Anda di halaman 1dari 20

TUGAS 1- RMK

Pelaporan Korporat
CONCEPTUAL FRAME WORK DALAM PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS KOMERSIAL,
ENTITAS PUBLIK/PEMERINTAH, ETAP DAN ENTITAS SYARIAH

OLEH

KELOMPOK 1
Devi Dwi Dayanti (A014202011)

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
CONCEPTUAL FRAME WORK DALAM PELAPORAN KEUANGAN ENTITAS KOMERSIAL,
ENTITAS PUBLIK/PEMERINTAH, ETAP DAN ENTITAS SYARIAH
Overview Kerangka Konseptual
Beberapa standar akuntansi keuangan yang mengatur berbagai jenis entitas yang ada saat ini
di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Standar Akuntansi Keuangan
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
3. Standar Akuntansi Syariah (SAS)
4. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

SAK dan SAK ETAP diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan
Indonesia (DSAK IAI).
SAS diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (DSAS
IAI).
SAP diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)


Standar akuntansi keuangan adalah satandar akuntansi yang diperuntukkan untuk
entitas yang diwajibkan menyusun laporan keuangan. Penerapan standar akuntansi keuangan
yang cukup kompleks bila diterapkan untuk entitas dengan skala yang relative kecil, maka
DSAK IAI menerbitkan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK
ETAP).
SAK ETAP hanya dapat digunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik atau entitas lain yang diperkenankan oleh regulator.
Dalam SAK ETAP, definisi entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang:
1. Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan; dan
2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial
statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang
tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat
kredit.

Dalam SAK ETAP dijelaskan lebih lanjut mengenai definisi entitas yang memiliki
akuntabilitas publik signifikan, yaitu jika:
1. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau dalam proses pengajuan
pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan
penerbitan efek di pasar modal; atau
2. Entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar
masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana
pension, reksa dana dan bank investasi.

Dari definisi di atas, entitas yang terdaftar di pasar modal tidak dapat menggunakan
SAK ETAP, begitu pula entitas dalam industri keuangan tidak dapat menggunakan SAK
ETAP, kecuali BPR yang berdasarkan peraturan Bank Indonesia diizinkan menggunakan
SAK ETAP. Hal ini dimunginkan karena dalam SAK ETAP dijelaskan bahwa entitas yang
memiliki akuntanbilitas public signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas
berwenang membuat regulasi mengizinkan menggunaan SAK ETAP.
Standar Akuntansi Syariah (SAS) diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi
syariah. Cakupan SAS tidak hanya untuk transaksi syariah pada entitas syariah seperti bank
syariah, melainkan untuk semua entitas, baik entitas syariah maupun entitas konvensional,
sepanjang entitas tersebut melakukan transaksi skema syariah.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No.
71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005. SAP digunakan
sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.

Overview dan Perbedaan Kerangka Konseptual

Standar Akuntansi Keuangan


Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK)
merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para
pemakai eksternal.
Tujuan KDPPLK adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
• Komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya.
• Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur
dalam standar akuntansi keuangan.
• Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
• Para pemakai dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam Laporan Keuangan
yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

Apabila terdapat pertentangan antara KDPPLK dengan standar akuntansi keuangan,


maka ketentuan standar akuntansi keuangan yang harus diunggulkan relatif terhadap
KDPPLK.
Kerangka Dasar membahas:
• Pengguna laporan keuangan
• Tujuan laporan keuangan
• Asumsi dasar
• Karakteristik kualitatif
• Konsep pengakuan dan pengukuran unsur laporan keuangan
• Konsep pemeliharaan modal

