / penyalahgunaan kerentanan tinggi karena mudah inspektorat dan Persediaan pencatatan Kas,
aset. dibawa/dicuri dan mempunyai nilai Laporan Aset Tetap dan
ekonomis tinggi yang internal SKPD Persediaan
mengakibatkan tingginya risiko atas kehilangan Siklus
bawaaan. pengadaan aset
tetap dan
persediaan
Bobot Penilaian
No. Faktor-faktor Spesifik akun Kriteria Input Akun-akunnya Siklus Terkait
1 2 3
10 Faktor-faktor terkait dengan Semakin rentan siklus/akun Prosedur Akun aset tak berwujud Siklus 1
salah saji dikarenakan terhadap manipulasi atau kerugian analitis. berdasar prosedur analitis penghapusan
adanya kecurangan pada saat dilakukan prosedur terjadi mutasi kurang, maka asset.
terhadap laporan keuangan. analitis, maka semakin tinggi risiko harus diteliti aset tersebut
bawaannya. apakah dihapuskan atau
ditransfer keluar entitas.
Sub Total 3 4 15
TOTAL 22
Kesimpulan Tingkat IR Sedang (70%)
Untuk setiap faktor pengukur, terdapat 3 skor sebagai ukuran nilai dari pengaruh faktor terhadap risiko pemeriksaan yang dapat diterima. Nilai 1 (satu) mewakili nilai
risiko bawaan terendah, dan nilai 3 (tiga) mewakili nilai risiko bawaan tertinggi. Skor nilai untuk masing-masing faktor pengukur diberikan dengan dasar perbandingan
kriteria dan kondisi yang ada serta menggunakan penilaian profesional. Skor nilai total untuk keseluruhan faktor kemudian dijumlahkan. Berdasarkan jumlah nilai
tersebut, ditentukan 3 kategori tingkat risiko bawaan dalam 3 rentang nilai:
10 – 16 : Rendah (30%)
17 – 23 : Sedang (70%)
24 –30 : Tinggi (100%)
Keterangan:
(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Keterangan:
(1) : Diisi dengan entitas yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.
Kolom 2 (Akun)
Diisi dengan nama akun pada laporan keuangan. Misalnya : group akun Aset Tetap terdiri dari Sub Akun Tanah, Bangunan, Jalan, Peralatan dan Mesin, serta
Konstruksi dalam Pengerjaan. Maka kolom 2 akan diisi dengan Sub Akun Tanah, Bangunan, Jalan, Peralatan dan Mesin, dan Konstruksi dalam Pengerjaan.
Pemeriksa dapat mempertimbangkan apakah menggunakan grup Aset Tetap atau masing-masing jenis aset, tergantung pada keadaan di lapangan.
Kolom 3 (Saldo)
Diisi dari Laporan Keuangan Audited tahun 2009, dan nantinya harus disesuaikan dengan kondisi Laporan Keuangan Unaudited Tahun 20xx.
Kolom 4 (Signifikansi)
Signifikansi akun ditentukan dengan kriteria kuantitatif dan judgement professional pemeriksa dengan pertimbangan sebagai berikut.
1) Kriteria kuantitatif adalah planning materiality. Jika saldo akun lebih besar daripada 50% planning materiality maka akun tersebut signifikan. Misalnya : saldo akun
piutang Rp 60 miliar. Planning materiality adalah Rp100 miliar, maka akun piutang signifikan secara kuantitatif (lebih besar dari 50% x Rp100 miliar).
2) Saldo akun mungkin berada dibawah 50% dari planned materiality, tetapi akun tersebut dapat menjadi signifikan berdasarkan pertimbangan nilai transaksi yang
besar dan judgement professional pemeriksa. Misalnya: Akun kas bendahara pengeluaran yang bersaldo Rp23 juta ditetapkan sebagai akun signifikan walaupun
planned materiality sebesar Rp500 miliar. Penetapan ini karena risiko kas di Bendahara Pengeluaran tinggi sehingga adanya kemungkinan kesalahan yang tinggi
pada akun kas ini.
Misal:
1) Akun Kas dipengaruhi transaksi/kegiatan penerimaan (+) dan pengeluaran (-);
2) Akun piutang dipengaruhi oleh Surat Ketetapan Pajak Daerah yang belum dibayar (+), pelunasan piutang pajak (-) dan penghapusan piutang (-);
3) Akun aktiva tetap dapat dipengaruhi oleh transaksi/kegiatan pembelian (+), pembangunan (+), penghapusan (-), penjualan (-), revaluasi (+/-) dan inventarisasi
(+/-); dan lain-lain.
Contoh lain, Menteri yang berafiliasi pada satu parpol, dapat mengakibatkan risiko belanja sosial cenderung tinggi, karena ada kemungkinan belanja sosial untuk
kepentingan karir politik sang menteri kepada konstituennya.
Untuk akun yang dikategorikan signifikan, dapat dipertimbangkan inheren risk cenderung medium sampai high.
Strategi diatas merupakan strategi umum. Pemeriksa dapat menambahkan strategi lain yang lebih spesifik sesuai dengan pertimbangan profesional masing-masing.
Misalnya: untuk akun aset tetap dengan risiko revaluasi tidak wajar, pemeriksa mengusulkan penggunaan tenaga ahli appraisal dari luar BPK atau dari pemeriksa BPK
yang sudah tersertifikasi penilai aset.
Pengeluaran Kas - Pengeluaran tidak dianggarkan -. Terdapat sisa UUDP yang terlambat
dalam APBD dan belum disetorkan oleh bendahara
SKPD
Kas di 720,593 Ya - Pembentukan dana UP - Penggunaan fiktif M - Bendahara terlambat dalam M M M - Tidak menjadi fokus pemeriksaan, tetapi tetap
Bendaharawan meyetorkan UUDP mendapat perhatian
Pengeluaran - Pengeluaran kas - Pengeluaran Tidak semestinya - Prosedur pengujian subtantive terbatas dengan
(Kas bon) penekanan pada asersi kelengkapan dan
eksistensi dan bukti setor UUDP di tahun 2011
- Pencatatan dan pelaporan Aset - Tidak ada pertangungjawaban sebagian pengujian mendalkan pengendalian
penggunaan
- Ketidakcukupan pengungkapan
Kas di 0,00 Tidak - Penerimaan Kas - Penggunaan langsung H Tidak ada temuan untuk akun ini L L H - Tidak menjadi fokus audit
Bendaharawan
- Pencatatan Pendapatan yang - Penggelapan
Penerimaan
Ditangguhkan
- Tidak ada pertanggungjawaban
penggunaannya
Piutang Lainnya 7881,339 Ya - Penerimaan Kas - Piutang tidak tercatat M Tidak ada temuan untuk akun ini L L H - Tidak menjadi fokus audit
- Pencatatan dan penghapusan - Penghapusan illegal - Pengujian dengan prosedur analisis dan uji
piutang akurasi merupakan prosedur utama
Persediaan 3.361,20 Ya - Penerimaan barang - Barang hilang M Beberapa SKPD tidak melakukan cek H H L - menjadi fokus audit
fisik pada 31-12-2010
- Pendistribusian - Salah catat dan pengungkapan Bendahara Barang tidak tertib membuat - Pengujian substantif secara mendalam dengan
laporan mutasi barang prosedur analisis dan uji akurasi dengan
penekanan pada asersi eksistensi dan penilaian
- Pelaporan SKPD tidak tertib melaporkan Tidak mengandalkan pengendalian yang ada
persediaan 31-12-2010 ke Bagian
Keuangan
- Penerimaan Kas - Tidak ada pertanggungjawaban - Pengujian subtantif secara mendalam atas
penggunaannya saldo dan transaksi dengan penekanan pada
asersi kelengkapan, penilaian, keterjadian dan
pengungkapan
ASET TETAP
6.681,72 Ya - Pengeluaran Kas - Pembelian dengan harga tidak H - Prosedur rekonsiliasi antara Bidang H H L - Menjadi fokus audit dan tidak mengandalkan
wajar Perlengkapan dan Bidang Keuangan cq pengendalian
Akuntansi tidak optimal dan sampai
dengan audit interim berakhir, bagian
perlengkapan belum membuat Buku
Inventaris Pemda
Tanah - Pencatatan dan penghapusan - Inventarisasi tidak lengkap - Belum dilakukan sertifikasi atas tanah - Pengujian substantif baik untuk transaksi
Aset Tetap yang dimiliki Pemda maupun saldo, dengan menekankan pada
eksistensi, valuasi,dan kepemilikan
pengungkapan
- Tanah tidak tercatat dan tidak - Apprisal baru dilakukan 4 dari 7 - Jumlah sampel banyak
dilaporkan kecamatan atas aset hibah dari
Lampung Selatan, dan atas hasil
apprisal ini belum dicacat pada Neraca
83.750,47
Jalan. Irigasi dan
Jaringan
9.862,60
Aset Tetap lainnya
Tagihan Tuntutan 8.677,50 Tidak Penerimaan kas dan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak ada temuan untuk akun ini L L H Tidak menjadi Fokus audit
Ganti Kerugian pencatatan/penghapusan aset
Daerah
Aset Lain-Lain 0,00 Tidak Penerimaan kas dan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak ada temuan untuk akun ini L L H Tidak menjadi Fokus audit
pencatatan/penghapusan aset
KEWAJIBAN
Utang Perhitungan 24,21 Tidak Pengeluaran Kas Tidak tercatat dan dilaporkan L Terdapat setoran pajak atas SP2D yang L L H Tidak menjadi Fokus audit
Pihak Ketiga batal
Utang Jangka 9.313,74 Ya Pengeluaran Kas - Pembayaran utang retensi sesuai M Tidak ada temuan untuk akun ini M M M - Tidak menjadi fokus pemeriksaan, tetapi tetap
Pendek Lainnya dengan prestasi fisik mendapat perhatian
PENDAPATAN
Pendapatan Asli 13.229,97 Ya Penerimaan Kas - PAD tidak ditagih dan tidak disetor H - untuk Retribusi tidak melalui H H L - menjadi fokus audit
Daerah ke Kasda/rekening penerimaan penetapan SKRD tetapi hanya melalui
kuitansi/tanda terima
Pencatatan dan pelaporan piutang - PAD tidak disetor ke rekening - PAD yang dipungut oleh SKPD disetor - pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
kasda kepada Dispenda, tidak langsung ke dengan menekankan pada asersi kelengkapan
Rekening Kas Daerah, dan kemudian dan keterjadian.
Dispenda yg menyetorkan ke Kas
Daerah. Atas penyetoran SKPD kepada
Dispenda tidak dilakukan rekonsiliasi
penerimaan
- Perhitungan tarif tidak sesuai - Sample luas dengan jumlah yang banyak
dengan ketentuan
- Perbedaan pencatatan antara - Terdapat penggunaan langsung atas
SKPD Pengelola dengan BUD retribusi pelayanan umum dan retribusi
calon pengantin pada Dinas Kesehatan
Pencatatan dan pelaporan piutang - Perhitungan tarif tidak sesuai - Bagian Keuangan kurang melakukan - pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
dengan ketentuan koordinasi dengan BUD Provinsi untuk dengan menekankan pada asersi kelengkapan
mengetahui hak Kab. Pesawaran atas dan keterjadian.
pendapatan transfer dari Provinsi
Lain-lain 8.000,00 Tidak Pencatatan dan pelaporan Tidak tercatat dan dilaporkan L Tidak pernah ada temuan mengenai hal L L H - Tidak menjadi fokus audit dan mengandalkan
Pendapatan yang ini pengendalian
sah
- Pengujian subtantif dilakukan dengan prosedur
analitis dan uji akurasi.
BELANJA
Belanja Pegawai 299.162,15 Ya - Pengeluaran Kas - Pembayaran gaji kepada pegawai M Tidak pernah ada temuan mengenai hal L L H - Tidak menjadi fokus audit dan mengandalkan
yang tidak aktif ini pengendalian
- Pencatatan dan Pelaporan - Perhitungan gaji salah - Pengujian subtantif dilakukan dengan prosedur
Kewajiban analitis dan uji akurasi.
Belanja Barang 79.479,38 Ya - Pengeluaran kas - SPJ fiktif H Pekerjaan Jasa Konsultan tidak M H L - Menjadi fokus audit
dikapitalisasi ke aset
Akun terkait: - Pencatatan dan pelaporan Aset - Pembebanan mata anggaran tidak Pekerjaan Rehab bangunan tidak - Pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
Tetap tepat dikapitalisasi ke aset dengan menekankan pada asersi kelengkapan
dan keterjadian. Lihat pula strategi audit untuk
persediaan dan aktiva tetap (jika ada).
Akun terkait: - Pencatatan dan pelaporan Aset -Terdapat pengadaan belanja modal yg - Pengujian subtantive untuk saldo dan transaksi
Tetap realisasinya diberikan kepada kelompok dengan menekankan pada asersi kelengkapan
masyarakat dan masih tercatat pada dan keterjadian. Lihat pula strategi audit untuk
aset Neraca Pemda aset tetap dan aktiva tidak berwujud (jika ada)
Aset Tetap - Pembebanan mata anggaran tidak Pekerjaan Lapen pada Dinas PU batal - Sample luas dan jumlahnya banyak
tepat direalisasikan karena ketidakmampuan
kontraktor. Atas kejadian ini jaminan
pelaksanaan belum dicairkan oleh PPTK
Pengungkapan - - Proses Penyusunan laporan Pengungkapan yang tidak memadai, H - Pengungkapan kebijakan akuntansi H H L - Menjadi fokus audit.
keuangan konsolidasian mencukupi atau berlebihan tidak lengkap
- penggunaan Dana Dana Bantuan Prosedur analitis dan uji akurasi menjadi fokus
Bencana Alam yang diterima dari Badan utama
Nasional Penanggulangan Bencana
pada Dinas PU tidak melalui mekanisme
APBD sehingga tidak dicatat dan
diungkapkan dalam Laporan Keuangan
BAB 4
MATERIALITAS DAN TOLERABLE ERROR
Penerapan materialitas pada bab ini lebih ditujukan untuk perencanaan pemeriksaan
yang meliputi kedalaman dan cakupan pemeriksaan. Sedangkan penerapan
materialitas untuk tujuan penentuan opini dapat dilihat pada Bab 9 Panduan
Penyusunan Opini.
Pemerintah Kabupaten ABC, tahun sebelumnya memperoleh opini WTP, maka tingkat
materialitas yang dapat ditetapkan s.d. 5%. Berdasarkan penilaian risiko pada waktu
pemeriksaan pendahuluan, pemeriksa menyimpulkan bahwa risiko bawaan adalah “sedang”.
Dengan demikian, tingkat materialitas yang dapat ditetapkan untuk pemeriksaan saat ini yakni:
Pemerintah Kabupaten ABCD dengan tingkat materialitas yang sudah ditetapkan sebesar
3,60%. Total realisasi belanja (nilai sebelum audit) sebesar Rp466.160.251.000,00.
Perhitungan nilai PM untuk pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD
sebagai berikut.
