Anda di halaman 1dari 68

AU DI T K E U A N G A N SEKTOR PUBLIK

KO NSE P
DASA R
PEMERIKSAAN
K EUANG AN
NE G ARA
PEMERIKSAAN KEUANGAN
DEFINISI
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi
yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan
standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara

Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang


dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan
Negara milik dengan pelaksanaan hak dan
berhubun kewajiban
g tersebut.
LINGKUP PEMERIKSAAN BPK

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERIKSAAN KINERJA

PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN


TERTENTU

Sumber : Pasal 4 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004


Pasal 6 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2006
Catatan: dasarnya ke dua undang2 di atas
LINGKUP PEMERIKSAAN BPK,
BPK adlh pihak eksternalnya

Dalam rangka pemeriksaan


keuangan dan/atau kinerja,
pemeriksa melakukan pengujian dan
penilaian atas pelaksanaan sistem
pengendalian intern pemerintah.
(Pasal 12 UU 15 Tahun 2004)
TUJUAN PEMERIKSAAN KEUANGAN

memberikan keyakinan yang memadai


(reasonable assurance) apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam hal yang
semua sesuai
material, prinsip berlaku
dengan
umum
akuntansiatau basis akuntansi
Indonesia yang dikomprehensif selain
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

(Paragraf 01 Bab II Kep BPK RI No. 04/K/I-III.2/5/2008)


DASAR HU KU M PEMERIKSAAN KE UANGAN

Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang


pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan,
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. (Pasal
30 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003)

Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan


daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD
berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir (Pasal 31 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003)

Laporan keuangan dimaksud setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi APBN/D,


Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang
dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara / perusahaan daerah dan badan
lainnya. (Pasal 30 dan 31 ayat (2))
LAPORAN KEUANGAN
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial, maupun politik dengan:

 Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;
 Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh
pengeluaran;
 Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas
pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
 Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan
mencukupi kebutuhan kasnya;
 Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan
sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal
dari pungutan pajak dan pinjaman;
 Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah mengalami
kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan
PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN

 MASYARAKAT

 WAKILRAKYAT,
LEMBAGAPENGAWAS, DAN
LEMBAGAPEMERIKSA

 PIHAKYANG MEMBERI ATAU BERPERAN


DALAM PROSES DONASI, INVESTASI, DAN
PINJAMAN; DAN

 PEMERINTAH
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

b) Laporan Perubahan SaldoAnggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);

c) Neraca;

d) Laporan Operasional (LO);

e) LaporanArus Kas (LAK);

f) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

g) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).


Sumber : Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun
KARAKTERISITIK KUALITATIF LK
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi
tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan
keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:

a) Relevan;
b) Andal;
c) Dapat dibandingkan; dan
d) Dapat dipahami.

Sumber : Peraturan Pemerintah No. 71


KARAKTERISITIK KUALITATIF LK
Relevan : apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat • Memiliki manfaat umpan balik
mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu merek (feedback value)
a
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi • Memiliki manfaat prediktif (predictive
masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di value)
masa lalu. • Tepat waktu
• Lengkap
Andal : bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan
material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. • Penyajian Jujur
Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak • Dapat Diverifikasi (verifiability)
dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial • Netralitas
dapat menyesatkan

Dapat Dibandingkan : Informasi yang


Dapat Dipahami: Informasi yang disajikan dalam
termuatdalam
keuangan akan lebih berguna
laporan
jika dapat dibandingkan dengan laporan
laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna
keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain
dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yan
pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan
disesuaika dengan batas pemahaman g
eksternal.
n pengguna para
NERACA PEMERINTAH PUSAT/DAERAH
ASET
1 ASET LANCAR XXX
2 INVESTASI JK. PANJANG XXX
3 ASET TETAP XXX
4 ASET LAINNYA XXX
JUMLAH ASET (1+2+3+4) XXX

