Disusun Oleh:
Kelas 31B
Al-Iqrom Septari
Citra Tyas Pangastuti
Djunita Permata Indah
Eka Fitriafri Hanum
15/391320/EE/07060
15/391335/EE/07075
15/391340/EE/07080
15/391342/EE/07082
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara). KDPPLK berlaku untuk laporan keuangan untuk
semua jenis perusahaan komersial, baik sektor publik maupun sektor swasta.
perusahaan dalam memodifikasi sumber daya ini di masa lalu berguna untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) di masa depan.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai
perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas
investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.Informasi ini berguna bagi
pemakai sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalammenghasilkan kas (dan
setara kas) serta kebutuhan perusahaan untuk memanfaatkan arus kas tersebut.
Informasi posisi keuangan terutama disediakan dalam neraca. Informasi kinerja
terutama disediakan dalam laporan laba rugi. Dalam laporan keuangan, informasi perubahan
posisi keuangan disajikan dalam laporan tersendiri. Komponen-komponen laporan keuangan
saling terkait karena mencerminkan aspek-aspek yang berbeda dari transaksi transaksi atau
peristiwa lain yang sama. Meskipun setiap laporan menyediakan informasi yang berbeda satu
sama lain, tidak ada yang hanya dimaksudkan untuk memenuhi tujuan tunggal atau
menyediakan semua informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan khusus pemakai.
Catatan dan Skedul Tambahan
Laporan keuangan juga menampung catatan dan skedul tambahan serta informasi
lainnya.Misalnya, laporan tersebut mungkin menampung informasi tambahan yang relevan
dengan kebutuhan pemakai neraca dan laporan laba rugi.
ASUMSI DASAR
Dasar Aktual
Untuk mencapai tujuannya laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar
ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun
atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.
Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan
dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, perusahaan diasumsikan tidak
bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun dengan
dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu:
i.
ii.
iii.
iv.
Dapat Dipahami
Relevan
o Materialitas
Keandalan
o Penyajian Jujur
o Substansi Mengungguli Bentuk
o Netralitas
o Pertimbangan Sehat
o Kelengkapan
Dapat Diperbandingkan.
Tepat Waktu
Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif
Penyajian Wajar
Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aktiva, kewajiban dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
a) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan.
b) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
c) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.
Definisi aktiva dan kewajiban mengidentifikasikan ciri esensialnya tetapi tidak
mencoba untuk menspesifikasikan kriteria yang perlu dipenuhi sebelum diakui di dalam
neraca.Jadi, definisi tersebut mencakup pos-pos yang tidak diakui sebagai aktiva atau
kewajiban di dalam neraca karena tidak memenuhi kriteria untuk diakui.
Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi aktiva, kewajiban atau ekuitas,
perhatian perlu ditujukan pada substansi yang mendasari serta realitas ekonomi dan bukan
hanya bentuk hukumnya.Neraca yang disusun menurut standar akuntansi keuangan yang
berlaku dapat meliputi pos yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban dan tidak
disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
Aktiva
Aktiva memiliki manfaat ekonomis yang dapat memberikan potensi penambahan kas
dan setara kas secara langsung dan tidak dimasa yang akan datang. Aktiva ini juga
dimanfaatkan untuk memproduksi barang atau jasa yang memberikan kebutuhan dan
keperluan pelanggan yang akan memberikan timbal balik berupa sumbangan arus kas
keperusahaan. Beberapa cara manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva
mengalir ke dalam perusahaan:
a. digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam produksi barang dan jasa
yang dijual oleh perusahaan
b. dipertukarkan dengan aktiva lain
c. digunakan untuk menyelesaikan kewajiban
d. dibagikan kepada para pemilik perusahaan
Aktiva tetap memiliki bentuk fisik. Namun, bentuk fisik ini tidak esensial untuk menentukan
eksistensi aktiva.
Paten dan hak cipta misalnya, memiliki manfaat ekonomi yang diperoleh oleh
perusahaan di masa depan dan jika masing-masing aktiva tersebut dikuasi perusahaan.
Piutang dan properti, dihubungkan dengan hak menurut hukum, termasuk hak milik.
