Anda di halaman 1dari 129

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PP 24/2005: SAP SAP 9: Akt Kewajiban


Kerangka Konseptual SAP 10: Koreksi Kesalahan
SAP 1: Penyajian LK SAP 11: LK Konsolidasi
SAP 2: LRA Bultek 1: Peny Neraca Awal PP
SAP 3: LAK Bultek 2: Peny Neraca Awal Pemda
SAP 4: CALK Bultek 3:
SAP 5: Akt Persediaan Bultek 4: Penya & Pengung Bel Pmrth
SAP 6: Akt Investasi
SAP 7: Akt Aset Tetap
SAP 8: Akt Kons Dlm Pengj

1
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN

KERANGKA KONSEPTUAL
AKUNTANSI PEMERINTAHAN

2
TUJUAN

Sebagai acuan bagi :


Penyusun standar

Penyusun laporan keuangan

Pemeriksa

Para pengguna laporan

3
POSISI KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka Konseptual bukan standar akuntansi

Kerangka konseptual berfungsi sebagai acuan jika


terdapat masalah akuntansi yg belum dinyatakan
dalam SAP

Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual


dan standar akuntansi, maka ketentuan standar
akuntansi diunggulkan relatif terhadap kerangka
konseptual
4
LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh
terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan
keuangannya
a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan
Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaaan
Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar
pemerintahan
adanya pengaruh proses poltik
Hub. Antara pembayar pajak dgn pelayanan pem.
b. Ciri keuangan pemerintah
Anggaran sbg pernyatan publik, target fiskal dan sebagai alat
pengendalian
Investasi aset tidak langsung menghasilkan pendapatan
Kemungkinan Penggunaan akuntansi dana

5
PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN

Masyarakat;
Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga
pemeriksa;
Pihak yang memberi atau berperan dalam proses
donasi, investasi, dan pinjaman, dan
Pemerintah.

6
ENTITAS PELAPORAN

Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari


satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan, yang terdiri
dari:
Pemerintah pusat;
Pemerintah daerah;
Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan
satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan

7
PERANAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Akuntabilitas
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pelaksanaan kebijakan
sumber daya dalam mencapai tujuan
Manajemen
memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas
aset, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah
Transparansi
memberikan informasi keuangan yang terbuka, jujur, menyeluruh kepada
stakeholders
Keseimbangan Antargenerasi
memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan pemerintah untuk
membiayai seluruh pengeluaran, dan apakah generasi y.a.d ikut menanggung
beban pengeluaran tersebut

8
TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

Menyajikan info. yang bermanfaat bagi para pengguna


dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan
ekonomi, sosial maupun politik.

9
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN KEUANGAN POKOK


1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan

10
ASUMSI DASAR

Asumsi kemandirian entitas


Asumsi kesinambungan entitas
Asumsi keterukuran dalam satuan uang ( monetary
measurement)

11
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN

Relevan;
Andal;
Dapat dibandingkan; dan
Dapat dipahami

12
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN

Basis akuntansi;
Prinsip nilai historis;
Prinsip realisasi;
Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
Prinsip periodisitas;
Prinsip konsistensi;
Prinsip pengungkapan lengkap; dan
Prinsip penyajian wajar.

13
BASIS AKUNTANSI

BASIS KAS: untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan


pembiayaan;
BASIS AKRUAL: untuk pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas;
Entitas diperkenankan menggunakan basis akrual sepenuhnya,
namun tetap menyajikan Laporan Realisasi Anggaran
berdasarkan basis kas.

Cash towards Accrual

14
PRINSIP NILAI HISTORIS (HISTORICAL COST)

Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang


dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan untuk
memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang
diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di
masa yang akan datang.
Nilai perolehan lebih dapat diandalkan daripada penilaian
yang lain karena lebih obyektif dan dapat diverifikasi.

15
PRINSIP REALISASI

Pendapatan yang tersedia yang telah diotorisasikan


melalui anggaran pemerintah selama suatu tahun
fiskal akan digunakan untuk membiayai belanja yang
terjadi dalam periode tersebut.

