Anda di halaman 1dari 62

GAMBARAN UMUM AUDIT KEUANGAN NEGARA

Tim Dosen Akuntansi Sektor Publik


01 Pertemuan
Luring

Kehadiran
02 Presensi, Persiapkan Materi Sebelum Kelas

Kontrak 03
Interaktif
Diskusi, Tanya Jawab, Berpendapat
Perkuliahan Penilaian
04 Keaktifan, Kehadiran, Quiz, Tugas, UTS, UAS

Pemberitahuan
05 Absen, Kendala, Komunikasi Lewat Media
Gambaran Umum Audit Keuangan Negara
Pertemuan 1:
- Pengertian Audit Keuangan Negara
- Dasar Hukum Audit Keuangan Negara
- Lingkup Audit Keuangan Negara
- Jenis Audit Keuangan Negara
- Standar dan Metodologi Audit
- Perangkat Lunak Audit
- Siklus dan Tahapan Audit
- Program Audit dan PKP
Penanaman Nilai-Nilai Dasar
https://www.youtube.com/watch?v=uSFZG-7-l54
 Pemeriksaan keuangan negara adalah proses identifikasi
masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara
independent, objektif, dan professional berdasarkan
standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi
mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Pengertian Audit negara.
Keuangan  Pemeriksaan keuangan negara memberikan keyakinan

Negara yang memadai.


 Pemeriksaan keuangan negara dilakukan dalam rangka
untuk mendorong tata Kelola keuangan negara yang baik
melalui perolehan keyakinan bahwa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara telah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
prinsip-prinsip tata kelola yang baik.
(SPKN, 2017)
Mekanisme Akuntabilitas
Keuangan  DPR/D mengalokasikan APBN/D
Negara/Daerah kepada Pempus/Pemda untuk
mendukung tugas pemerintahan
DPR/D  Pempus/Pemda menyerahkan
LKPP/LKPD Unaudited untuk
diperiksa BPK/Pwk
 BPK memperoleh mandat untuk
melakukan audit LKPP/LKPD
 Hasil pemeriksaan LKPP/LKPD
diserahkan kepada DPR/D dan
LK Unaudited
BPK/
Pempus/Pemda
Pempus
Pwk /Pemda  LK yang telah diperiksa BPK/Pwk
LHP LK Audited disampaikan Pempus/Pemda
sebagai bagian LPJ kpd DPR/D
Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara

• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945
• Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara
• Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
• Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Pasal 30
1) Presiden menyampaikan rancangan undang-undang
tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir
2) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi
Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri
dengan laporan keuangan perusahaan negara dan
badan lainnya.
Pasal 31
3) Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan
rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa
oleh Badan Peme- riksa Keuangan, selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir.
4) Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi
Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas,
dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri
dengan laporan keuangan perusahaan daerah.
UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Pasal 55
1) Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk
disampaikan kepada Presiden dalam rangka
memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
5) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)disampaikan Presiden kepada Badan Pemeriksa
Keuangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir.
Pasal 56
1) Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah menyusun
laporan keuangan pemerintah daerah untuk
disampaikan kepada gubernur/bupati/ walikota dalam
rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD.
6) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)disampaikan gubernur/bupati/walikota kepada
Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah tahun anggaran berakhir.
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
Pasal 2 ayat (2)
BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara.

Pasal 3 ayat (1)


Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi
seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara

Pasal 4 ayat (1)


Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
terdiri atas pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu
Lingkup Pemeriksaan Keuangan Negara

• SPKN 2017 menyebutkan bahwa lingkup pemeriksaan keuangan


negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Pengelolaan meliputi seluruh kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban. Tanggung jawab
adalah kewajiban untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara
sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik.
• Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
• Lingkup keuangan negara meliputi….(ref UU 17 Tahun 2003, pasal 2)
Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan Keuangan Pemeriksaan KInerja Pemeriksaan Dengan


Tujuan Tertentu
Karakteristik Pemeriksaan

Pemeriksaan Dengan Tujuan


Uraian Pemeriksaan Keuangan Pemeriksaan Kinerja Tertentu

Obyek Pemeriksaan Laporan Keuangan Kebijakan, Program, Asersi (Hal yang


Kegiatan, Tusi Diperiksa)

Kriteria Pemeriksaan SAP Berbagai Sumber Berbagai Sumber


Sasaran Pemeriksaan Kewajaran Penyajian LK Aspek Ekonomi, Efisiensi Kesesuaian Asersi dengan
sesuai dengan SAP dan Efektivitas Kriteria

