Anda di halaman 1dari 26

PELAPORAN KORPORAT

Transformasi PT Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan

Disusun Oleh:

Kelas 31B
Al-Iqrom Septari
Citra Tyas Pangastuti
Djunita Permata Indah
Eka Fitriafri Hanum

15/391320/EE/07060
15/391335/EE/07075
15/391340/EE/07080
15/391342/EE/07082

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
2016

KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


(SAK UMUM)
Tujuan dan Peranan
Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para pemakai eksternal.Kerangka dasar ini bukan standar akuntansi
keuangan dan karenanya tidak mendefinisikan standar untuk permasalahan pengukuran atau
pengungkapan tertentu. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan
bagi:
a) komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;
b) penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan;
c) auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
d) para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Jika terdapat pertentangan antara KDPPLK dan SAK, maka ketentuan SAK yang harus
diunggulkan. Untuk menyelesaikan lebih banyak lagi masalah yang terjadi pada akuntansi
maka kerangka dasarakan direvisi dari waktu ke waktu sesuai dengan pengalaman komite
penyusun standar akuntansi keuangan dalam penggunaan kerangka dasar tersebut.
Ruang Lingkup
Kerangka dasar ini membahas:

Tujuan laporan keuangan;


Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan;
Definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan;
Konsep modal serta pemeliharaan modal.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan

yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara). KDPPLK berlaku untuk laporan keuangan untuk
semua jenis perusahaan komersial, baik sektor publik maupun sektor swasta.

Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial,


karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah
serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.Mereka menggunakan laporan keuangan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum.Dengan demikian
tidak sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Berhubung para
investor merupakan penanam modal berisiko ke perusahaan, maka ketentuan laporan
keuangan yang memenuhi kebutuhan mereka juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan
pemakai lain.
Manajemen perusahaan memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan perusahaan.Manajemen juga berkepentingan dengan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan.Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan
bentuk dan isi informasi tambahan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.Laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi nonkeuangan.
Posisi Keuangan, Kinerja, dan Perubahan Posisi Keuangan
Keputusan ekonomi yang diambil pemakai laporan keuangan memerlukan evaluasi
atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta
kepastian dari hasil tersebut.Para pemakai dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas (dan setara kas) dengan lebih baik kalau mereka mendapat informasi yang
difokuskan pada posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan.
Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan,
struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan lingkungan. Informasi sumber daya ekonomi yang dikendalikan dan kemampuan

perusahaan dalam memodifikasi sumber daya ini di masa lalu berguna untuk memprediksi
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) di masa depan.
Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai
perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
Informasi perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas
investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.Informasi ini berguna bagi
pemakai sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalammenghasilkan kas (dan
setara kas) serta kebutuhan perusahaan untuk memanfaatkan arus kas tersebut.
Informasi posisi keuangan terutama disediakan dalam neraca. Informasi kinerja
terutama disediakan dalam laporan laba rugi. Dalam laporan keuangan, informasi perubahan
posisi keuangan disajikan dalam laporan tersendiri. Komponen-komponen laporan keuangan
saling terkait karena mencerminkan aspek-aspek yang berbeda dari transaksi transaksi atau
peristiwa lain yang sama. Meskipun setiap laporan menyediakan informasi yang berbeda satu
sama lain, tidak ada yang hanya dimaksudkan untuk memenuhi tujuan tunggal atau
menyediakan semua informasi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan khusus pemakai.
Catatan dan Skedul Tambahan
Laporan keuangan juga menampung catatan dan skedul tambahan serta informasi
lainnya.Misalnya, laporan tersebut mungkin menampung informasi tambahan yang relevan
dengan kebutuhan pemakai neraca dan laporan laba rugi.
ASUMSI DASAR
Dasar Aktual
Untuk mencapai tujuannya laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar
ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun
atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa depan.

Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan
dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, perusahaan diasumsikan tidak
bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya.
Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan mungkin harus disusun dengan
dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu:
i.
ii.
iii.

iv.

Dapat Dipahami
Relevan
o Materialitas
Keandalan
o Penyajian Jujur
o Substansi Mengungguli Bentuk
o Netralitas
o Pertimbangan Sehat
o Kelengkapan
Dapat Diperbandingkan.

Kendala Informasi yang Relevan dan Andal yaitu:

Tepat Waktu
Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif
Penyajian Wajar

UNSUR LAPORAN KEUANGAN


Laporan Keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik
ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan.Unsur yang berkaitan
secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan
ekuitas.Sedang unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi
adalah penghasilan dan beban.Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan
berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca dengan
demikian, kerangka dasar ini tidak mengidentifikasikan unsur laporan perubahan posisi
keuangan secara khusus.

Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aktiva, kewajiban dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
a) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan.
b) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
c) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
kewajiban.
Definisi aktiva dan kewajiban mengidentifikasikan ciri esensialnya tetapi tidak
mencoba untuk menspesifikasikan kriteria yang perlu dipenuhi sebelum diakui di dalam
neraca.Jadi, definisi tersebut mencakup pos-pos yang tidak diakui sebagai aktiva atau
kewajiban di dalam neraca karena tidak memenuhi kriteria untuk diakui.
Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi aktiva, kewajiban atau ekuitas,
perhatian perlu ditujukan pada substansi yang mendasari serta realitas ekonomi dan bukan
hanya bentuk hukumnya.Neraca yang disusun menurut standar akuntansi keuangan yang
berlaku dapat meliputi pos yang tidak memenuhi definisi aktiva atau kewajiban dan tidak
disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
Aktiva
Aktiva memiliki manfaat ekonomis yang dapat memberikan potensi penambahan kas
dan setara kas secara langsung dan tidak dimasa yang akan datang. Aktiva ini juga
dimanfaatkan untuk memproduksi barang atau jasa yang memberikan kebutuhan dan
keperluan pelanggan yang akan memberikan timbal balik berupa sumbangan arus kas
keperusahaan. Beberapa cara manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva
mengalir ke dalam perusahaan:
a. digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam produksi barang dan jasa
yang dijual oleh perusahaan
b. dipertukarkan dengan aktiva lain
c. digunakan untuk menyelesaikan kewajiban
d. dibagikan kepada para pemilik perusahaan

Aktiva tetap memiliki bentuk fisik. Namun, bentuk fisik ini tidak esensial untuk menentukan
eksistensi aktiva.

Paten dan hak cipta misalnya, memiliki manfaat ekonomi yang diperoleh oleh

perusahaan di masa depan dan jika masing-masing aktiva tersebut dikuasi perusahaan.
Piutang dan properti, dihubungkan dengan hak menurut hukum, termasuk hak milik.
Dalam penentuan eksistensi aktiva, hak milik tidak esensial. Barang atau jasa dapat
memenuhi definisi aktiva meskitidak dikuasai berdasarkan hukum (aktiva diperoleh
berdasarkan sewa guna). Termasuk pengetahuan dari program pengembangan dapat
memenuhi definisi aktiva, jika dengan merahasiakan pengetahuan tersebut,
perusahaan menikmati manfaat yang diharapkan dari pengetahuan tersebut.
Perolehan aktiva biasanya berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di

masa lalu. Baik melalui pembelian atau produksi sendiri. Transaksi atau peristiwa yang
diharapkan terjadi di masa depan tidak dengan sendirinya memunculkan aktiva. Ada
hubungan erat antara terjadinya pengeluaran dan timbulnya aktiva, namun bisa saja keduanya
tidak terjadi bersamaan. Maka pencatatan dilakukan ketika adanya manfaat ekonomi dan
susah memenuhi definisi aktiva telah diperoleh.
Kewajiban
Karakteristik esensial kewajiban (libalities) adalah perusahaan mempunyai kewajiban
(obligation) masa kini.Kewajiban timbul dari praktek bisnis yang lazim. Antara kewajiban
sekarang dan komitmen di masa depan harus dibedakan. Kewajiban biasanya timbul kalau
aktiva telah diserahkan atau perusahaan telah membuat perjanjian yang tidak dapat
dibatalkan. Maka, adanya keputusan manajemen untuk membeli aktiva di masa depan tidak
dengan sendirinya menimbulkan kewajiban sekarang.
Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, antaranya:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pembayaran kas
Penyerahan aktiva lain
Pemberian jasa
Penggantian kewajiban tersebut dengan kewajiban lain
Konversi kewajiban menjadi ekuitas
Dihapuskan dengan cara kreditur membebaskan atau membatalkan haknya.
Kewajiban timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu.Sehingga, pengakuan atas

utang usaha atau pinjaman bank menimbulkan kewajiban untuk membayar kembali.
Perusahaan juga dapat mengakui kewajiban jumlah rabat masa depan yang didasarkan pada

jumlah pembelian tahunan para pelanggan. Karena pembelian barang masa lalu merupakan
transaksi yang menimbulkan kewajiban (garansi).
Pengukuran kewajiban dapat diukur dengan menggunakan estimasi dalam derajat
yang substansial.Seperti misalnya Provision, yaitu penyisihan. Walau dalam pengertian
sempit tidak dipandang sebagai kewajiban, namun penyisihan menyangkut kewajiban masa
kini dan memenuhi ketentuan lain dalam definisi tersebut, maka pos yang bersangkutan
merupakan kewajiban meskipun jumlahnya harus diestimasi. Misal, terhadap garansi dan
untuk menutup kewajiban manfaat pensiun.
Ekuitas
Pada pembahasan sebelumnya, Ekuitas didefinisikan sebagai residula, sehingga
disubklasifikasikan

dalam

neraca.