Prinsip penandingan pendapatan-belanja tidak


mendapat penekanan seperti dalam akuntansi
komersial.

16
SUBSTANCE OVER FORM

Peristiwa harus dicatat dan disajikan sesuai


dengan substansi dan realitas ekonomi, bukan
hanya mengikuti aspek formalitas.

17
PERIODISITAS

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan


entitas pemerintah perlu dibagi menjadi periode-
periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya
dapat ditentukan

18
KONSISTENSI
Perlakuan akuntansi yang sama harus ditetapkan pada
kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu
entitas (prinsip konsistensi internal).

Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat


metode yang baru diterapkan menunjukkan hasil yang lebih
baik dari metode yang lama.

Pengaruh atas perubahan penerapan metode harus


diungkapkan dalam laporan keuangan.

19
PENGUNGKAPAN LENGKAP (FULL DISCLOSURE)

Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap


informasi yang dibutuhkan oleh pengguna.

Informasi tersebut dapat ditempatkan pada lembar


muka laporan keuangan atau catatan atas laporan
keuangan.

20
PENYAJIAN WAJAR (FAIR PRESENTATION)

Dalam penyajian dengan wajar posisi keuangan, kinerja,


dan perubahan posisi keuangan suatu entitas, diperlukan
pertimbangan sehat yang mengandung unsur-unsur
kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam
kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan
tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak
dinyatakan terlalu rendah

21
KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN

MATERIALITAS
PERTIMBANGAN BIAYA DAN MANFAAT
KESEIMBANGAN ANTAR KARKETRISTIK
KUALITATIF

22
PENGAKUAN

Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan


diperoleh dan mempunyai nilai yang dapat diukur dengan
andal;
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau
pada saat kewajiban timbul;
Pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening
Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan;
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas
pelaporan.

23
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN

MODUL PSAP NO. 01


PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN

24
MATERI

Tujuan Pernyataan
Tujuan Laporan Keuangan
Tanggung jawab Pelaporan Keuangan
Komponen-Komponen Laporan Keuangan
Struktur dan Isi Laporan Keuangan

25
TUJUAN

Mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan


umum (general purpose financial statements) dalam
rangka meningkatkan keterbandingan laporan
keuangan baik terhadap anggaran, antar periode,
maupun antar entitas.

26
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Tujuan umum laporan keuangan


adalah menyajikan informasi mengenai posisi
keuangan, realisasi anggaran, arus kas, dan
kinerja keuangan suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat
dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi
sumber daya.

27
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN
Tujuan khusus pelaporan keuangan pemerintah
adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya,
dengan:
menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
dana pemerintah;
menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban,
dan ekuitas dana pemerintah;
menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya
ekonomi;
menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap anggarannya;
menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya;
menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk membiayai
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas
pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
28
TANGGUNG JAWAB PELAPORAN KEUANGAN

Tanggung jawab penyusunan dan penyajian


laporan keuangan berada pada pimpinan entitas

29
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

Komponen laporan keuangan pokok:


Laporan Realisasi Anggaran;
Neraca;
Laporan Arus Kas; dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas
pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh unit
yang mempunyai fungsi perbendaharaan (Bendahara Umum
Negara/Daerah).
Selain menyajikan laporan keuangan pokok, entitas pelaporan
diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis
akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas
30
PERIODE PELAPORAN

Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya


sekali dalam setahun.
Apabila laporan keuangan tahunan disajikan dengan
suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek
dari satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan
informasi berikut :
Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,
Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan
tertentu seperti arus kas dan catatan-catatan terkait tidak
dapat diperbandingkan.

31
LAPORAN REALISASI ANGGARAN

LRA menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan


penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola
oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan
Laporan realisasi anggaran mengungkapkan
kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang
menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD

32
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
LRA menyajikan sekurang-kurangnya unsur-unsur :
1. pendapatan;
2. belanja;
3. transfer;
4. surplus/defisit;
5. pembiayaan;
6. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran

LRA (Paragraf 32 s.d. 37)


Diatur khusus dalam PSAP Nomor 2

33
NERACA

Neraca menggambarkan posisi keuangan


pemerintah mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas dana pada tanggal tertentu.