KEWAJIBAN
1 KEWAJIBAN JK. PANJANG XXX
2 KEWAJIBAN JK. PENDEK XXX
JUMLAH KEWAJIBAN (1+2) XXX

EKUITAS
EKUITAS XXX
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS XXX
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

1 EKUITAS AWAL XXX


2 SURPLUS/DEFISIT XXX
3 DAMPAK KUMULATIF
PERUBAHAN
KEBIJAKAN/KESALAHAN
MEDASAR
4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX
5 SELISIH REVALUASI ASET XXX
6 LAIN-LAIN XXX
7 EKUITAS AKHIR XXX
LA PO RA N PERUBAHAN SA LD O A N GGA RA N LEBIH

1 SALDO ANGGARAN LEBIH AWAL XXXX


2 PENGGUNAAN SAL
SEBAGAI PENERIMAAN (XXXX)
PEMBAYARAN TAHUN
BERJALAN
3 SUBTOTAL (1+2) XXXX
4 SISA LEBIH/KURANG
PEMBIAYAAN ANGGARAN XXXX
(SiLPA/SiKPA)
5 SUBTOTAL (3+4) XXXX
6 KOREKSI KESALAHAN
PEMBUKUAN TAHUN XXXX
SEBELUMNYA
LA PO RAN REALISASI AN GGARAN

ANGGARAN REALISASI
PENDAPATAN XXXX XXXX
BELANJA XXXX XXXX
SURPLUS/DEFISIT XXXX XXXX
PEMBIAYAAN XXXX XXXX
LA PO RA N ARUS K A S
OPINI BPK
Wajar Tanpa Pengecualian
(UNQUALIFIED O P I N IO N )
Laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.

• Bukti pemeriksaan cukup memadai sesuai standar


• Semua aspek standar Umum SPKN telah dipenuhi
• Seluruh laporan keuangan lengkap disajikan
WTP D E N G A N PARAGRAF PENJELASAN

Laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua hal yang


material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Namun:
• Tidak ada konsistensi dalam penerapan penerapan prinsip
akuntansi berlaku umum pada masalah tertentu --> transaksi ttt
WAJAR DENGAN PENGECUALIAN
(QUALIFIED OPINION)
Laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-
hal yang dikecualikan.
Tidak Wajar (ADVERSE OPINION)

Laporan keuangan tidak disajikan secara wajar posisi keuangan


yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi umum material
TMP (DISCLAIMER O P I N I O N )

Laporan keuangan tidak dapat diyakini wajar atau tidak dalam


semua hal yang material sesuai Standar Akuntansi.

• Adanya pembatasan lingkup pemeriksaan yang menyebabkan


pemeriksa tidak memperoleh bukti cukup memadai dalam
pemeriksaan tersebut
• Going concern belum pasti.

Kalau sudah disclaimer itu bahaya bagi perusahaannya


TAHAPAN PEMERIKSAAN
KEUANGAN
TAHAPAN PEMERIKSAAN

PELAPORAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN HASIL
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN
PERENCANAAN PEMERIKSAAN
1) Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan
2) Pemenuhan Kebutuhan Pemeriksa
3) Pemahaman atas Entitas
4) Pemantauan Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan
Sebelumnya
5) Pemahaman SistemPengendalian Intern
6) Pemahaman dan Penilaian Risiko
7) Penetapan MaterialitasAwaldan Kesalahan Tertolerir
8) Penentuan Metode Uji Petik
9) Pelaksanaan ProsedurAnalitisAwal
10)Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja
Perorangan
PELAKSANAAN PEMERIKSAAN
1) Pelaksanaan PengujianAnalitis Terinci
2) Pengujian Sistem Pengendalian Intern
3) Pengujian Substantif atas Transaksi dan SaldoAkun
4) PenyelesaianPenugasan:ReviuKewajiban Kontinjensi, Reviu Kontrak
Jangka Panjang, Identifikasi Kejadian Setelah Tanggal Neraca