Dalam penentuan eksistensi aktiva, hak milik tidak esensial. Barang atau jasa dapat
memenuhi definisi aktiva meskitidak dikuasai berdasarkan hukum (aktiva diperoleh
berdasarkan sewa guna). Termasuk pengetahuan dari program pengembangan dapat
memenuhi definisi aktiva, jika dengan merahasiakan pengetahuan tersebut,
perusahaan menikmati manfaat yang diharapkan dari pengetahuan tersebut.
Perolehan aktiva biasanya berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di
masa lalu. Baik melalui pembelian atau produksi sendiri. Transaksi atau peristiwa yang
diharapkan terjadi di masa depan tidak dengan sendirinya memunculkan aktiva. Ada
hubungan erat antara terjadinya pengeluaran dan timbulnya aktiva, namun bisa saja keduanya
tidak terjadi bersamaan. Maka pencatatan dilakukan ketika adanya manfaat ekonomi dan
susah memenuhi definisi aktiva telah diperoleh.
Kewajiban
Karakteristik esensial kewajiban (libalities) adalah perusahaan mempunyai kewajiban
(obligation) masa kini.Kewajiban timbul dari praktek bisnis yang lazim. Antara kewajiban
sekarang dan komitmen di masa depan harus dibedakan. Kewajiban biasanya timbul kalau
aktiva telah diserahkan atau perusahaan telah membuat perjanjian yang tidak dapat
dibatalkan. Maka, adanya keputusan manajemen untuk membeli aktiva di masa depan tidak
dengan sendirinya menimbulkan kewajiban sekarang.
Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Pembayaran kas
Penyerahan aktiva lain
Pemberian jasa
Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain
Konversi kewajiban menjadi ekuitas
Dihapuskan dengan cara kreditur membebaskan atau membatalkan haknya.
Kewajiban timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu.Sehingga, pengakuan atas
utang usaha atau pinjaman bank menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali.
Perusahaan juga dapat mengakui kewajiban jumlah rabat masa depan yang didasarkan pada
jumlah pembelian tahunan para pelanggan. Karena pembelian barang masa lalu merupakan
transaksi yang menimbulkan kewajiban (garansi).
Pengukuran kewajiban dapat diukur dengan menggunakan estimasi dalam derajat
yang substansial.Seperti misalnya Provision, yaitu penyisihan. Walau dalam pengertian
sempit tidak dipandang sebagai kewajiban, namun penyisihan menyangkut kewajiban masa
kini dan memenuhi ketentuan lain dalam definisi tersebut, maka pos yang bersangkutan
merupakan kewajiban meskipun jumlahnya harus diestimasi. Misal, terhadap garansi dan
untuk menutup kewajiban manfaat pensiun.
Ekuitas
Pada pembahasan sebelumnya, Ekuitas didefinisikan sebagai residula, sehingga
disubklasifikasikan
dalam
neraca.
Pengklasifikasian
seperti
ini
diperlukan
untuk
pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan
laporan keuangannya.
Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar
atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas
yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Definisi penghasilan dan beban
mengidentifikasikan ciri-ciri esensial namun tidak mencoba untuk mengidentifikasikan
kriteria yang perlu dipenuhi sebelum diakui dalam laporan laba rugi. Penghasilan dan beban
dapat disajikan dalam laporan laba rugi dengan beberapa cara yang berbeda tergantung tujuan
penyediaan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Penghasilan
Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan.Pendapatan timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti
penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa. Untuk keuntungan,
mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau
mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa namun tidka
dipandang sebagai unsur yang terpisah dalam kerangka dasar ini. Seperti pos yang timbul
dalam pengalihan aktiva tak lancar. Keuntungan biasanya dilaporkan dalam jumlah bersih
setelah dikurangi dengan beban yang bersangkutan.
Berbagai jenis aktiva dapat diterima atau bertambah karena penghasilan; misalnya
kas, piutang serta barang dan jasa yang diterima sebagai penukar dari barang dan jasa yang
dipasok.Penghasilan dapat juga berasal dari penyelesaian kewajiban.Misalnya, perusahaan
dapat memberikan barang dan jasa kepada kreditur untuk melunasi pinjaman.
Beban
Definisi beban mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan.
Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan
setara kas), persediaan dan aktiva tetap. Sedangkan kerugian mencerminkan pos lain yang
memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas
perusahaan yang biasa. Kerugian seringkali dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi
dengan penghasilan yang bersangkutan.