Output Pemeriksaan Opini, SPI, Kepatuhan Temuan, Kesimpulan, Kesimpulan


Rekomendasi

Contoh LKPP, LKKL, LKPD, LK BI, LK Pelayanan Publik, Investigatif, SPI, Hal-hal
BUMN, LK BLU Pengelolaan Program, lain di bidang keuangan
Pelaksanaan Tupoksi
Opini atas Laporan Keuangan
LK disajikan secara wajar dlm semua hal yg material,
realisasi anggaran, perubahan saldo anggaran lebih,
posisi keuangan, operasional, arus kas, dan
perubahan ekuitas, serta CaLK sesuai dengan SAP)
WTP
Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi (salah saji)
dan adanya pembatasan lingkup (ketidakcukupan bukti)
WDP
Setelah memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup

TW
memadai, pemeriksa menyimpulkan penyimpangan dari
prinsip akuntansi (salah saji) yang ditemukan, baik secara
individual maupun agregat, adalah material dan pervasive

Adanya pembatasan lingkup yang luar biasa sehingga


pemeriksa tidak dapat memperoleh bukti yang cukup
memadai sebagai dasar menyatakan pendapat (opini) TMP
Kriteria Opini LK

Kesesuaian dengan Standar


Akuntansi
Pemerintahan
PASAL Kecukupan Pengungkapan (adequate
disclosure)
16
UU NO Kepatuhan terhadap peraturan perundang-
15 undangan
TAHUN
2004 Efektivitas Sistem Pengendalian
Intern
Semua transaksi Semua transaksi
pendapatan dan pendapatan dan belanja,
belanja memang benar serta asset dan kewajiban
terjadi sudah termasuk dalam
LK
Semua transaksi
pendapatan dan belanja,
Semua asset serta asset dan kewajiban
memang benar ada Asersi LK dinilai sesuai standar
penilaian dalam SAP

Semua asset memang


Semua pos dalam Laporan merupakan hak dan
Keuangan sudah diberikan semua utang memang
penjelsan secara merrupakan kewajiban
memadai yang sah
dalam CaLK
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

• SPKN adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan


tanggung jawab keuangan negara
• SPKN dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Pemeriksaan (PSP)
• SPKN terdiri dari: kerangka konseptual pemeriksaan dan PSP
• PSP 100 tentang Standar Umum; PSP 200 tentang Standar Pelaksanaan
Pemeriksaan; dan PSP 300 tentang Standar Pelaporan Pemeriksaan.
• SPKN berlaku bagi:
1) BPK
2) Akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama
BPK
3) Akuntan publik yang melakukan pemeriksaan keuangan negara berdasarkan
ketentuan undang-undang;
4) Aparat Pengawasan Intern Pemerintah yang melakukan audit kinerja dan
audit dengan tujuan tertentu
METODOLOGI DAN SIKLUS PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA
M E T O D O L O G I P E M E R I K S A A N K E U A N G A N
U k u r a n Kinerja P e m e r i k s a a n :
- S t a n d a r P e m e r i k s a a n
- P a n d u a n M a n a j e m e n P e m e r i k s a a n
- Tu j u a n d a n H a r a p a n P e n u g a s a n

P E R E N C A N A A N P E L A K S A N A A N P E L A P O R A N

P e m a h a m a n Tu j u a n P e l a k s a n a a n
P e m e r i k s a a n d a n P e n g u j i a n
Pengendalian P e n y u s u n a n d a n
P e n e t a p a n B a t a s I n t e r n a l P e l a k s a n a a n P e m b a h a s a n K H P
H a r a p a n Materialitas A w a l P r o s e d u r
P e n u g a s a n Ta m b a h a n jika
diperlukan
P e n y e s u a i a n
P e m a h a m a n Tingkat Risiko d a n P e n y u s u n a n
Entitas & P r o s e s P e n e n t u a n Tingkat K o n s e p Akhir d a n
M e t o d e Bisnis Uji Petik Materialitas P e n y a m p a i a n L H P

P e n y u s u n a n d a n

P e m a h a m a n Hasil s e t e l a h u j i
P e n y a m p a i a n T e m u a n
P e m e r i k s a a n p e n g e n d a l i a n
P e m e r i k s a a n
P e m e n u h a n d a n
Sebelumnya Kebutuhan Jurnal P e n y e s u a i a n
Pemeriksa

P e n y e s u a i a n
P e l a k s a n a a n P r o s e d u r P e n g u j i a n
P r o s e d u r Analitis

P e n y u s u n a n P e r o l e h a n S u r a t

A w a l R
P r o g r a m e
P e m e r i k s a a n d a n p r
P r o g r a m e
K e g i a t a n s
Perorangan e
Pemahaman atas S i s t e m n t
Pengendalian I n t e r n a
s i

Identifikasi d a n Pelaksanaan
Penilaian Risiko P e n g u j i a n
A w a l
S u b s t a n t i f ( b i s a P e l a k s a n a a n P r o s e d u r
juga m e n g g u n a k a n A n a l i t i s A k h i r
hasil uji
Pembagian Tanggung Jawab

 Auditee bertanggung jawab untuk menyiapkan


data dan informasi yang mendukung catatan
akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
Jika auditee tidak dapat menyediakan data dan
informasi tersebut sehingga auditor tidak dapat
menelusuri kewajaran angka- yang
angka dapat
terdapat dalam
memandang LK, pembatasan
itu sebagai maka auditor lingkup
sehingga berpengaruh kepada pemberian opini.