5) Penyusunan Ikhtisar Koreksi


6) Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan
7) Pembahasan dengan Pejabat Entitas yang Berwenang
8) PerolehanTanggapan Resmi danTertulis
9) Penyampaian Temuan Pemeriksaan
PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
1) Penyusunan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
2) PembahasanKonsepLaporanHasil PemeriksaandenganPenanggung
Jawab Pemeriksaan
3) Penyampaian dan Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan
dengan Pejabat Entitas yang Berwenang

4) Perolehan Surat Representasi


5) Penyusunan Konsep Akhir dan Penyampaian
Laporan Hasil
Pemeriksaan
METODOLOGI PEMERIKSAAN
METODOLOGI PEMERIKSAAN
Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui :
• inspeksi,
• pengamatan,
• pengajuan pertanyaan, dan
• konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan
yang diaudit.
(SPKN 2007, PSP02 PARAGRAF 03)
METODOLOGI PEMERIKSAAN
Pemeriksa dapat memperoleh data dan informasi dengan
melakukan antara lain :
• pengamatan,
• wawancara,
• survei, dan
• pengukuran.
Dalam menentukan metode perolehan data, Pemeriksa menggunakan
pertimbangan profesional. Apabila diperlukan, Pemeriksa dapat
menggunakan tenaga ahli untuk membantu perancangan metodologi
pemerolehan data dan informasi.
(SPKN 2017, PSP200 PARAGRAF A19)
METODOLOGI PEMERIKSAAN
• Metodologi pemeriksaan keuangan
menggunakan pendekatan pemeriksaan berbasis
risiko.
• Metodologi pemeriksaan keuangan meliputi
tiga tahapan pemeriksaan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
• Pemeriksaan dengan pendekatan berbasis risiko
ini memberikan fokus perhatian pada area-area
berisiko tinggi.
• Penilaian risiko tersebut dilakukan pada tingkat entitas,
siklus, kemudian diturunkan pada tingkat akun
sehingga pemeriksaan dapat dilaksanakan dengan lebih
efektif dan efisien.
AU D I T SEKTOR PEMERINTAHAN VS AU D I T SWASTA

No Uraian Sektor Publik Sektor Swasta


1 Tujuan Tidak Mencari Keuntungan Mencari Keuntungan
2 Sumber Pembiayaan Pajak, retribusi, subsidi dan utang Modal sendiri, laba ditahan, utang dan
penerbitan saham
3 Pertanggungjawaban Kepada masyarakt dan Kepada Pemegang sahan dan kreditur
parlemen (DPR/DPRD)
4 Struktur organisasi Birokrasi, hierarki dan kaku Fleksibel: Fungsional, piramida dan datar
5 Karakteristik Terbuka untuk publik Tertutup untuk public
Anggaran
6 Sistem Akuntansi Kas dan Akrual Basis Akrual
7 Laporan Keuangan Neraca, Laporan Realisasi Laporan Posisi keuangan, laporan laba
Anggaran, Laporan rugi laporan arus kas, laporan
operasional, Perubahan Saldo perubahan ekuitas, CALK
Anggaran Lebih, Laporan Arus
Kas, Perubahan Ekuitas, CALK
8 Standar Akuntansi Pernyataan standar Pernyataan standar akuntansi keuangan
AU D I T SEKTOR PEMERINTAHAN = AU D I T SWASTA

•Merupakan bagian integral dari sistem ekonomi suatu negara.


•Mempunyai masalah kelangkaan sumber daya.
•Terkait dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
disyaratkan (standar akuntansi dan standar audit).
•Menghasilkan produk yang sama (informasi keuangan).
•Membutuhkan informasi yang relevan dan andal untuk
melaksanakan fungsi manajemen.
JENIS AU D I T SECTOR PUBLIK

• Audit keuangan (financial audit)


• audit kepatuhan (compliance
audit)
• audit kinerja (performance audit).
A U D I T K E U A N G A N ( F I N A N C I A L AUDIT)

• Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan yang


bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai, apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.