Keandalan Pengukuran
Kriteria pengakuan suatu pos yang kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang
dapat diukur dengan tingkat keandalan tertentu (reliable) Pada banyak kasus, biaya atau nilai
harus diestimasi; penggunaan estimasi yang layak merupakan bagian esensial dalam
penyusunan laporan keuangan tanpa mengurangi tingkat keandalan. Namun demikian, kalau
estimasi yang layak tak mungkin dilakukan, postersebut tidak diakui dalam neraca atau
laporan laba rugi.
Suatu pos yang memiliki karakteristik esensial suatu unsur tetapi tidak dapat
memenuhi kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan atau
skedul tambahan.Pengungkapan ini dapat dibenarkan kalau pengetahuan mengenai pos
tersebut dipandang relevan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan oleh pemakai laporan keuangan.
Pengakuan Aktiva
Aktiva diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di
masa depan diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Aktiva tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan
manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam perusahaan setelah periode
akuntansi berjalan.Sebagai alternatif transaksi semacam itu menimbulkan pengakuan beban
dalam laporan laba rugi.Dengan begitu, bukan berarti pengeluaran yang dilaukan oleh
manajemen mempunyai maksud yang lain daripada manfaat ekonomi bagi perusahaan di
masa depan.
Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek,
kewajiban menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah pihak.
Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban.
Prosedur yang biasanya dianut dalam praktek untuk mengakui penghasilan,
merupakan penerapan kriteria pengakuan dalam kerangka dasar ini.Prosedur semacam ini
pada umumnya dimaksudkan untuk membatasi pengakuan penghasilan pada pos-pos yang
dapat diukur dengan andal dan memiliki derajat kepastian yang cukup.
Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh.
Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of costs with
revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan
yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang
sama.
Pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap,
goodwill, paten, merek dagang dilakukan dengan prosedur alokasi yang rasional dan
sistematis. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa
depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca
sebagai aktiva. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa
adanya pengakuan aktiva, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk.
PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut
pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan
dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar
pengukuran tersebut adalah:
a.
b.
c.
d.
Biaya historis
Biaya kini (current cost)
Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value)
Nilai sekarang (present value)
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan
penyusunan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar
pengukuran yang lain. Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari
biaya historis atau nilai realisasi bersih (lower of cost or net realizable value), akuntansi dana
pensiun menilai aktiva tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value).
PROFIL PT JAMSOSTEK
PT JAMSOSTEK (Persero) merupakan program publik yang memberikan
perlindungan bagi seluruh tenaga kerja di Indonesia untuk mengatasi risiko sosial ekonomi
tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sesuai dengan
UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 yang kini berbunyi: Negara mengembangkan sistem jaminan
sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan. Maka, negara menyusun UU No.33/1947 jo UU
No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo
PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh,
PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang
pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS) dan diberlakukannya UU No.14/1969
tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja.
Sejarah PT Jamsostek:
a. Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program Asuransi
Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta
dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Di waktu yang sama terbit pula PP
No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK, yaitu Perum Astek.
b. UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
c. Pemerintah mengeluarkan PP No.36/1995 yang menetapkan PT Jamsostek (Persero)
sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Fungsi yang dijalankan
Jamsostek sendiri merupakan kelanjutan program asuransi sosial tenaga kerja yang dirintis
oleh PT ASTEK sejak tahun 1977.
d. UU No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), keberadaan dan
peran Jamsostek menjadi semakin penting dan strategis.
e. Ditetapkannya UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,
Jamsostek yang akan berubah menjadi Badan Hukum Publik, tetap menyelenggarakan
program jaminan sosial bagi tenaga kerja, dengan nama Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
Menjadi BPJS Ketenagekerjaan menjadi tonggak sejarah penting bagi PT Jamsostek
(Persero) untuk secara terus menerus memberikan perlindungan bagi seluruh tenaga kerja di
Indonesia. Menciptakan satu tekad baru (positioning) menjadi Jembatan Menuju Kesejateraan
Pekerja
merupakan
suatu
janji
yang
harus
diwujudkan
setelah
menjadi
BPJS
Ketenagakerjaan.