34
NERACA SKPD

Neraca SKPD disusun oleh setiap SKPD


menggambarkan posisi keuangan SKPD
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana
pada tanggal tertentu sebagai bahan
penyusunan Neraca Pemerintah Daerah .

35
ISI SINGKAT NERACA DAERAH

Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek


Kas dan Setara Kas Kewajiban Jangka Panjang
Investasi Jangka Pendek Ekuitas Dana
Piutang
Ekuitas Dana Lancar
Persediaan
Ekuitas Dana Investasi
Aset Non Lancar: Ekuitas Dana Cadangan
Investasi Jangka Panjang
Aset Tetap
Dana Cadangan
Aset Lainnya
36
ISI SINGKAT NERACA SKPD

Aset Lancar Kewajiban Jangka Pendek


Kas di Bendahara Pengeluaran Uang Muka dari BUD
Kas di Bendahara Penerimaan Pendapatan yang
Piutang Ditangguhkan
Persediaan
Aset Non Lancar:
Investasi Jangka Panjang
Ekuitas Dana
Dana Bergulir Ekuitas Dana Lancar
Aset Tetap Ekuitas Dana Investasi
Aset Lainnya

37
ASET

sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh


pemerintah.
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu.
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan yang
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun
masyarakat.
dapat diukur dalam satuan uang,
(termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber
daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya).
38
ASET LANCAR

Diharapkan segera untuk direalisasikan,


dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu
12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan,
atau
Berupa kas dan setara kas

39
ASET LANCAR

Aset lancar meliputi: kas, dan setara kas, investasi jangka


pendek, piutang, dan persediaan.
Akuntansi Persediaan diatur dalam PSAP Nomor 05
Akuntansi Investasi diatur dalam PSAP Nomor 06

40
ASET NONLANCAR

Aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak


berwujud.
Digunakan secara langsung atau tidak
langsung untuk kegiatan pemerintah atau yang
digunakan masyarakat umum.

41
ASET NONLANCAR

Aset non lancar meliputi: investasi jangka panjang, aset


tetap, dana cadangan, dan aset lainnya.
Akuntansi Investasi diatur dalam PSAP Nomor 06
Akuntansi Aset Tetap diatur dalam PSAP Nomor 07
Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan diatur dalam PSAP
Nomor 08

42
KEWAJIBAN

Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu


yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran
keluar sumber daya ekonomi pemerintah
Akuntansi Kewajiban diatur dalam PSAP
Nomor 09

43
EKUITAS DANA

Kekayaan bersih pemerintah yang


merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah.

44
EKUITAS DANA

Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset


lancar dan kewajiban jangka pendek.
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan
pemerintah yang tertanam dalam investasi jangka
panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi
dengan kewajiban jangka penjang.
Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan
pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
45
46
47
48
49
50
LAPORAN ARUS KAS

Menyajikan informasi mengenai sumber,


penggunaan, perubahan kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan.

Laporan Arus Kas


diatur dalam PSAP 03

51
LAPORAN KINERJA KEUANGAN

Disajikan oleh entitas pelaporan yang


menerapkan basis akrual.
Laporan Kinerja Keuangan sekurang-
kurangnya menyajikan pos-pos sebagai
berikut:
1. Pendapatan dari kegiatan operasional;
2. Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan
klasifikasi ekonomi;
3. Surplus atau defisit.
52
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

Dalam Laporan Perubahan Ekuitas sekurang-


kurangnya harus disajikan pos-pos:
1. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran;
2. Setiap pos pendapatan dan belanja beserta
totalnya seperti diisyaratkan dalam standar-
standar lainnya, yang diakui secara langsung
dalam ekuitas;
3. Efek kumulatif atas perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan yang mendasar
diatur dalam suatu standar terpisah.
53
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN

MODUL PSAP NO. 02


LAPORAN REALISASI ANGGARAN

54
RUANG LINGKUP
Penyajian pendapatan, belanja, dan pembiayaan dengan
basis kas.
Berlaku untuk setiap entitas pelaporan yang memperoleh
alokasi APBN/APBD, tidak termasuk perusahaan negara
Entitas yang menyusun laporan berbasis accrual, tetap
wajib menyusun Laporan Realisasi Anggaran
Penyandingan realisasi pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dengan anggarannya;
Akuntansi Anggaran dalam APBD:
Belanja: appropriasi;
Pendapatan: estimasi.
Penjabaran APBD oleh Kepala Daerah di DPA SKPD.