Tabel 4.3 Contoh Perhitungan PM
PM : 3,6% X Rp466.160.251.000,00 =
Rp16.781.769.036,00
N
TE = PM *
T
Keterangan:
TE = batas minimal salah saji pada akun yang bersangkutan
PM = nilai PM hasil perhitungan
N = nilai saldo akun yang bersangkutan (akun-akun neraca atau LRA)
T = jumlah nilai saldo seluruh akun neraca atau LRA yang akan diberikan alokasi PM
Worksheet Perhitungan Batas Kesalahan yang Dapat Ditolerir (Tolerable Error /TE)
Perhitungan PM
Jumlah yang Mendasari (Total Realisasi 466.160.251.000,00
Belanja)
Tingkat Materialitas 3,60%
Planning Materiality (PM) 16.781.769.036,00
1 2 3 4 5 6
NERACA
ASET
ASET LANCAR
Kas dan Bank
Kas di Kas Daerah 48.609.629.944,00 48.609.629.944,00 8.390.884.518,00 48.609.629.944,00 500.000,00
Kas di Bendahara Pengeluaran 692.605.027,00 692.605.027,00 8.390.884.518,00 692.605.027,00 500.000,00
Kas di Bendahara Penerimaan 55.550.274,00 55.550.274,00 8.390.884.518,00 55.550.274,00 500.000,00
Kas di Bendahara BLU - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Investasi Jangka Pendek - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Pajak Daerah 618.161.790,00 618.161.790,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Retribusi Daerah 31.034.862,00 31.034.862,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang PAD Lainnya - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Piutang Dana Bagi Hasil dari Pusat - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
ASET TETAP
Tanah 184.417.773.886,00 184.417.773.886,00 8.390.884.518,00 184.417.773.886,00 2.610.983.701,74
Peralatan dan Mesin 137.774.484.240,00 137.774.484.240,00 8.390.884.518,00 137.774.484.240,00 1.950.608.801,34
Gedung dan Bangunan 302.018.438.363,00 302.018.438.363,00 8.390.884.518,00 302.018.438.363,00 4.275.971.906,47
Jalan, Irigasi, dan Jaringan 464.275.829.690,00 464.275.829.690,00 8.390.884.518,00 464.275.829.690,00 6.573.209.289,37
Aset Tetap Lainnya 20.999.810.200,00 20.999.810.200,00 8.390.884.518,00 20.999.810.200,00 297.314.955,15
Konstruksi dalam Pengerjaan 4.812.634.600,00 4.812.634.600,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Akumulasi Penyusutan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH ASET TETAP 1.114.298.970.979,00
DANA CADANGAN
Dana Cadangan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH DANA CADANGAN -
ASET LAINNYA
Tagihan Penjualan Angsuran - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Tuntutan Perbendaharaan - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Tagihan Tuntutan Ganti Rugi - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Aset Tak Berwujud - - 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Aset Lain-Lain 11.209.540.700,00 11.209.540.700,00 8.390.884.518,00 11.209.540.700,00 158.704.486,31
JUMLAH ASET LAINNYA 11.209.540.700,00
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 292.873.088,00 292.873.088,00 8.390.884.518,00 292.873.088,00 4.146.492,19
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 48.316.756.856,00
(SiLPA)
Pendapatan yang Ditangguhkan 55.550.274,00
Cadangan Piutang 6.340.580.607,11
Cadangan Persediaan 1.506.989.802,00
Cadangan Belanja Dibayar Dimuka -
Dana yang Harus Disediakan utk
Pembayaran Utang Jangka Pendek
-
JUMLAH EKUITAS DANA LANCAR 56.219.877.539,11
Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi sesuai nama akun sesuai dengan LK Unaudited
Kolom 2: Diisi sesuai saldo akun dalam LK Unaudited
Kolom 3: Diisi sesuai dengan akun-akun yang akan diperiksa (selain ekuitas dana)
Kolom 4: Diisi sesuai dengan nilai batas akun signifikan, yakni 50% dari PM
Kolom 5: Diisi sesuai dengan nilai saldo akun yang dianggap signifikan dalam LK Unaudited. Di dalam perhitungan
akun signifikan di atas memasukkan juga diantaranya akun Kas di Bendahara Pengeluaran dan Kas di Bendahara
Penerimaan serta akun lainnya yang signifikan "by nature"
Kolom 6: Diisi alokasi PM dalam perhitungan TE masing-masing akun berdasarkan proporsinya, dengan
pertimbangan profesional lainnya. Misalnya, TE untuk akun Kas dibatasi sampai dengan jumlah yang sangat minimal
(sebesar nilai pembukaan rekening di bank) dikarenakan sifatnya yang sangat berisiko "by nature"
Worksheet Perhitungan Batas Kesalahan yang Dapat Ditolerir (Tolerable Error /TE)
Perhitungan PM
Jumlah yang Mendasari (Total 466.160.251.000,00
Realisasi Belanja)
Tingkat Materialitas 3,6%
Planning Materiality (PM) 16.781.769.036,00
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -
DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak 21.283.985.583,00 21.283.985.583,00 8.390.884.518,00 21.283.985.583,00 500.000,00
Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 2.689.291.952,00 2.689.291.952,00 8.390.884.518,00 2.689.291.952,00 500.000,00
Dana Alokasi Umum 330.359.350.000,00 330.359.350.000,00 8.390.884.518,00 330.359.350.000,00 500.000,00
Dana Alokasi Khusus 64.583.000.000,00 64.583.000.000,00 8.390.884.518,00 64.583.000.000,00 500.000,00
JUMLAH TRANSFER DANA 418.915.627.535,00
PERIMBANGAN
BELANJA
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai 255.282.419.185,00 255.282.419.185,00 8.390.884.518,00 255.282.419.185,00 4.445.433.645,32
Belanja Barang dan Jasa 76.248.838.487,00 76.248.838.487,00 8.390.884.518,00 76.248.838.487,00 1.327.781.024,28
Belanja Bunga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Subsidi 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Hibah 1.576.100.000,00 1.576.100.000,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bantuan Sosial 13.664.887.166,00 13.664.887.166,00 8.390.884.518,00 13.664.887.166,00 237.957.433,03
JUMLAH BELANJA OPERASI 346.772.244.838,00
BELANJA MODAL
Belanja Tanah 1.093.396.870,00 1.093.396.870,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Peralatan dan Mesin 20.892.525.730,00 20.892.525.730,00 8.390.884.518,00 20.892.525.730,00 363.817.990,73
Belanja Gedung dan Bangunan 51.535.504.396,00 51.535.504.396,00 8.390.884.518,00 51.535.504.396,00 897.428.291,00
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 41.246.831.166,00 41.246.831.166,00 8.390.884.518,00 41.246.831.166,00 718.263.527,95
Belanja Aset Tetap Lainnya 4.607.148.000,00 4.607.148.000,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Belanja Aset Lainnya 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH BELANJA MODAL 119.375.406.162,00
TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL
PENDAPATAN KE DESA
Bagi Hasil Pajak ke Desa 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagi Hasil Retribusi ke Desa 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Desa 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
PEMBIAYAAN
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Penggunaan SiLPA 61.996.939.938,00 61.996.939.938,00 8.390.884.518,00 61.996.939.938,00 500.000,00
Pencairan Dana Cadangan 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Perusahaan Negara
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Perusahaan Daerah
Penerimaan Kembali Pinjaman Kepada 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Pemerintah Daerah Lainnya
Penerimaan Kembali Pinjaman angsuran 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Berjangka
Penerimaan Kembali Dana Bergulir 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Utang Perhitungan Pihak Ketiga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
(PPK)/Utang Belanja
Penerimaan Piutang Daerah 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penerimaan Selisih Pihak Ketiga 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 61.996.939.938,00
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembentukan Dana Cadangan 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Penyertaan Modal Pemerintah 0,00 0,00 8.390.884.518,00 0,00 0,00
Daerah
Cara Pengisian:
Kolom 1: Diisi sesuai nama akun sesuai dengan LK Unaudited
Kolom 2: Diisi sesuai saldo akun dalam LK Unaudited
Kolom 3: Diisi sesuai dengan akun-akun yang akan diperiksa
Kolom 4: Diisi sesuai dengan nilai batas akun signifikan, yakni 50% dari PM
Kolom 5: Diisi sesuai dengan nilai saldo akun yang dianggap signifikan dalam LK Unaudited. Di dalam
perhitungan akun signifikan di atas memasukkan juga diantaranya akun Pendapatan Pajak Daerah,
Pendapatan Retribusi Daerah, serta akun lainnya yang signifikan "by nature"
Kolom 6: Diisi alokasi PM dalam perhitungan TE masing-masing akun berdasarkan proporsinya, dengan
pertimbangan profesional lainnya. Misalnya, TE untuk akun Pendapatan Transfer dan Silpa dibatasi
sampai dengan jumlah yang sangat minimal (sebesar nilai pembukaan rekening di bank) dikarenakan
sifatnya yang sangat berisiko "by nature"
Penetapan PM/TE secara : [nilai PM/TE disertai dengan rujukan pada KKP penetapan
kuantitatif PM atau TE secara kuantitatif]
Jumlah salah saji yang : [nilai salah saji yang ditemukan pada LK atau akun]
ditemukan pada LK/Akun
BAB 5
UJI PETIK PEMERIKSAAN (AUDIT SAMPLING)
Risiko
Akun Risiko Bawaan Risiko Gabungan
Pengendalian
Risiko Bawaan
High H H M
Risiko Pengendalian
Medium H M L
Low M L L
2) Penentuan persentase coverage pemeriksaan berdasarkan rating risiko
gabungan:
belum pernah diperiksa selama ini. Total nilai cakupan pemeriksaan adalah
Rp180milyar. Pemeriksa dapat menambah cakupan pemeriksaan menjadi
Rp200milyar, jika hal tersebut dianggap layak dan sumber daya yang ada
memadai.
2) Memilih bidang-bidang atau unit-unit dibawah SKPD sehingga nilai coverage
pada SKPD terpenuhi, missal: SKPD A, Rp40milyar, sampel terpilih adalah
Bidang A1 dan A2 yang memiliki nilai realisasi belanja masing-masing
Rp15milyar dan Rp25milyar. Pertimbangan untuk memilih bidang/unit dapat
berdasarkan nilai, risiko, jumlah satker, pertimbangan pemeriksaan
sebelumnya atau hal lain yang menurut pemeriksa lebih layak.
Secara umum tahap-tahap yang harus dilakukan baik dalam pelaksanaan uji
petik dengan pendekatan non-statistik maupun statistik adalah sebagai berikut.
1) Penentuan tujuan pengujian
3) prosedur analitis.
Berkaiatan dengan tujuan uji petik untuk menguji approval dan authorization
dalam penerbitan SPM, maka populasinya adalah jumlah seluruh SPM yang
diterbitkan dalam periode tersebut. Sedangkan unit uji petiknya dapat berupa
beberapa SPM yang diterbitkan pada bulan-bulan tertentu sesuai dengan
pertimbangan pemeriksa.
3) Penentuan ukuran sampel
Contoh :
(1)) Pemeriksa menemukan adanya kelemahan dalam sistem pemungutan
dan penyetoran Pendapatan Daerah, maka pemeriksa melakukan uji
substantif pada bukti-bukti yang mengarah pada permasalahan, antara
lain: Surat Ketetapan Pajak Daerah/SKPD atau SKRD, bukti-bukti setor
atau surat tanda setoran, nota debet atau nota kredit, rekening koran
dan lain-lain.
(2)) Pemeriksa menemukan adanya kelemahan dalam system pembayaran
Belanja Pegawai, maka pemeriksa melakukan uji substantif pada bukti-
bukti yang mengarah pada permasalahan, antara lain: SP2D belanja
pegawai ke SKPD, jumlah pegawai sesuai data kepegawaian di BKD,
daftar nominatif dan kuitansi penerimaan gaji dari pegawai, dan lain-
lain.
(3)) Belanja sosial (bansos) tanpa prosedur pertanggung- jawaban, maka
pemeriksa melakukan uji substantif pada rincian pengeluaran bansos,
dasar/bukti-bukti pengeluaran bansos, dokumen penyerahan bansos
ke sasaran dan sebagainya.
(2) Jika pengelolaan kas di Bendahara Pengeluaran tidak tertib atau tidak
menyelenggarakan Buku Kas Umum dan buku-buku pembantu lainnya,
pemeriksa harus melakukan cash opname dan pengujian atas bukti-bukti
pertanggungjawaban uang persediaan dan bukti setor kembali ke Kas
Daerah.
(3) Jika tujuan langkah pemeriksaan sudah jelas, misalnya untuk menemukan
belanja akhir tahun yang pertanggungjawabannya tidak valid maka sampel
yang dipilih adalah dokumen-dokumen belanja yang terjadi akhir tahun.
(4) Jika dalam analytical review, pemeriksa melihat adanya hubungan tidak
normal antar akun, misal akun belanja modal dengan aset tetap, atau
adanya tren yang tidak normal misal realisasi belanja modal menumpuk di
akhir tahun, maka sampel yang akan dipilih difokuskan pada berita-berita
acara serah terima di akhir tahun karena kemungkinan besar terdapat
proyek yang belum selesai akan tetapi berita acara sudah dibuat selesai
dan dibayar. Jika terjadi ketidaksejalanan antara perubahan belanja
pegawai dengan perubahan jumlah pegawai entitas, pemeriksa disarankan
agar melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja pegawai tersebut
untuk bulan-bulan dimana terjadi kondisi tersebut.
(5) Jika terjadi belanja yang signifikan diluar siklus yang normal, disarankan
agar pemeriksa melakukan sampling terhadap belanja tersebut. Contoh:
pengeluaran belanja yang signifikan pada Badan Koordinasi Penanganan
Bencana umumnya terjadi pada saat terjadi bencana atau satu sampai
dengan dua bulan setelah terjadinya bencana. Oleh karena itu, jika terjadi
pengeluaran belanja yang signifikan pada periode bulan keempat setelah
terjadinya bencana atau sebelum terjadinya bencana, disarankan agar
pemeriksa melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja tersebut.
(6) Jika terjadi pola pengeluaran belanja yang tidak biasa, disarankan agar
pemeriksa melakukan sampling terhadap pengeluaran belanja tersebut.
Contoh: Pencairan SP2D oleh SKPD di akhir tahun anggaran yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan pencairan SP2D bulan-bulan
sebelumnya. Jika hal tersebut terjadi, disarankan agar pemeriksa
melakukan uji petik pengeluaran belanja pada SKPD A pada bulan-bulan
tersebut.
Dalam memilih unit sampel berupa akun yang akan disampel dan diuji,
pemeriksa mempertimbangkan siklus akun terkait. Misalnya: ketika pemeriksa
memutuskan akan mengambil sampel akun belanja modal, maka pemeriksa
sekaligus akan mengambil sampel pada akun aktiva tetap terkait belanja
modal tersebut.
5) Evaluasi Hasil Uji Petik
(3) Unsur tindak pidana. Jika terdapat unsur tindak pidana dalam satu temuan
maka pemeriksa harus waspada dan berupaya memperluas pengujian
untuk mendapatkan keyakinan awal bahwa indikasi tindak pidana eksis
atau tidak. Pemeriksa sebaiknya mempertimbangkan bahwa tindak pidana
tersebut mempengaruhi kewajaran akun.
(4) Penyebab kesalahan apakah disebabkan oleh sistem aplikasi atau
kesalahan personil. Jika kesalahan disebabkan karena kelemahan sistem
aplikasi maka kemungkinan besar kesalahan akan mempengaruhi
kewajaran akun.
6) Mendokumentasikan perencanaan, pemilihan, pengujian dan evaluasi hasil.
yang diperiksa. Dalam hal ini diketahui bahwa jumlah SPM yang telah
diterbitkan adalah 20.000 lembar sehingga populasinya adalah 20.000 dan
unit samplingnya adalah dokumen SPM beserta dokumen pendukungnya.
(3) Penentuan ukuran sampel
Medium 6%-10%
Low 3%-5%
Jika dari hasil uji petik ditemukan kesalahan/deviasi lebih kecil atau sama
dengan NTE, maka hasil uji petik tersebut mendukung kesimpulan tentang
tingkat keandalan (ARACR) serta tingkat UEL. Misalnya, jika dengan
tingkat keyakinan 95%, EER 2% serta UEL 5% yang ditetapkan didapatkan
nilai NTE sama dengan 6, dan hasil uji petik ditemukan deviasi sebanyak 5,
maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif namun
terdapat risiko sebesar 5% bahwa pemeriksa salah memberikan
kesimpulan. Bila tidak demikian, misalnya ditemukan deviasi lebih dari
pada 6, maka pemeriksa perlu memperbaiki tingkat EER ataupun ARACR
yang ditetapkan. Baik deviasi yang ditemukan lebih besar maupun lebih
kecil daripada NTE, pemeriksa perlu meng-update matriks penilaian risiko
terutama jika ada perubahan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
pada tahap penilaian risiko.
Contoh penggunaan metode uji petik atribut (attribute sampling) dapat dilihat
pada Boks 1 di bawah ini.
Boks 1
CONTOH PENERAPAN METODE UJI PETIK ATRIBUT (ATTRIBUTE SAMPLING)
Sebagai bagian dari pengujian atas pos belanja, pemeriksa melakukan pengujian
pengendalian terhadap otorisasi Surat Perintah Membayar (SPM).
Penetapan tujuan pengujian: uji petik ini dilakukan untuk menguji apakah proses
pengendalian dalam penerbitan SPM sebagai dokumen otorisasi untuk transaksi belanja
berjalan efektif.
Penetapan atribut dan deviasi: Karena pengujian ditujukan untuk mengetahui
pengendalian terhadap otorisasi SPM, maka atributnya yang ditetapkan adalah SPM
telah diotorisaasi oleh Pengguna Anggaran, sedangkan deviasinya adalah jika ada SPM
yang dicairkan namun tidak diotorisasi atau diotorisasi tapi tidak oleh pejabat yang
berwenang.
Pendefinisian populasi dan unit sampling: Populasi yang akan diambil sampelnya berupa
20.000 lembar SPM.
Penentuan metode pemillihan sampel: simple random sampling.
Penetapan TER: Pemeriksa menetapkan tingkat tolerable error (TER) sebesar 5%.
Penetapan tingkat keandalan: Pemeriksa menetapkan tingkat keandalan sebesar 95%,
atau tingkat ARACR (risiko menilai risiko pengendalian terlalu rendah) sebesar 5%.
Penetapan EER: Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya pemeriksa menetapkan
expected error rate (EER) sebesar 2%.
Penentuan ukuran sampel ditetapkan dengan merujuk pada table ukuran sampel untuk uji
petik atribut dengan tingkat keandalan/keyakinan 95% seperti yang tercantum pada
Lampiran 5.1. Pada tabel tersebut dengan tingkat keyakinan 95%, pilih EER sebesar 2%
dan TER sebesar 5%, diperoleh jumlah sampel sebesar 181 unsur. Dengan melihat tabel
tersebut, selain diperoleh ukuran sampel, juga diperoleh nilai NTE (kesalahan yang masih
dapat diterima) yang ditunjukkan dengan angka dalam kurung disamping ukuran sampel,
yaitu 4.
Pemilihan sampel: Setelah jumlah sampel yang harus dipilih diketahui, maka pemeriksa
harus memilih sampel tersebut dari keseluruhan populasi. Dalam hal ini pemeriksa harus
memilih 181 unsur diantara 20.000 lembar SPM yang ada. Teknik penyeleksian 181 unsur
dari 20.000 dapat dilakukan dengan memilih teknik pemilihan sampel tertentu, misalnya
simple random sampling.
. Pelaksanaan pengujian: Setelah 181 SPM terpilih sebagai sampel, pemeriksa memeriksa
atribut yang ditetapkan sebelumnya, berupa SPM yang ditandatangani oleh Pengguna
Anggaran. Pemeriksa harus mencatat berapa kali ia menemukan SPM yang tidak
diotorisasi dengan semestinya.
. Evaluasi hasil uji petik: Misalnya, setelah memeriksa 181 SPM, pemeriksa menemukan
terdapat 3 lembar SPM yang tidak diotorisasi dengan semestinya, jumlah kesalahan
tersebut kemudian dibandingkan dengan NTE yang diperoleh sebelumnya, yaitu 4. Karena
jumlah kesalahan yang diperoleh masih lebih kecil dari nilai NTE, maka pemeriksa dapat
menyimpulkan bahwa pengendalian telah berjalan efektif namun terdapat risiko sebesar
5% bahwa pemeriksa salah memberikan kesimpulan.
Dalam juknis ini, uji petik satuan mata uang ditetapkan untuk digunakan
dalam pengujian substantif. Karena itu tujuan yang ditetapkan adalah
menguji apakah akun-akun yang terdapat pada laporan keuangan telah
disajikan secara wajar.
(2) Mendefinisikan populasi dan unit samplingnya. Misalnya, untuk pengujian
substantif atas transaksi belanja, ditetapkan populasi adalah seluruh SPM
yang telah diterbitkan dan telah dicairkan melalui penerbitan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D) dari BUD selama tahun anggaran yang diperiksa.
Dalam hal ini diketahui bahwa jumlah SPM yang telah diterbitkan adalah
20.000 lembar sehingga populasinya adalah 20.000 dan unit sampling-nya
adalah dokumen SPM beserta dokumen pendukungnya.
(3) Menentukan tingkat reliability factor untuk risk of incorrect acceptance (β
risk). Risk of incorrect acceptance (β risk) adalah risiko yang masih dapat
diterima oleh pemeriksa karena telah menerima bahwa hasil uji petik
mendukung kesimpulan bahwa saldo yang tercatat tidak mengandung
salah saji material padahal sebenarnya terdapat salah saji material. Untuk
memilih nilai β risk auditor harus menggunakan judgment dan
mempertimbangkan risiko. Namun, mengingat kondisi akuntabilitas
pemerintah yang saat ini masih banyak memiliki kelemahan sistem
pengendalian dalam hampir semua kegiatan/transaksi maka β risk yang
layak dipilih adalah 1-10%. Namun juga auditor memiliki pertimbangan lain
yang layak maka auditor dapat memiliki tingkat risiko β yang lain.
(4) Menentukan tolerable misstatement, expected misstatement, dan
expansion factor. Tolerable misstatement adalah sama dengan tolerable
error per akun yang telah dialokasikan pada saat penentuan tolerable error.
Expected misstatement adalah perkiraan nilai kesalahan yang mungkin
terjadi. Untuk menentukan EM maka auditor harus mempertimbangkan
temuan-temuan tahun sebelumnya atau hasil pemeriksaan interim. Jika
auditor menghitung EM maka Expansion Factor harus dipilih menggunakan
tabel pada lampiran 5.2.
(5) Penentuan ukuran sampel
Keterangan:
N : Ukuran Sampel
BV : Nilai buku (Nilai yang tercatat untuk setiap unsur)
RF : Faktor keandalan (Reliability Factor), yaitu suatu faktor untuk
menyatakan risiko atas penerimaan yang salah, dengan asumsi tidak
ada kekeliruan (nol kekeliruan). RF 0 (untuk kekeliruan yang
diharapkan = nol, atau U) disajikan pada Lampiran 5.2.
TM : Salah saji yang dapat diterima (Tolerable Misstatement), yaitu salah
saji maksimum yang boleh ada dalam populasi tanpa membuat
laporan keuangan dianggap memberikan pandangan/ pengarahan
yang salah (misleading).
EM Salah saji yang diharapkan (Expected Misstatement), yaitu estimas
Pemeriksa pemeriksa atas salah saji moneter dalam populasi.