Pemakai pelaporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial,


karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah
serta lembaga-lembaganya dan masyarakat.
Berdasarkan KDPPLK, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan
keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau
pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada pihak
manajemen.
Asumsi dasar dalam KDPPLK;
1. Dasar Akrual, artinya pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian
(dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam
catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode
bersangkutan.
2. Kelangsungan usaha, laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi
kelangsungan usaha entitas dan akan melanjutkan usahanya di masa depan (going
concern). Entitas diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau
mengurangi secara material skala usahanya.
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai.
Dalam KDPPLK terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu:
1. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai.
Diasumsikan bahwa pemakai laporan keuangan memiliki pengetahuan yang memadai
mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun informasi yang kompleks yang
seharusnya dimasukan ke dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan dari
laporan keuangan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu
sulit untuk dipahami oleh pemakai tetentu.
2. Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses
pengambilan keputusan. Informasi disebut memiliki kualitas relevan apabila dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu dalam mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, mengkoreksi, hasil
evaluasi di masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan
materialitasnya. Informasi dianggap material apabila tidak mencantumkan atau
terdapat kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
3. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat disajikan.
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lalu yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya
(substansi mengungguli bentuk/substance over form). Informasi juga harus diarahkan
pada kebutuhan umum pemekai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan
pihak tertentu (netralitas).
4. Dapat Dibandingkan
Pemakai laporan keuangan harus dapat mempebandingkan laporan keuangan entitas
antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja
keuangan serta memperbandingkan laporan keuangan antar entitas untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Hal ini harus didukung dengan melakukan pengukuran dan penyajian transaksi dan
peristiwa lain serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut, antar
periode yang sama, dan untuk entitas yang berbeda.

Implikasi penting dari karakteristik kualitatif ini adalah pemakai laporan keuangan
harus mendapat informasi mengenai kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Namun
kebutuhan terhadap daya banding tidak berarti keseragaman kebijakan akuntansi. Entitas
tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik
kualitatif relevansi dan keandalan, apabila ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih
andal.
Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
• Tepat Waktu
• Keseimbangan Biaya dan Manfaat, Manfaat yang dihasilkan informasi harus melebihi
biaya penyusunannya.
• Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif, untuk mencapai suatu keseimbangan
yang tepat di antara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan laporan keuangan.

Laporan keuangan diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut


karakteristik ekonominya (atau disebut unsur laporan keuangan), yang terdiri:
1. Aset, merupakan sember daya yang dikuasai oleh entitas yang timbul dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
entitas.
2. Liabilitas, merupakan kewajiban entitas masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu, di mana penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar sumber daya
entitas yang mengandung manfaat ekonomi.
3. Ekuitas, merupakan hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua liabilitas.
4. Penghasilan (income), merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama suatu peiode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal. Definisi penghasilan (revenue) meliputi baik pendapatan (revenue) maupun
keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas sedangkan
keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan yang
mungkin timbul atau tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa.
5. Beban (expenses), merupakan penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntasi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas
yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
pemegang saham. Definisi beban mencakupi kerugian maupun beban yang timbul
dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang biasa.

Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi


definisi unsur serta kriteria pengakuan di dalam neraca (laporan posisi keuangan) atau dalam
laporan laba rugi dan pedapatan kompehensif lainnya.
Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui jika;
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


 Biaya historis, adalah biaya perolehan pada tanggal transaksi.
 Biaya kini (current cost) adalah biaya yang seharusnya diperoleh sekarang atau pada
saat pengukuran.
 Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value) adalah nilai yang dapat
diperoleh dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal).
 Nilai sekarang (present value) adalah arus kas masuk bersih di masa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang.

Konsep Pemeliharaan Modal


Modal adalah aset bersih atau ekuitas entitas yaitu uang atau daya beli yang diinvestasikan.

Pemeliharaan Modal Keuangan


Laba hanya diperoleh kalau jumlah finansial (atau uang) dari aktiva bersih pada akhir periode
melebihi jumlah finansial (atau uang) dari aktiva bersih pada awal periode, setelah
memasukkan kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para
pemilik selama periode.
Pemeliharaan Modal Fisik,
Laba hanya diperoleh kalau kapasitas produktif fisik (atau kemampuan usaha) pada akhir
periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode, setelah memasukkan kembali
setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para pemilik selama suatu
periode.

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabiltas Publik


Kerangka konseptual dari SAK ETAP disebut dengan istilah Konsep dan Prinsip Pervasif.
Tujuan laporan keuangan menurut konsep dan prinsip pervasive adalah menyediakan
informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh
siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untk memenuhi
kebutuhan informasi tertentu. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Karakteristik informasi kualitatif dalam laporan keuangan terdiri dari:


1. Dapat Dipahami
2. Relevan
3. Andal
4. Dapat Dibandingkan

Unsur Laporan Keuangan


1. Aset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Penghasilan
5. Beban

Pengakuan unsur laporan keuangan merupan proses pembentukan suatu pos dalam neraca
atau laporan laba rugi yang memenuhi definisi suatu unsur dan memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang terkait dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas; dan
2. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan handal.