 Auditee bertanggung jawab untuk menyesuaikan


LK berdasarkan koreksi dari auditor agar LK
mencerminkan kondisi yang wajar dalam semua
hal yang material sesuai SAP. Jika entitas tidak
menerima koreksi yang diusulkan pemeriksa
BPK, maka auditor dapat memandang itu
sebagai ketidakwajaran dalam pos LK sehingga
Auditor berpengaruh kepada opini Auditee
Melaksanakan pemeriksaan berdasarkan Menyusun Laporan Keuangan berdasarkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara Standar Akuntansi Pemerintahan
Tahap Perencanaan
Pemeriksaan LK
Pemahaman Tujuan Pemahaman Hasil
Pemahaman Entitas Prosedur Analitis
Pemeriksaan dan Pemeriksaan
dan Proses Bisnis Awal
Harapan Penugasan Sebelumnya

Identifikasi dan
Penentuan Metode Penetapan Batas
Penilaian Pemahaman SPI
Uji Petik Materialitas Awal Risiko Awal

Pemenuhan
Metodologi Perencanaan
Penyusunan P2 dan
Kebutuhan
Pemeriksa PKP Pemeriksaan Laporan Keuangan
Pemahaman Tujuan Pemeriksaan
dan Harapan Penugasan
o Tujuan
Mengetahui hasil akhir dan
sasaran pemeriksaan yang
diharapkan Pemberi Tugas serta
mengetahui kriteria pengukuran
kinerja penugasan.
o Output
Formulir pemahaman tujuan
pemeriksaan dan harapan
penugasan.
Pemahaman Entitas dan Proses Bisnis
o Tujuan
 mendapatkan pemahaman yang
mendalam dan memadai mengenai
proses kerja secara umum dan risiko
terkait dari tiap proses kerja spesifik
entitas,
 mengidentifikasi dan memahami hal
penting yang harus dipenuhi oleh
entitas dalam mencapai tujuan.
o Pemeriksa harus memperoleh
pemahaman:
 Faktor internal dan eksternal entitas
 Faktor sukses yang penting
 Stakeholder utama dan
pengaruhnya
 Tujuan dan sasaran kerja entitas
 Proses kerja dan proses kerja
strategis entitas
o Output
 Dokumentasi Formulir Pemahaman
Pemahaman Hasil Pemeriksaan
Sebelumnya
o Tujuan:
 memperoleh pemahaman lebih
mendalam mengenai proses kerja
entitas dan risiko-risiko terkait
berdasarkan hasil pelaksanaan
tindak lanjut atas rekomendasi BPK;
 menilai pelaksanaan tindak lanjut
atas rekomendasi BPK; dan
 menganalisis dampak pelaksanaan
tindak lanjut terhadap laporan
keuangan yang diperiksa.
o Analisis atas hasil pemantauan tindak
lanjut
 dapat mengindikasikan adanya risiko
lain yang masih harus diperhatikan
dalam pemeriksaan tahun berjalan
o Output
 Formulir Pemahaman Entitas.
Prosedur Analitis Awal
o Tujuan untuk membantu Pemeriksa
dalam
 merencanakan sifat, saat, dan
lingkup untuk prosedur
pemeriksaan yang akan digunakan
untuk memperoleh bukti-bukti
pemeriksaan untuk saldo akun atau
kelas transaksi tertentu.
o Analisis dilakukan atas keseluruhan
informasi keuangan dan nonkeuangan
o Manfaat
 meningkatkan pemahaman
Pemeriksa atas dampak dari
kejadian penting dan kegiatan
operasi/kerja entitas, kondisi
keuangan, dan kemampuan
keuangan entitas
o Panduan Prosedur Analitis dalam
Pemeriksaan Keuangan.
Siklus Akun/Transaksi

