Berikut merupakan delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah.
1. Basis akuntansi Basis akuntansi merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang menentukan kapan
pengaruh atas transaksi atau kejadian harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis akuntansi
yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas (cash basis) untuk pengakuan
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan basis akrual
(accrual basis) untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.
2. Prinsip nilai historis (historical cost) Dalam laporan keuangan, pencatatan aset dan kewajiban
berdasarkan nilai historisnya. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban tersebut di masa yang akan datang. Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada
penilaian yang lain karena lebih objektif dan dapat diverifikasi.
3. Prinsip realisasi (realization) Dalam akuntansi komersial digunakan prinsip yang disebut penandingan
antara biaya dengan pendapatan (matching-cost against revenue principle) pada suatu periode
akuntansi. Berbeda dengan akuntansi komersial, akuntansi pemerintahan menggunakan prinsip
realisasi. Dalam arti pendapatan yang tersedia dan telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah
pada suatu tahun fiskal akan digunakan (direalisasikan) untuk membayar utang dan belanja dalam
periode tersebut.
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal (substance over form) Informasi dimaksudkan untuk
menyajikan transaksi dan peristiwa lain yang seharusnya disajikan secara wajar, agar transaksi atau
peristiwa lain tersebut dapat dicatat dan disajikan sesuai substansi dan realitas ekonomi, bukan hanya
pada aspek formalitasnya saja. Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/ berbeda
dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
5. Prinsip periodisitas (periodicity) Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan, sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber
daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan.
6. Prinsip konsistensi (consistency) Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa
dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti
bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain.
7. Prinsip pengungkapan lengkap (full disclosure) Laporan keuangan menyajikan secara lengkap
informasi yang dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan
keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan atau Catatan atas
Laporan Keuangan (CaLK).
8. Prinsip penyajian wajar (fair presentation) Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Faktor
pertimbangan sehat bagi penyusun laporan keuangan diperlukan ketika menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu.
Suatu standar akuntansi diturunkan dari kerangka konseptual. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah.
Saat ini PSAP yang telah ditetapkan oleh KSAP adalah sebagai berikut:
10. PSAP Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan
Dalam upaya memudahkan pemahaman dan penerapannya, diterbitkan pula Interpretasi Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (IPSAP) dan Buletin Teknis. IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan, dan uraian
lebih lanjut atas PSAP
Siklus pengelolaan keuangan negara merupakan rangkaian dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
terhadap kegiatan dalam sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara adalah
pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara. Anggaran dalam sektor pemerintahan adalah
segalanya. Tidak ada satu transaksipun yang berbasis pada anggaran.
Rencana Kerja dan Anggaran merupakan satu kesatuan dan disusun secara
terintegrasi.
Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki satu dokumen anggaran, yang
mana tidak ada lagi pemisahan antara anggaran rutin dan anggaran pembangunan.
Alokasi anggaran disesuaikan dengan hasil yang ingin dicapai, terutama berfokus
juga dituntut memperhitungkan implikasi biaya yang akan menjadi beban APBD
pemerintah daerah pada tahun anggaran berikutnya terkait adanya program/kegiatan
tersebut.
e. Klasifikasi Anggaran
pada Government Finance Statistic (GFS). Klasifikasi anggaran tersebut terdiri dari
Pelaksanaan Anggaran/Perbendaharaan
Pelaksanaan APBN pada pemerintah pusat dimulai dengan diterbitkannya Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA). Segera setelah suatu tahun anggaran dimulai, maka DIPA harus segera diterbitkan untuk
dibagikan pada satuan-satuan kerja sebagai pengguna anggaran di kementerian/lembaga. Sementara pada
pemerintah daerah, setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA).
a. Sistem Penerimaan Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara/
Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara langsung oleh satuan kerja yang melakukan
pemungutan (asas bruto). Pendapatan diakui setelah uang disetor ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah (basis kas).
b. Sistem Pembayaran Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait, yaitu Pengguna
Anggaran/Barang dan Bendahara Umum Daerah. Terdapat dua cara pembayaran, yaitu pembayaran
yang dilakukan secara langsung oleh BUD kepada yang berhak menerima pembayaran atau lebih
dikenal dengan sistem LS (pembayaran langsung).
Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi sangat diperlukan dalam pelaksanaan anggaran, tujuannya
adalah:
a. Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang terkait,
penyelewengan.
pelaporan dalam pengelolaan keuangan. Setiap entitas pelaporan terdiri dari dua
1) Pengguna Anggaran Sistem ini diterapkan pada satuan kerja sesuai peranannya sebagai pengguna
anggaran. Bagian sistem ini terutama untuk mencatat transaksi yang menjadi kewenangannya, di
antaranya adalah pendapatan (pendapatan bukan pajak atau retribusi daerah, umumnya terkait dengan
jasa yang dikelola instansi tersebut), belanja (dilakukan menggunakan uang persediaan ataupun dengan
pembayaran langsung), serta aset yang dikelola dan digunakan.
2) Bendahara Umum Bagian ini terutama mengelola pendapatan pajak dan pendapatan lain yang tidak
diserahkan pengelolaannya pada satuan kerja pengguna anggaran (pendapatan bunga dan hasil
investasi), belanja (belanja bunga, hibah, dan dana perimbangan), serta pembiayaan (investasi dalam
bentuk penyertaan modal, obligasi, dan pemberian pinjaman berjangka pada pihak lain).