Pengklasifikasian

seperti

ini

diperlukan

untuk

mengidentifikasikan batasan-batasan akan bentuk ekuitas. Nantinya akan menjadi


petimbangan yang relevan dalam pengambilan keputusan pemakai laporan keuangan.
Pembentukan cadangan kadang-kadang harus dilakukan oleh peraturan perundangan
yang berlaku. Sehingga terdapat bentuk perlindungan tambahan bagi perusahaan dan para
kreditur akan kerugian yang akan dan yang timbul. Cadangan lain yang yang dapat dibentuk
kalau hukum pajak memberikan pembebasan, pengurangan pajak jika dilakukan pemindahan
ke cadangan tersebut.
Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam neraca tergantung pada pengukuran aktiva
dan kewajiban. Biasanya hanya karena faktor kebetulan kalau jumlah ekuitas agregat sama
dengan jumlah nilai pasar keseluruhan (aggregate market value) dari saham perusahaan atau
jumlah yang dapat diperoleh dengan melepaskan seluruh aktiva bersih perusahaan baik satu
persatu (liquidating value) atau secara keseluruhan dalam kondisi kelangsungan usaha (going
concern value).Aktivitas bisnis yang dilakukan dengan bentuk perusahaan yang berbeda-beda
memberikan bentuk kerangka hukum yang berbeda pula.
Kinerja
Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai
dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan
per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran
penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.Pengakuan dan pengukuran
penghasilan dan beban, dan karenanya juga penghasilan bersih (laba), tergantung sebagian

pada konsep modal dan pemeliharaan modal yang digunakan perusahaan dalam penyusunan
laporan keuangannya.
Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar
atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas
yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Definisi penghasilan dan beban
mengidentifikasikan ciri-ciri esensial namun tidak mencoba untuk mengidentifikasikan
kriteria yang perlu dipenuhi sebelum diakui dalam laporan laba rugi. Penghasilan dan beban
dapat disajikan dalam laporan laba rugi dengan beberapa cara yang berbeda tergantung tujuan
penyediaan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Penghasilan
Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan.Pendapatan timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti
penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti dan sewa. Untuk keuntungan,
mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan mungkin timbul atau
mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa namun tidka
dipandang sebagai unsur yang terpisah dalam kerangka dasar ini. Seperti pos yang timbul
dalam pengalihan aktiva tak lancar. Keuntungan biasanya dilaporkan dalam jumlah bersih
setelah dikurangi dengan beban yang bersangkutan.
Berbagai jenis aktiva dapat diterima atau bertambah karena penghasilan; misalnya
kas, piutang serta barang dan jasa yang diterima sebagai penukar dari barang dan jasa yang
dipasok.Penghasilan dapat juga berasal dari penyelesaian kewajiban.Misalnya, perusahaan
dapat memberikan barang dan jasa kepada kreditur untuk melunasi pinjaman.
Beban
Definisi beban mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas
perusahaan yang biasa meliputi, misalnya, beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan.
Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan
setara kas), persediaan dan aktiva tetap. Sedangkan kerugian mencerminkan pos lain yang
memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas
perusahaan yang biasa. Kerugian seringkali dilaporkan dalam jumlah bersih setelah dikurangi
dengan penghasilan yang bersangkutan.

Penyesuaian Pemeliharaan Modal


Revaluasi atau pernyataan kembali (restatement) aktiva dan kewajiban menimbulkan
kenaikan atau penurunan ekuitas.Meskipun memenuhi definisi penghasilan dan beban,
menurut konsep pemeliharaan modal tertentu, kenaikan dan penurunan ini tidak dimasukkan
dalam laporan laba rugi.Sebagai alternatif, pos ini dimasukkan dalam ekuitas sebagai
penyesuaian pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.
PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata maupun
dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba rugi. Pos yang
memenuhi kriteria harus diakui dalam neraca atau laporan laba rugi. Kelalaian untuk
mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui pengungkapan kebijakan akuntansi
yang digunakan maupun melalui catatan atau materi penjelasan.
Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui:
a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam perusahaan
b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
Hubungan antara unsur berarti bahwa suatu pos yang memenuhi definisi dan kriteria
pengakuan untuk unsur tertentu.
Probabilitas Manfaat Ekonomi Masa Depan
Konsepprobabilitas digunakan dalam pengertian derajat ketidakpastian bahwa manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam
perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan operasi
perusahaan.