• Tujuan dari audit atas laporan keuangan adalah untuk mengungkapkan


suatu opini yang jujur mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan arus
kas yang disesuaikan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Laporan auditor meru pakan media yang mengungkapkan opini auditor,
atau dalam kondisi tertentu, menyangkal suatu opini.
A U D I T K E U A N G A N ( F I N A N C I A L A UD I T)

Audit keuangan terdiri dari beberapa unsur sebagai


berikut.
• Segmen laporan keuangan, DIPA, perbedaan realisasi
dengan anggarannya.
• Pengendalian internal mengenai ketaatan terhadap undang-
undang yang berlaku.
• Pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan laporan
keuangan dan atas pengamanan aktiva, termasuk pengamanan
PADAE.
• Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dan dugaan kecurangan.
A U D I T KEPATUHAN ( C O M P L I A N C E A U D I T )

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan


yang tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan
pemeriksaan kinerja. Pemeriksaan ini menghasilkan
simpulan. Audit dengan tujuan tertentu dapat bersifat
eksaminasi, reviu, atau prosedur yang disepakati. Audit
dengan tujuan tertentu mencakup atas audit atas hal-hal lain
di bidang keuangan, audit investigative, dan audit atas sistem
pengendalian internal.
A U D I T KINERJA (PERFORMANCE A U D I T )

Pemeriksaan Kinerja yang juga dikenal dengan performance audit,Value for Money (VFM)
audit, audit manajemen, audit operasional atau audit 3E adalah pemeriksaan yang dilakukan
secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam bukti untuk menilai kinerja entitas
yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan akuntabilitas Pemerintah. Dalam
melakukan audit kinerja, auditor juga menguji kepatuhan terhadap ketentuan perundang-
undangan serta pengendalian intern. Pemeriksaan ini menghasilkan temuan, simpulan, dan
rekomendasi. Melalui audit kinerja, tingkat akuntabilitas pemerintah dalam proses
pengambilan putusan oleh pihak yang bertanggung jawab akan meningkat sehingga
mendorong pengawasan dan kemudian tindakan koreksi.
A U D I T KINERJA (PERFORMANCE A U D I T )

Audit kinerja/operasional memiliki ciri antara lain:


• bersifat konstruktif dan bukan mengkritik
• tidak mengutamakan mencari-cari kesalahan pihak auditi
• memberikan peringatan dini, jangan terlambat
• objektif dan realistis
• bertahap
• data mutakhir, kegiatan yang sedang berjalan
• memahami usaha-usaha manajemen (management oriented)
• Memberikan rekomendasi bukan menindaklanjuti
rekomendasi
A U D I T KINERJA
(PERFORMANCE A U D I T )

Manfaat dari audit kinerja/operasional antara


lain:
• Biaya-biaya kegiatan akan lebih kecil atau ekonomis
• Hasil kerja (produktivitas) akan meningkat
• Rencana, kebijakan dan lain-lain yang tidak tepat
dapat diperbaiki
• Suasana kerja menjadi lebih sehat
C A K U P A N AU D I T KINERJA

• Audit Ekonomi dan Efisiensi


• Audit Program
Audit ekonomi dan efisiensi dilakukan
Audit program mancakup penentuan atas :
untuk menentukan :
1. Tingkat pencapaian hasil program yang
1. Apakah entitas memperoleh,
diinginkan atau manfaat yang telah
melindungi dan menggunakan sumber
ditetapkan oleh undang-undang atau
dayanya secara hemat dan efisien.
badan lainnya yang berwenang.
2. Apa yang menjadi penyebab timbulnya
2. Efektifitas kegiatan entitas, pelaksanaan
pemborosan dan inefisiensi.
program, kegiatan atau fungsi instansi
3. Apakah entitas tersebut telah yang bersangkutan.
mematuhi peraturan perundangan
3. Tingkat kepatuhan entitas yang diaudit
yang berlaku berkaitan dengan
terhadap peraturan perundangan yang
penghematan dan efisiensi.
berlaku berkaitan dengan pelaksanaan
program/kegiatannya.
SIAPA Y A NG B E R W E N A N G U N T U K M E L A K U K A N A U D I T KINERJA SEKTOR
PEMERINTAH?