Siklus Belanja Siklus Ekuitas


Laporan Realisasi Neraca Laporan Laporan Arus Kas
Laporan Realisasi Laporan Perubahan
Anggaran Aset Operasiona Saldo Kas Awal
Anggaran SAL
Pendapatan Kas l Kas Keluar
Pendapatan SAL Awal
Belanja Persediaa Pendapatan Kas Masuk
Belanja Penggunaan SAL
Surplus/(defisit n Piutang Beban Saldo Kas Akhir
Surplus/(defisit SILPA
) Pembiayaan Aset Tetap Surplus/Defisit Opr
) Pembiayaan SAL Akhir
SILPA Aset Tak Kegiatan non
SILPA
Berwujud operasional
Kewajiba Surplus/Defisit LO Laporan Arus Kas
n Ekuitas Neraca Saldo Kas Awal
Aset Kas Keluar
Kas
Siklus Pendapatan Persediaan
Kas Masuk
Saldo Kas Akhir
Piutang
Laporan Realisasi Neraca Laporan Laporan Arus Kas
Aset Tetap Laporan Perubahan
Anggaran Aset Operasiona Saldo Kas Awal
Aset Tak Ekuitas
Pendapatan Kas l Kas Keluar
Berwujud Ekuitas Awal
Belanja Persediaan Pendapat Kas Masuk
Kewajiba Surplus/Defisit LO
Surplus/(defisit Piutang an Beban Saldo Kas Akhir
n Ekuitas Ekuitas Akhir
) Pembiayaan Aset Tetap Surplus/Defisit
SILPA Aset Tak Opr Kegiatan non
Berwujud operasional
Kewajiba Surplus/Defisit LO
n Ekuitas
Pemahaman Sistem Pengendalian
Internal
o Tujuan
 mengkaji pengendalian
internal yang diterapkan oleh
entitas dalam menjalankan
kegiatannya secara efektif
dan efisien serta mengkaji
kemungkinan terjadinya
kesalahan dan kecurangan
(misstatement dan fraud).
o Hasil pemahaman SPI
didokumentasikan dalam bentuk:
 narasi siklus transaksi;
 bagan alir (flowchart) siklus
transaksi; dan
 kuesioner SPI.
o Juknis Pemahaman dan
Pengujian
SPI
Identifikasi dan Penilaian Risiko Awal

o Tujuan
 Mengkaji risiko-risiko
pemeriksaan agar prosedur
pemeriksaan terfokus pada
area berisiko tinggi
o Output:
 Matriks Risiko Bisnis (MRB)
Entitas,
 Matriks Risiko
Pengendalian
(MRP),
 Matriks/formulir penilaian
risiko kecurangan, dan
 Formulir penilaian risiko
tingkat akun.
o Juknis Penilaian Risiko
Pemeriksaan Keuangan
Penetapan Batas Materialitas
Awal
o Tujuan
 Menentukan batasan
materialitas dalam
perencanaan pemeriksaan
yang akan dilakukan.
o PM = Materialitas untuk Laporan
keuangan secara keseluruhan
o TM = Materialitas Pelaksanaan
(untuk golongan akun/siklus)
o Output
 Planning Materiality
 Tolerable Misstatement
 Nominal Jurnal Koreksi
o Juknis Penetapan Batas
Materialitas Pemeriksaan
Keuangan
Penentuan Metode Uji Petik
o Tujuan
 Menentukan metode dan
teknik pemilihan uji petik
yang tepat dalam pengujian
yang akan
dilaksanakannya.
o Penentuan Uji Petik :
 Metode Statistik
 Metode Non Statistik
o Output
 Formulir Penentuan Uji
Petik
o Juknis Penentuan Metode Uji
Petik
Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa
o Tujuan:
 menyusun Tim Pemeriksa dengan komposisi keahlian yang
sesuai dengan kebutuhan penugasan;
 memberi tahu Anggota Tim Pemeriksa mengenai
penugasan yang akan dilakukan, yang meliputi tujuan
pemeriksaan, lingkuppemeriksaan, harapan Pemberi
Tugas, dan ukuran kinerja pemeriksaan;
 membagi tugas pemeriksaan sesuai keahlian masing-
masing dan mendapatkan komitmen dari anggota
Pemeriksa akan peran mereka dalam penyelesaian tugas
dan memenuhi harapan Pemberi Tugas agar dapat
dilaksanakan pemeriksaan yang efektif dan efisien.
o Penanggung Jawab (PJ) pemeriksaan keuangan :
 PJ harus memiliki sertifikasi keahlian yang diakui secara
profesional.
 PJ menginformasikan harapan penugasan, kriteria
pengukuran, dan penyelesaian penugasan.
o Output
 risalah pembahasan
 konsep surat tugas pemeriksaan
Penyusunan P2 dan PKP
o Tujuan
 Merangkum seluruh tahapan
perencanaan ke dalam suatu
dokumentasi formal untuk
mendapat pengesahan.
o Output
 Program Pemeriksaan
 Program Kerja Perorangan
Tahap Pelaksanaan
Pemeriksaan LK
Penyesuaian tk. Penyesuaian
Pengujian
Pengujian SPI Risk dan tk. Prosedur
Substantif
Materialitas Pengujian