Biasanya hal ini diestimasikan berdasarkan pengalaman masa lalu
dan pengetahuan mengenai entitas yang diperiksa
EF : Faktor ekspansi (Expansion Factor), yaitu suatu faktor atas salah saji
yang diharapkan, juga menggambarkan penerimaan yang salah. Nilai
faktor ekspansi disajikan pada Lampiran 5.2.
(1))Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel dapat dilakukan dengan menggunakan software
pemeriksaan seperti ACL dengan memasukkan perintah random
setelah memasukkan beberapa parameter seperti yang telah
disebutkan di atas, atau secara manual dengan menggunakan tabel
nomor acak seperti telah diilustrasikan pada bagian metode pemilihan
sampel.
(2))Melakukan prosedur pemeriksaan
Lakukan prosedur pemeriksaan terhadap sampel yang terpilih sesuai
dengan tujuan pemeriksaan yang ingin dicapai.
(7) Evaluasi Hasil Uji Petik
Ket:
Max : Salah saji moneter maksimum
BV : Nilai buku
UMLx : Batas atas salah saji (upper misstatement limit)
N : Jumlah/ukuran sampel
Dengan tidak adanya salah saji, nilai tersebut akan merupakan batasan
dasar (basic bound). Apapun hasil pengujian sampel, pemeriksa akan
selalu mengestimasikan jumlah moneter maksimum dari overstatement
setidaknya sebesar batasan dasar (basic bound) untuk tingkat risiko
yang telah ditetapkan.
2) Kesalahan (tainting)
Contoh penggunaan metode MUS dapat dilihat pada Boks di bawah ini.
Boks 2 :
CONTOH PENERAPAN METODE UJI PETIK SATUAN MATA UANG
(MONETARY UNIT SAMPLING)
Pemeriksa menggunakan metode uji petik satuan mata uang untuk menilai
kewajaran saldo piutang. Akun piutang bernilai Rp50.000.000.000, pemeriksa
mentolerir risiko beta sebesar 5%, Besarnya kesalahan maksimum yang dapat
ditolerir adalah Rp600.000.000 pemeriksa memperkirakan adanya kesalahan
sebesar Rp50.000.000.
Diasumsikan bahwa pekerjaan lapangan menunjukkan bahwa terdapat dua
overstatement, yaitu Rp5.000.000 dari nilai buku Rp10.000.000 dan
Rp16.000.000 dari nilai buku Rp20.000.000.
Dari contoh tersebut, maka diketahui:
BV = 50.000.000.000
TM = 600.000.000
β = 5%
EM = 50.000.000
RF = 3 (Lihat lampiran 5.2 RF dengan risiko 5%)
EF = 1,6 (Lihat lampiran 5.2 EF dengan risiko 5%)
UML0 = 3 (Lihat lampiran 5.3 UML dengan risiko 5%)
UML1 = 4,8 (Lihat lampiran 5.3 UML dengan risiko 5%)
UML2 = 6,3 (Lihat lampiran 5.33 UML dengan risiko 5%)
1. Hitung ukuran sampel n:
= 288 unsur
2. Hitung tainting t1 dan t2:
t1 = Rp5.000.000/10.000.000 = 0,5
t2 = Rp16.000.000/20.000.000 = 0,8
3. Hitung Max :
= 885.416.667
4. Kesimpulan
Dengan hasil di atas, auditor 95 persen yakin bahwa nilai moneter dari
overstatement dalam akun piutang tidak melebihi Rp885.416.667. Namun
karena nilai ini melebihi TM, yaitu Rp600 juta, maka pemeriksa mungkin
menolak BV berdasarkan hasil pengujiannya.
Lampiran 5.1
Lampiran 5.2
Lampiran 5.3
BAB 6
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
1) KKP Indeks A
KKP Indeks A meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa dalam tahap
perencanaan pemeriksaan yang menghasilkan surat tugas, P2, PKP, Pemahaman
Entitas, Stuktur Organisasi, Peraturan-peraturan terkait LKPD, Pemahaman Sistem
Pengendalian Intern, Pemahaman dan Penilaian Risiko, dan Prosedur Analitikal
Awal.
Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi A.1, A.2, A3,…,A19. Indeksasi secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
2) KKP Indeks B
Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi B.1, B.2, B3,….,B11. Indeksasi secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
Pengujian akun-akun Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran yang dibuat KKP-
nya adalah akun dengan indeks tiga digit. Setiap akun tersebut disusun satu
kesatuan dengan urutan sebagai berikut:
(1) Lembar Sampul (cover sheet) disingkat CS, format dapat dilihat pada
Lampiran 6.2;
(2) Hasil Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan disingkat HP3, format dapat dilihat
pada Lampiran 6.3;
(3) Lembar Utama (lead schedule) disingkat LS, format dapat dilihat pada
Lampiran 6.4;
(4) Lembar Pendukung (supporting schedule) disingkat SS, format dapat dilihat
pada Lampiran 6.5;
(5) Lembar Pelaksanaan Pengujian Substantif (substantive test) disingkat ST;
(6) Lembar Pelaksanaan Pengujian Pengendalian (control test) disingkat CT ;
Sebagai contoh KKP pengujian akun Kas di Kas Daerah dengan kode indeks
B.1.1.1 mempunyai dua lembar pendukung dan enam prosedur pengujian
substantif, penomoran KKP-nya adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1 Kode Indeksasi akun Kas di Kas Daerah
6 Lembar B.1.1.1.CT.01
Pelaksanaan
Pengujian
Pengendalian
Setiap bukti/dokumen yang diperoleh dari entitas, analisis yang dibuat oleh
pemeriksa dan diperoleh dari pihak ketiga harus diberikan nomor indeksasi.
Untuk setiap koreksi atas akun harus didokumentasikan pada lembar induk, jurnal-
jurnal tersebut akan dikumpulkan dalam KKP Daftar Jurnal Koreksi yang terlebih
dahulu disetujui oleh Pengendali Teknis sebelum diajukan kepada auditee. Jurnal
koreksi yang diajukan oleh pemeriksa diberi kode PAJE#XX (XX= nomor dua digit)
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4
Panduan Pemeriksaan LKPD Bab 6 Kertas Kerja Pemeriksaan
dan jurnal reklasifikasi diberi kode PRJE#XX. Contoh dapat dilihat pada KKP dalam
bentuk CD yang merupakan satu kesatuan dengan panduan ini. Sedangkan jurnal
koreksi yang diajukan oleh entitas diberi kode CAJE#XX. Namun demikian
pengajuan jurnal oleh auditee belum ada dasar hukum yang mengatur apakah
diperbolehkan audite mengajukan jurnal koreksi setelah dilakukannya penyerahan
LKPD oleh kepala daerah untuk diperiksa.
3) KKP Indeks C
KKP Indeks C meliputi catatan dan/atau hasil pekerjaan pemeriksa dalam tahap
pelaporan pemeriksaan.
Untuk setiap tahapan diberikan indeksasi C.1, C.2, C3, dan C.4 Indeksasi secara
keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 6.1.
6.5.2 Penyusunan KKP
KKP disusun memuat informasi mengenai identitas BPK (simbol dan nama),
pernyataan “Kertas Kerja Pemeriksaan”, entitas dan tahun yang diperiksa, nomor kode
indeks KKP, nama/initial, tanggal dan paraf, simbol analisis (tickmark) dan pemberian
referensi Silang (cross reference).
6.5.3 Pemberian Tanda Simbol Analisis (Tickmarks)
Tickmarks adalah tanda berupa simbol/huruf/angka yang digunakan untuk
menandakan bahwa suatu prosedur pemeriksaan telah dilakukan oleh pemeriksa, atau
menandakan pemberian penjelasan lebih lanjut atas suatu informasi. Tickmarks
digunakan untuk menyederhanakan pendokumentasian pekerjaan yang telah dilakukan
dan kondisi yang ditemukan selama pelaksanaan pemeriksaan. Tanda tickmarks ini
diletakan di dekat/di sebelah data yang dijelaskannya. Penulisan tanda tickmark
sebaiknya menggunakan warna yang berbeda dengan warna tulisan yang merupakan
isi dari dokumen pemeriksaan tersebut. Setiap penggunaan tanda tickmark ini harus
disertai dengan label keterangan (legenda) yang menjelaskan maksud dari
penggunaan tanda tersebut pada kertas kerja. Legenda tersebut sebaiknya singkat dan
cukup dapat menjelaskan hasil dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan. Tickmark
tidak boleh diberikan apabila prosedur tersebut tidak atau tidak dapat dilakukan oleh
pemeriksa. Contoh tickmarksdapat dilihat pada tabel 6.2 berikut.
4) Lembar Utama dengan Lembar Pendukung dari Lembar Utama yang lain
5) Lembar Pengujian dengan dokumen yang dicopy dari auditee/konfirmasi dari
pihak ketiga.
Gambar 6.1
Contoh Hubungan antar KKP & Referensi Silang
Setiap kardus dan odner juga dibuatkan daftar isi (Lampiran 6.7) untuk
mempermudah pencarian dokumen. Daftar isi kardus berisi rangkuman dokumen apa
saja yang tersimpan dalam kardus tersebut seperti gambar 6.3.
Gambar 6.3 Daftar Isi Kardus
Jika dalam satu odner terdiri dari beberapa dokumen KKP, maka untuk
mempermudah pencarian KKP, diberikan penanda batas untuk setiap KKP sepeti
gambar 6.4.
Gambar 6.4 Penanda Batas KKP
6.6 Penutup
Lampiran 6.1
Matriks KKP Indeks A
INDEKS A
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Surat Tugas A.1 Dalam CD
Program Pemeriksaan A.2 Lihat BAB.....
Program Kerja Perseorangan A.3 Dalam CD
Indeks Kertas Kerja Pemeriksaan A.4 Dalam CD
Struktur Organisasi Entitas A.5
Peraturan-Peraturan & Perjanjian A.6
Peraturan Negara [UU, PP, Perpu, Kepres, Inpres, Permen, dll] A.6.1 Dalam CD
Peraturan Daerah [Perda, SK Gubernur, dll ] A.6.2
Kontrak/Perjanjian Jangka Panjang/MOU A.6.3
Hasil Pemeriksaan BPK & APIP Sebelumnya A.7
Pemantauan Tindak Lanjut LHP Sebelumnya A.8 Dalam CD
Rencana Aksi Peningkatan Opini dan Pemantauannya A.9 Dalam CD
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan A.10
Pemahaman atas Entitas A.11 Dalam CD
Pemahaman atas Sistem Pengendalian Intern A.12
Pemahaman dan Penilaian Risiko A.13 Lihat BAB III
Pengujian Teknologi Informasi A.14
Penentuan Tingkat Materialitas Awal dan Kesalahan Tertolerir A.15 Lihat BAB IV
[PM dan TE]
Penentuan Metode Uji Petik Pemeriksaan A.16 Lihat BAB V
Laporan Keuangan Unaudited A.17 Dalam CD
Pelaksanaan Prosedur Analitis Awal A.18 Lihat BAB II
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan dan Permintaan Data Awal A.19 Dalam CD
INDEKS B
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Pengujian Akun-Akun Neraca B.1
Aset Lancar B.1.1
Kas di Kas Daerah B.1.1.1 Dalam CD
Kas di Bendahara Pengeluaran B.1.1.2 Dalam CD
Kas di Bendahara Penerimaan B.1.1.3 Dalam CD
Kas di BLUD B.1.1.4 Dalam CD
Investasi Jangka Pendek B.1.1.5 Dalam CD
Piutang B.1.1.6 Dalam CD
Bagian Lancar Pinjaman Jangka Panjang B.1.1.7 Dalam CD
Bagian Lancar TP TGR B.1.1.8 Dalam CD
Persediaan B.1.1.9 Dalam CD
Belanja Dibayar Dimuka B.1.1.10 Dalam CD
Investasi Jangka Panjang B.1.2
Investasi Non Permanen B.1.2.1 Dalam CD
Investasi Permanen (Penyertaan Modal Pemerintah Daerah) B.1.2.2 Dalam CD
Aset Tetap B.1.3
Aset Tetap B.1.3.1 Dalam CD
Dana Cadangan B.1.4
Dana Cadangan B.1.4.1 Dalam CD
Aset Lainnya B.1.5
Aset Lainnya B.1.5.1 Dalam CD
Kewajiban B.1.6
Kewajiban Jangka Pendek B.1.6.1 Dalam CD
Kewajiban Jangka Panjang B.1.6.2 Dalam CD
Pengujian Akun-Akun Laporan Realisasi Anggara (LRA) B.2
Pendapatan B.2.1
Pendapatan PAD B.2.1.1 Dalam CD
Pendapatan Transfer Pusat B.2.1.2 Dalam CD
Lampiran 6.1
INDEKS B
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Pendapatan Transfer Pusat Lainnya B.2.1.3 Dalam CD
Pendapatan Transfer Provinsi *) B.2.1.4 Dalam CD
Pendapatan Transfer Provinsi Lainnya *) B.2.1.5 Dalam CD
Lain-lain Pendapatan yang Sah B.2.1.6 Dalam CD
Belanja B.2.2
Belanja secara Umum B.2.2.0 Dalam CD
Belanja Pegawai B.2.2.1 Dalam CD
Belanja Barang dan Jasa B.2.2.2 Dalam CD
Belanja Bunga B.2.2.3 Dalam CD
Belanja Subsidi B.2.2.4 Dalam CD
Bantuan Hibah B.2.2.5 Dalam CD
Belanja Bansos B.2.2.6 Dalam CD
Belanja Modal B.2.2.7 Dalam CD
Belanja Tidak Terduga B.2.2.8 Dalam CD
Transfer B.2.3
Transfer /Bagi Hasil Pendapatan B.2.3.1 Dalam CD
Transfer Lainnya /Bantuan Keuangan B.2.3.2 Dalam CD
Pembiayaan B.2.4
Penerimaan Pembiayaan B.2.4.1 Dalam CD
Pengeluaran Pembiayaan B.2.4.2 Dalam CD
Ikhtisar Jurnal Koreksi Persetujuan Pengendali Teknis B.3 Dalam CD
Ikhtisar Jurnal Koreksi Persetujuan Entitas B.4 Dalam CD
Worksheet B.5 Dalam CD
Notulen Pertemuan Awal B.6 Dalam CD
Berita Acara Penolakan Pemeriksaan/Pembatasan Audit B.7 Dalam CD
Penyelesaian Penugasan & Cakupan Pemeriksaan B.8 Dalam CD
Penyelesaian Penugasaan B.8.1 Dalam CD
Cakupan Pemeriksaan B.8.2 Dalam CD
Reviuw Sheet KKP B.9 Dalam CD
Konsep Temuan Pemeriksaan B.10
INDEKS B
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Surat Pengantar Penyampaian Konsep TP B.10.1 Dalam CD
Konsep Temuan Pemeriksaan B.10.2 Dalam CD
Risalah Diskusi TP/Notulen Pertemuan Akhir B.10.3 Dalam CD
Daftar Konsep TP Batal B.10.4 Dalam CD
Surat Pengantar Penyampaian LTP B.10.5 Dalam CD
Laporan Temuan Pemeriksaan [TP Final dan Komentar Instansi] B.10.6
Laporan Pelaksanaan Kerja Pemeriksa B.11 Dalam CD
*) Hanya ada di Kabupaten/Kota
Lampiran 6.1
Matriks KKP Indeks C
INDEKS C
Judul Kertas Kerja Pemeriksaan Indeks Contoh
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan C.1
Risalah Diskusi Penyusunan Konsep LHP C.1.1 Dalam CD
Nota Penyampaian & Konsep LHP C.1.2 Dalam CD
Analisa/reviu Konsep LHP oleh Pengendali Teknis C.1.3 Dalam CD
Analisa/reviu Konsep LHP oleh Tim Reviuw C.1.3
Analisa/reviu Konsep LHP oleh Penanggung Jawab C.1.3
Laporan Kendali Pelaksanaan Laporan C.1.4
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan Hasil Analisis C.1.5
Surat Pengantar Penyampaian Konsep LHP kepada Entitas C.1.6 Dalam CD
Tanggapan atas Konsep LHP oleh Pimpinan Entitas dan C.1.7 Dalam CD
Rencana Aksi
Risalah Pembahasan Konsep LHP dengan Pemberi Tugas C.1.8 Dalam CD
Nota Penyampaikan Kembali Konsep LHP Final C.1.9 Dalam CD
Laporan Hasil Pemeriksaan C.2
Surat Keluar LHP C.2.1 Dalam CD
Surat Representasi Manajemen C.2.2 Dalam CD
Laporan Hasil Pemeriksaan C.2.3
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan [Bahan Hapsem] C.3
Matriks Hasil Pemeriksaan C.3.1
Berita Acara Serah Terima KKP C.4 Dalam CD
Lampiran 6.2
Pemeriksaan Atas No. Indeks : (3)
Laporan Keuangan…..(1) Dibuat oleh : (4)
Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)
Disetujui oleh : (6)
BPK RI
LEMBAR SAMPUL
Nama Akun : (7)
Kode Akun : (8)
Deskripsi Akun : (9)
Saldo Akun : a. saldo sebelum pemeriksaan : ....... (10)
b. penyesuaian : .......
c. saldo setelah penyesuaian : .......
(Lembar sampul merupakan kertas kerja yang berisi ringkasan hasil pemeriksaan atas akun yang
diperiksa. Lembar sampul ini dibuat setelah seluruh prosedur pemeriksaan telah dilakukan dan angka
dalam laporan keuangan sudah dinyatakan final. Lembar sampul ini diletakkan di bagian terdepan dari
setiap akun yang diperiksa, dilampiri dengan Kerta Kerja Utama, Kertas Kerja Pendukung dan Hasil
Pelaksanaan Prosedur Pemeriksaan )
1. Hasil Pemeriksaan (11)
…………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………(Ref:…..)
2. Simpulan (12)
…………………………………………………………………………………………....
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
Keterangan:
(1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP
tersebut.
(7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok
akun, contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah.
Lampiran 6.2
(8) : Diisi dengan kode akun.
(9) : Diisi dengan keterangan singkat mengenai akun dan saldo normal akun.
(10) : Diisi dengan saldo atas akun sebelum diperiksa (unaudited), nilai koreksi atas saldo
(koreksi pemeriksaan) dan saldo akhir setelah diperiksa (audited)
(11) : Diisi dengan hasil pemeriksaan dan dilengkapi dengan referensi indeks KKP.
Pada kolom ini juga dapat diisi dengan temuan pemeriksaan yang berkaitan dengan
SPI maupun kepatuhan, yang diperoleh pada saat pemeriksaan.
(12) : Diisi dengan simpulan atas hasil pemeriksaan. Simpulan ini berisi tentang penilaian
pemeriksa atas kewajaran penyajian saldo akun dalam laporan keuangan.
Lampiran 6.3
Lampiran 6.3
(8) : Diisi dengan kode referensi silang dengan P2/PKP, sesuai dengan kode numbering
tujuan tersebut dalam P2/PKP tentang prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan
dianalisis pada lembar ini.
(9) : Diisi dengan hasil pemeriksaan dan dilengkapi dengan referensi indeks KKP ke
dokumen pendukungnya.
(10) : Diisi dengan simpulan atas hasil pemeriksaan. Simpulan pemeriksaan ini merupakan
jawaban dari tujuan dari prosedur yang dilakukan.