Keandalan Pengukuran
Kriteria pengakuan suatu pos yang kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang
dapat diukur dengan tingkat keandalan tertentu (reliable) Pada banyak kasus, biaya atau nilai
harus diestimasi; penggunaan estimasi yang layak merupakan bagian esensial dalam
penyusunan laporan keuangan tanpa mengurangi tingkat keandalan. Namun demikian, kalau

estimasi yang layak tak mungkin dilakukan, postersebut tidak diakui dalam neraca atau
laporan laba rugi.
Suatu pos yang memiliki karakteristik esensial suatu unsur tetapi tidak dapat
memenuhi kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan atau
skedul tambahan.Pengungkapan ini dapat dibenarkan kalau pengetahuan mengenai pos
tersebut dipandang relevan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan oleh pemakai laporan keuangan.
Pengakuan Aktiva
Aktiva diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di
masa depan diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal. Aktiva tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan
manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam perusahaan setelah periode
akuntansi berjalan.Sebagai alternatif transaksi semacam itu menimbulkan pengakuan beban
dalam laporan laba rugi.Dengan begitu, bukan berarti pengeluaran yang dilaukan oleh
manajemen mempunyai maksud yang lain daripada manfaat ekonomi bagi perusahaan di
masa depan.
Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktek,
kewajiban menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah pihak.
Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan aktiva atau penurunan kewajiban.
Prosedur yang biasanya dianut dalam praktek untuk mengakui penghasilan,
merupakan penerapan kriteria pengakuan dalam kerangka dasar ini.Prosedur semacam ini
pada umumnya dimaksudkan untuk membatasi pengakuan penghasilan pada pos-pos yang
dapat diukur dengan andal dan memiliki derajat kepastian yang cukup.

Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva. Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar
hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh.
Proses yang biasanya disebut pengaitan biaya dengan pendapatan (matching of costs with
revenues) ini melibatkan pengakuan penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan
yang dihasilkan secara langsung dan bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang
sama.
Pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap,
goodwill, paten, merek dagang dilakukan dengan prosedur alokasi yang rasional dan
sistematis. Beban segera diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa
depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca
sebagai aktiva. Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa
adanya pengakuan aktiva, seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk.
PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut
pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan
dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan. Berbagai dasar
pengukuran tersebut adalah:
a.
b.
c.
d.

Biaya historis
Biaya kini (current cost)
Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value)
Nilai sekarang (present value)
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan

penyusunan keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar
pengukuran yang lain. Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari
biaya historis atau nilai realisasi bersih (lower of cost or net realizable value), akuntansi dana
pensiun menilai aktiva tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value).

KONSEP MODAL DAN PEMELIHARAAN MODAL


Konsep Modal
Konsep modal keuangan dianut oleh sebagian besar perusahaan dalam penyusunan
laporan keuangan.Menurut konsep modal keuangan, dimana modal adalah aktiva bersih atau
ekuitas perusahaan.Menurut konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang
sebagai kapasitas produktif perusahaan yang didasarkan pada, misalnya, unit output per hari.
Pemilihan konsep modal yang sesuai bagi perusahaan harus didasarkan pada
kebutuhan pemakai laporan keuangan.konsep modal keuangan seharusnya dianut kalau
pemakai laporan keuangan terutama berkepentingan dengan pemeliharaan modal nominal
atau daya beli dari modal yang diinvestasikan. Konsep yang dipilih menunjukkan sasaran
yang akan dicapai dalam penetapan laba, bahkan meskipun operasionalisasi konsep tersebut
tidak terlepas dari kesulitan pengukurannya.
Konsep Pemeliharaan Modal dan Penetapan Laba
Dua konsep pemeliharaan modal:
a. Pemeliharaan modal keuangan. Laba hanya diperoleh kalau jumlah finansial (atau
uang) dari aktiva bersih pada akhir periode melebihi jumlah finansial (atau uang) dari
aktiva bersih pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi
kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para pemilik selama periode.
b. Pemeliharaan modal fisik. Laba hanya diperoleh kalau kapasitas produktif fisik (atau
kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal
periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan
setiap kontribusi dari, para pemilik selama suatu periode.
Konsep pemeliharaan modal berkepentingan dengan bagaimana perusahaan
mendefinisikan modal yang ingin dipelihara (dipertahankan). Konsep ini mengaitkan konsep
modal dengan konsep laba karena memberikan dasar rujukan untuk mengukur laba. Konsep
ini juga merupakan prasyarat untuk membedakan antara imbalan modal perusahaan (return
on capital) dan pengembalian modal (return of capital); hanya arus masuk aktiva yang
melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk memelihara modal dapat dianggap laba dan
karenanya merupakan imbalan modal.Oleh karena itu, laba merupakan jumlah residual yang
tertinggal setelah semua beban (termasuk penyesuaian pemeliharaan modal, kalau ada)
dikurangkan padapenghasilan. Kalau beban melebihi penghasilan, maka jumlah residualnya
merupakan kerugian bersih.

