Anda di halaman 1dari 50

PERTEMUAN 14

PENGAWASAN, PEMERIKSAAN, DAN


STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN
NEGARA (SPKN)

Oleh :
Tim Program Hibah Kompetisi
Teknologi Informasi & Komunikasi (PHK TIK) K1
Program Studi Akuntansi Universitas Widyatama
2008
Tujuan Pembelajaran Umum :

Mahasiswa memahami dan mengerti ukuran mutu pemeriksa dan organisasi pemeriksa atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara

Tujuan Pembelajaran Khusus :

1. Mahasiswa mampu memahami Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sebagai


pedoman pemeriksaan keuangan Negara
2. Mahasiswa mampu membedakan audit dan pemeriksaan dan pemeriksa dari aparat pengawas
internal, satuan pengawasan intern
3. Mahasiswa mengetahui isi SPKN, mampu menjelaskan objek dan pihak yang melaksanakan
pemeriksaan
4. Mahasiswa mengetahui dasar hukum SPKN, pelaksanaan SPKN, SPKN sebagai landasan
operasional dan referensi SPKN
5. Mahasiswa dapat menjelaskan perbedaan pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tanggung jawab pemeriksa dan organisasi pemeriksa
7. Mahasiswa mengetahui dan memahami standar pemeriksaan keuangan, standar pemeriksaan
kinerja dan standar pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Sub Pokok Bahasan (1) :

Dasar Pemikiran

Hubungan SPKN dengan Keuangan Negara

Tujuan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

Pemeriksa & Pemeriksaan, Pengguna SPKN, Aparat


Pengawas Internal pemerintah, Satuan Pengawasan Intern

Dasar Hukum, Pelaksanaan SPKN dan Pihak Lain sebagai


Pemeriksa

Referensi SPKN

Daftar Isi
Sub Pokok Bahasan (2) :
Pembagian Pemeriksaan Dalam SPKN

Tanggung Jawab Pemeriksa, Dan Tanggung Jawab


Organisasi Pemeriksa

Sistematika SPKN

Standar Pemeriksaan Keuangan, Standar Pemeriksaan


Kinerja dan Standar Pemeriksaan Dengan Tujuan
Tertentu

Soal Latihan
Dasar Pemikiran

CLEAN GOVERNMENT TRANSPARANSI

dan PARTISIPASI

GOOD GOVERNANCE AKUNTABILITAS

REFORMASI PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

Sub Pokok Bahasan


Paket UU Keuangan Negara

UU 32/2004 Pemda
UU 15/2004
REFORMASI Pemeriksaan pengelolaan &
UU 17/2003
PENGELOLAAN tanggung jwb keu negara
KEUANGAN DAERAH !! Keu negara
UU 1/2004
Perbendaharaan negara

PP 58/ 05, PMDN 13/ 06 PP 24/ 05, SAP


Pengelolaan Keu Daerah

LRA
NERACA LAPORAN
LAK KEUANGAN
CaLK Transparansi, Akuntabilitas dan partisipasi
Kewajiban Penyusunan Laporan Keuangan

PEMDA
SKPD
Laporan Realisasi Anggaran Laporan Realisasi Anggaran
Neraca Neraca
Laporan Arus Kas Catatan atas laporan keu.
Catatan atas laporan Keu.

Penyusunan laporan keuangan dilakukan dengan sistem


akuntasi yang sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) > PP 24/2005
Audit VS Reviu PERBEDAAN

PERSAMAAN Audit : jaminan lebih tinggi, Reviu


lebih rendah/ terbatas.
Jasa atas LK historis
Audit: Pelaporan positif, Reviu
Pemberian jaminan atas pelaporan negatif.
laporan keuangan
Audit : Opini, Reviu : Pernyataan

Reviu dapat mengarahkan


perhatian APIP kepada hal-hal
penting yang mempengaruhi LK,
namun tidak memberikan keyakinan
bahwa APIP akan mengetahui
semua hal penting yang akan
terungkap melalui suatu audit.
Audit VS Reviu
STANDAR AUDIT
Pemahaman SPI menyeluruh PEDOMAN REVIU
Penetapan Risiko Pengendalian Penelaahan SPI terkait dengan
Pengujian catatan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.
pengujian atas respon pertanyaan. Kesesuaian dengan SAP

PROSEDUR : PROSEDUR :
Dengan cara pemerolehan bahan bukti Dengan permintaan keterangan melalui
yang menguatkan melalui inspeksi, wawancara/memberikan Kuesioner dan
observasi atau konfirmasi dan prosedur prosedur analisis, tanpa pengujian bukti
audit lainnya