Lampiran 6.4
Keterangan:
Lampiran 6.5
Pemeriksaan Atas No. Indeks : (3)
Laporan Keuangan…..(1) Dibuat oleh : (4)
Tahun…..(2) Direviu oleh : (5)
Disetujui oleh : (6)
BPK RI
Koreksi Pemeriksa
Saldo Saldo setelah
Uraian Kode Akun Jurnal Penyesuaian Jurnal Reklasifikasi KKP Ref
Tahun Berjalan diperiksa
Debet Kredit Debet Kredit
(10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)
Kantor Pusat …………………...
…………………...
Total Kantor Pusat …………………...
Keterangan:
(1) : Diisi dengan laporan keuangan yang diperiksa.
(2) : Diisi dengan tahun yang diperiksa.
(3) : Diisi dengan nomor indeks.
(4) : Diisi dengan nama dan paraf pembuat KKP serta tanggal pembuatan KKP tersebut.
(5) : Diisi dengan nama dan paraf yang mereviu KKP serta tanggal reviu KKP tersebut.
(6) : Diisi dengan nama dan paraf yang menyetujui KKP serta tanggal persetujuan KKP tersebut.
(7) : Diisi dengan nama akun dalam laporan keuangan yang diperiksa dan bukan kelompok akun,
contoh: kas di bendaharawan, piutang pajak, dan pendapatan pajak daerah.
(8) : Diisi dengan kelompok akun, misalnya kelompok akun Kas, Aset Tetap, dan sebagainya.
(9) : Diisi dengan saldo akun tahun yang diperiksa .
Lampiran 6.5
Lampiran 6.6
Pemeriksaan Atas
.....…..
Tahun…..
BPK RI
Keterangan:
Pereviu dapat menggunakan P2 atau Program Kerja Perorangan, untuk memonitor apakah prosedur
yang ditentukan telah dipenuhi oleh pemeriksa
Lampiran 6.7
Pemeriksaan Atas
.....…..
Tahun…..
BPK RI
KKP Indeks A
Dokumen-dokumen yang dikelompokkan dalam KKP Indeks A:
Dan seterusnya
Keterangan:
1. Untuk daftar isi yang dilekatkan pada ordner /map, daftar isi KKP ini diletakkan di bagian dalam
sampul ordner/map. Isi KKP dalam daftar isi ini harus sesuai dengan setiap judul KKP yang
dikelompokkan dalam kelompok KKP ini.
2. Untuk daftar isi yang dilekatkan pada kardus, daftar isi KKP ini diletakkan pada bagian samping
kardus. Isi KKP dalam daftar isi cukup diisi dengan jenis/kelompok akun yang diperiksa, untuk
pemeriksaan keuangan, atau jenis area kunci/obyek tertentu untuk pemeriksaan kinerja atau PDTT.
Lampiran 6.8
Pemeriksaan Atas
.....…..
Tahun…..
BPK RI
Pada hari ini, ............ tanggal ............. kami menyerahkan berkas-berkas KKP yang sudah diberi nomor
kode indeks dan direviu secara berjenjang, kami nyatakan telah sesuai standar yang diatur dalam
pedoman pemeriksaan BPK.
_________________ __________________
NIP. NIP.
Keterangan:
Berita Acara Penyerahan KKP ini sebaiknya dilampiri dengan Daftar Indeks KKP yang berisi tentang
seluruh isi KKP yang diserahterimakan beserta indeksasinya.
BAB 7
FORMULASI TEMUAN PEMERIKSAAN LKPD
Salah satu hal yang terpenting dalam menentukan kriteria adalah hindari
menggunakan aturan “sapu jagat”, yang mencakup hal-hal yang terlalu umum
sehingga pelanggaran dalam temuan tersebut menjadi sulit dipahami oleh
pembaca laporan.
Berikut ini contoh pengungkapan kriteria dalam TP yang spesifik.
Tabel 7.1 Tabel Kriteria TP yang spesifik
No Judul TP Kriteria TP
1 Aset tetap Tanah yang Keadaan diatas tidak sesuai dengan PSAP No.7 tentang
disajikan dalam Neraca Aset Tetap paragraph 20 yang menyatakan bahwa
Pemerintah Kabupaten “Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila aset tetap
B tanpa ada bukti telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau
kepemilikan aset tetap pada saat penguasaannya berpindah”
sebesar
Rp123.456.789,00
Berikut ini contoh pengungkapan kriteria dalam TP yang terlalu umum (bias).
Tabel 7.2 Tabel kriteria TP yang umum
No Judul TP Kriteria TP
1. Undang-Undang
a. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
c. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan atas Pengelolaan dan
tanggung jawab Keuangan Negara.
d. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.
2. Peraturan Pemerintah
a. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
b. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
c. Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang SAP.
d. Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara
atau Daerah.
e. Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Perubahannya.
f. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah
g. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah
h. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
III Kelemahan struktur 1 Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk
pengendalian intern suatu prosedur atau keseluruhan prosedur
2 SOP yang ada pada entitas tidak berjalan
secara optimal atau tidak ditaati
3 Entitas tidak memiliki Satuan Pengawas Intern
4 Satuan Pengawas Intern yang ada tidak
memadai atau tidak berjalan optimal
5 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang
memadai
BAB 8
PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
ATAS SPI DAN KEPATUHAN
2) Tidak ada reviu dan persetujuan yang memadai untuk transaksi, pencatatan
akuntansi atau output dari suatu sistem;
3) Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan aktiva;
BAB 9
PANDUAN PENYUSUNAN OPINI
1) Tolerable Error (TE), yaitu tingkat materialitas terhadap suatu akun hanya
mempunyai konsekuensi maksimal pengecualian terhadap akun tertentu
tersebut (apabila tidak dapat dilakukan koreksi). Akan tetapi, hal ini tidak
berpengaruh terhadap penyajian LK secara keseluruhan;
2) Planning Materiality (PM), yaitu tingkat materialitas yang mempunyai
konsekuensi maksimal terhadap laporan keuangan secara keseluruhan
(apabila tidak dapat dilakukan koreksi).
Perlu dipahami bahwa, total salah saji (misstatement) atau pembatasan lingkup yang
nilainya di atas PM tidak selalu mengakibatkan opini Tidak Wajar ataupun Tidak
Memberikan Pendapat. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah masalah tingkat
pervasiveness.
Saat menentukan tingkat materialitas dari suatu kesalahan penyajian,
auditor juga harus mempertimbangkan seberapa besar pengaruh salah saji
tersebut terhadap bagian-bagian laporan keuangan lainnya. Pengaruh semacam
ini disebut sebagai tingkat resapan atau rembetan (pervasiveness). Suatu salah
saji dikatakan pervasive apabila salah saji tersebut memiliki pengaruh pada akun
lain. Pertimbangan atas pervasive dapat didasarkan pada 3 faktor berikut.
1) Kompleksitas
Kompleksitas akun diukur dari tingkat pengaruh akun tersebut terhadap akun
lain dalam laporan keuangan. Beberapa akun dalam laporan keuangan menurut
sifatnya memiliki tingkat kompleksitas tinggi karena pengaruhnya pada akun lain.
Kompleksitas berkaitan dengan dampak permasalahan pada suatu akun
terhadap akun lainnya atau laporan lainnya dan atau banyaknya asersi yang
terpengaruh. Beberapa akun dalam laporan keuangan menurut sifatnya memiliki
tingkat kompleksitas tinggi karena pengaruhnya pada akun lain. Contohnya,
suatu pemda dengan anggaran belanja sebesar Rp1,3triliun ditemukan adanya
10 transaksi belanja modal fiktif sebesar Rp75miliar. Hal tersebut dapat
mengakibatkan salah saji pada pos belanja modal, aset tetap, dan ekuitas,
sehingga dapat dikatakan bahwa temuan terkait belanja modal tersebut bersifat
kompleks. Dalam kasus ini, jika tidak diungkapkan dalam CaLK, pemeriksa
dapat mempertimbangkan memberikan opini Tidak Wajar walaupun secara
proporsi belum mencapai 20% dari nilai akun yang diperiksa. Contoh lain,
penerimaan hibah dari negara donor sebesar Rp40miliar dikelola di luar APBD,
sehingga pendapatan dan belanja menjadi kurang saji, sisa kas tidak dicatat,
dan aset tetap yang dihasilkan juga tidak dicatat. Hal tersebut dapat
dipertimbangkan pemeriksa untuk memberikan opini TW atau TMP.
Tingkat kompleksitas akun diuraikan dalam guideline untuk sektor publik
sesuai Lampiran 9.1.
2) Proporsi
Tidak ada ukuran baku yang menjadi besaran proporsi yang bersifat
substansial karena ini lebih didasarkan pada pertimbangan auditor. Untuk
memudahkan penilaian, auditor bisa menetapkan kebijakan mengenai batasan
proporsi yang dianggap fundamental, misanya 20% dari total akun yang
diperiksa dapat dianggap berpegaruh secara keseluruhan secara kuantitatif.
Sebagai contoh, dampak potensi salah saji (kurang saji) akibat adanya aset
yang tidak tercatat dan pemda tidak bersedia dikoreksi adalah sebesar
Rp500miliar dari total akun yang diperiksa sebesar Rp1,2triliun. Dampak
tersebut dapat dipertimbangkan pervasive karena sudah lebih dari 20% total
akun yang diperiksa, sehingga dapat dipertimbangkan untuk opini Tidak Wajar
dari pada hanya WDP.
Contoh lain, misalnya pemeriksa menemukan dua permasalahan dari total akun
yang diperiksa sebesar Rp1,2 triliun, yaitu (1) piutang tidak ada bukti sebesar
Rp50 miliar; dan (2) penyertaan pada BUMD senilai Rp20 miliar dengan
kepemilikan di atas 20% masih dicatat dengan harga perolehan karena belum
ada laporan keuangan BUMD yang mutakhir. Dalam kondisi ini, pemeriksa dapat
mempertimbangkan untuk memberikan opini WDP dari pada TMP.
3) Pengungkapan yang bersifat fundamental
Pengungkapan dikatakan fundamental apabila dapat mempengaruhi
pengguna laporan keuangan membuat keputusan atau terdapat penilaian yang
berbeda apabila tidak diungkapkan.
Apakah pengungkapan dapat mempengaruhi opini? Jawabannya “ya”.
SPAP Seksi 431 paragraf 3 intinya mengatur : Bila manajemen menghilangkan
dari laporan keuangan, informasi yang seharusnya diungkapkan sesuai dengan
prinsip akuntansi, termasuk catatan atas laporan keuangan, auditor harus
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar
karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi yang cukup dalam
laporannya.
Contoh: Pemda menolak untuk mengungkapkan adanya aset yang masih dalam
sengketa, padahal pada tingkat pengadilan negeri pemda sudah dikalahkan. Jika
nilai aset mencapai lebih dari PM, pemeriksa dapat mempertimbangkan untuk
tidak memberikan opini WTP.
Dalam kondisi ini, pemeriksa dapat menyatakan opini modifikasi yaitu WTP
Dengan Paragraf Penjelasan. Adapun kondisi-kondisi yang memungkinkan
terjadinya penambahan penjelasan adalah sebagai berikut.
1) Tidak ada konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum
Suatu paragraf penjelasan diperlukan baik untuk perubahan prinsip akuntansi
yang dilakukan secara sukarela maupun yang terjadi kerena adanya
pernyataan akuntansi yang baru.
2) Ketidakpastian atas kelangsungan hidup organisasi (going concern)
Mulai
Ya Tidak
Wajar Tanpa Ya
Pengecualian
(WTP)
WTP dengan
paragraf
penjelas
Wajar Dengan
pengecualian
(WDP)
Tidak Wajar
(TW) (adverse)
Tidak Memberikan
Pendapat
(Disclamer)
(3) Tidak boleh ada kalimat yang menyatakan BPK sudah melaksanakan audit
sesuai dengan standar.
5) Opini Tidak Wajar
(1) Pemeriksa harus menjelaskan dua hal dalam laporan yaitu, semua alasan
yang mendukung dan dampak utama yang menyebabkan pendapat
tersebut.
(2) Semua alasan harus dikemukakan pada paragraf terpisah sebelum
paragraf opini.
3) Opini Wajar Tanpa Pengecualian untuk Tahun Sekarang dan Opini Tidak
Memberikan Pendapat untuk Tahun Lalu
4) Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan
Pervasiveness
Apakah Ada Batas Nilai
Akun yang Judul Nilai Apakah
No Pembatasan Materialitas Materialitas Unaudited Proporsi
terpengaruh Temuan (Rp) Misstatement? Pengungkapan
Lingkup? (Nilai TE) (Rp) Terhadap Kompleksitas
FS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kas di SPI No.1
Kasda
Kepatuh
an No.7
2 Pendapatan
Pajak
Keterangan:
Kolom 5 : diisi ya atau tidak (sifat masalah pengakuan, penyajian, atau pengungkapan)
Kolom 6 : diisi ya atau tidak
Kolom 8 : diisi ya atau tidak, material jika nilai (kolom 4) melebihi nilai TE (kolom 7)
Kolom 10 : diisi prosentase nilai akun terpengaruh (kolom 4) terhadap keseluruhan nilai laporan keuangan (akun) yang diperiksa
Kolom 11 : diisi apakah terdapat keharusan memerlukan pengungkapan atau tidak (atas permasalahan yang ditemukan)
Kolom 12 : diisi apakah dampak permasalahannya (baik misstatement ataupun tidak cukup bukti) bersifat kompleks atau tidak (lihat guideline untuk
sektor publik)
JUMLAH (A)
JUMLAH (C)
KESIMPULAN:
4 Terhadap persediaan per Kelengkapan Tidak dapat Terhadap kasus ini, pemeriksa Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.1
31 Desember 2010, memperoleh dapat mepertimbangkan material- Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Penilaian
pemda hanya melakukan bukti persedia- litas sekitar 50% PM. Karena ABC Tahun 2010, Pemerintah Kabupaten ABC
stock opname pada 3 an per 31 Des permasalahan ini adalah
mencatat persediaan per 31 Desember 2010
SKPD dari 30 SKPD, 20xx pembatasan lingkup, maka
dan 2009 masing-masing sebesar Rp10 miliar
sehingga persediaan di pemeriksa harus memperhitung- dan Rp8miliar. Saldo persediaan per
neraca hanya meliputi 3 kan kemungkinan risiko nilai 31 Desember 2010 sebesar Rp10miliar
SKPD. Diantara SKPD persediaan yang tidak disajikan merupakan nilai persediaan pada tiga SKPD
yang tidak melakukan pada 27 SKPD. Apakah risiko dari 30 SKPD yang ada pada Pemkab ABC.
inventarisasi adalah SKPD Terhdadap 27 SKPD lainnya, Pemkab ABC
tersebut mungkin menjadi material.
yang umumnya mem- Oleh karena itu pemeriksa harus belum melakukan inventarisasi, sehingga nilai
punyai persediaan dalam mempertimbang-kan apakahpersediaan tidak dapat disajikan dalam neraca
jumlah material yaitu SKPD yang belum melakukan per 31 Desember 2010. Nilai persediaan dapat
Dinas Kesehatan, RSUD stock opname adalah SKPD yang berbeda secara signifikan jika pemerintah
dan Dinas Pendidikan. secara normal memiliki persediaankabupaten ABC melakukan inventarisasi
Pemeriksa tidak dapat yang nilainya cukup material. persediaan secara menyeluruh dan
melakukan perhitungan mencatatannya di dalam neraca. BPK tidak
fisik atas persediaan Sebelum memutuskan adanya dapat menerapkan prosedur pemeriksaan yang
6 Inventarisasi dan Eksistensi Tidak dapat Untuk aset tetap jenis ini, Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.3.7
revaluasi aset tetap yang memperoleh pemeriksa dapat menggunakan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Penilaian
diperoleh sebelum Tahun data aset tetap pertimbangan materialitas sekitar ABC Tahun 2010, Pemkab ABC mencatat aset
2004 Kelengkapan dan nilai yang 50% dari PM. Jika masalahnya tetap per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-
sebenar-nya hanya ini, maka pemeriksa dapat masing sebesar Rp800miliar dan Rp700miliar.
mempertimbangkan bukan sebagai Dalam jumlah terebut diantaranya termasuk
masalah yang perpasive, sehingga aset tetap yang diperoleh sebelum Tahun 2004.
cenderung memberikan opini WDP Pemerintah Kabupaten ABC belum melakukan
karena pembatasan lingkup. inventarisasi dan penilaian atas aset tetap yang
7 Administrasi aset tetap Eksistensi Pemeriksa Untuk aset tetap, pemeriksa dapat Sebagaimana dijelaskan dalam catatan B.7.1
tidak tertib. Tidak ada KIB. tidak dapat memberikan pertimbangan Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten
Kelengkapan
Aset tetap secara masif menjalankan kualitatif materialitas sekitar 50% ABC mencatat aset tetap per 31 Desember
tidak dapat ditelusuri Penilaian prosedur audit dari PM. Aset tetap biasanya 2010 dan 2009 masing-masing sebesar Rp450
rinciannya ke SKPD. Hak dan untuk meya- merupakan nilai yang dominan miliar dan Rp400miliar. Nilai tersebut
Rincian yang ada tidak kewajiban. kini eksistensi, dibanding aset lainnya. Sehingga merupakan nilai aset tetap berdasarkan data
mencerminkan data yang kelengkapan secara proporsi dapat menjadi yang dimiliki DPKAD. Pemerintah Kabupaten
sebenarnya secara maupun perpassive (sangat material), ABC tidak melakukan administrasi asset tetap
massif. penilaiannya. sehingga mungkin dapat secara memadai, antara lain tidak adanya kartu
mengakibatkan opini TMP. inventaris pada masing-masing SKPD,
sehingga nilai aset tetap yang disajikan di
neraca tidak dapat ditelusuri rinciannya pada
masing-masing SKPD. Selain itu, Pemerintah
Kabupaten ABC belum melakukan inventarisasi
dan penilaian atas aset tetap yang diperoleh
sebelum Tahun 2004 sebagaimana yang
disyaratkan oleh Standar Akuntansi
Pemerintah. Dokumen dan catatan yang
tersedia tidak memungkinkan BPK melakukan
prosedur pemeriksaan yang memadai untuk
dapat meyakini nilai aset tetap per 31
Desember 2010 dan 2009.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab
BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0,
realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009
dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab
BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN],
BPK menyatakan pendapat, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu
dilakukan atas [NAMA DAMPAK YANG DIKECUALIKAN], Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS],
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per
tanggal 31 Desember 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Pada tahun 20X1, [NAMA ENTITAS] telah melakukan……dst. [NAMA ENTITAS] tidak
menyajikan kembali Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS] tahun 20X0.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, realisasi anggaran, arus kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Dalam Laporan BPK Nomor 12/LHP/XV/04/2009 tanggal 30 April 2009, BPK menyatakan
pendapat, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan atas Aset
Tetap jika Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan inventarisasi dan penilaian kembali
yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per
tanggal 31 Desember 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31
Desember 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan inventarisasi dan penilaian
kembali atas seluruh Aset Tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 dan telah
disajikan dalam Neraca per tanggal 31 Desember 2008. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak
menyajikan kembali Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2008.