Surat TP dan Jurnal Pelaksanaan Evaluasi thd


Prosedur hasil uji
Representasi Penyesuaian
Tambahan substantif

Penilaian Risk
Metodologi Pelaksanaan
Prosedur
Analitis Akhir
dan Materialitas Pemeriksaan Laporan Keuangan
Akhir
Pengujian Sistem Pengendalian Internal
o Pemeriksa harus melakukan pengujian atas
pengendalian internal pada saat pemeriksaan
interim
o Pengujian SPI menentukan kedalaman pengujian
substantif
 SPI lemah (control risk tinggi)-> Pengujian
substantif mendalam
 SPI efektif (control risk rendah) -> Pengujian
substantif terbatas
o Tim mendokumentasikan:
 pemahaman SPI dengan pendekatan COSO
(The Committee of Sponsoring
Organization),
 risiko-risiko kecurangan yang belum
sepenuhnya dimitigasi (diantisipasi) oleh
pengendalian yang ada, dan
 pemahaman Pemeriksa mengenai
pengendalian umum dan pengendalian
aplikasi TI.
o Juknis Pemahaman dan Pengujian SPI
Penyesuaian tingkat Risiko dan tingkat Materialitas
o Evaluasi risiko dilakukan saat
pemeriksaan interim/pendahuluan
o SPI entitas tidak efektif atau adanya
indikasi kecurangan (fraud),
tingkat risiko awal harus
disesuaikan.
o Penyesuaian PM dikarenakan hal-hal
seperti:
 perubahan ruang lingkup
pemeriksaan; dan
 informasi tambahan tentang entitas
yang diperiksa selama
berlangsungnya pekerjaan lapangan,
misalnya ditemukan adanya indikasi
terjadi kecurangan.
o Juknis Penetapan Batas Materialitas
Pemeriksaan Keuangan
Penyesuaian Prosedur Pengujian

o Pengujian pengendalian dan penyesuaian


tingkat risiko dan tingkat materialitas
penyesuaian sifat, saat, dan luas lingkup
prosedur pemeriksaan
 Risiko pengendalian lemah/sedang
→  uij
substantif terbatas
 Risiko pengendalian tinggi → uji
substantif mendalam
o Hasil uji - SPI efektif → risiko pengendalian
awal (tidak perlu menyesuaikan luas
pengujian substantif)
o Hasil uji – SPI tidak efektif → revisi risiko
pengendalian (pertimbangkan penambahan
prosedur pengujian)
o Hasil uji – indikasi fraud → memodifikasi
prosedur untuk memastikan danya dan
dampak dari kecurangan
Pengujian Substantif dan Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Pengujian Substantif
o Tujuan
 Untuk mendeteksi salah saji baik secara individu maupun
gabungan yang menyebabkan salah saji material pada
tingkat asersi di laporan keuangan.
o Jenis Pengujian (tergantung tingkat risiko salah saji material)
 Pengujian terinci (test of details) atas
 Transaksi,
 Saldo akun,
 Pengungkapan, dan
 Prosedur analitis
o Dapat dilaksanakan bersamaan dengan pengujian pengendalian
(dual purpose test)
o Dapat dilakukan pada pemeriksaan interim, tetapi hasil
pengujian perlu direviu lagi pada saat pemeriksaan terinci
o Seluruh asersi manajemen diuji
o Pelaksanaan Prosedur Tambahan
 Bukti belum memadai dari segi kecukupan dan ketepatan
 indikasi terjadi kecurangan
Uji Petik (Audit Sampling)

Penetapan Pengujian
Penetapan Pemilihan
populasi dan sampel
ukuran sampel sampel
tujuan audit (prosedur audit)

Pemeriksa harus sudah melakukan atau memiliki:


Uji Risiko Uji Asersi Pendekatan Pendekatan 1. pemahaman yg baik thd probis entitas;
2. pemahaman &penilaian risiko entitas (AR, IR, CR);
Pengendalian Akun Statistik Non Statistik
3. prosedur analitis