Sub Pokok Bahasan


Hubungan SPKN dengan Keuangan Negara

Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah standar/


patokan yang memandu pemeriksa (BPK/KAP) untuk melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
(Pusat, Daerah, dan SKPD).
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut

Sub Pokok Bahasan


Tujuan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN)
Menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa
dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara

Sub Pokok Bahasan


Pemeriksa dan Pemeriksaan

Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan


pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas
nama Badan Pemeriksa Keuangan.
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan
evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk:
1. menilai kebenaran,
2. kecermatan,
3. kredibilitas, dan
4. keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara

Sub Pokok Bahasan


Pengguna SPKN

SPKN Berlaku untuk:


Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI)
Akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, untuk dan
atas nama BPK-RI
Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) termasuk Satuan
Pengawas Intern (SPI) BUMN/BUMD, sebagai acuan dalam
menyusun standar pemeriksaan sesuai dengan kedudukan, tugas
pokok, dan fungsi masing-masing.
Pihak-pihak lain yang ingin menggunakan SPKN.
Aparat Pengawas Internal Pemerintah
Aparat Pengawas Internal Pemerintah adalah unit organisasi di
lingkungan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Kementerian
Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan
pengawasan dalam lingkup kewenangannya.
Satuan Pengawasan Intern

Satuan Pengawasan Intern adalah unit organisasi pada Badan


Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah yang
mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam
lingkup kewenangannya

Sub Pokok Bahasan


Dasar Hukum

Dasar hukum SPKN : Peraturan BPK R.I Nomor 01 Tahun 2007


tentang SPKN
Dengan berlakunya Peraturan ini maka Standar Audit Pemerintahan
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Badan Pemeriksa
Keuangan Nomor Ola/SK/K/1995, dinyatakan tidak berlaku.

Sub Pokok Bahasan


Pelaksanaan SPKN

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang SPKN ini


merupakan pelaksanaan dari :
1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara Jo. Pasal 9 e Jo.
2. Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan yang menyatakan Badan Pemeriksa
Keuangan berwenang/berkewajiban menetapkan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara setelah berkonsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan
dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan
Negara
Pihak Lain Sebagai Pemeriksa

Adalah pengawas dari berbagai instansi atau tenaga ahli pada unit
organisasi pengawasan pada lembaga atau organisasi yang
mengelola Keuangan Negara, antara lain :
1. Satuan Pengawas Intern pada Bank Indonesia,
2. Satuan Pengawas Intern pada Lembaga Penjamin Simpanan dan
3. Satuan pengawas intern pada yayasan atau badan lain yang
mengelola atau menerima bantuan dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah

Sub Pokok Bahasan


Referensi SPKN

Standar Audit Pemerintahan Badan Pemeriksa Keuangan RI


Tahun 1995.
Generally Accepted Government Auditing Standards (GAGAS) 2003
Revision,United States General Accounting Office (US-GAO).
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), 2001, Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI).
Auditing Standards, International Organization of Supreme Audit
Institutions INTOSAI), Latest Ammendment 1995.
Generally Accepted Auditing Standards (GAAS), AICPA, 2002.
Internal Control Standards, INTOSAI, 2001.
Standards for the Professional Practice of Internal Auditing, SPPIA-
IIA, Latest Revision December 2003.

Sub Pokok Bahasan


Pembagian Pemeriksaan dalam SPKN

SPKN membagi audit/pemeriksaan menjadi tiga jenis, yaitu:


1. Standar Pemeriksaan Keuangan
Bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia

Sub Pokok Bahasan


Pembagian Pemeriksaan dalam SPKN
2. Pemeriksaan Kinerja
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis terhadap
bukti-bukti, untuk dapat memberikan penilaian secara independen atas
kinerja suatu entitas. Pemeriksaan kinerja ini menghasilkan informasi
yang berguna untuk meningkatkan kinerja suatu entitas dan
memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang berwenang.
Pembagian Pemeriksaan dalam SPKN

3. Pemeriksaan DenganTujuan Tertentu dapat bersifat:


eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang
disepakati (agreed-upon procedures).
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain
pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan,
pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem
pengendalian intern

Sub Pokok Bahasan


Tanggung Jawab Pemeriksa
1. Merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memenuhi
tujuan pemeriksaan.
2. Pemeriksa harus memahami prinsip-prinsip pelayanan
kepentingan publik serta menjunjung tinggi integritas,
obyektivitas, dan independensi.
3. Menghargai dan memelihara kepercayaan publik, dan
mempertahankan profesionalisme.