Menurut pendapat BPK, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, realisasi
anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak
pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Kecuali dijelaskan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK
merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas
dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, DAN TAHUN],
BPK tidak menyatakan pendapat atas Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X0,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut karena masalah-masalah: (1)….; (2)….; dst
Pada tahun 20X1, [NAMA ENTITAS] telah melakukan……dst. [NAMA ENTITAS] tidak
menyajikan kembali Laporan Keuangan [NAMA ENTITAS] tahun 20X0.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, realisasi anggaran, arus kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung
jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan
yang dilakukan.
Kecuali dijelaskan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK
merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas
dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Dalam Laporan BPK Nomor 13/LHP/XV/04/2009 tanggal 30 April 2009, BPK tidak menyatakan
pendapat atas Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2008, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut karena masalah-masalah: (1) belum dikonsolidasikannya Laporan
Badan Layanan Umum Daerah; (2) belum dikonsolidasikannya neraca pada 12 SKPD; (3) belum
dicatatnya pendapatan dan belanja yang berasal dari hibah; (4) tidak dilakukannya inventarisasi
fisik atas persediaan; dan (5) belum dilakukannya Inventarisasi dan penilaian kembali Aset
Tetap.
Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan hal-hal berikut, yaitu: (1)
Konsolidasi laporan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); (2) mengkonsolidasikan neraca
pada seluruh SKPD; (3) mencatat seluruh hibah yang diterima di LRA; (4) inventarisasi
persediaan akhir tahun; dan (5) Inventarisasi dan penilaian kembali sebagian Aset Tetap yang
diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak menyajikan
kembali Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2008.
Menurut pendapat BPK, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, realisasi
anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab
BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Menurut pendapat BPK, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0,
realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Menurut pendapat BPK, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009
dan 2010, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31
Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Seperti telah dijelaskan dalam Catatan 15 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Daerah
Kabupaten ABCD sedang menghadapi gugatan dari pihak ketiga atas tanah seluas 20 ha yang
saat ini dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Keputusan pengadilan
negeri memenangkan Pemerintah Kabupaten ABCD atas kepemilikan aset tersebut, tetapi pihak
penggugat saat ini sedang mengajukan banding. Pemerintah Kabupaten ABCD berkeyakinan
sesuai dengan dokumen kepemilikan, pemerintah daerah yang bersangkutan adalah pemilik
yang sah dari tanah tersebut.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab
BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan
BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi,
atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan
dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
BPK tidak dapat melakukan ……[DIISI DENGAN HAL-HAL YANG MEMBATASI RUANG
LINGKUP PEMERIKSAAN].
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin
perlu dilakukan jika BPK memeriksa [DIISI DENGAN HAL YANG MEMBATASI], Neraca [NAMA
ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA
ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan
atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah
Kabupaten ABCD. Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan. Kecuali seperti yang diuraikan dalam
paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi, atas dasar pengujian,
bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi
signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin
perlu dilakukan jika BPK dapat memeriksa bukti-bukti persediaan per 31 Desember 2009, Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir
pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi
anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada
tanggal–tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK
terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang
dilakukan.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak ……[DIISI PENJELASAN MENGENAI HAL YANG
DIKECUALIKAN] yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal
31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31
Desember 20X1 dan 20X0, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan
untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR L APORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-
tanggal tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD.
Tanggung jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan
pemeriksaan yang dilakukan.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 12 atas Laporan Keuangan, aset tetap per 31
Desember 2009 dan 2008 disajikan masing-masing sebesar Rp15,13 miliar dan Rp13,20 miliar.
Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan penilaian aset tetap yang diperoleh sebelum
tanggal 31 Desember 2004 masing-masing untuk tahun 2009 dan 2008 sebesar Rp11,93 miliar
dan Rp12,00 miliar. Namun demikian hasil penilaian kembali tersebut belum disajikan dalam
Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD tanggal 31 Desember 2009 dan 2008 sebagaimana diatur
dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Jika hasil penilaian kembali atas aset tetap yang
diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 tersebut telah disajikan seluruhnya, maka nilai
aset tetap tersebut masing-masing akan menjadi sebesar Rp17,93 miliar dan Rp15,00 miliar per
tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak tidak disajikannya aset tetap berdasarkan hasil
penilaian kembali seperti yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca Pemerintah Kabupaten
ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas
dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut,
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah
Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan
Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut,
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus
Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut.
Laporan Keuangan adalah tanggung jawab [NAMA ENTITAS]. Tanggung jawab BPK terletak
pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan
BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi,
atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan
dan estimasi signifikan yang dibuat oleh [NAMA ENTITAS], serta penilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Dalam Laporan BPK Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN, dan TAHUN],
BPK tidak menyatakan pendapat atas Neraca [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X0,
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20X0 karena masalah-masalah: (1)….; (2)…;
dan (3)…. Dst.
Pada tahun 20X1, [NAMA ENTITAS] telah melakukan: (1)…..; (2)……; dan (3)…. Dst.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan ....atas Laporan Keuangan, [DIISI DENGAN HAL
YANG DIKECUALIKAN KARENA RUANG LINGKUP]...........................dst.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian, jika ada, yang mungkin perlu
dilakukan atas [SEBUTKAN HAL-HAL YANG DIKECUALIKAN], Neraca [NAMA ENTITAS] per
tanggal 31 Desember 20X1, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember
20X1, realisasi anggaran, arus kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
[NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN] tanggal [TANGGAL, BULAN DAN
TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 31 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut. Laporan Keuangan adalah tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD. Tanggung
jawab BPK terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan
yang dilakukan.
Kecuali seperti yang diuraikan dalam paragraf berikut ini, BPK melaksanakan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan
BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi eksaminasi,
atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Pemeriksaan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan
dan estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten ABCD, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. BPK yakin bahwa pemeriksaan tersebut
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Dalam Laporan BPK Nomor 13/LHP/XV/04/2009 tanggal 30 April 2009, BPK tidak menyatakan
pendapat atas Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2008, Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
yang berakhir pada tanggal tersebut, karena masalah-masalah berikut: (1) belum
dikonsolidasikannya Laporan Badan Layanan Umum Daerah; (2) belum dikonsolidasikannya
neraca pada 12 SKPD; (3) belum dicatatnya pendapatan dan belanja yang berasal dari hibah; (4)
tidak dilakukannya inventarisasi fisik atas persediaan; dan (5) belum dilakukannya Inventarisasi
dan penilaian kembali Aset Tetap.
Pada tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan: (1) Konsolidasi laporan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD); (2) konsolidasikan neraca pada seluruh SKPD; (3) mencatat
seluruh hibah yang diterima di LRA; dan (5) Inventarisasi dan penilaian kembali sebagian Aset
Tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak
menyajikan kembali Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2008.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 13 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten
ABCD menyajikan persediaan per 31 Desember 2009 senilai Rp1,76 triliun. Nilai tersebut
merupakan nilai persediaan yang dilaporkan oleh 5 dari 20 satuan kerja di Pemerintah
Kabupaten ABCD. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak melaksanakan pencatatan yang memadai
dan tidak melakukan inventarisasi pada akhir tahun atas persediaan tersebut. Catatan dan data
yang tersedia tidak memungkinkan BPK untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan yang
memadai untuk memperoleh keyakinan atas nilai persediaan per 31 Desember 2009 tersebut.
Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin
perlu dilakukan jika BPK dapat memeriksa persediaan, Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD per
tanggal 31 Desember 2009, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31
Desember 2009, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010, yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari laporan ini.
Jakarta, 30 April 2010
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Perwakilan Provinsi ..........
Penanggung Jawab Pemeriksaan,
Menurut pendapat BPK, karena dampak hal yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca
[NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan [NAMA ENTITAS] per tanggal 31 Desember 20X1 dan 20X0, realisasi
anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada
tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan
keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN]
tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 12 atas Laporan Keuangan, aset tetap per 31
Desember 2009 dan 2008 disajikan masing-masing sebesar Rp15,13 miliar dan Rp13,20
miliar. Pemerintah Kabupaten ABCD telah melakukan penilaian aset tetap yang diperoleh
sebelum tanggal 31 Desember 2004 masing-masing untuk tahun 2009 dan 2008 sebesar
Rp17,93 miliar dan Rp15,00 miliar. Namun demikian hasil penilaian kembali tersebut belum
disajikan dalam Neraca Pemerintah Kabupaten ABCD tanggal 31 Desember 2009
sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. Jika hasil penilaian kembali
atas aset tetap yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 tersebut telah disajikan
seluruhnya, maka nilai aset tetap tersebut masing-masing akan menjadi sebesar
Rp11.925,35 miliar dan Rp12.000,00 miliar per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008.
Menurut pendapat BPK, karena dampak hal yang diuraikan dalam Paragraf di atas, Neraca
Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD per tanggal 31 Desember
2009 dan 2008, realisasi anggaran, arus kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk
tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan
keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
disajikan dalam Laporan Nomor 15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010
tanggal 30 April 2010, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
Karena permasalahan yang diuraikan dalam Paragraf di atas dan BPK tidak dapat
menerapkan prosedur pemeriksaan, lingkup pemeriksaan BPK tidak cukup untuk
memungkinkan BPK menyatakan, dan BPK tidak menyatakanpendapat atas laporan
keuangan [NAMA ENTITAS] Tahun 20X1 dan 20X0.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan
keuangan tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan
disajikan dalam Laporan Nomor [NOMOR LAPORAN] dan Nomor [NOMOR LAPORAN]
tanggal [TANGGAL, BULAN DAN TAHUN], yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
laporan ini.
[Tanda Tangan]
[Nama Penanggungjawab]
[Nomor Register Akuntan]
Berdasarkan Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan undang-undang terkait lainnya, Pemerintah Kabupaten ABCD pada tanggal 15 Maret
2010 telah menyampaikan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten ABCD Tahun 2010
kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk diperiksa. Laporan Keuangan tersebut terdiri
dari Neraca per tanggal 31 Desember 2009 dan 2008, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut. Laporan Keuangan tersebut merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten ABCD.
Dalam Tahun Anggaran 2009 dan 2008, Pemerintah Kabupaten ABCD telah menerima hibah
luar negeri dalam bentuk dana tunai untuk membiayai kegiatan-kegiatan tertentu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian dengan pemberi hibah. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak
melaporkan dana yang diperolehnya tersebut kepada Menteri Keuangan untuk mendapat
pengesahan, sehingga penerimaan hibah dan belanja yang berasal dari hibah tersebut dikelola di
luar mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan tidak
dipertanggungjawabkan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Sementara itu, saldo kas,
persediaan, dan aset tetap yang berasal dari hibah tidak dicatat di neraca maupun diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan. Dari catatan yang diperoleh BPK, jumlah hibah yang
diterima Pemerintah Kabupaten ABCD dalam Tahun 2009 dan 2008 adalah sebesar
USD2,924,640.52 dan Rp7,10 miliar. Pemerintah Kabupaten ABCD tidak dapat menyediakan
data secara lengkap mengenai jumlah keseluruhan hibah yang diterima selama tahun 2009 dan
2008, dan saldo kas, persediaan, serta aset tetap yang diperoleh dari hibah tersebut per 31
Desember 2009 dan 2008. Akun-akun yang berkaitan dengan hibah tersebut dapat berpengaruh
secara signifikan bila informasi dan dokumen yang berkaitan dengan hibah tersebut tersedia.
BPK juga tidak dapat memperoleh keyakinan yang memadai atas akun-akun yang berkaitan
dengan hibah tersebut melalui prosedur pemeriksaan yang dilakukan BPK.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 12 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten
ABCD melaporkan persediaan per 31 Desember 2009 dan 2008, masing-masing sebesar
Rp25,00 miliar dan Rp9,00 miliar. Satuan Kerja pengelola persediaan di lingkungan Pemerintah
Kabupaten ABCD tidak menyelenggarakan kartu persediaan untuk mencatat mutasi persediaan
secara memadai. Satuan Kerja juga tidak melakukan inventarisasi fisik atas persediaan yang
dimilikinya per 31 Desember 2009 dan 2008. Catatan-catatan dan dokumen yang tersedia tidak
memungkinkan BPK untuk melakukan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk meyakini nilai
persediaan tersebut.
Sebagaimana diungkapkan dalam Catatan 13 atas Laporan Keuangan, Pemerintah Kabupaten
ABCD melaporkan Aset Tetap per 31 Desember 2009 dan 2008 masing-masing sebesar
Rp272,00 miliar dan Rp256,00 miliar. Dalam tahun 2009, Pemerintah Kabupaten ABCD telah
melakukan inventarisasi dan penilaian kembali atas Aset Tetap yang diperoleh sebelum 31
Desember 2004, namun hasilnya belum dicatat karena masih terdapat permasalahan mengenai
hasil penilaian tersebut. Nilai Aset Tetap dapat terpengaruh secara signifikan jika Pemerintah
Kabupaten ABCD telah mengakui hasil penilaian kembali atas Aset Tetap yang diperoleh
sebelum 31 Desember 2004.
Karena permasalahan yang diuraikan dalam Paragraf di atas dan BPK tidak dapat menerapkan
prosedur pemeriksaan, lingkup pemeriksaan BPK tidak cukup untuk memungkinkan BPK
menyatakan, dan BPK tidak menyatakan, pendapat atas Laporan Keuangan Pemerintah
Kabupaten ABCD Tahun 2009 dan 2008.
Sebagai bagian dari pemerolehan keyakinan yang memadai atas kewajaran laporan keuangan
tersebut, BPK melakukan pemeriksaan terhadap sistem pengendalian intern dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern dan Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan disajikan dalam Laporan Nomor
15.B/LHP/XV/04/2010 dan Nomor 15.C/LHP/XV/04/2010 tanggal 30 April 2010, yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari laporan ini.
BAB 10
Sesuai dengan PMP, sebelum LHP atas LKPD dari penanggung jawab
diterbitkan, BPK melalui pejabat strukturalnya harus memastikan bahwa
penjaminan mutu telah berjalan. Penjaminan mutu ini menjadi dasar bagi BPK
untuk menerbitkan LHP tersebut. Untuk melaksanakan ini, perwakilan dapat
membentuk tim reviu di perwakilan yang hasilnya menjadi dasar bagi kepala
perwakilan menerbitkan surat keluar penyampaian LHP.
Surat Perintah Surat Tugas Selesainya Konsep LHP yang Penerbitan LHP
Persiapan Pelaksanaan Pelaksanaan telah disetujui dengan Surat Keluar
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan Lapangan Penanggungjawab Kepala Perwakilan
PENGARAH 1. ANGGOTA V
PENGARAH
2. ANGGOTA VI
KOORDINATOR 1. TORTAMA V
KOORDINATOR
2. TORTAMA VI
Quality
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
A Pemenuhan Penentuan kebutuhan Form Kebutuhan Kasie Kasub Kalan
kebutuhan jumlah auditor Auditor
pemeriksa Pertimbangan Daftar Set Kalan Kasub Kalan
kompetensi auditor kompetensi
Penentuan tim Risalah penetapan Kasie Kasub Kalan
Penerbitan Surat Tugas Konsep Surat Tugas Kasub Kalan Kalan
Quality Control
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
Penilaian Risiko Form Penilaian AT KT PT Bab 2
Risiko
Penetapan Fokus dan Form Penetapan KT PT PJ Bab 1
Strategi Pemeriksaan Fokus dan
Strategi
Perumusan prosedur Form Prosedur AT KT PT
Pemeriksaan Pemeriksaan per
Akun
Penetapan Metode Kertas kerja AT KT PT Lampiran 4.5
Sampling penentuan uji Juknis
Pelaksanaan prosedur Kertas Kerja AT KT PT Juknis LKPD
analitis awal Prosedur
Analitis Awal
Perumusan P2 Program KT PT PJ Lampiran 4.6 dan
Pemeriksaan 4.7 Juknis
Quality Control
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
Pemberitahuan Surat AT KT KT PMP
Pemeriksaan Pemberitahuan kepada
Auditee
Perencanaan entry Panduan Entry Briefing KT PT PT Bab 1
Meeting
B Pelaksanaan 1 Komunikasi Penyampaian informasi Notulen AT KT KT PMP
Pemeriksaan awal (Entry penting kepada pertemuan awal
Briefing) pimpinan entitas
2 Pelaksanaan Pengujian analitis Cover sheet per akun AT KT PT Juknis LKPD
P2
Pengujian pengendalian Cover sheet per akun AT KT PT Juknis LKPD
Quality Control
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
Pembahasan TP dan Risalah AT KT PT
Koreksi Pembahasan TP
dan Koreksi
Penyerahan TP Surat Pengantar TP AT KT KT
Quality Control
No Tahapan Kegiatan Ket
Bentuk Pengendalian Dokumentasi Dibuat Direviu Disetujui
Penyusunan konsep akhir LHP LHP KT PT PJ
Entitas Pemeriksaan
Jenis Pemeriksaan
Tahun Pemeriksaan
Tahun Yang Diperiksa
Tim Pemeriksa :
1. Penanggung Jawab : Tanggal
: Reviu
2. Pengendali Teknis
3. Ketua Tim :
BAB 11
PERENCANAAN PEMERIKSAAN LKPD :
PEMERIKSAAN INTERIM DAN PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik-
baiknya. Perencanaan pemeriksaan atas LKPD suatu Perwakilan sebaiknya telah
dimulai setidaknya pada akhir Triwulan III tahun sebelumnya. Sebagai contoh:
Untuk Pemeriksaan LKPD TA 2010, pada akhir bulan September 2010, Kepala
Perwakilan akan menentukan apakah pemeriksaan atas LKPD TA 2010 diawali
dengan pemeriksaan interim atau tidak. Hal ini tentu saja dilakukan dengan
memperhatikan RKP TA 2010.
Pemeriksaan interim adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum berakhirnya tanggal Neraca
(31 Desember) dan umumnya dilaksanakan pada bulan Oktober sd Desember.
Apabila pemeriksaan interim tidak dilakukan dianjurkan Perwakilan
menggunakan tahapan Pemeriksaan Pendahuluan dilanjutkan dengan
Pemeriksaan Rinci.
Pemeriksaan pendahuluan adalah pemeriksaan yang dilakukan sebelum pemerintah daerah
menyampaikan LKPD kepada BPK dan umumnya dilaksanakan pada bulan Januari sd April.
Bila kondisi tidak memungkinkan untuk melaksanakan Pemeriksaan
Pendahuluan, maka perwakilan dapat langsung melakukan Pemeriksaan Rinci.
Siegel dan Shim (2000: 519) melihat pemeriksaan interim dari dua
pendekatan, yaitu:
1) Pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan interim (audit of an
interim period), misalnya Laporan Keuangan Triwulanan atau Laporan
Keuangan Semesteran.
2) Pemeriksaan keuangan terhadap laporan keuangan tahunan yang dilakukan
selama periode akuntansi masih berjalan. Pemeriksaan yang dilakukan dapat
meliputi konfirmasi, cek fisik persediaan, atau kegiatan pemeriksaan lainnya
yang nantinya akan digabungkan dengan tahap akhir pemeriksaan keuangan
secara menyeluruh terhadap laporan keuangan tahunan yang diperiksa.