Lembaga yang berwenang melakukan pemeriksaan di lingkungan pemerintahan terdiri


dari pemeriksa internal dan pemeriksa eksternal.

1.Pemeriksa internal diperankan oleh BPKP, Inspektorat Jenderal setiap departemen, dan
Inspektorat Pemerintah Daerah. Lembaga ini tergabung sebagai Aparat Pengawasan
Internal Pemerintah (APIP).Lingkup audit yang dilakukan oleh pemeriksa internal ini
adalah audit atas kinerja, audit dengan tujuan tertentu dan reviu atas laporan keuangan
pemerintah.

2.Pemeriksa eksternal diperankan oleh BPK RI. Lingkup audit yang dilakukan oleh BPK
meliputi audit atas laporan keuangan pemerintah, audit kinerja dan audit dengan tujuan
tertentu. Informasi lebih lanjut mengenai BPK, tanggung jawab dan wewenangnya,
termaktub dalam regulasi UU No 15 Tahun 2006 tentang BPK RI.
ETIKA D A L A M AUDITING

• Etika Auditing adalah suatu sikap dan perilaku menaati


ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu proses
yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara
objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi.
• Etika dalam Auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan
dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan
kriteria
– kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang
kompeten dan independen.
K E P E R C A YA A N P U B L IK

• Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat.


• Kepentingan publik merupakan kepentingan masyarakat dan institusi
yang
dilayani anggota secara keseluruhan.
• Dengan adanya kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat tersebut, akan
menambah klien yang akan menggunakan jasa auditor.
K E P E R C A YA A N P U B L IK

• Auditor harus selalu bertanggung jawab terhadap laporan yang diperiksa dan
mengeluarkan hasil yang sebenar-benarnya, jujur dalam bekerja.
• Menurunnya kepercayaan publik terhadap auditor dapat membuat auditor
tersebut kehilangan banyak kliennya. Oleh karena itu, seorang auditor harus
memiliki sikap independensi.
• Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas dari
konflik kepentingan dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya, dan
memiliki kewajiban untuk bertindak dalam melayani kepentingan publik,
menghormati kepercayaan publik, dan mendemonstrasikan komitmennya
sebagai profesional.
TA N G G U N G J A W A B
A U D IT O R K E P A D A
PUBLIK
• Publik akan menuntut sikap profesionalitas dari seorang auditor, komitmen saat
melakukan pekerjaan.
• Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab
terhadap klien yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab
juga terhadap publik.
• Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya
dengan
sebaik-baiknya serta sesuai dengan kode etik profesional AKDA.
TA N G G U N G J A W A B
DA S A R AUDITOR

The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing
Practices Board, di tahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung
jawab auditor:
• Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan
• Sistem Akuntansi
• Bukti Audit
• Pengendalian Intern
• Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan
TA N G G U N G J A W A B
DA S A R AUDITOR

Di dalam kode etik profesional AKDA, ada 3 karakteristik dan hal-hal


yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh auditor kepada publik.
• Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan
obyektif
• Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya
• Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten
dengan tanggung jawab mereka kepada publik
IN D E P E N D E N S I A U D IT O R

• Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh


pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
• Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif
tidak memihak dalam diri auditor dalam menyatakan hasil
pendapatnya.
IN D E N P E N D E N S I A U D IT O R

Terdapat tiga aspek independensi seorang auditor, yaitu sebagai berikut:


• Independence in fact (independensi dalam fakta)
• Auditor harus mempunyai kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat
dengan objektivitas.
• Independence in appearance (independensi dalam penampilan)
• Pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan
audit.
• Independence in competence (independensi dari sudut keahliannya)
• Independensi dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan
profesional auditor
IN D E N P E N D E N S I A U D IT O R