Standar Akuntansi Syariah


Tujuan Kerangka Dasar
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah (KDPPLKS)
merupakan acuan untuk:
1. Sebagai dasar dalam penyusunan standar akuntansi syariah.
2. Sebagai pedoman dalam penyusunan laporan keuangan entitas syariah.
3. Sebagai acuan bagi auditor dalam mengaudit laporan keuangan syariah.
4. Untuk memahami makna informasi yang ada di laporan keuangan syariah oleh para
pembaca laporan keuangan.

Paradigma Transaksi Syariah


Transaksi syariah berdasarkan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta oleh
Tuhan sebagai amanah (kepercayaan Ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh umat
manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-falah).

Akuntabilitas manusia: Syariah dan akhlaq sebagai indikator baik/buruk – benar/salah suatu
usaha.
Terbentuk integritas -> GCG & Market Discipline

Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut interaksi vertical dengan Tuhan
maupun interaksi horizontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang berlaku umum
dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi semua pelaku dan
pemangku kepentingan entitas yang melakukan transaksi syariah. Akhlak merupakan norma
dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesame makhluk agar hubungan
tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis dan harmonis.

Asas Transaksi Syariah


Transaksi syariah berdasarkan pada prinsip:
1. Persaudaraan (ukhuwah)
Prinsip persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang menata
interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara
umum dengan semangat saling tolong menolong. Transaksi syariah menjunjung tinggi
nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga
seseorang tidak boleh mendapat keuntungan di atas ketugian orang lain. Ukhuwah
dalam transaksi syariah berdasarkan prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling
memahami (tafahun), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling
bersinergi dan beraliansi (tahaluf).
2. Keadilan (‘adalah)
Prinsip keadilah (‘adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya dan
memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai
dengan posisinya.
a. Riba, unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun
fadhl.
b. Kezaliman, unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan.
c. Maysir, unsur judi dan sikap spekulatif.
d. Gharar, unsur ketidakjelasan.
e. Haram, unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas
operasional yang terkait.
3. Kemaslahatan (maslahah)
Prinsip kemaslahatan (maslahah) esensinya merupakan segala bentuk kebaikan dan
manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, serta individual dan kolektif.
Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah (halal)
serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek secara
keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudharatan. Transaksi syariah yang dianggap
bermaslahat harus memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur yang menjadi tujuan
ketetapan syariah (maqasid syariah) yaitu berupa pemeriharaan terhadap:
a. Akidah, keimanan dan ketakwaan (dien)
b. Akal (‘aql)
c. Keturunan (nasl)
d. Jiwa dan keselamaqtan (nafs)
e. Harta benda (mal)
4. Keseimbangan (tawazun)
Prinsip keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek material dan
spiritual, aspek privat dan public, sektoe keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial,
keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian.Transaksi syariah tidak hanya
menekankan pada maksimalisasi keuntungan entitas semata untuk kepentingan
pemilik (shareholder). Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan
pada pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat
adanya suatu kegiatan ekonomi.
5. Universalisme (syumuliyah)
Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan
untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku,
agama, ras, dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil
alamin).

Karakteristik Transaksi Syariah adalah sebagai berikut:


1. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang obyeknya halal dan baik (thayib)
3. Uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas
4. Tidak mengandung unsur riba
5. Tidak mengandung unsur kezaliman
6. Tidak mengandung unsur maysir
7. Tidak mengandung unsur gharar
8. Tidak mengandung unsur haram
9. Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (tme value of money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat
pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain
without accompanying risk)
10. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan
menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua
transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad.
11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar)
12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah)
Tujuan laporan keuangan menurut KDPPLKS adalah:
1. Tujuan umum
Laporan keuangan digunakan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan.
2. Tujuan lain:
a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua hal
b. Menyajikan informasi tentang kepatuhan terhadap syariah
c. Menyediakan informasi aset, kewajiban, pendapatan, dan beban yang tidak sesuai
syariah
d. Mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
e. Memberikan informasi tentang keuntungan yang diperoleh investor,pemilik dana
syirkah temporer
f. Memberikan informasi mengenai kewajiban entitas dalam pelaksanaan kewajiban
sosial, zakat, infak, dan wakaf.