Tahapan Pemeriksaan Interim terdiri dari tiga bagian utama yaitu persiapan,
pelaksanaan dan pelaporan yang secara rinci terdiri dari kegiatan sebagai berikut:
1) Lakukan evaluasi atas desain SPI. Jika tidak terdapat pemutakhiran desain
SPI objek yang menjadi cakupan pemeriksaan, pemeriksa dapat
memanfaatkan hasil evaluasi desain SPI tahun sebelumnya. Jika terdapat
pemutakhiran desain SPI, lakukan analisis dan identifikasikan kelemahan
desain SPI tersebut dan dampaknya.
2) Lakukan pengujian atas implementasi SPI, dan identifikasi kelemahan
implementasi SPI dan dampaknya.
Materialitas pada tingkat akun (TE) merupakan salah saji minimum pada
saldo akun yang dapat menyebabkan akun tersebut dianggap mengandung salah
saji material. Penetapan nilai TE secara teori dapat dilakukan 1) secara
proporsional yaitu mengalokasikan PM ke masing-masing akun berdasarkan
proporsi nilai akun; dan 2) penetapan % langsung dari PM.
Dalam panduan pemeriksaan LKPD diambil kebijakan penerapan TE sebesar 50% PM.
Hal ini akan mempermudah dalam Penilaian Risiko untuk pendekatan Pemeriksaan
Berbasis Risiko.
Untuk pemeriksaan LKPD, besarnya persentase tingkat materialitas yang
digunakan untuk menentukan PM antara lain berdasarkan opini atas laporan
keuangan tahun sebelumnya yaitu sebagai berikut, yaitu:
2) Menentukan nilai TE
TE = 50% x PM
Revisi atas perhitungan PM dan TE dilakukan setelah adanya reviu oleh
Pengendali Teknis dan disetujui oleh Penanggung Jawab.
(1)) Nilai tertinggi difokuskan pada transaksi yang nilainya relatif tinggi
(2)) Saat transaksi difokuskan pada transaksi yang resikonya tinggi yaitu
pada bulan Nopember – Desember. Atau volume transaksi
BAB 12
PEMERIKSAAN ATAS BLUD
3) kinerja keuangan;
4) manfaat bagi masyarakat.
6) Peraturan Daerah terkait yang mengatur tentang penetapan SKPD atau unit
organisasi dalam SKPD menerapkan PPK-BLUD serta pedoman pengelolaan
keuangan BLUD terkait.
1. Organisasi
2. Kebijaksanaan
3. Personalia
4. Prosedur
6. Pengawasan
Tabel 12.1
Ikhtisar Pengujian Tambahan untuk Pengendalian dan Pengujian Subtantif atas Saldo/Transaksi Satker BLUD
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
1 Kas di BLUD Mengetahui dan Terdapat Kebijakan Reviu kebijakan akuntansi a. Salah saji (overstated Uji subtantif :
meyakinkan saldo kas akuntansi, sistem dan terkait, juga ketentuan lain dan understated)
Rekonsiliasi antara saldo
BLUD yang tercantum prosedur penyusunan dengan penyajian dan (Mutasi saldo kas
menurut rekening koran
pada neraca Satker konversi laporan pengungkapan saldo kas, menurut laporan
dengan saldo dana lancar
BLUD berdasarkan keuangan BLUD dari apakah telah sesuai dengan keuangan BLUD
menurut SPM dan SP2D
SAP telah disajikan SAK ke SAP. standar akuntansi didasarkan SAP
pengesahan.
sesuai dengan pemerintahan. Reviu didasarkan atas
standar yang ada pelaksanaan penyusunan penerbitan SPM dan Lakukan pemeriksaan
(Penyajian dan konversi laporan keuangan SP2D Pengesahan). batas waktu untuk
Pengungkapan). BLUD dan verifikasi internal transaksi yang termuat
b. Saldo Kas yang
untuk memastikan bahwa dalam SPM dan SP2D
disajikan tidak sesuai
pengungkapan atas Pengesahan pada triwulan
dengan SAP (PP24
penyajian saldo kas telah ke-4.
Tahun 2005) dan
sesuai dengan SAP.
Peraturan Lainnya.
2 Piutang Mengetahui dan Terdapat Kebijakan Reviu kebijakan akuntansi Nilai Piutang yang disajikan Uji subtantif Saldo: Teliti
BLUD meyakinkan saldo akuntansi, sistem dan terkait, juga ketentuan lain lebih rendah dari daftar penerimaan kas dan
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
Piutang BLUD yang prosedur penyusunan dengan penyajian dan seharusnya (Penyajian cermati seluruh
tercantum pada konversi laporan pengungkapan saldo Piutang, Piutang menurut SAK pembayaran yang terkait
neraca Satker BLUD keuangan BLUD dari apakah telah sesuai dengan memperhitungkan dengan pembayaran
berdasarkan SAP SAK ke SAP. standar akuntansi penyisihan sedangkan SAP piutang telah
telah disajikan sesuai pemerintahan. Reviu berdasarkan nilai diperhitungkan sebagai
dengan standar yang pelaksanaan penyusunan tagihan/surat penagihan). pengurang saldo piutang,
ada (Penyajian dan konversi laporan keuangan penerimaan pembayaran
Pengungkapan). BLUD dan verifikasi internal yang mengurangi saldo
untuk memastikan bahwa piutang adalah yang telah
pengungkapan atas diajukan SPM dan SP2D
penyajian saldo kas telah Pengesahan.
sesuai dengan SAP.
3 Persediaan Persediaan telah Terdapat prosedur a. Teliti apakah persediaan Persediaan yang disajikan Dalam pemeriksaan fisik
BLUD diklasifikasikan sesuai pemeriksaan fisik yang diperoleh dicatat dalam Laporan keuangan atas persediaan akhir,
dengan Standar persediaan secara dengan menggunakan BLUD berdasarkan SAK inventarisir jumlah
Akuntansi reguler dan telah identifikasi yang tidak memisahkan antara persediaan yang rusak,
Pemerintahan direkonsiliasi dengan memadai. persediaan yang rusak kadaluarsa dan hilang.
(Klasifikasi). catatan persediaan. atau persediaan yang tidak Bandingkan dengan
b. Teliti apakah terdapat
diperlukan lagi dalam catatan persediaan yang
prosedur untuk
operasioanl kegiatan, akan ada.
persediaan yang rusak,
tetapi mendasari pada net
kedaluarsa dan hilang
realize value dari
dan dapatkan dokumen
persediaan. Sedangkan
pencatatan atas kondisi
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
persediaan tersebut. Persediaan yang disajikan
dalam laporan Keuangan
BLUD berdasarkan SAP.
memisahkan klasifikasi
persediaan yang masih
digunakan dengan
persediaan yang tidak bisa
digunakan.
Mengetahui dan Terdapat prosedur Reviu kebijakan akuntansi Salah saji (understated, Uji Subtantif terhadap
meyakinkan bahwa pencatatan dan terkait dengan penyajian dikarenakan dokumen Saldo:
saldo persediaan pengikhtisaran atas saldo persediaan dan telaah sumber mutasi tambah dan
a. Reviu apakah terdapat
sudah sesuai dengan penyajian persediaan kesesuaiannya dengan kurang persediaan menurut
jumlah mutasi tambah
standar akuntansi pada saat penyusunan standar akuntansi SAK berbeda dengan
dan kurang. Jika ada
pemerintahan konversi laporan pemerintahan. Reviu menurut SAP, menurut
telusuri lebih lanjut.,
(Penyajian dan keuangan BLUD pelaksanaan penyusunan SAP mutasi persediaan
minta bukti pendukung
Pengungkapan) sehingga Memo konversi laporan keuangan didasarkan atas penerbitan
penerimaan dan
Penyesuaian (MP) yang BLUD dan verifikasi internal SPM dan SP2D
pengeluaran
disusun sesuai dengan untuk memastikan bahwa Pengesahan.)
persediaan serta
standar Akuntansi pengungkapan atas
telusuri data
Pemerintahan penyajian saldo persediaan
penambahan dan
telah memadai
pengurangan
berdasarkan penerbitan
SPM dan SP2D
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
Pengesahan.
b. Dapatkan data semua
persediaan pada
satker, lakukan secara
berjenjang.
c. Lakukan pengujian
tambah kurang atas
perhitungan saldo dan
cek ke buku
Pendukung
d. Lakukan pemeriksaan
batas waktu untuk
transaksi yang termuat
dalam SPM dan SP2D
Pengesahan pada
triwulan ke 4, apakah
terdapat transaksi
penambahan
persediaan yang
berasal tidak pada
tahun yang berkenan.
4 Aset Tetap Aset tetap telah Penggunaan bagan a. Teliti apakah aset tetap Aset tetap (kecuali tanah) Dalam pemeriksaan fisik
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
BLUD diklasifikasikan akun yang memadai, yang diperoleh dicatat yang disajikan dalam atas Aset tetap (kecuali
(Kecuali dengan pantas serta telah melalui reviu dengan menggunakan Laporan keuangan BLUD tanah), inventarisir jumlah
Tanah) (Klasifikasi). dan verifikasi intern identifikasi yang berdasarkan SAK tidak Aset tetap yang tidak
pada saat konversi memadai. memisahkan antara aset dimanfaatkan dan aset
laporan keuangan BLUD tetap yang rusak atau aset tetap yang masih
b. Teliti apakah terdapat
sehingga Memo tetap yang masih dimanfaatkan dalam
prosedur untuk aset tetap
Penyesuaian (MP) yang dimanfaatkan dalam kegiatan operasional
yang rusak, kedaluarsa
disusun sesuai dengan operasional kegiatan. dan/atau hilang,
dan hilang dan dapatkan
Standar Akuntansi Sedangkan Aset tetap bandingkan dengan
dokumen pencatatan atas
Pemerintahan. yang disajikan dalam catatan aset tetap (kecuali
kondisi aset tetap
laporan Keuangan BLUD tanah) yang ada.
tersebut.
berdasarkan SAP
c. Teliti apakah pembuatan memisahkan klasifikasi
Memo Penyesuaian telah aset tetap yang masih
memperhatikan hasil digunakan dengan aset
klasifikasi aset tetap tetap yang tidak bisa
berdasarkan SAP. digunakan.
Mengetahui dan Terdapat prosedur Reviu kebijakan akuntansi Salah saji (understated, Uji Subtantif terhadap
meyakinkan bahwa pencatatan dan terkait dengan penyajian dikarenakan saldo Aset Saldo:
saldo aset tetap pengikhtisaran atas saldo Aset tetap (kecuali tetap (kecuali Tanah)
Teliti apakah saldo aset
(Kecuali tanah) sudah penyajian Aset tetap tanah) dan telaah dalam laporan keuangan
tetap (kecuali tanah) yang
sesuai dengan pada saat penyusunan kesesuaiannya dengan BLUD berdasarkan SAK
disajikan dalam laporan
standar akuntansi konversi laporan standar akuntansi disajikan setealh dikurangi
keuangan BLUD
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
pemerintahan keuangan BLUD, pemerintahan. Reviu dengan nilai penyusutan, berdasarkan SAP tanpa
(Penyajian dan sehingga Memo pelaksanaan penyusunan sedangkan saldo aset tetap dikurangi penyusutan atas
pengungkapan). Penyesuaian (MP) yang konversi laporan keuangan (kecuali tanah) disajikan aset tetap tersebut.
disusun sesuai dengan BLUD dan verifikasi internal tanpa dikurangi dengan
standar Akuntansi untuk memastikan bahwa penyusutan.
Pemerintahan. pengungkapan atas
penyajian saldo Aset tetap
(kecuali tanah) telah
memadai.
5 Pendapatan Pendapatan yang Terdapat prosedur Teliti apakah terdapat Pendapatan yang disajikan Lakukan pengujian pisah
Badan disajikan sudah pencatatan dan verifikasi intern terhadap overstated (Dalam batas atas transaksi
Layanan sesuai dengan pengendalian atas transaksi pendapatan BLUD mengajukan SPM dan penerimaan yang diajukan
Umum periode berkenan. realisasi pendapatan pada saat pengajuan SPM SP2D Pengesahan, Satker dalam SPM dan SP2D
pada saat konversi dan SP2D Pengesahan. BLUD diberikan waktu pengesahan pada
laporan keuangan paling lambat 10 hari triwulan ke-4 dengan
BLUD. setelah triwulan berakhir). bukti-bukti pendukungnya.
Seluruh Pendapatan Terdapat prosedur Teliti apakah terdapat Pendapatan yang disajikan Lakukan pengujian atas
BLUD berdasarkan pencatatan dan verifikasi intern terhadap undersatated, karena SPM dan SP2D
SAP telah disajikan. pengendalian atas transaksi pendapatan BLUD terdapat pendapatan yang Pengesahan berserta
realisasi pendapatan pada saat pengajuan SPM belum dimasukkan dalam dokumen-dokumen
pada saat konversi dan SP2D Pengesahan. SPM dan SP2D pendukungnya telusuri ke
laporan keuangan BLUD Pengesahan. buku-buku catatan yang
dan penyusunan SPM ada.
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
dan SP2D Pengesahan.
Pendapatan yang Penggunaan bagan Teliti apakah terdapat Klasifikasi pendapatan Telusuri klasifikasi
disajikan tidak sesuai akun yang memadai, verifikasi intern terhadap yanga disajikan tidak Pendapatan BLUD
dengan klasifikasinya serta telah melalui reviu proses pengikhtisaran serta sesuai dengan ketentuan berdasarkan SAP ke
(dalam BLUD dan verifikasi intern klasifikasi atas transaksi yang ada (Penerimaan dokumen sumber
penerimaan BLUD pada saat konversi pendapatan BLUD pada saat BLUD dari operasional penerimaan BLUD
dibedakan antara laporan keuangan pengajuan penyusunan layanan, diklasifikasikan berdasarkan SAP (SPM
penerimaan BLUD. Konversi laporan Keuangan sebagai pendapatan dan SP2D Pengesahan)
operasional dan non BLUD. layanan). berikut bukti-bukti
operasional, khusus pendukungnya.
untuk BLUD bertahap
terdapat kewajiban
untuk menyetorkan
sebagian
penerimaannya
sebagai pendapatan
PNBP).
6 Belanja Belanja BLUD yang Terdapat prosedur Teliti apakah terdapat Belanja yang disajikan Lakukan pengujian pisah
Badan disajikan sudah pencatatan dan verifikasi intern terhadap overstated (Dalam batas atas transaksi
Layanan sesuai dengan pengendalian atas transaksi Belanja BLUD pada mengajukan SPM dan penerimaan yang diajukan
Umum periode berkenan. realisasi Belanja pada saat pengajuan SPM dan SP2D Pengesahan, Satker dalam SPM dan SP2D
saat konversi laporan SP2D Pengesahan. BLUD diberikan waktu pengesahan pada
keuangan BLUD dan paling lambat 10 hari triwulan ke 4 beserta bukti-
Pengujian Subtantif
Resiko Terhadap
Pengujian Pengendalian Tambahan atas Saldo
No Akun Tujuan Pengujian Pengendalian Kunci Penyajian Laporan
Intern dan Pengujian Subtantif
Keuangan
atas Transaksi
1 2 3 4 5 6 7
penyusunan SPM dan setelah triwulan berakhir). bukti pendukungnya.
SP2D Pengesahan.
Seluruh Belanja Terdapat prosedur Teliti apakah terdapat Belanja yang disajikan Lakukan pengujian atas
BLUD berdasarkan pencatatan dan verifikasi intern terhadap undersatated, karena SPM dan SP2D
SAP telah disajikan pengendalian atas transaksi belanja BLUD pada terdapat belanja yang Pengesahan berserta
realisasi Belanja pada saat pengajuan SPM dan belum dimasukkan dalam dokumen-dokumen
saat konversi laporan SP2D Pengesahan. SPM dan SP2D pendukungnya telusuri ke
keuangan BLUD dan Pengesahan. buku-buku catatan yang
penyusunan SPM dan ada.
SP2D Pengesahan.
BAB 13
FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ)
AKUN-AKUN NERACA
Aset lancar
1. Potongan yang dipungut bendaharawan daerah yang belum disetor.
5. Peraturan Gubernur tentang alokasi bagi hasil pajak terbit pada awal tahun
20xx + 1.
6. Pengakuan piutang pajak bila SKPD belum terbit.
11. Penggunaan metode penilaian investasi apakah sudah harus sesuai SAP?
14. Permasalahan material yang terdapat pada Aset Tetap yang diperoleh sampai
dengan tanggal Neraca Awal.
15. Aset tanah tanpa bukti kepemilikan namun dikuasai oleh Pemda dan aset tanh
diakui milik Pemda tetapi dikuasai oleh pihak lain.
16. Penyajian dalam Neraca dan pengaruhnya terhadap pemberian opini atas Aset
yang mempunyai nilai Rp1,00.
17. Pengakuan aset atas pertanggungjawaban biaya pendidikan apakah diakui
sebagai aset tetap definitif baik dianggarkan dari belanja modal maupun belanja
hibah.
18. Pengakuan aset yang dihibahkan yang anggarannya berasal dari belanja modal
tetapi belum dihapuskan.
19. prosedur pemeriksaan dan perlakuan akuntansi atas pembentukan Dana
Cadangan oleh Pemerintah Daerah.
Aset lancar
20. Kerugian daerah belum didukung dokumen SKTJM dan SK Pembebanan.
AKUN-AKUN LRA
Pendapatan
21. Penyajian dalam Laporan Keuangan atas setoran bagian laba BUMD yang
terlambat.
22. Insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah dibagikan kepada pihak-pihak
di luar instansi pelaksana seperti lembaga perwakilan/instansi vertikal/muspida?
23. Insentif bagian PLN dibagikan kembali kepada pejabat dan pegawai instansi
pemungut.
24. Apakah para Asisten Sekda, Inspektorat, dan Bagian Hukum berhak untuk
mendapatkan insentif ?
25. Apakah penerima insentif pajak dan retribusi daerah termasuk seluruh bidang di
SKPD Keuangan Daerah atau hanya yang membidangi Pajak dan Retribusi
saja.
26. Besaran insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah melebihi ketentuan
yang berlaku.
27. Penganggaran dan pertanggungjawaban insentif pemungutan pajak dan
retribusi daerah.
28. Anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda
mengkompensasi penerimaan PPJU dengan kekurangan belanja daya dan jasa
tersebut.
29. Anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA, Pemda
mengkompensasi penerimaan PBBKB dengan kekurangan belanja daya dan
jasa tersebut.
30. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun
masih tersimpan di rekening dana jamkesmas diakui sebagai pendapatan
RSUD.
31. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesda dari Provinsi ke RS-RS
Kabupaten yang sampai akhir tahun masih tersimpan di rekening dana
jamkesda diakui sebagai pendapatan RSUD.
32. Beberapa masalah terkait penggunaan langsung penerimaan klaim
askes/jamkesmas.
33. Saat pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh RSUD.
34. Jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris diakui sebagai
pendapatan RSUD.
35. Klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator independen
diakui sebagai piutang.
36. Sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai akhir tahun
masih tersimpan di rekening giro POS diakui sebagai pendapatan Puskesmas.
37. Saat pendapatan dari program Jamkesmas diakui oleh Puskesmas.
Belanja
39. Pencairan uang tanpa SP2D dan hanya berdasar SPM.
40. Penyajian di LK atas SP2D yang telah diterbitkan, tetapi kas belum keluar dari
rekening Pemda di Bank Persepsi.