55
LAPORAN KEUANGAN POKOK

Laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah


setidak-tidaknya terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran
Neraca
Laporan Arus Kas
Catatan atas Laporan Keuangan

Yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan


negara/daerah dan badan lainnya (BLU)

56
PENGERTIAN

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah


satu komponen laporan keuangan pemerintah yang
menyajikan informasi tentang realisasi dan anggaran
entitas pelaporan secara tersanding untuk suatu
periode tertentu.

57
BASIS AKUNTANSI

BASIS KAS
Pendapatan diakui pada saat diterima pada rekening Kas
Umum Negara/Kas Umum Daerah
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari rekening
Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima kas pada
rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah
Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan kas
dari rekening Kas Umum Negara/Kas Umum Daerah

58
STRUKTUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi


realisasi disandingkan dgn anggaran mengenai:
pendapatan,
belanja,
transfer,
surplus/defisit dan
pembiayaan.
dalam satu periode.
59
STRUKTUR APBN/D DAN REALISASINYA

REALISASI
APBD
APBD
A Pendapatan 900,00 950,00
B Belanja (Termasuk Transfer) 1.000,00 1.100,00
C Surplus/Defisit (A - B) (100,00) (150,00)
D Penerrimaan Pembiayaan 300,00 350,00
E Pengeluaran Pembiayaan (200,00) (150,00)
F Pembiayaan Neto (D - E) 100,00 200,00
G SILPA (F - C) 50,00

60
PERBEDAAN PERLAKUAN APBN/APBD
APBN APBD
SILPA/SIKPA pada akhir TA SILPA APBD akan menjadi sumber
dipindahkan ke Ekuitas Dana pembiayaan pada TA berikutnya
Akumulasi SILPA (RE) (tidak ada RE)
Saldo Kas Umum Negara = Saldo Kas Daerah = SILPA =
Akumulasi SILPA Ekuitas Dana SILPA
Transfer Out dicatat sebagai Transfer in dicatat sebagai
Pengeluaran (above the line) Pendapatan Dana Perimbangan
Bagian Anggaran sendiri
Belanja Tak Terduga ditampung Belanja Tak Terduga untuk
pada Bagian Anggaran tersendiri membiayai pengeluaran mendesak
dan pengembalian pendapatan
tahun lalu yang sudah ditutup. (tidak
sesuai dengan PSAP 10 Koreksi
61
Kesalahan)
ISI LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos


sebagai berikut:
(a) Pendapatan (e) Penerimaan Pembiayaan
(b) Belanja (f) Pengeluaran Pembiayaan
(c) Transfer (g) Pembiayaan Neto
(d) Surplus atau Defisit (h) SILPA/SIKPA

Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran apabila diwajibkan oleh PSAP ini, atau apabila penyajian tsb
diperlukan untuk menyajikan Laporan Realisasi Anggaran secara wajar.

62
AKUNTANSI ANGGARAN
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban
dan pengendalian manajemen yang digunakan untuk
membantu pengelolaan pendapatan, belanja, transfer, dan
pembiayaan.
Anggaran pendapatan disebut estimasi pendapatan yang
dijabarkan menjadi alokasi estimasi pendapatan.
Anggaran belanja disebut apropriasi yang dijabarkan
menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment).
Anggaran pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan
dan pengeluaran pembiayaan

63
DEFINISI PENDAPATAN

Semua penerimaan Rekening Kas Umum


Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah.