Visi
Dalam rangka mempersiapkan transformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan, Visi PT
Jamsostek dirumuskan kembali menjadi:
Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial berkelas dunia, terpercaya, bersahabat, dan
unggul dalam operasional dan pelayanan.
Misi
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi
perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:
Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga.
Perlindungan yang layak mutlak dibutuhkan oleh setiap tenaga kerja di Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, tenaga kerja tidak lepas dari keluarga mereka. Oleh
karena itu, perlindungan yang diberikan oleh BPJS tidak berhenti sampai individu
tenaga kerja melainkan melingkupi anggota keluarga yang dimiliki oleh tenaga kerja
tersebut.
Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
dan meningkatkan produktivitas. Dalam usaha melindungi tenaga kerja, BPJS
Ketenagakerjaan merupakan mitra pengusaha dalam memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja. Jaminan sosial yang diberikan BPJS diharapkan mampu
memberikan rasa aman bagi setiap tenaga kerja dan pada akhirnya membantu setiap
tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitasnya.
Negara: Berperan serta dalam pembangunan. Pemberian jaminan kepada setiap tenaga kerja
di Indonesia akan memampukan setiap tenaga kerja untuk berproduktivitas secara
maksimal. Dengan setiap tenaga kerja yang berpoduktivitas secara maksimal akan
terbentuk suatu angkatan kerja yang produktif dalam menyokong pembangunan
negara. Dana yang terhimpun dan menjadi kelolaan BPJS diharapkan dapat menjadi
akumulasi modal dalam pembiayaan pembangunan negara Indonesia.
Etos Kerja dan Karakter
Sebagai salah satu bentuk komitmen Direksi untuk mendorong motivasi kinerja
karyawan, telah disepakati pula Etos Kerja bagi seluruh insan Jamsostek yaitu: Teamwork,
Open Mind, Passion, Action, Sense of Belonging atau dikenal dengan TOPAS.
Sebagai pondasi untuk memperkuat nilai-nilai dan etos kerja perusahaan, maka insan
Jamsostek juga diharapkan untuk memiliki karakter-karakter:
Less Beurocratic (Decision Making Process)
Less Feudalism (Professional Intimacy)
More Modern (World Class Company berbasis Teknologi, dan Customer Oriented)
More Friendly (World Class Service)
More Fancy (Homey Office, fun, sense of art, sense of sport)
Kegiatan usaha PT Jamsostek sebagai berikut:
Bagan struktur organisasi Kantor Cabang Kelas II, Kelas III dan Kantor Cabang
Pembantu sesuai KEP/111/032013 tanggal 27 Maret 2013 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja PT Jamsostek (Persero) adalah sebagai berikut:
Struktur Organisasi Kantor Cabang Kelas II PT Jamsostek (Persero)
: Bambang Subianto
: Prijono Tjiptoherijanto
: Herry Purnomo
i. Komposisi Dewan Komisaris sejak tanggal 16 Januari 2013 adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama
: Bambang Subianto
Komisaris
: Herry Purnomo
Komisaris
: Herman Hidayat
Komisaris
: Mathias Tambing
Komisaris
: Iskandar Maula
Komisaris Independen : Bambang Wirahyoso
Komisaris Independen : Hariyadi B.Sukamdani
ii.
iii.
iv.
b. Susunan Direksi
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia Nomor:
SK-295/MBU/2012 tanggal 8 Agustus 2012 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan
Anggota-anggota Direksi PT. Jamsostek (Persero), susunan Direksi PT. Jamsostek
(Persero) adalah sebagai berikut:
Direktur Utama
: Elvyn G. Masassya
: Amri Yusuf
: Agus Supriyadi
: Junaedi
: Achmad Riadi
: Jeffry Haryadi PM
: Herdy Trisanto
Kebijakan akuntansi
Neraca keuangan
Laporan arus kas
Informasi Non - audited
Akun laba-rugi
Catatan atas laporan keuangan
Pernyataan ketua/Pimpinan
Laporan direktur
Tinjauan Operasional dan keuangan
Fitur lainnya
Pernyataan auditor
Dari pernyataan diatas, maka kami simpulkan bahwa Sustainability Report dan
Annual Report adalah dua laporan yang berbeda dan terpisah. Namun di dalam Sustainability
Report teradapat beberapa elemen yang ada di Annual Report, dan begitu juga sebaliknya.