41. Langkah pemeriksa bila ditemukan kegiatan yang tidak tersedia anggaran.
51. Hibah dalam bentuk barang dianggarkan dalam dan direalisasikan belanja
modal.
52. Hibah dalam bentuk barang dianggarkan dalam dan direalisasikan dari belanja
barang.
53. Kesalahan pembebanan atau fakta tidak sesuai dengan realisasi anggaran
yang tersaji dalam LK.
54. Bentuk pertanggungjawaban Belanja Penunjang Operasional (BPO) Pimpinan
DPRD.
55. Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD melebihi ketentuan yang telah
ditetapkan.
56. Persamaan perlakuan Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD dengan
Belanja Penunjang Operasional Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah terutama
terkait dengan bukti pertanggungjawabannya.
57. BPO DPRD digunakan tidak sesuai dengan ketentuan.
59. Definisi pemberian bantuan sosial tidak diberikan secara terus menerus.
60. Bentuk pertanggungjawaban bantuan sosial dan belanja hibah, apakah sampai
dengan laporan pertanggungjawaban. Jika tidak terdapat laporan
pertanggungjawaban apakah mempengaruhi opini?
61. Pemberian hibah kepada klub sepakbola yang mengikuti liga profesional?
64. SiLPA Tahun Lalu disajikan seluruhnya atau sebagian sebagai penerimaan
pembiayaan dalam LRA tahun berjalan?
65. Akhir masa penyampaian SPJ.
67. Perlakuan akuntansi apabila Pemda menerima hibah dalam bentuk non kas?
AKUN-AKUN NERACA
Aset lancar
2. Q : Bagaimana pula bila potongan tersebut adalah PFK dan masih tersimpan
di BUD?
A : Potongan yang dipungut oleh BUD dapat berupa potongan pajak (PPh &
PPN), iuran Askes, Taspen, dan Taperum. Potongan tersebut timbul dari
pengeluaran/belanja langsung (SP2D-LS) yang dilakukan oleh BUD.
Potongan tersebut bersifat non anggaran, karena jumlahnya telah menjadi
bagian dari nilai belanja yang telah dipertanggungjawabkan dan bukan
menjadi hak Pemda, tetapi hanya bersifat titipan uang di kas daerah untuk
diserahkan kepada ke pihak ketiga. Oleh karenanya potongan tersebut
tidak dapat dicatat sebagai penerimaan dalam LRA. Namun, potongan
tersebut harus dilaporkan dalam LAK sebagai aktivitas non anggaran,
karena merupakan bagian dari mutasi debet/kredit yang terjadi di
Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) yang dibuat oleh BUD sebagai
fungsi perbendaharaan (PSAP No.3 paragraf 12 dan 13).
Potongan yang dipungut BUD tetapi belum diserahkan kepada pihak ketiga
dilaporkan di Neraca pada akun “Kas di Kasda” pada sisi aktiva, dan
“utang PFK” pada sisi pasiva karena masih berada di Kas Daerah. Hal ini
sesuai dengan PSAP No.09 Kewajiban Paragraf 40 menyatakan bahwa
‘Pada akhir periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK
yang belum disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan
keuangan sebesar jumlah yang masih harus disetorkan’. Disamping itu
juga harus diungkapkan dalam CaLK untuk memberikan informasi kepada
pengguna LK bahwa saldo dalam “Kas di Kasda” masih terdapat kewajiban
kepada pihak ketiga.
Kesimpulan:
1) Disajikan pada akun ‘Utang PFK’ pada sisi pasiva(Neraca);
Dasar Kebijakan :
1) Bultek No.6 Tentang Akuntansi Piutang
2) Perda masing-masing daerah
11. Q : Penggunaan metode penilaian investasi apakah sudah harus sesuai SAP?
A : Ya, harus sesuai SAP.
1) Metode penilaian investasi menggunakan metode biaya, metode
investasi dan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan (Net
Realizable Value).
Aset Tetap
14. Q : Permasalahan material apa saja yang terdapat pada Aset Tetap yang
diperoleh sampai dengan tanggal Neraca Awal ?
A : Secara umum pencantuman aset dalam neraca awal juga harus memenuhi
kriteria pengakuan, yakni memenuhi definisi/unsur sebagai aset tetap dan
nilainya pasti atau minimal dapat ditaksir secara andal. Mengacu pada
jenis pemeriksaan keuangan, semua asersi dalam laporan keuangan harus
dilakukan pemeriksaan. Jika terdapat temuan terkait permasalahan asersi
yang tidak terpenuhi dalam pos aset tetap di neraca, seluruhnya harus
dipertimbangkan sesuai dengan batas materialitas. Jadi, tidak dapat
disimpulkan secara sederhana, misalnya jika yang tidak dapat terpenuhi
adalah hanya asersi kelengkapan dan penilaian pada saldo aset yang
diperoleh sampai dengan tanggal neraca awal, maka opininya adalah
WDP.
Permasalahan yang seringkali muncul terkait penyajian aktiva tetap dalam
neraca awal adalah berkaitan dengan asersi keberadaan, kelengkapan,
hak dan kewajiban, dan penilaian terhadap aset tetap. Terhadap
permasalahan asersi yang tidak dapat dipenuhi tersebut, pemeriksa
seharusnya lebih memfokuskan kepada dampaknya, apakah penyajian
yang tidak memenuhi satu atau lebih asersi tersebut akan mengakibatkan
salah saji (misstatement) atau bahkan tidak dapat disimpulkan nilai
wajarnya karena ketidakcukupan bukti pemeriksaan.
1) Dalam hal tanah belum ada bukti kepemilikan yang sah, namun
dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah tersebut
tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca
pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
2) Dalam hal tanah dimiliki oleh pemerintah, namun dikuasai dan/atau
digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut tetap harus dicatat
dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta
diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan,
bahwa tanah tersebut dikuasai atau digunakan oleh pihak lain.
3) Dalam hal tanah dimiliki oleh suatu entitas pemerintah, namun
dikuasai dan/atau digunakan oleh entitas pemerintah yang lain,
maka tanah tersebut dicatat dan disajikan pada neraca entitas
pemerintah yang mempunyai bukti kepemilikan, serta diungkapkan
secara memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Entitas
pemerintah yang menguasai dan/atau menggunakan tanah cukup
mengungkapkan tanah tersebut secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan.
a) Dalam hal belum ada bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah
tersebut dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka
tanah tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap
tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
b) Dalam hal pemerintah belum mempunyai bukti kepemilikan
tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai dan/atau digunakan
oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan sebagai
aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara
memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
c) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut
dikuasai dan/atau digunakan oleh pemerintah, maka tanah
tersebut tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah
pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara memadai dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
d) Dalam hal bukti kepemilikan tanah ganda, namun tanah tersebut
dikuasai dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut
tetap harus dicatat dan disajikan sebagai aset tetap tanah pada
neraca pemerintah, namun adanya sertifikat ganda harus
diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
Kesimpulan:
Dengan ketentuan tersebut, maka aset tersebut dicatat dan disajikan
sebagai aset tetap dan di jelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK).
16. Q : Bagaimana penyajian dalam Neraca dan pengaruhnya terhadap
pemberian opini atas Aset yang mempunyai nilai Rp1,00 ?
A : Berdasarkan PSAP No.07 Aset Tetap paragraf 22 diketahui bahwa ‘Aset
tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan’. Apabila aset telah lama
dimiliki dan tidak diketahui biaya perolehannya, maka berdasarkan Bultek
PSAP No.02 Penyusunan Neraca Awal Pemerintah Daerah, nilai wajar
aset ditentukan sebagai berikut.
1) Tanah
Jika tanah diperoleh lebih dari satu tahun sebelum tanggal neraca awal,
maka nilai wajar tanah ditentukan dengan menggunakan rata-rata harga
jual beli tanah antar pihak-pihak independen di sekitar tanggal neraca
tersebut, untuk jenis tanah yang sama di wilayah yang sama. Apabila tidak
terdapat banyak transaksi jual beli tanah pada sekitar tanggal neraca,
sebuah transaksi antar pihak independen dapat mewakili harga pasar.
Apabila tidak terdapat nilai pasar, entitas dapat menggunakan Nilai Jual
Obyek Pajak (NJOP) terakhir. Jika terdapat alasan untuk tidak
menggunakan NJOP maka dapat digunakan nilai appraisal dari
perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian
yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan tanah yang
tercantum dalam neraca awal, serta jumlah komitmen untuk akuisisi tanah
apabila ada.
Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar untuk peralatan dan
mesin adalah harga perolehan jika peralatan dan mesin tersebut dibeli
setahun atau kurang dari tanggal neraca awal atau membandingkannya
dengan harga pasar peralatan dan mesin sejenis dan dalam kondisi yang
sama. Apabila harga pasar tidak tersedia maka digunakan nilai appraisal
dari perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai yang kompeten dengan
memperhitungkan faktor penyusutan. Jika hal tersebut terlalu mahal
biayanya dan memakan waktu lama karena tingkat kerumitan perhitungan
yang tinggi maka dapat dipakai standar harga yang dikeluarkan oleh
instansi pemerintah yang berwenang dengan memakai perhitungan teknis.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian
yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan peralatan
dan mesin yang tercantum dalam neraca awal, serta jumlah komitmen
untuk akuisisi peralatan dan mesin apabila ada.
Jika gedung dan bangunan diperoleh lebih dari satu tahun sebelum
tanggal neraca awal, nilai wajar gedung dan bangunan ditentukan dengan
menggunakan NJOP terakhir. Jika terdapat alasan untuk tidak
Untuk keperluan penyusunan neraca awal, nilai wajar jalan, irigasi, dan
jaringan ditentukan oleh perusahaan jasa penilai resmi atau tim penilai
yang kompeten dengan menggunakan standar biaya atau perhitungan
teknis (yang antara lain memperhitungkan fungsi dan kondisi aset) dari
instansi pemerintah yang berwenang yang diterbitkan setahun atau kurang
dari tanggal neraca.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan, diungkapkan dasar penilaian
yang digunakan, informasi penting lainnya sehubungan dengan jalan,
irigasi, dan jaringan yang tercantum dalam neraca awal, serta jumlah
komitmen untuk akuisisi jalan, irigasi, dan jaringan apabila ada.
5) Aset Tetap Lainnya
terdapat surat ketetapan dan telah diterbitkan Surat Penagihan. Dalam hal
terdapat barang/uang yang disita oleh Negara/daerah sebagai jaminan
makahal ini wajib diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Pendapatan
21. Q : Bagaimana penyajian dalam Laporan Keuangan atas setoran bagian laba
BUMD yang terlambat ?
A : 1) Diakui sebagai Piutang pada sisi Aktiva Neraca pada saat jatuh tempo
komitmen penyetoran bagian laba tersebut.
2) Belum dicatat di LRA maupun di LAK.
3) Pengungkapan secukupnya di CaLK
23. Q : Dalam Pemungutan Pajak Penerangan Jalan (PPJ), PLN merupakan pihak
lain yang melakukan pemungutan PPJ, namun ada ketentuan dari internal
PLN yang melarang petugasnya untuk menerima Insentif. Apakah insentif
bagian PLN tersebut dapat dibagikan kembali kepada pejabat dan pegawai
instansi pemungut? (21)
25. Q : Pada Pemda yang sudah memiliki SKPD DPPKAD terdiri dari Bidang PAD,
Bidang Perimbangan, Akuntansi dan Bidang Aset, apakah penerima
insentif pajak dan retribusi daerah tersebut termasuk seluruh bidang di
SKPD tersebut atau hanya yang membidangi Pajak dan Retribusi saja.
A : Pembahasan sama dengan pertanyaan di atas
Kesimpulan:
Sepanjang telah ada SK KDh, tidak perlu menilai apakah layak atau tidak
untuk memperoleh insentif.
26. Q : Bagaimana bila besaran insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah
melebihi ketentuan yang berlaku ?
A : Berdasarkan PP Nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah dan
Keputusan Mendagri Nomor 35 Tahun 2002 diketahui untuk pemungutan
Pajak Daerah dapat diberikan biaya pemungutan yang ditetapkan paling
tinggi sebesar 5% (lima persen) dari realisasi penerimaan Pajak Daerah.
Sedangkan berdasarkan PP Nomor 69 Tahun 2010 ditetapkan besarnya
insentif ditetapkan paling tinggi 3% untuk provinsi dan 5% untuk
kabupaten/kota, dari rencana penerimaan pajak dan retribusi dalam tahun
anggaran berkenaan. Dengan demikian jika jumlah insentif pada instansi
pelaksana melebihi batas maksimal sebesar 3% untuk provinsi dan 5%
untuk kabupaten/kota dari rencana pendapatan pajak dan retribusi tahun
anggaran yang berkenaan, maka kelebihannya harus disetorkan ke kas
daerah .
Kesimpulan:
Jika jumlah insentif pada instansi pelaksana melebihi batas maksimal
sebesar 3% untuk provinsi dan 5% untuk kabupaten/kota dari rencana
pendapatan pajak dan retribusi tahun anggaran yang berkenaan sesuai PP
nomor 69 tahun 2010, maka kelebihannya harus disetorkan ke kas daerah.
27. Q : Bagaimana penganggaran dan pertanggungjawaban insentif pemungutan
pajak dan retribusi daerah ?
A : Insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah dianggarkan dalam
kelompok belanja tidak langsung, jenis belanja pegawai. Karena
dianggarkan dalam Belanja Pegawai maka bukti pertanggungjawabannya
cukup berupa SK KDh mengenai pemberian insentif, daftar nominatif dan
kuitansi tanda terima uang serta bukti pemotongan PPh Pasal 21.
Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas
28. Q : Apabila anggaran belanja daya dan jasa tidak cukup tersedia dalam DPA,
Pemda mengkompensasi penerimaan PPJU-nya dengan kekurangan
belanja daya dan jasa tersebut. Bagaimana sikap auditor atas hal tersebut
?
A : Pada prinsipnya pendapatan harus dicatat secara bruto. Jika auditor
menemukan Pemda melakukan pencatatan pendapatan secara netto
maka dengan mempertimbangkan materialitas, auditor mengungkap
masalah tersebut dalam temuan pemeriksaan kepatuhan. Masalah
tersebut tidak dapat dikoreksi karena :
mengacu pada ketentuan yang lebih tinggi dan mengatur secara jelas
peruntukkan penggunaannya, apakah terdapat penggunaan langsung
untuk kepentingan yang tidak diperkenankan oleh peraturan
perundangan (misal: untuk kepentingan pribadi, dll.), apakah atas
penggunaan langsung tersebut terdapat pengembalian setelah tanggal
neraca dan pada saat pemeriksaan telah disetorkan ke Kas Daerah.
34. Q : Apakah jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris
dapat diakui sebagai pendapatan RSUD?
A : Jasa giro dari dana jamkesmas yang ada di rekening transitoris tidak dapat
diakui sebagai pendapatan RSUD karena harus disetor ke rekening kas
negara.
Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas
35. Q : Apakah klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator
independen dapat diakui sebagai piutang ?
A : Klaim yang sudah diajukan RSUD tapi belum disahkan verifikator
independen tidak dapat diakui sebagai piutang karena klaim tersebut
belum sah. Namun, apabila laporan pertanggungjawaban telah disahkan
dan dana belum dicairkan maka dapat disajikan sebagai piutang.
Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas
36. Q : Apakah sisa dana pelayanan kesehatan program jamkesmas yang sampai
akhir tahun masih tersimpan di rekening giro POS dapat diakui sebagai
pendapatan Puskesmas atau tidak ?
A : Sisa dana dalam rekening giro pos belum dapat diakui sebagai
pendapatan Puskesmas karena :
1) Dana tersebut merupakan bantuan sosial dari Kementerian Kesehatan
dan sudah dipertanggungjawabkan secara definitif yang
pengeluarannya ditujukan kepada masyarakat miskin untuk bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan. Dengan demikian dana
jamkesmas tersebut sebenarnya merupakan dana masyarakat miskin
yang akan digunakan bila masyarakat miskin tersebut mendapatkan
pelayanan kesehatan.
2) Puskesmas dapat mencairkan dana dari rekening giro pos dan
mengakui pendapatan sejumlah dana yang dipertanggungjawabkan.
Dengan demikian sisa dana jamkesmas yang masih terdapat dalam
rekening giro pos belum bisa diakui sebagai pendapatan Puskesmas.
Untuk tujuan pengendalian dan kepentingan transparansi, dana yang
belum diklaim dan masih ada di rekening giro pos maka dana tersebut
harus diungkapkan dalam CaLK pada akun kas. Pengungkapannya
meliputi saldo awal, jumlah dana jamkesmas yang diterima dalam TA yang
bersangkutan, jumlah dana yang dicairkan (diklaim) dan saldo akhir.
Kesimpulan: Pembahasan sudah jelas
Belanja
39. Q : Dalam pemeriksaan sering dijumpai pencairan uang tanpa SP2D dan
hanya berdasar SPM. Apakah dapat diperbolehkan ?
dan LAK;. Kas Daerah yang disajikan di neraca adalah kas yang ada di
rekening koran setelah direkonsiliasi.
2) Ungkapkan dalam CaLK atas akun Kas di Neraca dan LAK, bahwa
terdapat SP2D yang belum dicairkan.
Kesimpulan: cukup jelas
41. Q: Apakah langkah pemeriksa bila ditemukan kegiatan yang tidak tersedia
anggaran ?
A : 1) Ungkap sebagai temuan kepatuhan (bertentangan dengan UU Nomor 1
Tahun 2004);
(2) PP No. 58 Tahun 2005 pasal 60 ayat (1) yang menyatakan Setiap
pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah
mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih.
2) Jika telah dicairkan ke rekening rekanan (kemudian diblokir), maka:
(1) Dalam Neraca, Aset Tetap perlu diusulkan koreksi menjadi KDP.
Nilai yang diakui dalam KDP sebesar progress fisik pekerjaan yang
telah diserahkan kepada Pemda (termin yang telah dibayar
ditambah progress fisik yang telah diserahkan namun belum
dibayar).
Contoh: Pembayaran 100%, progress fisik 70%.
Jurnal di Neraca:
KDP 70%
EDI-Aset Tetap 30%
Aset Tetap 100%
(3) Dalam LRA , Belanja Modal yang tercatat sebesar 100% tidak
mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Hal ini tidak memenuhi
asersi “Keterjadian (Occurence)”. Sehubungan kondisi tersebut
tidak memenuhi asersi “keterjadian” maka berdampak terhadap
kewajaran penyajian Belanja Modal dan dapat dijadikan alasan
pengecualian dalam opini.
(4) Adanya dana dalam Rekening Titipan juga dapat dijadikan dasar
pengecualian opini karena masih ada kas pada rekening yang tidak
jelas status hak dan kewajibannya. (pengecualian pada akun Kas)
4) Jika telah dicairkan ke rekening selain Kas Daerah namun masih
dikuasai Pemda (seperti rekening giro/tabungan yang dikuasai BUD
namun tidak dilaporkan atau rekening Bendahara Pengeluaran), maka:
(2) Adanya garansi bank yang diberikan oleh rekanan perlu dicatat oleh
Pemerintah Daerah dalam CaLK.
(3) Perlakuan sama dengan usulan kebijakan 2c.