Atribute  Variable Sampling Pengujian


Sampling  Monetary Unit Sampling
Substantif

Pengujian
Pengendalian
Hubungan Antar Variabel

• Semakin tinggi tolerable misstatement maka • Semakin tinggi inherent risk maka control risk harus
semakin tinggi detection risk ditekan dengan memperkuat pengendalian (dari
• Semakin tinggi sample size, maka detection risk perspektif auditee)
akan berkurang • Semakin tinggi inherrent risk dan control risk maka
• Semakin tinggi tolerable misstatement, maka auditor harus menetapkan detection risk yang rendah
sample size yang dibutuhkan akan makin agar audit risk dapat dikendalikan pada level tertentu
banyak untuk mempertahankan detection risk
pada level tertentu
Evaluasi terhadap Hasil Uji Substantif
o Setiap kesalahan penyajian secara individual
dipertimbangkan untuk mengevaluasi
dampaknya atas golongan transaksi, saldo akun,
atau pengungkapan yang relevan, termasuk
apakah tingkat materialitas untuk golongan
transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
tertentu, jika ada, telah dilampaui.
o Komunikasi kesalahan penyajian secara tepat
waktu kepada tingkat manajemen yang tepat
adalah penting karena memungkinkan
manajemen mengevaluasi apakah unsur tersebut
adalah kesalahan penyajian, menginformasikan
kepada auditor jika manajemen tidak setuju, dan
mengambil tindakan yang diperlukan.
o Pada umumnya, tingkat manajemen yang tepat
adalah manajer yang memiliki tanggung jawab
dan wewenang untuk mengevaluasi kesalahan
penyajian dan melakukan tindakan yang
diperlukan.
Pelaksanaan Prosedur Tambahan
o Prosedur pemeriksaan tambahan
dapat dilakukan apabila
 bukti yang diperoleh dari hasil
pengujian substantif dirasa belum
memadai dari segi kecukupan
dan ketepatan untuk mendukung
opini.
 dalam proses pengujian
pengendalian atau pengujian
substantif menemukan indikasi
terjadi kecurangan.
Penyusunan dan Penyampaian
TP dan Jurnal Penyesuaian

o Tujuan
Menyampaikan temuan-temuan
pemeriksaan hasil pembahasan sebagai
tahap akhir dari pemeriksaan di lapangan.
o Ketua Tim menyampaikan himpunan TP
(LTP), disertai tanggapan resmi tertulis
kepada pihak yang diperiksa.
o Surat Penyampaian LTP ditandatangani
oleh Ketua Tim dan Pimpinan Entitas
terperiksa
o Pemeriksa tidak dibebani tanggung jawab
atas suatu kondisi yang terjadi setelah
tanggal pekerjaan lapangan tersebut
o Tanggal penyampaian LTP = tanggal LHP
Perolehan Surat Representasi
o Pemeriksa harus memperoleh surat representasi yang
dilampiri dengan laporan keuangan yang
menggambarkan representasi resmi dan tertulis dari
pimpinan entitas sebagai bentuk tanggung jawab atas
berbagai keterangan, data, informasi, dan laporan
keuangan yang disampaikan selama proses pemeriksaan
berlangsung.
o Tujuannya adalah untuk melengkapi prosedur
pemeriksaan lain yang dilakukan Pemeriksa.
Representasi tersebut merupakan bagian dari bukti yang
diperoleh Pemeriksa, namun tidak merupakan pengganti
bagi penerapan prosedur pemeriksaan yang diperlukan
untu memperoleh dasar memadai bagi pendapat
Pemeriksa atas laporan keuangan.
o Surat tersebut harus ditandatangani pimpinan entitas yang
diperiksa dan diberi tanggal yang sama dengan tanggal LHP.
o Opini terdampak jika:
 Isi surat representasi diubah
 Surat representasi tidak didapat sampai terbitnya LHP

Perolehan Tanggapan dan Representasi

Konsep Temuan Penyampaian dan Penyampaia


Perolehan
dan Konsep Pembahasan n Temuan
Tanggapan
Koreksi dengan entitas Pemeriksaan

Konsep Temuan Konsep Jurnal


Pemeriksaan Koreksi

Kondisi  Konsep Jurnal dan Entitas menerima


Kertas Kerja Koreksi atau menolak
Kriteria  Konsep LK audited koreksi
Akibat
Entitas sependapat
Sebab
atau tidak sependapat
atas temuan

Pemeriksa meminta pernyataan manajemen bahwa


manajemen telah mengelola KN sesuai ketentuan Surat Representasi
dan menyusun LK seuai SAP, serta menyediakan Manajemen
seluruh informasi dalam rangka pemeriksaan
Prosedur Analitis Akhir
o Pemeriksa harus menganalisis rasio
keuangan dan mengevaluasi lebih lanjut
perbedaan material antara nilai yang
diharapkan dengan yang tercatat dalam
laporan keuangan.
o Apabila penjelasan tentang perbedaan
tidak dapat diperoleh, maka Pemeriksa
harus mempertimbangkan apakah
perbedaan tersebut baik secara individu
maupun gabungan merupakan salah saji
material yang dapat mempengaruhi opini
Pemeriksa terhadap kewajaran penyajian
laporan keuangan..
Penilaian Risiko dan Materialitas Akhir