Independensi akuntan publik mencakup dua aspek,


yaitu :
• Independensi sikap mental
• Independensi penampilan

Selain independensi sikap mental dan independensi Maut


mengemukakan
penampilan, bahwa independensi akuntan publik juga z
meliputi :
• Independensi praktisi (practitioner independence)
• Independensi profesi (Profession independene)
P E R A TUR A N P A S A R MO DA L
DA N R E G UL ATO R
ME N G E N A I I N D E P E N D E N S I
AKUNTANSI
Undang-Undang Pasar ModPal UNo.B8 LtahIuKn 1995 memberikan

pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu “kegiatan yang


bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan
publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan
profesi yang berkaitan dengan efek”.
• Penilaian kecukupan peraturan perlindungan investor pada pasar modal
Indonesia mencakup beberapa komponen analisa yaitu;
• Ketentuan isi pelaporan emitmen atau perusahaan publik yang
harus disampaikan kepada publik dan Bapepam;
• Ketentuan Bapepam tentang penerapan internal control pada emitmen
atau perusahaan publik;
• Ketentuan Bapepam tentang, pembentukan Komite Audit oleh emiten
atau perusahaan publik;
PERATURAN PASAR MODAL DAN
REGULATOR MENGENAI INDEPENDENSI
AKUNTANSI PUBLIK
• Wewenang Bapepam
• Memberikan izin, persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses
pendaftaran dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari
perundang-undangan di bidang pasar modal, dan melakukan penegakan hukum atas setiap
pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
• Tugas pengawasan Bapepam
• Memberikan perlindungan kepada investor dari kegiatan-kegiatan yang merugikan seperti
pemalsuan data dan laporan keuangan, window dressing, serta lain-lainnya dengan
menerbitkan peraturan pelaksana di bidang pasar modal.
PERATURAN PASAR MODAL DAN
REGULATOR MENGENAI INDEPENDENSI
AKUNTANSI PUBLIK
Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam antara lain adalah Peraturan
Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang
Independensi Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Dalam Peraturan
ini yang dimaksud dengan:
• Periode Audit adalah periode yang mencakup periode laporan keuangan yang
menjadi objek audit, review, atau atestasi lainnya.
• Periode Penugasan Profesional adalah periode penugasan untuk melakukan pekerjaan
atestasi termasuk menyiapkan laporan kepada Bapepam dan Lembaga Keuangan.
• Anggota Keluarga Dekat adalah istri atau suami, orang tua, anak baik di dalam
maupun di luar tanggungan, dan saudara kandung.
• Fee Kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional
yang hanya akan dibebankan jumlah fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu
tersebut.
• Orang Dalam Kantor Akuntan Publik adalah orang yang termasuk dalam penugasan
audit, review, atestasi lainnya, dan/atau non-atestasi yaitu: rekan, pimpinan, karyawan
profesional, dan/atau penelaah yang terlibat dalam penugasan.
ETIKA D A L A M AU D I T
YA N G DITETAPKAN BPK

• Independensi
• Integritas
• Profesionalism
e
IN D EPEN D EN SI

Independensi adalah suatu sikap dan tindakan dalam melaksanakan


Pemeriksaan untuk tidak memihak kepada siapapun dan tidak dipengaruhi
oleh siapapun.
Pemeriksa harus objektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of
interest) dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya. Pemeriksa juga
harus bertanggung jawab untuk terus-menerus mempertahankan
independensi dalam pemikiran (independence of mind) dan independensi
dalam penampilan (independence in appearance).
IN TEG RITA S

Integritas merupakan mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan


yang utuh, dimilikinya sifat jujur, kerja keras, serta kompetensi yang
memadai.
PROFESIONALISME

Profesionalisme adalah kemampuan, keahlian, dan komitmen profesi dalam


menjalankan tugas disertai prinsip kehati-hatian (due care), ketelitian, dan
kecermatan, serta berpedoman kepada standar dan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Sikap profesional pemeriksa diwujudkan dengan selalu
bersikap skeptisisme profesional (professional skepticism) selama proses
pemeriksaan dan mengedepankan prinsip pertimbangan profesional
(professional judgment).

Anda mungkin juga menyukai