Namun demikian, karena kasus ini terjadi secara nasional dan belum
ada jalan keluarnya, sedangkan sistem anggaran dan sistem akuntansi
tidak menjembatani atau memberi jalan keluar kejadian tersebut, maka
kebijakan sementara adalah sbb:
(1) Apabila pada saat pekerjaan lapangan berlangsung dan fisik
pekerjaan sudah selesai, maka perlu diungkapkan sebagai temuan,
namun tidak mempengaruhi opini;
(2) Apabila pada saat auditor memulai pemeriksaan (entry) dan fisik
pekerjaan belum selesai, maka berlaku langkah nomor 1 s.d. 5
A : Jika kondisi ini terjadi, maka perlakuannya sama dengan perlakuan pada
permasalahan pertama: : Proyek fisik belum selesai pada 31 Desember,
tetapi uang sudah dicairkan dengan dokumen pembayaran fiktif.
Kesimpulan: cukup jelas
47. Q : Pemda mengadakan tanah untuk keperluan pembangunan fasilitas publik
dan bangunan dinas. Atas pengadaan tersebut, bukti pertanggungjawaban
belanja modal pengadaan tanah tidak dilengkapi dengan pemungutan dan
penyetoran PPh atas Pengalihan Hak atas Tanah. Apakah hal tersebut
dibenarkan ?
A : 1) Prosedur pemeriksaan yang perlu dikembangkan adalah untuk
memperoleh keyakinan: apakah persyaratan khusus pelaksanaan
3) Apabila sampai akhir tahun masih terdapat barang yang belum diberikan
kepada penerima hibah maka barang tersebut disajikan sebagai
persediaan dalam neraca pemda.
Kesimpulan:
BPO yang melebihi ketentuan yang telah ditetapkan harus disetorkan ke
Kas Daerah.
Kesimpulan:
Dalam kaitan pemeriksaan LKPD ini pertanggungjawaban BPO Pimpinan
DPRD, dianggap lengkap sepanjang memenuhi persyaratan di atas
59. Q : Bagaimana definisi pemberian bantuan sosial tidak diberikan secara terus
menerus?
A : Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial.
Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat
dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk
lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.
Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk
uang/barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak terus-menerus
dan selektif.
Tidak terus menerus diartikan bahwa bantuan sosial tidak wajib dan tidak
harus diberikan setiap tahun anggaran. Dengan demikian perlu dicermati
apakah pemberian bantuan sosial tersebut telah diberikan kepada pihak
yang memang benar-benar membutuhkan (lakukan konfirmasi jika perlu.
Perlu diperhatikan peraturan kepala daerah yang mengatur tentang syarat-
syarat penerima bantuan.
Pemberian belanja bantuan sosial umumnya bersifat sementara dan tidak
terus menerus, namun terdapat kondisi dimana Belanja Bantuan Sosial
tersebut diberikan secara terus menerus atau berkelanjutan. Yang
dimaksud dengan Belanja Bantuan Sosial berkelanjutan yaitu bantuan
yang diberikan secara terus menerus untuk mempertahankan taraf
kesejahteraan sosial dan upaya untuk mengembangkan kemandirian.
Belanja bantuan sosial yang diberikan secara tidak terus menerus/tidak
mengikat diartikan bahwa pemberian bantuan tersebut tidak wajib dan
A : Pengeluaran bantuan sosial dan belanja hibah dianggap sah apabila telah
dilengkapi dengan proposal atau permintaan dari penerima dan
persetujuan kepala daerah serta SP2D yang sah dan nota hibah.
Pemeriksa juga harus memperhatikan peraturan yang ada pada masing-
masing daerah terkait belanja sosial misalnya peraturan kepala daerah
mengatur bagaimana kewajiban penerima bantuan, apakah mewajibkan
menyampaikan bantuan atau tidak. Perlu diperdalam apabila berindikasi
fiktif atau diberikan kepada pihak yang tidak memenuhi kriteria, maka
belanja bantuan tersebut dapat mempengaruhi opini atas laporan
keuangan (tergantung tingkat materialitasnya)
Kesimpulan: cukup jelas
61. Q : Apakah diperbolehkan pemberian hibah kepada klub sepakbola yang
mengikuti liga profesional?
62. Q : Apa yang menjadi dasar penyusunan LAK SP2D atau SPJ?
A : Arus kas adalah arus masuk dan arus masuk keluar kas dan setara kas
pada BUD. Pada prinsipnya penggunaan kedua dasar penyusunan LAK
tersebut akan menghasilkan saldo kas sama. Mengingat secara substansi
tidak terdapat perbedaan maka dikembalikan kembali kepada masing-
masing pemerintah daerah dengan catatan saldo yang disajikan dalam
LAK dapat diyakini. Dasar hukum : PSAP 03 Laporan Arus Kas
Kesimpulan: cukup jelas
63. Q : Jenis transaksi apa yang tidak akan tersaji dalam LAK?
A : Transaksi yang tidak tersaji dalam LAK adalah pemotongan dan
pemungutan PFK oleh Bendahara pengeluaran, transaksi kas di BLUD.
Dasar hukum : PSAP 03 Laporan Arus Kas paragraf 29.
A : Permasalahan a.
1. Disajikan sebagai beban di LRA,
2. tidak tersaji sebagai kas di bendahara pengeluaran,
3. disajikan sebagai pengeluaran atas mata anggaran beban di LAK
Permasalahan b.
1. Disajikan sebagai beban di LRA,
2. tidak tersaji sebagai kas di bendahara pengeluaran,
3. Diungkap dalam Temuan
Permasalahan c.
Disajikan sebagai hasil aktivitas non anggaranpenerimaan sisa UP tahun
lalu.
Kesimpulan: cukup jelas
64. Q : Mohon penjelasan atas hal berikut.
a. SPJ belum dipertanggungjawabkan sampai pemeriksaan berakhir;
b. SPJ tidak lengkap;
c. SPJ tidak diperoleh dan tidak ada prosedur pemeriksaan lain.
A : Permasalahan a, b dan c dijadikan temuan pemeriksaan dan jika material
dapat mempengaruhi opini.
I. Tujuan Penugasan
1. Standar Pemeriksaan
Dalam rangka pencapaian tujuan pemeriksaan di atas, pemeriksa LKPD Tahun
Anggaran ......... melakukan pemeriksaan laporan keuangan berdasarkan SPKN,
dengan memberlakukan SPAP untuk standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan, kecuali diatur lain dalam SPKN.
2) Kelengkapan
Bahwa semua aset, kewajiban, dan equitas dana yang dimiliki telah dicatat
dalam neraca dan seluruh transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan yang
terjadi selama Tahun 20.... telah dicatat dalam LRA.
DAFTAR ISI
Hal.
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... i
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN............................
LAPORAN KEUANGAN.....................................................................................................
1. NERACA....................................................................................................................
2. LAPORAN REALISASI ANGGARAN....................................................................
3. LAPORAN ARUS KAS.............................................................................................
4. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN..........................................................
GAMBARAN UMUM PEMERIKSAAN.............................................................................
NERACA
2. Tujuan Pemeriksaan
3. Sasaran Pemeriksaan
e. Anggaran (LRA) dan Laporan Arus Kas TA 20x1 sesuai dengan SAP;
Bahwa seluruh aset dan kewajiban yang disajikan dalam Neraca per 31
Desember 20x1 dan seluruh transaksi penerimaan, belanja dan pembiayaan
anggaran yang disajikan dalam LRA TA 20x1 benar-benar ada dan terjadi
selama periode tersebut serta telah didukung dengan bukti–bukti yang memadai.
b. Kelengkapan
Bahwa seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas dana yang dimiliki telah
dicatat dalam neraca dan seluruh transaksi penerimaan daerah, belanja daerah
dan pembiayaan yang terjadi selama Tahun Anggaran 20x1 telah dicatat dalam
LRA.
Bahwa seluruh aset yang tercatat dalam neraca benar-benar dimiliki atau
hak dari pemerintah daerah dan utang yang tercatat merupakan kewajiban
pemerintah daerah pada tanggal pelaporan.
4. Standar Pemeriksaan
5. Metode Pemeriksaan
a. Perencanaan Pemeriksaan
a) Tingkat risiko;
b) Jika hasil pengujian SPI disimpulkan pengendalian intern suatu akun lemah,
maka sampel untuk pengujian substantif atas akun tersebut harus lebih besar.
Jika akun-akun tertentu mempunyai risiko bawaan (inherent risk) yang lebih
tinggi dari akun-akun lainnya, maka sampel untuk pengujian substantif
untuk akun-akun tersebut harus lebih besar;
d) Saldo akun yang kecil bisa dibentuk dari transaksi-transaksi positif dan
negatif yang besar;
e) Cost and benefit, manfaat uji petik atas suatu transaksi atau saldo akun harus
lebih besar dari biaya pengujian tersebut.
b. Pelaksanaan Pemeriksaan
1) Pengujian Analitis
2) Pengujian Pengendalian
4) Penyelesaian Penugasan
c. Pelaporan
6. Waktu Pemeriksaan
Jangka waktu pemeriksaan adalah selama hari kerja (dari tanggal s.d. ).
7. Objek Pemeriksaan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..............…………………………………………………….................
DAFTAR TABEL..............…………………………………………………….........
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………............................
3. dst.. .......................................................................................................
LAMPIRAN
Kelemahan dan rekomendasi perbaikan secara rinci dapat dilihat dalam laporan ini.
BAB 1
HASIL PEMERIKSAAN
[ URAIAN KONDISI ]
[ URAIAN KRITERIA ]
[ URAIAN AKIBAT ]
[ URAIAN SEBAB ]
[ URAIAN SARAN ]
[ URAIAN KONDISI ]
[ URAIAN KRITERIA ]
[ URAIAN AKIBAT ]
[ URAIAN SEBAB ]
[ URAIAN SARAN ]
3. dst..
BAB 2
1 Tahun 2009
2 Tahun 2008
3 Tahun 2007
4 Tahun 2006
5 Tahun 2005
6 Tahun 2004
Total
Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 1.
Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain adalah
(1) [PERMASALAHAN YANG BELUM DITINDAKLANJUTI], (2)
[PERMASALAHAN YANG BELUM DITINDAKLANJUTI], (3) dst.
Republik Indonesia
Tahun 2008
Tahun 2007
Tahun 2006
Tahun 2005
Tahun 2004
*)
Beri tanda √ untuk kolom yang sesuai
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..............……………………………………………………...............
DAFTAR TABEL..............…………………………………………………….......
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………............................
3. dst.. .......................................................................................................
LAMPIRAN
BAB 1
HASIL PEMERIKSAAN ATAS
KEPATUHAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
3. dst..
BAB 2
Dalam rangka pemeriksaan atas Laporan Keuangan [nama pemda] Tahun 2010,
BPK memantau tindak lanjut [nama pemda] terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan atas
Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan [nama pemda] Tahun 2004 – 2009.
Sesuai dengan Pasal 20 UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, pelaksanaan tindak lanjut menjadi tanggung
jawab Pemerintah / [nama pemda] dan DPRD.
Pemantauan atas tindak lanjut [nama pemda] terhadap temuan tersebut
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
Hasil Pemantauan Tindak Lanjut
Jumlah
No LHP Tahun Belum Belum
Temuan Sesuai Sesuai /
Selesai Ditindaklanjuti
1 Tahun 2009
2 Tahun 2008
3 Tahun 2007
4 Tahun 2006
5 Tahun 2005
6 Tahun 2004
Total
Rincian dari temuan terdapat di Lampiran 1.
[nama pemda] telah menindaklanjuti rekomendasi yang diajukan BPK, antara
lain mengenai (1) [rekomendasi yang telah ditindaklanjuti], (2) [rekomendasi yang telah
ditindaklanjuti], (3) dst.
Adapun permasalahan yang masih dalam proses tindak lanjut antara lain adalah
(1) [permasalahan yang belum ditindaklanjuti], (2) [permasalahan yang belum
ditindaklanjuti], (3) dst.
DAFTAR SINGKATAN
A
AAR Acceptable audit risk
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
B
BLU Badan Layanan Umum
BLUD Badan Layanan Umum Daerah
BPK RI Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
BRM Bussiness Risk Matrix
BUD Bendahara Umum Daerah
BV Book value
C
CR Controll Risk
D
DAK Dana Alokasi Khusus
DAU Dana Alokasi Umum
DBH Dana Bagi Hasil
DPA Dokumen Pelaksanaan Anggaran
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DR Detection Risk
E
EER Expected Error Risk
EM Expected Misstatement
3E Efektifitas, efisiensi dan ekonomis
I
IHPS Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
IR Inherent Risk
J
JUKLAK Petunjuk Pelaksanaan
JUKNIS Petunjuk Teknis
K
KDP Konstruksi Dalam Pengerjaan
KKN Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
KKP Kertas Kerja Pemeriksaan
KLHP Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
L
LHP Laporan Hasil Pemeriksaan
LKPD Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
M
MP Memo Penyesuaian
MUS Monetary Unit Sampling
P
P2 Program Pemeriksaan
PAD Pendapatan Asli Daerah
PDTT Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
PEMDA Pemerintah Daerah
PERDA Peraturan Daerah
PERMENDAGR
I Peraturan Menteri Dalam Negeri
PM Planning Materiality
PMP Panduan Manajemen Pemeriksaan
PP Peraturan Pemerintah
PPK-BLUD Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan UmumDaerah
PPKD Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
PSP Pernyataan Standar Pemeriksaan
R
RBA Rencana Bisnis dan Anggaran
RBA Risk Based Audit
RBAA Risk Based Audit approach
RF Reliability Factor
RKA Rencana Kerja dan Anggaran
RKP Rencana Kerja Pemeriksaan
S
SAK Standar Akuntansi Keuangan
SAP Standar Akuntansi Pemerintah
T
TA Tahun Anggaran
TAPD Tim Asistensi Perencanaan Daerah
TE Tolerable Error
TMP Tidak Memberikan Pendapat
TP Temuan Pemeriksaan
TUP Tambahan Uang Persediaan
U
UP Uang Persediaan
UU Undang - Undang
UUDP Uang Untuk Dipertanggungjawabkan
W
WDP Wajar Dengan Pengecualian
WTP Wajar Tanpa Pengecualian
10. Tidak terdapat peristiwa atau transaksi material yang terjadi setelah tanggal 31
Desember 200X yang belum dicatat dan diungkapkan dalam catatan laporan
keuangan.
11. Tidak terdapat kecurangan material (kesalahan disengaja, penghilangan jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset yang dapat
berdampak material terhadap laporan keuangan) dan kecurangan lain yang
melibatkan pimpinan atau pegawai yang memiliki peran penting dalam
pengendalian intern.
12. Kami bertanggungjawab untuk menyelenggarakan dan memelihara sistem
pengendalian intern.
13. Kami telah menilai efektifitas sistem pengendalian intern dalam hal :
a. Keandalan pelaporan keuangan: transaksi-transaksi telah dicatat, diproses, dan
diringkas secara memadai untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan aset telah dilindungi
dari kehilangan yang disebabkan oleh pengambilalihan, penggunaan atau
pelepasan hak yang tidak sah.
b. Ketaatan pada peraturan yang berlaku: transaksi-transaksi dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berdampak langsung dan material terhadap
laporan keuangan.
14. Kami telah menyampaikan semua kelemahan seginifikan yang ada pada
perancangan dan pelaksanaan pengendalian intern yang dapat berdampak negatif
terhadap kemampuan [Pemerintah Daerah ....] dalam mencapai tujuan
pengendalian intern dan mengindikasikan kelemahan-kelemahan yang material.
15. Kami bertanggungjawab atas penyelenggaraan sistem pengelolaan keuangan sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan tentang keuangan negara dan SAP.
16. Kami telah mengidentifikasi dan mengungkapkan semua pertauran dan undang-
undang yang berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah dalam
laporan keuangan.
17. Kami telah menyampaikan semua kejadian ketidakpatuhan terhadap peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
Demikian surat representasi ini dibuat sebagai penjelasan atas hasil pemeriksaan BPK
RI atas laporan Keuangan.
Sesuai Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, jawaban atau penjelasan
kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi BPK disampaikan selambat-lambatnya 60
(enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan sejak hasil pemeriksaan ini diterima.
Atas perhatian dan kerjasama [Kepala Daerah], kami ucapkan terima kasih.
Sesuai Pasal 21 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, DPRD menindaklanjuti Hasil Pemeriksaan BPK sebagaimana
tercantum dalam laporan terlampir.
Atas perhatian dan kerjasama [Kepala Daerah], kami ucapkan terima kasih.
Tembusan:
BERITA ACARA
PENYERAHAN HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH (PROVINSI/KABUPATEN/KOTA) …………(NAMA ENTITAS)
TAHUN ANGGARAN ………(TAHUN)
Menyerahkan 3 (tiga) buah dokumen Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI Atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota……….(nama entitas) Tahun
Anggaran….(Tahun) yakni:
BERITA ACARA
PANDUAN
PENERBITAN SURAT DAN
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LKPD
Untuk laporan hasil pemeriksaan atas kerugian daerah adalah bukan merupakan bagian
dari LHP LKPD sehingga merupakan bagian terpisah dari LHP LKPD.
Contoh:
(1))Buku I :
Nomor : 135.A/LHP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 12 Juni 2010
(2))Buku II :
Nomor : 135.B/LHP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 12 Juni 2010
(3))Buku III :
Nomor : 135.C/LHP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 12 Juni 2010
dan untuk tanggal surat keluar sesuai dengan tanggal dibuatnya surat keluar
tersebut. Dengan format sebagai berikut.
(1)) DPRD
Nomor : (nomor).A/S-HP/XVIII. Kode Perwakilan/bulan surat keluar/tahun
surat keluar.
Tanggal: tanggal surat keluar (spasi) bulan surat keluar (spasi) tahun surat
keluar.
(2)) Kepala Daerah
Nomor : (nomor).B/S-HP/XVIII. Kode Perwakilan/bulan surat keluar/tahun
surat keluar.
Tanggal: tanggal surat keluar (spasi) bulan surat keluar (spasi) tahun surat
keluar.
Contoh:
(1))DPRD
Nomor : 78.A/S-HP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 20 Juni 2010
(2))Kepala Daerah
Nomor : 78.B/S-HP/XVIII.BAC/06/2010
Tanggal : 20 Juni 2010
2) Berita Acara
Dalam penyerahan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) kepada DPRD dan Kepala
Daerah, pihak Perwakilan BPK RI akan membuat Berita Acara Serah Terima LHP
(BA) dengan ditandatangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak yang menyerahkan
LHP (Kepala Perwakilan/yang mewakili) dan pihak yang menerima LHP
(DPRD/Kepala Daerah dan atau yang mewakili). Berita acaranya ini tidak
menggunakan nomor akan tetapi menyebutkan tanggal BA tersebut sesuai tanggal
terjadinya penyerahan LHP tersebut.
(10) Neraca
(11) Laporan Arus Kas
(12) Catatan Atas Laporan Keuangan
(13) Lampiran
(14) Gambaran Umum Pemeriksaan
1) Sampul Cover
2) Cover dalam
3) Daftar Isi
4) Daftar Tabel
5) Daftar Lampiran
6) Daftar Singkatan
7) Resume Laporan atas Pengendalian Intern
8) Bab I Hasil Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern
9) Bab II Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian
Intern Tahun…………….