Jika kedua laporan itu digabungkan, maka akan menghasilkan informasi yang lebih baik.
III.
Struktur Laporan Keuangan PT Jamsostek tahun 2013 (termasuk definisi elemenelemen utama dalam laporan keuangan)
1. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
a) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan.
b) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
c) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
2.
3.
4.
5.
6.
kewajiban.
Laporan Laba Rugi Konsolidasian
a) Pendapatan
b) Biaya
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian
Laporan Arus Kas Konsolidasian
a) Arus kas dari aktivitas Operasi
b) Arus kas dari aktivitas Investasi
c) Arus kas dari aktivitas Pendanaan
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian
IV.
Jamsostek (Persero) untuk secara terus menerus memberikan perlindungan bagi seluruh
tenaga kerja di Indonesia. Menciptakan satu tekad baru (positioning) menjadi Jembatan
Menuju Kesejateraan Pekerja merupakan suatu janji yang harus diwujudkan setelah menjadi
BPJS Ketenagakerjaan. Diusianya
yang
Desember
2013,
keberadaan dan kehadiran perusahaan ini semakin terasa manfaatnya, tidak hanya bagi
pengusaha dan pekerja, tetapi juga bagi negara dan masyarakat. Peningkatan manfaat
program terus diupayakan. Kualitas pelayanan juga terus disempurnakan. Seluruh upaya itu
dilakukan untuk semakin memantapkan dirinya sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang terpercaya, bersahabat dan unggul dalam operasional dan pelayanan.
Pada tahun 2011, ditetapkanlah Undang-undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januari 2014
PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero) yang
bertransformasi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap
dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK,
JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.
3. Perubahan cakupan kepesertaan wajib dari Tenaga Kerja Formal menjadi perlindungan
untuk seluruh tenaga kerja baik Tenaga Kerja Formal dan Informal.
4. Perubahan pengalihan wewenang pelaksanaan inspeksikepatuhan kepesertaan dalam sistem
Penegakan Hukum (Law Enforcement) dari Kementerian Tenaga Kerja kepada Badan
Penyelenggara, dalam hal ini BPJS Ketenagakerjaan.
5. Perubahan manfaat dari Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JK), Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) menjadi JHT, JK, JKK,
Pensiun.
6. Perubahan pengelolaan laporan keuangan dari laporan keuangan JHT dan non-JHT menjadi
laporan keuangan dana jaminan sosial per program dan laporan asset BPJS.
7. Perubahan pengawasan yang semula dilakukan oleh Kementerian BUMN menjadi oleh
OJK dan DJSN.
Pada tanggal 1 Januari 2014, BPJS Ketenagakerjaan resmi berdiri dengan tetap
menjalankan program JHT, JK, JKK sesuai dengan UU No. 3 tahun 1992 dengan kepesertaan
yang bersifat wajib bagi seluruh tenaga kerja formal, informal dan tenaga kerja asing. Selain
itu, BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap
kepatuhan peserta dalam pelaksanaan Jaminan Sosial dan wewenang untuk memberikan
sanksi administratif yang diamanahkan melalui PP No. 86 tahun 2013 tentang Tata cara
Pengenaan Sanksi Administratif kepada Pemberi Kerja selain Penyelenggara Negara dan
Setiap orang, selain Pemberi Kerja, Pekerja dan Penerima Bantuan Iuran dalam
Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
Pada tanggal 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan akan beroperasi penuh dengan
menjalankan 4 program JHT, JK, JKK dan JP sesuai dengan ketentuan UU SJSN dengan
penambahan kepesertaan dari PNS/TNI/ POLRI untuk program JKK dan JKM sedangkan
untuk program JHT dan JP akan diintegrasikan pada tahun 2029.
REFERENSI
Annual Report BPJS Ketenagakerjaan 2014
Annual Report PT Jamsostek 2013
GRI
25
Februari
2016
Jamsos.Com Indonesia 2016, Transformasi BPJS, Diakses pada tanggal 25 Februari 2016
<http://dokumen.tips/documents/transformasi-pt-jamsostek-persero-menjadi-bpjsketenagakerjaan.html>
PSAK Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Wikipedia.com,
Diakses
pada
tanggal
<https://en.wikipedia.org/wiki/Annual_report>
25
Februari
2016