Pemeliharaan modal fisik memerlukan penggunaan dasar pengukuran biaya kini


(current cost). Namun, konsep pemeliharaan modal keuangan tidak memerlukan penggunaan
dasar pengukuran tertentu. Perbedaan pokok antara dua konsep pemeliharaan modal ini
adalah perlakuan terhadap pengaruh perubahan harga aktiva dan kewajiban perusahaan.
Menurut konsep pemeliharaan modal keuangan yang mendefinisikan modal dalam satuan
moneter nominal, laba merupakan kenaikan dalam modal uang nominal selama suatu periode.
Jadi, kenaikan harga aktiva yang dimiliki selama suatu periode, yang secara konvensional
disebut keuntungan akibat pemilikan (holding gains), secara konseptual disebut laba. Namun
jumlahnya tidak diakui sampai aktiva tersebut dilepaskan dalam transaksi pertukaran.
Menurut konsep pemeliharaan modal fisik yang mendefinisikan modal dalam
kapasitas produktif fisik, laba merupakan kenaikan modal tersebut selama suatu
periode.Semua perubahan harga yang mempengaruhi aktiva dan kewajiban perusahaan
dipandang sebagai perubahan dalam pengukuran kapasitas produktif fisik perusahaan.
Pemilihan dasar pengukuran dan konsep pemeliharaan modal akan menentukan model
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Model akuntansi yang
berbeda menunjukkan derajat relevansi dan keandalan yang berbeda dan, seperti halnya
dalam bidang lain, manajemen harus mencari keseimbangan antara relevansi dan keandalan.
Kerangka dasar ini berlaku untuk serangkaian model akuntansi dan memberikan bimbingan
dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang dibentuk menurut model yang
dipilih.

PROFIL PT JAMSOSTEK
PT JAMSOSTEK (Persero) merupakan program publik yang memberikan
perlindungan bagi seluruh tenaga kerja di Indonesia untuk mengatasi risiko sosial ekonomi
tertentu dan penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sesuai dengan
UUD 1945 Pasal 34 ayat 2 yang kini berbunyi: Negara mengembangkan sistem jaminan

sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai dengan martabat kemanusiaan. Maka, negara menyusun UU No.33/1947 jo UU
No.2/1951 tentang kecelakaan kerja, Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No.48/1952 jo
PMP No.8/1956 tentang pengaturan bantuan untuk usaha penyelenggaraan kesehatan buruh,
PMP No.15/1957 tentang pembentukan Yayasan Sosial Buruh, PMP No.5/1964 tentang
pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial (YDJS) dan diberlakukannya UU No.14/1969
tentang Pokok-Pokok Tenaga Kerja.
Sejarah PT Jamsostek:
a. Peraturan Pemerintah (PP) No.33 tahun 1977 tentang pelaksanaan program Asuransi
Sosial Tenaga Kerja (ASTEK), yang mewajibkan setiap pemberi kerja/pengusaha swasta
dan BUMN untuk mengikuti program ASTEK. Di waktu yang sama terbit pula PP
No.34/1977 tentang pembentukan wadah penyelenggara ASTEK, yaitu Perum Astek.
b. UU No.3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
c. Pemerintah mengeluarkan PP No.36/1995 yang menetapkan PT Jamsostek (Persero)
sebagai badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Fungsi yang dijalankan
Jamsostek sendiri merupakan kelanjutan program asuransi sosial tenaga kerja yang dirintis
oleh PT ASTEK sejak tahun 1977.
d. UU No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), keberadaan dan
peran Jamsostek menjadi semakin penting dan strategis.
e. Ditetapkannya UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,
Jamsostek yang akan berubah menjadi Badan Hukum Publik, tetap menyelenggarakan
program jaminan sosial bagi tenaga kerja, dengan nama Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
Menjadi BPJS Ketenagekerjaan menjadi tonggak sejarah penting bagi PT Jamsostek
(Persero) untuk secara terus menerus memberikan perlindungan bagi seluruh tenaga kerja di
Indonesia. Menciptakan satu tekad baru (positioning) menjadi Jembatan Menuju Kesejateraan
Pekerja