64
AKUNTANSI PENDAPATAN

Pendapatan diklasifikasikan menurut sumber dan


jenis pendapatan
Transfer masuk adalah penerimaan dana dari entitas
pelaporan lain, misal DAU dan DBH
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan
bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran)

65
AKUNTANSI PENDAPATAN

Dalam hal BLU, pendapatan diakui dengan mengacu


pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

66
KOREKSI DAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN

Normal &
Berulang
Dicatat sebagai
Pengurang
Atas Penerimaan
Pendapatan
Pendapatan
Periode
Berjalan
Normal &
Tidak Berulang

Atas Penerimaan Dicatat sebagai


Pendapatan Pengurang
Periode Ekuitas dana
sebelumnya Lancar

67
Koreksi atas Pengeluaran Belanja

Atas Pengeluaran Dicatat sebagai


Belanja Pengurang
Periode Belanja
Berjalan
Penerimaan
Kembali
Belanja

Atas Pengeluaran
Dicatat sebagai
Belanja
Pendapatan
Periode
Lain-lain
sebelumnya

68
DEFINISI BELANJA

Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum


Negara/Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar
dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.

69
AKUNTANSI BELANJA

Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari


Rekening Kas umum Negara/Daerah
Pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, penga
kuan belanjanya terjadi pada saat pertanggungjawab
an atas pengeluaran yang disahkan oleh unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan.
Belanja BLU diakui dengan mengacu pada peraturan
perundang-undangan yang mengatur BLU

70
AKUNTANSI BELANJA

Pembayaran belanja dapat dilakukan secara


langsung (LS) atau melalui dana kas kecil (Uang
Persediaan) yang diberikan kepada para bendahara
pengeluaran.
Pada saat kas dibelanjakan oleh Bendahara
Pengeluaran belum diakui sebagai belanja. Pada
saat dipertanggungjawabkan (penerbitan SP2D GU/
GU NIHIL) baru diakui sebagai belanja.

71
PENTINGNYA SISTEM KLASIFIKASI BELANJA PEMERINTAH

Memformulasikan kebijakan dan mengalokasikan


sumber-sumber daya kepada sektor-sektor
Mengidentifikasi tingkatan kegiatan pemerintah
dimana kinerja akan dinilai
Membangun akuntabilitas atas ketaatan otorisasi
yang diberikan oleh legislatif, kebijakan, kinerja,
analisa ekonomi dan administrasi anggaran sehari
hari
(Campo dalam bukunya Managing Government
Expenditure)
72
KLASIFIKASI BELANJA PEMERINTAH

Klasifikasi menurut ketentuan UU Bidang Keuangan


Negara;
Klasifikasi menurut PP 58/2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah;
Klasifikasi menurut Permendagri 13/2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
Klasifikasi menurut PP 24/2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.

73
KLASIFIKASI BELANJA MENURUT UU KN/PN

ekonomi (jenis belanja)


organisasi
fungsi

74
KLASIFIKASI MENURUT PP NO 58 TAHUN 2005

Klasifikasi menurut organisasi, fungsi, program dan


kegiatan serta jenis belanja
Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan
dengan susunan organisasi pemerintahan
Klasifikasi menurut fungsi terdiri dari :

a. Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan dan


b. Klasifikasi untuk tujuan keselarasan dan keterdu
an dalam rangka pengelolaan keuangan negara

75
KLASIFIKASI MENURUT PERMENDAGRI NO. 13/2006

Klasifikasi belanja dalam rangka mendanai


pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota,
yang terdiri dari belanja urusan wajib dan belanja
urusan pilihan;
Klasifikasi belanja menurut fungsi digunakan untuk
tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan
keuangan negara;
Klasifikasi menurut kelompok belanja langsung dan
belanja tak langsung.
76
SISTEM KLASIFIKASI BELANJA
Memberikan kerangka dasar
Tujuan dalam pengambilan keputusan

Akuntabilitas

Oleh karena itu, belanja harus diklasifikasikan untuk


berbagai tujuan yang berbeda, misalnya:
Untuk penyajian laporan yang sesuai kebutuhan user.
Untuk administrasi dan akuntansi anggaran
Untuk penyajian LRA kepada DPR

77
KLASIFIKASI MENURUT JENIS DAN OBYEK

Klasifikasi menurut jenis dan obyek (Object line item


classification), sangat penting untuk digunakan dalam
pengendalian anggaran (budgetary control) dan untuk
monitoring anggaran.