o Setelah pengujian pengendalian dan


pengujian substantif, Pemeriksa harus
mengevaluasi kembali tingkat risiko dan
materialitas (PM dan TM) yang
ditetapkan, apakah nilai tersebut masih
sesuai/tepat untuk digunakan.
o Apabila Pemeriksa masih menemukan
salah saji material di tingkat saldo akun
maupun laporan keuangan secara
keseluruhan yang tidak dapat dikoreksi,
maka Pemeriksa harus
mempertimbangkan kembali tingkat risiko
dan materialitas yang ditetapkan.
o Penyesuaian tingkat risiko dan
materialitas tersebut akan berpengaruh
terhadap kesimpulan akhir Pemeriksa
yaitu opini hasil pemeriksaan atas laporan
keuangan.
Penyelesaian Penugasan
Penyelesaian penugasan
pemeriksaan keuangan
merupakan kegiatan untuk
mereviu tiga hal, yaitu:
o Kewajiban kontijensi
o kontrak/komitmen
jangka panjang
o Kejadian setelah tanggal
neraca
Kewajiban Kontinjensi
o Kewajiban potensial dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa
pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali
entitas
o kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak
diakui karena entitas tidak ada kemungkinan mengeluarkan sumber
daya untuk menyelesaikan kewajibannya dan jumlah kewajiban
tersebut tidak dapat diukur secara andal
o Contoh:
 Permasalahan hukum yang masih pending terkait hak dan
kewajiban entitas,
 Kemungkinan klaim
 Jaminan entitas atas barang /jasa
o Dalam hal, ini perlu juga ditambahkan kondisi-kondisi yang
menyebabkan terjadinya kewajiban bersyarat, antara lain:
 adanya kemungkinan pembayaran di masa yang akan datang
kepada pihak ketiga akibat kondisi saat ini
 terdapat ketidakpastian atas jumlah pembayaran di masa yang
akan datang
 hasilnya sangat ditentukan oleh peristiwa yang akan datang
Komitmen Jangka Panjang
o Pemeriksa juga perlu mereviu kembali kontrak/
komitmen jangka panjang yang dibuat entitas
terkait dengan kemungkinan kerugian yang
mungkin terjadi dari kontrak/komitmen tersebut.
o Pemeriksaan kontrak/komitmen tersebut dapat
dilakukan ketika pemeriksa melakukan pemerik-
saan atas transaksi dan saldo akun terkait.
o Namun, prosedur reviu kontrak/komitmen
dimaksudkan untuk menentukan kemungkinan
kerugian yang akan terjadi.
o Untuk itu, pemeriksa perlu mereviu kembali
perjanjian/kontrak atau komitmen lainnya yang
bersifat jangka panjang.
o Apabila dalam hasil reviu ditemukan
kemungkinan kerugian yang akan terjadi dan
bersifat material terhadap laporan keuangan,
pemeriksa sesegera mungkin manginformasikan
kepada entitas yang diperiksa tentang perlunya
membuat amandemen/addendum kontrak untuk
menghindari kerugian yang lebih besar.
Kejadian Setelah Tanggal Neraca
o Kejadian setelah tanggal neraca harus
menjadi perhatian pemeriksa apabila
kejadian tersebut berdampak material
pada laporan keuangan.
o Hal tersebut perlu untuk diungkapkan
dalam catatan atas laporan keuangan.
o Untuk itu, pemeriksa perlu
mengidentifikasi kejadian setelah tanggal
neraca yang berdampak material
terhadap informasi keuangan yang tertera
dalam laporan keuangan entitas yang
diperiksa dan mereviu apakah kejadian
tersebut telah dilaporkan dalam catatan
atas laporan keuangan.
Subsequent Event dan Kontijensi dalam Audit Laporan
Keuangan
LK mungkin akan dipengaruhi oleh kejadian tertentu yang muncul setelah tanggal LK. Terdapat dua jenis
kejadian yang mungkin muncul, yaitu: (a) Kejadian yang dapat diperkirakan kondisinya pada tanggal LK;
dan (b) Kejadian yang baru dapat diperkirakan kondisinya setelah tanggal LK. Subsequent events adalah
kejadian yang muncul antara tanggal LK dan tanggal laporan auditor, dan fakta-fakta yang akan diketahui
auditor setelah tanggal laporan auditor. [ISSAI 1560]
Subsequent event dapat menyebabkan suatu kewajiban kontijensi, yaitu suatu kewajiban yang masih
belum pasti nilai maupun keterjadiannya. Misal: kewajiban pengembalian uang pajak kepada WP jika WP
memenangi kasus keberatan atas pajak yang telah dibayarkan.

Tanggal LK Tanggal LHP Tanggal Surkel


(31 Des 20X1) (31 Mei 20X2) (30 Juni
20X2)

Pemeriksa wajib melakukan prosedur untuk Pemeriksa tidak wajib melakukan


memperoleh bukti audit yang cukup tentang kejadian prosedur audit antara tanggal ini,
yang muncul antara tanggal ini, yang memerlukan namun demikian jika terdapat fakta
penyesuaian atau pengungkapan dalam LK yang diketahui oleh pemeriksa setelah
tanggal LHP maka pemeriksa
Pemeriksa juga wajib meminta surat representasi mendiskusikannya dengan manajemen
manajemen tentang kecukupan penyesuaian dan apakah LK perlu disesuaikan atau tidak
pengungkapan dalam LK atas subsequent event ini
SE yang BERDAMPAK pada saldo Neraca
Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang
berhubungan dengan kondisi yang ada pada
tanggal neraca dan berdampak terhadap taksiran
yang melekat dalam proses penyusunan laporan
keuangan.