merupakan

suatu

janji

yang

harus

diwujudkan

setelah

menjadi

BPJS

Ketenagakerjaan.
Visi
Dalam rangka mempersiapkan transformasi menjadi BPJS Ketenagakerjaan, Visi PT
Jamsostek dirumuskan kembali menjadi:
Menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial berkelas dunia, terpercaya, bersahabat, dan
unggul dalam operasional dan pelayanan.

Misi
Sebagai badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang memenuhi
perlindungan dasar bagi tenaga kerja serta menjadi mitra terpercaya bagi:
Tenaga Kerja: Memberikan perlindungan yang layak bagi tenaga kerja dan keluarga.
Perlindungan yang layak mutlak dibutuhkan oleh setiap tenaga kerja di Indonesia.
Dalam kehidupan sehari-hari, tenaga kerja tidak lepas dari keluarga mereka. Oleh
karena itu, perlindungan yang diberikan oleh BPJS tidak berhenti sampai individu
tenaga kerja melainkan melingkupi anggota keluarga yang dimiliki oleh tenaga kerja
tersebut.
Pengusaha: Menjadi mitra terpercaya untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
dan meningkatkan produktivitas. Dalam usaha melindungi tenaga kerja, BPJS
Ketenagakerjaan merupakan mitra pengusaha dalam memberikan perlindungan
kepada tenaga kerja. Jaminan sosial yang diberikan BPJS diharapkan mampu
memberikan rasa aman bagi setiap tenaga kerja dan pada akhirnya membantu setiap
tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitasnya.
Negara: Berperan serta dalam pembangunan. Pemberian jaminan kepada setiap tenaga kerja
di Indonesia akan memampukan setiap tenaga kerja untuk berproduktivitas secara
maksimal. Dengan setiap tenaga kerja yang berpoduktivitas secara maksimal akan
terbentuk suatu angkatan kerja yang produktif dalam menyokong pembangunan
negara. Dana yang terhimpun dan menjadi kelolaan BPJS diharapkan dapat menjadi
akumulasi modal dalam pembiayaan pembangunan negara Indonesia.
Etos Kerja dan Karakter
Sebagai salah satu bentuk komitmen Direksi untuk mendorong motivasi kinerja
karyawan, telah disepakati pula Etos Kerja bagi seluruh insan Jamsostek yaitu: Teamwork,
Open Mind, Passion, Action, Sense of Belonging atau dikenal dengan TOPAS.
Sebagai pondasi untuk memperkuat nilai-nilai dan etos kerja perusahaan, maka insan
Jamsostek juga diharapkan untuk memiliki karakter-karakter:
Less Beurocratic (Decision Making Process)
Less Feudalism (Professional Intimacy)
More Modern (World Class Company berbasis Teknologi, dan Customer Oriented)
More Friendly (World Class Service)
More Fancy (Homey Office, fun, sense of art, sense of sport)
Kegiatan usaha PT Jamsostek sebagai berikut:

(a) Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)


(b) Jaminan Kematian (JK)
(c) Jaminan Hari Tua (JHT)
(d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
Struktur Organisasi
Struktur organisasi Kantor Pusat yang menggambarkan pembagian tugas Direksi yang
telah ditetapkan melalui Keputusan Direksi Nomor: KEP/111/032013 tanggal 27 Maret 2013
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja PT. Jamsostek (Persero) adalah sebagai berikut:
Struktur Organisasi Kantor Pusat PT Jamsostek (Persero)

Struktur Organisasi Kantor Wilayah


Kantor Wilayah mempunyai fungsi dan bertanggung jawab terhadap perencanaan,
pengarahan, pengoordinasian dan pengendalian kegiatan operasional Kantor Wilayah dan
Kantor Cabang yang berada di bawahnya serta menerapkan kepatuhan (Good Coorporate
Governance/GCG). Kantor Wilayah membawahi Kantor Cabang yang berada di wilayahnya.
Bagan struktur organisasi Kantor Wilayah sesuai KEP/111/032013 tanggal 27 Maret 2013
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja PT Jamsostek (Persero) adalah sebagai berikut:
Struktur Organisasi Kantor Wilayah PT Jamsostek (Persero)