Asumsi dasar dalam KDPPLKS sama dengan yang diatur dalam KDPPLK, yaitu:
1. Dasar Akrual
2. Kelangsungan usaha

Karakter kualitatif juga terdiri dari empat:


1. Dapat Dipahami
2. Relevan
3. Andal
4. Dapat Dibandingkan

Salah satu perbedaan entitas syariah dan entitas komersial terlihat dari unsur laporan
keuangan. Laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi:
1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial
Laporan posisi keuangan
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
Laporan arus kas
Laporan perubahan euitas
2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial
Laporan sumber dan penggunaan dana zakat, dan Laporan sumber dan penggunaan
dana kebajikan
3. Komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khusus entitas syariah tersebut

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan entitas syariah
adalah aset, liabilitas, dana syirkah temporer dan ekuitas. Unsur yang berbeda dengan entitas
komersial adalah dana syirkah temporer. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima
sebagai investasi dengan jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya yang mana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan
pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.

Standar Akuntansi Pemerintah


Tujuan dan kerangka konseptual akuntansi pemerintah adalah sebagai acuan bagi:
1. Penyusunan akuntansi pemerintahan dalam melaksanakan tugasnya
2. Penysusunan laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar
3. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintah
4. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan.

Posisi Kerangka Konseptual


 Kerangka Konseptual bukan standar akuntansi
 Kerangka konseptual berfungsi sebagai acuan jika terdapat masalah akuntansi yang
belum dinyatakan dalam SAP
 Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi, maka
ketentuan standar akuntansi diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual

Kerangka konseptual SAP menekankan perlunya mempertimbangkan ciri-ciri penting


lingkungan pemerintahan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan, yang
meliputi:
1. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan
 Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaaan
 Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintahan
 Adanya pengaruh proses poltik
 Hubungan Antara pembayar pajak dgn pelayanan pemerintahan
2. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian
 Anggaran sebagai Pernyataan Kebijakan Publik, Target Fiskal, dan Alat Pengendalian
 Investasi dalan Aset yang Tidak Menghasilkan Pendapatan
 Kemungkinan Penggunaan akuntansi dana

Pengguna Laporan Keuangan pemerintah


 Masyarakat;
 Wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
 Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman
 Pemerintah

Peranan Pelaporan Keuangan Pemerintah


1. Akuntabilitas, mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pelaksanaan kebijakan
sumber daya dalam mencapai tujuan
2. Manajemen, memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas
aset, kewajiban dan ekuitas dana pemerintah
3. Transparansi, memberikan informasi keuangan yang terbuka, jujur, menyeluruh
kepada stakeholders
4. Evaluasi Kinerja, mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam
menggunakan sumber daya ekonomi untuk mencapai kinerja
5. Transparansi Keseimbangan Antargenerasi, memberikan informasi mengenai
kecukupan penerimaan pemerintah untuk membiayai seluruh pengeluaran, dan apakah
generasi y.a.d ikut menanggung beban pengeluaran tersebut

Tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah menyajikan informasi yang bermanfaat bagi
para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial maupun
politik.
Komponen Pelaporan Keuangan
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL)
3. Neraca
4. Laporan Operasional (LO)
5. Laporan Arus Kas (LAK)
6. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Asumsi


1. Asumsi kemandirian entitas
Asumsi kemandirian entitas, baik entitas pelaporan maupun akuntansi, berarti bahwa
setiap unit organisasi dianggap sebagai unit mandiri dan mempunyai kewajiban untuk
menyajikan laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi
pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya asumsi ini
adalah adanya kewenanganentitas untuk menyusun anggaran dan untuk
melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh.
2. Asumsi kesinambungan entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud
melakukan likuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement)
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan
dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

Karakteristik Kualitatif
1. Relevan;
2. Andal;
3. Dapat dibandingkan; dan
4. Dapat dipahami