Contoh: Hutang Pemda yang kasusnya masih


menjadi sengketa di pengadilan dimana pada
tanggal neraca per 31 Desember 200X, sengketa
tersebut masih berjalan dan belum ada keputusan
pengadilan sehingga pemerintah tidak menyajikan
jumlah utang yang masih di sengketakan tersebut
dalam laporan keuangan per 31 Desember 200X,
namun diungkapkan dalam dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan. Kemudian pada bulan Februari
tahun berikutnya ternyata putusan pengadilan
menyatakan bahwa pemerintah kalah dalam
gugatan tersebut, sehingga perlu dilakukan koreksi
terhadap jumlah utang pemerintah daerah.
SE yang TIDAK BERDAMPAK pada saldo Neraca
Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang
berhubungan dengan kondisi yang tidak terjadi pada
tanggal neraca yang dilaporkan, tetapi peristiwa
tersebut terjadi sesudah tanggal neraca. Atas peristiwa
jenis ini tidak perlu dilakukan penyesuaian atas laporan
keuangan. Akan tetapi, apabila peristiwa itu bersifat
signifikan maka perlu diungkapkan dengan
menambahkan data keuangan proforma terhadap
laporan keuangan historis yang menjelaskan dampak
adanya peristiwa tersebut seandainya peristiwa
tersebut terjadi pada tanggal neraca.

Contoh: Penjualan obligasi atau penerbitan saham


baru, kerugian aktiva tetap akibat kebakaran. Atas
peristiwa jenis ini tidak perlu dilakukan penyesuaian
atas laporan keuangan. Namun demikian, apabila
peristiwa bersifat signifikan maka perlu diungkapkan
dengan menambahkan data keuangan proforma
terhadap laporan keuangan historis yang menjelaskan
dampak adanya peristiwa tersebut seandainya
peristiwa tersebut terjadi pada tanggal neraca.
Prosedur Penyelesaian Penugasan

Diskusikan dengan pejabat terkait di bidang hukum atau yang


2 terkait lainnya mengenai kemungkinan kewajiban kontinjensi,
kerugian kontrak/komitmen jangka Panjang,

Teliti dan reviu kejadian kewajiban kontinjensi, potensi kerugian

2 atas kontrak/komitmen jangka Panjang dan peristiwa setelah


tanggal neraca apakah telah dilaporkan dlm CaLK
Tahap Pelaporan
Pemeriksaan LK
A K T IV IT A S M A N F A A T D O K U M E N T A S I

R I S A L A H
P E M B A H A S A N
I N T E R N A L

M e n y u s u n K H P d a n
P e n y u s u n a n d a n M e l a k u k a n A C T I O N P L A N
P e m b a h a s a n p e m b a h a s a n K H P
K H P
K H P

S U R A T
P E N Y A M P A IA N
K H P
M e n y u s u n k o n s e p
P e n y u s u n a n akhir L H P d a n
K o n s e p Akhir d a n m e n y i a p k a n surat L A P O R A N H A S I L
P e n y a m p a i a n p e n y a m p a i a n P E M E R I K S A A N
L H P

Metodologi Pelaporan S U R A T
P E N Y A M P A IA N
L H P
Pemeriksaan Laporan Keuangan
Penyusunan KHP & LHP
o Pembahasan Konsep Akhir LHP
 Pemberi Tugas
 Penanggung Jawab
pemeriksaan
 Pengendali Teknis,
dan
 Ketua Tim
o Pembahasan atas
arahan dan
persetujuan meliputi:
 opini pemeriksaan,
 rencana aksi, dan
 informasi rahasia dan indikasi
Tindak Pidana Korupsi apabila
ada.
o Tanggal LHP = tanggal akhir
pekerjaan lapangan
o LHP ditandatangani
Penanggung
Jawab pemeriksaan
Paket LHP LK

 Opini atas LK
 LK Audited
 LHP SPI dan
Kepatuhan
Perangkat Lunak Audit

• Dalam melaksanakan pemeriksaan keuangan negara, BPK


menggunakan beberapa perangkat lunak, antara lain:
1. Sistem Aplikasi Pemeriksaan (SIAP)
2. Aplikasi lain seperti ACL, Arbutus, SAS, SESAM, dll)
TERIMA KASIH
Topik Perkuliahan

Anda mungkin juga menyukai