Struktur Organisasi Kantor Cabang


Kantor Cabang mempunyai fungsi perencanaan pengarahan, pengoordinasian dan
pengendalian kegiatan pemasaran, pelayanan peserta, keuangan, umum dan SDM serta
penerapan kepatuhan yang didukung teknologi informasi guna memastikan tercapainya target
kepesertaan dan terselenggaranya pelayanan kepada peserta. Bagan struktur organisasi Kantor
Cabang Kelas I, sesuai KEP/111/032013 tanggal 27 Maret 2013 tentang Struktur Organisasi
dan Tata Kerja PT Jamsostek (Persero), adalah sebagai berikut:
Struktur Organisasi Kantor Cabang Kelas I PT Jamsostek (Persero)

Bagan struktur organisasi Kantor Cabang Kelas II, Kelas III dan Kantor Cabang
Pembantu sesuai KEP/111/032013 tanggal 27 Maret 2013 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja PT Jamsostek (Persero) adalah sebagai berikut:
Struktur Organisasi Kantor Cabang Kelas II PT Jamsostek (Persero)

Struktur Organisasi Kantor Cabang Kelas III PT Jamsostek (Persero)

Struktur Organisasi Kantor Cabang Pembantu PT Jamsostek (Persero)

Profil Dewan Komisaris dan Direksi


a. Sususan Dewan Komisaris
Selama tahun 2013, komposisi Dewan Komisaris berganti sebanyak 3 (tiga) kali.
Pergantian tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Republik Indoensia. Komposisi Dewan Komisaris sampai tanggal 16 Januari 2013 adalah
sebagai berikut:
Komisaris Utama
Komisaris
Komisaris

: Bambang Subianto
: Prijono Tjiptoherijanto
: Herry Purnomo

i. Komposisi Dewan Komisaris sejak tanggal 16 Januari 2013 adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama
: Bambang Subianto
Komisaris
: Herry Purnomo
Komisaris
: Herman Hidayat
Komisaris
: Mathias Tambing
Komisaris
: Iskandar Maula
Komisaris Independen : Bambang Wirahyoso
Komisaris Independen : Hariyadi B.Sukamdani
ii.

Komposisi Dewan Komisaris terhitung tanggal 20 Februari 2013 menjadi sebagai


berikut:
Komisaris Utama
: Denny Indrayana
Komisaris
: Herry Purnomo
Komisaris
: Herman Hidayat
Komisaris
: Mathias Tambing
Komisaris
: Iskandar Maula
Komisaris Independen : Bambang Wirahyoso
Komisaris Independen : Hariyadi B.Sukamdani

iii.

Komposisi Dewan Komisaris terhitung tanggal 7 Oktober 2013 menjadi sebagai


berikut:
Komisaris Utama
: Denny Indrayana
Komisaris
: Herman Hidayat
Komisaris
: Mathias Tambing
Komisaris
: Iskandar Maula
Komisaris Independen : Bambang Wirahyoso
Komisaris Independen : Hariyadi B.Sukamdani

iv.

Komposisi Dewan Komisaris terhitung tanggal 30 Desember 2013 menjadi sebagai


berikut:
Komisaris Utama
: Mulabasa Hutabarat
Komisaris
: Mathias Tambing
Komisaris
: Iskandar Maula
Komisaris
: Ninasapti Triaswati
Komisaris
: Saleh Khalid
Komisaris Independen : Bambang Wirahyoso
Komisaris Independen : Hariyadi B.Sukamdani

b. Susunan Direksi
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN Republik Indonesia Nomor:
SK-295/MBU/2012 tanggal 8 Agustus 2012 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan
Anggota-anggota Direksi PT. Jamsostek (Persero), susunan Direksi PT. Jamsostek
(Persero) adalah sebagai berikut:
Direktur Utama

: Elvyn G. Masassya

Direktur Umum dan SDM


Direktur Renbang dan Informasi
Direktur Kepesertaan
Dirketur Pelayanan
Direktur Investasi
Direktur Keuangan
I.