Sub Pokok Bahasan


Tanggung Jawab Organisasi Pemeriksa

Organisasi pemeriksa mempunyai tanggung jawab untuk meyakinkan


bahwa:
1. independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh
tahap pemeriksaan,
2. pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan
dalam perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan dan
pelaporan hasil pemeriksaan,
3. pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai
kompetensi profesional dan secara kolektif mempunyai keahlian
dan pengetahuan yang memadai, dan
4. peer-review sistem pengendalian mutu yang independen
dilaksanakan secara periodik dan dirancang dan memberikan
keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar Pemeriksaan
Sistematika SPKN

1. PENDAHULUAN STANDAR PEMERIKSAAN


2. PSP 01 : STANDAR UMUM
3. PSP 02 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
KEUANGAN
4. PSP 03 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGAN
5. PSP 04 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA
6. PSP 05 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA
7. PSP 06 : STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
DENGAN TUJUAN TERTENTU
8. PSP 07 : STANDAR PELAPORAN PEMERIKSAAN DENGAN
TUJUAN TERTENTU

Sub Pokok Bahasan


Standar Pemeriksaan Keuangan

Diatur dalam:
1. Standar Umum (PSP 01),
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan (PSP 02) dan
3. Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan (PSP 03).

Sub Pokok Bahasan


Standar Pemeriksaan Kinerja

Diatur dalam :
1. Standar Umum (PSP 01),
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja (PSP 04) dan
3. Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja (PSP 05).
Standar Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu

Diatur dalam :
1. Standar Umum (PSP 01),
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PSP
06), dan
3. Standar Pelaporan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PSP
07)
Standar Umum Pertama - (1) Kompetensi

Pernyataan standar umum pertama adalah: "Pemeriksa secara


kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai
untuk melaksanakan tugas pemeriksaan".
Pendidikan Profesional Berkelanjutan

Pemeriksa setiap 2 tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 jam


pendidikan yang secara langsung meningkatkan kecakapan
profesional pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan.
Pemeriksa sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus
dalam hal yang berhubungan langsung dengan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara di lingkungan
pemerintah atau lingkungan yang khusus dan unik di mana entitas
yang diperiksa beroperasi.
Pemeriksa Sedikitnya 20 jam dari 80 jam tersebut harus
diselesaikan dalam 1 tahun dari periode 2 tahun.
Pendidikan Berkelanjutan

Pendidikan profesional berkelanjutan dimaksud dapat


mencakup topik, seperti perkembangan mutakhir dalam :
1. Metodologi dan standar pemeriksaan, prinsip akuntansi,
2. Penilaian atas pengendalian intern,
3. Prinsip pekerjaan pemeriksaan di lapangan, seperti :
Administrasi negara, struktur dan kebijakan pemerintah, teknik
industri, keuangan, ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan teknologi
informasi.
Kompetensi

1. Pengetahuan tentang Standar Pemeriksaan yang dapat


diterapkan terhadap jenis pemeriksaan yang ditugaskan serta
memiliki latar belakang pendidikan, keahlian dan pengalaman
untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam pemeriksaan
yang dilaksanakan.
2. Pengetahuan umum tentang lingkungan entitas, program, dan
kegiatan yang diperiksa (obyek pemeriksaan).
3. Keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif, baik secara
lisan maupun tulisan.
4. Keterampilan yang memadai untuk pemeriksaan yang
dilaksanakan
Standar Umum Kedua - (2) Independensi

Pernyataan standar umum kedua adalah: "Dalam semua hal yang


berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi
pemeriksa dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental
dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi
yang dapat mempengaruhi independensinya".
Independensi

Pemeriksa dan para pemeriksanya harus :


1. Mempertahankan independensinya sehingga simpulan,
2. Pertimbangan atau rekomendasi tidak memihak dan dipandang
tidak memihak oleh pihak manapun.
3. Menghindar dari situasi yang dapat menyebabkan tidak
mempertahankan independensinya
4. Memberikan penilaian yang obyektif semua hal yang terkait
dalam pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
Gangguan

Organisasi pemeriksa harus memiliki Sistem Pengendalian Mutu


Intern untuk membantu menentukan apakah :
1. Pemeriksa memiliki gangguan pribadi terhadap independensi yang
mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup
pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam
segala bentuknya.
2. Pemeriksa memiliki Gangguan ekstern yang dapat membatasi
pelaksanaan pemeriksaan atau mempengaruhi kemampuan
pemeriksa dalam menyatakan pendapat atau simpulan hasil
pemeriksaannya secara independen dan obyektif
3. Pemerika memiliki Gangguan organisasi yang dipengaruhi oleh
kedudukan, fungsi, dan struktur organisasinya sehingga bebas
dari gangguan organisasi, apabila melakukan pemeriksaan di luar
entitas tempat ia bekerja
Standar Umum Ketiga - (3) Kemahiran Profesional