78
SURPLUS/DEFISIT

Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan


belanja selama satu periode pelaporan dicatat
dalam pos Surplus/Defisit

79
PEMBIAYAAN

Setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali


dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan
untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran

80
AKUNTANSI PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima


pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah
Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan
penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya
(setelah dikompensasikan dengan pengeluaran)

81
AKUNTANSI PENGELUARAN PEMBIAYAAN

Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat


dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah

82
TRANSAKSI DALAM MATA UANG ASING

Transaksi dalam mata uang asing dibukukan


dalam mata uang rupiah dengan menjabarkan
jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs
tengah bank sentral pada tanggal transaksi

83
TRANSAKSI PENDAPATAN, BELANJA, DAN PEMBIAYAAN
BERBENTUK BARANG DAN JASA

Transaksi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam


bentuk barang dan jasa harus dilaporkan dalam LRA dengan
cara menaksir nilai barang dan jasa tersebut pada tanggal
transaksi.
Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan
pada CaLK sehingga dapat memberikan semua informasi
yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan, belanja, dan
pembiayaan yang diterima.
Contoh transaksi berwujud barang dan jasa adalah hibah
dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi

84
85
86
87
88
JURNAL DALAM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Jurnal Pengesahan APBD


Jurnal Otorisasi Kredit Anggaran/Alokasi
Estimasi Pendapatan &Allotment
Jurnal Realisasi Anggaran
(Termasuk Jurnal Korolari)
Jurnal Penyesuaian
Jurnal Penutup

89
JURNAL DALAM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Jurnal untuk pengesahan anggaran dan otorisasi kredit


anggaran, implementasinya disesuaikan dengan struktur
entitas pelaporan dan kebutuhannya.
Misalnya pada Pemerintah Pusat, jurnal anggaran tersebut
diperlukan karena merupakan gabungan dari entitas-entitas
pelaporan, sehingga pada Central Accounting Officenya
memerlukan Sistem Akuntansi Pusat
Pada pemerintah daerah entitas pelaporannya hanya satu
yaitu Pemerintah Daerah sendiri.

90
SALDO NORMAL ANGGARAN

Perkiraan Tambah Kurang Saldo Normal

Pendapatan K D K

Belanja D K D

91
JURNAL ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA APBD

(Pada saat anggaran disahkan above the line)


Db. Estimasi Pendapatan xxx
Cr. Apropriasi Belanja xxx
Cr. Surplus/Defisit xxx

Dicatat oleh BUD

Tujuan jurnal tersebut untuk mengontrol anggaran


apakah telah dicatat seluruhnya dalam catatan
akuntansi

92
JURNAL ANGGARAN PEMBIAYAAN APBD

(Pada saat anggaran disahkan below the line)

Db. Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx


Db. Pembiayaan Neto xxx
Cr. Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan xxx

Dicatat oleh BUD

93
OTORISASI ANGGARAN

BUD
Db. Alokasi Estimasi Pendapatan xxx
Cr. Alokasi Apropriasi Belanja xxx
Cr. Surplus/Defisit xxx

SKPD
Db. Estimasi Pendapatan yg Dialokasikan xxx
Cr. Utang kepada BUD xxx

Db. Piutang kepada BUD xxx


Cr. Allotment Belanja xxx

94
REALISASI PENDAPATAN

SKPD
Db. Utang kepada BUD XXX
Cr. Pendapatan . XXX

BUD
Db. Kas di Kas Daerah XXX
Cr. Pendapatan . XXX

95
PENGEMBALIAN PENDAPATAN

1. Pengembalian Tahun Anggaran Berjalan

SKPD
Db. Pendapatan . XXX
Cr. Utang kepada BUD XXX

BUD
Db. Pendapatan . XXX
Cr. Kas di Kas Daerah XXX

96
PENGEMBALIAN PENDAPATAN

2. Pengembalian atas Pendapatan Tahun


Anggaran yang Lalu

SKPD
-- Tidak ada Jurnal --

BUD
Db. SiLPA (Pengembalian Pendapatan) XXX
Cr. Kas di Kas Daerah XXX

97
REALISASI BELANJA

SKPD
Db. Belanja .... XXX
Cr. Piutang dari BUD XXX

BUD
Db. Belanja XXX
Cr. Kas di Kas Daerah XXX

98
REALISASI BELANJA MODAL

SKPD
Belanja Modal xxx
Piutang dari BUD xxx

Jurnal Korolari di Neraca:


Aset Tetap xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

BUD
Belanja Modal xxx
Kas di Kas Daerah xxx

99
BELANJA DENGAN UP

1. PEMBERIAN UP/TUP

SKPD
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Uang Muka dari BUD xxx

BUD
Uang Muka kepada SKPD xxx
Kas di Kas Daerah xxx

100
BELANJA DENGAN UP

2. PERTANGGUNGJAWABAN UP (SP2D GU)

SKPD
Belanja xxx
Piutang dari BUD xxx

BUD
Belanja xxx
Kas di Kas Daerah xxx

101
BELANJA DENGAN UP

3. PERTANGGUNGJAWABAN UP (SP2D GU-NIHIL)

SKPD
Belanja xxx
Piutang dari BUD xxx
Uang Muka dari BUD xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

BUD
Belanja xxx
Uang Muka kepada SKPD xxx
102
Pengembalian Sisa UP

SKPD
Uang Muka dari BUD xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

BUD
Kas di Kas Daerah xxx
Uang Muka Kepada SKPD xxx

103
PENGEMBALIAN BELANJA

1. Pengembalian Belanja TA Berjalan

SKPD
Db. Piutang dari BUD XXX
Cr. Belanja .... XXX

BUD
Db. Kas di Kas Daerah XXX
Cr. Belanja XXX

104
PENGEMBALIAN BELANJA

2. Pengembalian atas Belanja TA yang Lalu

SKPD
Db. Utang kepada BUD XXX
Cr. Pendapatan Lain-lain PAD XXX

BUD
Db. Kas di Kas Daerah XXX
Cr. Pendapatan Lain-lain PAD XXX

105
Realisasi Pembentukan Dana Cadangan

Jurnal Realisasi Anggaran:


Pembentukan Dana Cadangan xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Jurnal Korolari:
Dana Cadangan xxx
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx

106
Realisasi Pencairan Dana Cadangan

Realisasi Belanja:
Kas di Kas Daerah xxx
Pencairan Dana Cadangan xxx

Jurnal Korolari:
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan xxx
Dana Cadangan xxx

107
Realisasi Penerimaan Pembiayaan

Jurnal Realisasi Penerimaan Utang Jk. Panjang:


Kas di Kas Daerah xxx
Penerimaan Pembiayaan xxx

Jurnal Korolari di Neraca:


Dana YHD utk Pembayaran Utang Jk. Pjg xxx
Kewajiban Jangka Panjang xxx

108
Realisasi Pengeluaran Pembiayaan

Jurnal Realisasi Anggaran Untuk Investasi Jk. Panjang:


Pengeluaran Pembiayaan xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Jurnal Korolari di Neraca:


Investasi Jangka Panjang xxx
Diinvestasikan dalam Investasi Jk. Panjang xxx

109
JURNAL PENUTUP REALISASI PENDAPATAN BELANJA

SKPD
Db. Pendapatan xxx
Db. Utang kepada BUD xxx
Cr Estimasi Pendapatan yg dialokasikan xxx

Db Allotment Belanja xxx


Cr Belanja xxx
Cr Piutang dari BUD xxx

110
JURNAL PENUTUP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

BUD
Db. Alokasi Estimasi Pendapatan xxx
Cr. Estimasi Pendapatan xxx

Db. Appropriasi belanja xxx


Cr. Alokasi Appropriasi Belanja xxx

Db. Pendapatan xxx


Cr. Belanja xxx
Cr. Surplus/Defisit xxx

111
Transaksi Aset Tetap

Pembelian
Pembangunan sendiri
Penambahan
Pengurangan
Penghapusan
Pemeliharaan
Hibah

112
Pembelian/Penambahan Aset Tetap

Realisasi Belanja:
Belanja Aset Tetap xxx
Kas di Kas Daerah xxx

Jurnal Korolari di Neraca:


Aset Tetap xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx

113
PEMBELIAN/PENAMBAHAN ASET TETAP

SKPD
Realisasi pembelian aset tetap
Belanja Modal xxx
Piutang dari BUD xxx

Jurnal Korolari di Neraca:


Aset Tetap xxx
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
BUD
Belanja Modal xxx
Kas di Kas Daerah xxx

114
PENJUALAN/PELEPASAN ASET TETAP

SKPD
Realisasi Pendapatan (hasil penjualan):
Utang kepada BUD xxx
Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx

Jurnal Korolari:
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Aset Tetap xxx

BUD
Db. Kas di Kas Daerah xxx
Cr. Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx

115
PENGHAPUSAN ASET TETAP

SKPD
Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx
Aset Tetap xxx

116
PENYUSUTAN ASET TETAP

Penyusutan Aset Tetap dianjurkan dalam PSAP No 07


tentang Akuntansi Aset Tetap
Penyusutan dimaksudkan agar diperoleh nilai wajar dari aset
tetap, jadi bukan alokasi belanja untuk memupuk dana
penggantian aset.
Jurnal penyusutan :
Db. Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Cr. Akumulasi Penyusutan
Untuk memperoleh nilai wajar penyajian di Neraca, Aset tetap
dikurangi akumulasi penyusutan.

117
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI
PEMERINTAHAN

MODUL PSAP NO. 03


LAPORAN ARUS KAS

118
Arti Penting LAK

Laporan Arus Kas (LAK):


Memuat seluruh penerimaan dan pengeluaran kas
baik yang dianggarkan/tidak dianggarkan;
Hanya disajikan unit yang memiliki fungsi
perbendaharaan;

119
Tujuan Pelaporan Keuangan

memberikan informasi mengenai sumber,


penggunaan, perubahan kas;
pertanggungjawaban;
pengambilan keputusan

120
Pengertian LAK

Laporan yang memberi informasi:


Arus masuk kas (pendapatan, penerimaan
pembiayaan, penerimaan PFK);
Arus keluar kas (belanja, pengeluaran pembiayaan,
pengeluaran PFK);
Saldo awal kas;
Saldo akhir kas.

121
Manfaat LAK

Indikator yang akan datang;


Alat menilai kecermatan estimasi penerimaan kas;
Alat pertanggungjawaban;
Bahan evaluasi aktiva bersih/ekuitas.

122
Struktur LAK

Penyajian berdasarkan aktivitas:


operasi;
investasi aset nonkeuangan;
pembiayaan;
nonanggaran.

123
Arus Masuk Aktivitas Operasi

Pendapatan Pajak dan Retribusi Daerah


Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Lain-lain PAD yang sah
Dana Perimbangan (DBH Pajak, SDA, DAU, DAK, Dana
Otsus, Dana Penyesuaian)
Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Pendapatan Lainnya
124
Arus Keluar Aktivitas Operasi

Belanja Pegawai
Belanja Barang
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan Sosial
Belanja Tak Terduga
Bagi Hasil Pajak, Retribusi, dan Hasil Lainnya

125
Arus Masuk/Keluar Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan

Arus Masuk:
Penjualan Aset Tetap;
Penjualan Aset Lainnya
Arus Keluar:
Perolehan Aset Tetap;
Perolehan Aset Lainnya.

126
Arus Masuk/Keluar Aktivitas Pembiayaan

Arus masuk:
Penerimaan pinjaman;
Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan;
Pencairan dana cadangan.
Arus Keluar:
Pemberian pinjaman;
Penyertaan modal;
Pembentukan cadangan.

127
Arus masuk/keluar Aktivitas Nonanggaran

Arus Masuk:
Penerimaan PFK;
Penerimaan Kiriman Uang.
Arus Keluar
Pengeluaran PFK;
Pembayaran Kiriman Uang.

128
Penyajian LAK

Hanya dibuat oleh unit yang mempunyai fungsi


perbendaharaan;
Metode: Langsung dan tidak langsung;
Hubungan antara saldo-saldo awal dan akhir di LAK
sama dengan yang ada dalam akun yang sama di
Neraca.

129

Anda mungkin juga menyukai