Prinsip Akuntansi
1. Basis akuntansi;
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi
Anggaran (LRA) dan basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO, beban, aset,
kewajiban dan ekuitas. Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan
basis kas maka LRA disusun berdasarkan basis kas
2. Prinsip nilai historis;
• Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang dibayar atau sebesar
nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset tersebut pada saat
perolehan.
• Kewajiban dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang.
• Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih
obyektif dan dapat diverifikasi.
3. Prinsip realisasi;
• Pendapatan basis kas yang tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran
pemerintah selama suatu periode akuntansi akan digunakan untuk membiayai
utang dan belanja yang terjadi dalam periode tersebut.
• Prinsip penandingan pendapatan-belanja tidak mendapat penekanan seperti dalam
akuntansi komersial.
4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
Peristiwa harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi,
bukan hanya mengikuti aspek formalitas.
5. Prinsip periodisitas;
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pemerintah perlu dibagi menjadi
periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber
daya yang dimilikinya dapat ditentukan
6. Prinsip konsistensi;
Perlakuan akuntansi yang sama harus ditetapkan pada kejadian yang serupa dari
periode ke periode oleh suatu entitas (prinsip konsistensi internal). Metode akuntansi
yang dipakai dapat diubah dengan syarat metode yang baru diterapkan menunjukkan
hasil yang lebih baik dari metode yang lama. Pengaruh atas perubahan penerapan
metode harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
7. Prinsip pengungkapan lengkap;
Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Informasi tersebut dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan
atau catatan atas laporan keuangan.
8. Prinsip penyajian wajar.
Dalam penyajian dengan wajar posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan suatu entitas, diperlukan pertimbangan sehat yang mengandung unsur-unsur
kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga
aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan
terlalu rendah.

Konstrain
1. Materialitas
2. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
3. Kesimbangan antar Karakteristik Kualitatif

Pengakuan Aset dan kewajiban


 Aset diakui pada saat potensi ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai nilai
yang dapat diukur dengan andal;
 Aset dalam bentuk piutang diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas
masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lainnya telah atau tetap masih
terpenuhi,dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi
 Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah titik pengakuannya memerlukan
pengaturan yang lebih rinci
 Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul

Pengakuan Pendapatan dan Beban


 Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi
 Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah
 Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
 Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
Pengakuan Unsur Laporan Keuangan
 Pengukuran adalah proses penetapan nilai mata uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan menggunakan nilai perolehan
historis
 Aset dicatat sebesar pengeluaran/ penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar
nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut
 Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan
pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.

Entitas Nirlaba
Definisi entitas nirlaba berbeda dengan defines ETAP, walaupun suatu entitas bisa
saja merupakan ETAP sekaligus entitas nirlaba. Entitas nirlaba secara harfiah adalah entitas
yang tidak bertujuan mencari laba. Di Indonesia, tidak ada peraturan yang mendefinisikan
entitas nirlaba secara khusus. Beberapa Undang-undang langsung mengatur dan
mendefinisikan entitas nirlaba secara khusus, seperti UU No. 16 Tahun 2001 yang diubah
dengan UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, dan UU No. 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik.
Karakteristik yang berlaku bagi laporan keuangan organisasi nirlaba yang ditentukan
oleh PSAK No.45 sebagai berikut :
a. Sumber daya entitas berasal dari para penyumbang yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan jumlah sumber
daya yang diberikan.
b. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan kalau suatu
entitas menghassilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah dibagikan kepada para
pendiri atau pemilik entitas tersebut.
c. Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa
kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan atau ditebus
kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber
daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

Suatu organisasi nirlaba mempunyai tujuan utama untuk mendukung beberapa isu
public atau kepedulian terhadap kepentingan umum yang tidak berkaitan dengan aspek
komersial, menyangkut masalah bencana kemanusiaan maupun bencana alam, pendidikan,
seni, politik, agama, riset, atau hal lain yang relevan.
Untuk entitas nirlaba, SAK umum dan SAK ETAP, jika memenuhi kriteria, juga bisa
menjadi pilihan. Khusus untuk entitas nirlaba, terdapat PSAK 45. Pelaporan Keuangan
Entitas Nirlaba menjdi acuan pelaporan untuk entitas nirlaba, agar laporan keuangan entitas
nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dan memiliki daya banding yang
tinggi. Sesuai dengan namanya, PSAK 45 ini hanya mengatur aspek-aspek pelaporan,
sementara aspek pengakuan dan pengukuran tetap mengacu pada PSAK lain yang relevan.
PSAK 45 merupakan bagian dari SAK Umum, Namun demikian, PSAK 45 tersebut
menyatakan bahwa pengaturan yang tidak diatur dalam Pernyataan tersebut mengacu pada
SAK, atau SAK ETAP untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan.
Dengan demikian, entitas nirlaba yang memenuhi kualifikasi ETAP tetap dapat menggunakan
SAK ETAP, digabungkan dengan PSAK 45 untuk acuan formal pelaporan keuangannya.
https://pdfcoffee.com/modul-pelaporan-korporat-tm1-pdf-free.html

Anda mungkin juga menyukai