Pernyataan Standar umum ketiga adalah: "Dalam pelaksanaan


pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
secara cermat dan seksama".
Skeptisme Profesional

1. Sikap & pikiran yang selalu mempertanyakan mengevaluasi


secara kritis terhadap bukti pemeriksaan
2. Menggunakan pengetahuan, keahlian dan pengalaman untuk
melaksanakan pengumpulan bukti dan evaluasi obyektif mengenai
kecukupan, kompetensi dan relevansi bukti
3. Tidak boleh menganggap bahwa manajemen entitas yang
diperiksa tidak jujur, tetapi juga tidak boleh menganggap bahwa
kejujuran manajemen tersebut tidak diragukan lagi
4. Tidak boleh puas dengan bukti yang kurang meyakinkan walaupun
menurut anggapannya manajemen entitas yang diperiksa adalah
jujur
Standar Umum Keempat - (4) Pengendalian Mutu

Pernyataan standar umum keempat adalah: "Setiap organisasi


pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Standar
Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang
memadai, dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu
oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern)".
Tujuan Sistem Pengendalian Mutu

Memberikan keyakinan yang memadai bahwa organisasi


pemeriksa tersebut:
1. Telah menerapkan dan mematuhi Standar Pemeriksaan yang
berlaku.
2. Telah menetapkan dan mematuhi kebijakan dan prosedur
pemeriksaan yang memadai.
Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik- baiknya dan


jika digunakan tenaga asisten harus disupervisi dengan
semestinya.
2. Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
3. Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang di audit.
Standar Pekerjaan Lapangan -tambahan-
1. Komunikasi pemeriksa
2. Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
3. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan,
kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan (abuse)
4. Pengembangan temuan pemeriksaan
5. Dokumentasi pemeriksaan
Ad.1 Komunikasi Pemeriksa

Pernyataan standar pelaksanaan tambahan pertama adalah:


"Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang
berkaitan dengan sifat, saat, lingkup pengujian, pelaporan yang
direncanakan, dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas
yang diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan".
Ad.2 Pertimbangan Terhadap Hasil Pemeriksaan
Sebelumnya
"Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya
serta tindak lanjut atas rekomendasi yang signifikan dan berkaitan
dengan tujuan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan".
Ad.3 Deteksi Penyimpangan

Mendeteksi salah saji material karena ketidakpatuhan terhadap


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap kewajaran penyajian
laporan keuangan
Waspada pada kemungkinan adanya situasi
dan/atau peristiwa yang merupakan indikasi kecurangan (fraud)
dan/atauketidakpatutan (abuse),
Ad.4 Pengembangan Temuan Pemeriksaan

Karena;
1. kurang memadainya pengendalian intern,
2. penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-
undangan,
3. kecurangan, serta
4. ketidakpatutan biasanya terdiri dari unsur kondisi, kriteria, akibat
dan sebab.
Ad.5 Dokumentasi Pemeriksaan

Dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja


pemeriksaan. Yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan pemeriksaan yang dapat menjadi bukti yang
mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa.
Dokumentasi pemeriksaan harus mendukung opini,
temuan, simpulan dan rekomendasi pemeriksaan".
Standar Pelaporan Pemeriksaan

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan


disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau prinsip akuntansi yang lain yang berlaku secara
komprehensif.
2. Laporan auditor harus menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
Standar Pelaporan Pemeriksaan

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan


harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan
audit.
4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi
bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Standar Pelaporan -tambahan-

1. Pernyataan kepatuhan terhadap Standar Pemeriksaan


2. Pelaporan tentang kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan
3. Pelaporan tentang pengendalian intern
4. Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab
5. Pelaporan informasi rahasia
6. Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan

Sub Pokok Bahasan


Soal Latihan

1. Diskusikan Keuangan Negara yang dimaksud SPKN. Apakah


sebuah organisasi LSM dapat diaudit berpedoman SPKN ?
2. Apakah yang dimaksud KAP dapat melakukan pemeriksaan
berpedoman SPKN untuk dan atas nama BPK R.I ?
3. Berikan contoh faktual dan diskusikan bahwa seorang pemeriksa
harus bebas dari Gangguan Pribadi, Gangguan Ekstern dan
Gangguan Organisasi.

Sub Pokok Bahasan

Anda mungkin juga menyukai