: Amri Yusuf
: Agus Supriyadi
: Junaedi
: Achmad Riadi
: Jeffry Haryadi PM
: Herdy Trisanto

Informasi Non-Keuangan Pada Annual Report PT Jamsostek Tahun 2013


- Laporan Dewan Komisaris
- Laporan Direksi
- Sekilas Jamsostek
- Pengungkapan Pihak yang Berelasi,
- Perubahan Peraturan Perundang-Undangan
- Perubahan Kebijakan Akuntansi
- Pemasaran dan Pangsa Pasar
- Tata Kelola Perusahaan
- Pernyataan Auditor Independen
- Daftar nama Kantor Wilayah dan Kantor Cabang

II. Laporan Tahunan dan Sustainability Reporting


a. Pengertian Sustainability Report menurut GRI (Global Reporting) adalah:
A sustainability report is a report published by a company or organization about the
economic, environmental and social impacts caused by its everyday activities. A
sustainability report also presents the organization's values and governance model, and
demonstrates the link between its strategy and its commitment to a sustainable global
economy.
Sebuah laporan keberlanjutan adalah sebuah laporan yang diterbitkan oleh sebuah
perusahaan atau organisasi tentang dampak ekonomi, lingkungan dan sosial yang
disebabkan oleh aktivitas sehari-hari/operasional yang dilakukan oleh perusahaan atau
organisasi . Sebuah laporan keberlanjutan juga menyajikan nilai-nilai dan tata kelola
organisasi model, dan menunjukkan hubungan antara strategi dan komitmennya untuk
ekonomi global yang berkelanjutan.
b. Pengertian Laporan Tahunan menurut Wikipedia:
Laporan tahunan merupakan laporan perkembangan dan pencapaian yang berhasil
diraih organisasi dalam setahun. Isi dari laporan tahunaun tersebut mencakup laporan
keuangan dan prestasi akan kinerja organisasi selama satu tahun. Annual Report terdiri
dari:

Informasi umum perusahaan

Kebijakan akuntansi
Neraca keuangan
Laporan arus kas
Informasi Non - audited
Akun laba-rugi
Catatan atas laporan keuangan
Pernyataan ketua/Pimpinan
Laporan direktur
Tinjauan Operasional dan keuangan
Fitur lainnya
Pernyataan auditor

Dari pernyataan diatas, maka kami simpulkan bahwa Sustainability Report dan
Annual Report adalah dua laporan yang berbeda dan terpisah. Namun di dalam Sustainability
Report teradapat beberapa elemen yang ada di Annual Report, dan begitu juga sebaliknya.
Jika kedua laporan itu digabungkan, maka akan menghasilkan informasi yang lebih baik.

III.

Struktur Laporan Keuangan PT Jamsostek tahun 2013 (termasuk definisi elemenelemen utama dalam laporan keuangan)
1. Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian
a) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan
diperoleh perusahaan.
b) Kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
c) Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua
2.
3.
4.
5.

6.

kewajiban.
Laporan Laba Rugi Konsolidasian
a) Pendapatan
b) Biaya
Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian
Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian
Laporan Arus Kas Konsolidasian
a) Arus kas dari aktivitas Operasi
b) Arus kas dari aktivitas Investasi
c) Arus kas dari aktivitas Pendanaan
Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasian

IV.

Proses transformasi PT Jamsostek ke BPJS Ketenagakerjaan


Transformasi Menjadi BPJS Ketenagekerjaan menjadi tonggak sejarah penting bagi PT

Jamsostek (Persero) untuk secara terus menerus memberikan perlindungan bagi seluruh
tenaga kerja di Indonesia. Menciptakan satu tekad baru (positioning) menjadi Jembatan
Menuju Kesejateraan Pekerja merupakan suatu janji yang harus diwujudkan setelah menjadi
BPJS Ketenagakerjaan. Diusianya

yang

ke-36 tahun pada

Desember

2013,

keberadaan dan kehadiran perusahaan ini semakin terasa manfaatnya, tidak hanya bagi
pengusaha dan pekerja, tetapi juga bagi negara dan masyarakat. Peningkatan manfaat
program terus diupayakan. Kualitas pelayanan juga terus disempurnakan. Seluruh upaya itu
dilakukan untuk semakin memantapkan dirinya sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Tenaga Kerja yang terpercaya, bersahabat dan unggul dalam operasional dan pelayanan.
Pada tahun 2011, ditetapkanlah Undang-undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial. Sesuai dengan amanat undang-undang, tanggal 1 Januari 2014
PT Jamsostek akan berubah menjadi Badan Hukum Publik. PT Jamsostek (Persero) yang
bertransformasi menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan tetap
dipercaya untuk menyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja, yang meliputi JKK,
JKM, JHT dengan penambahan Jaminan Pensiun mulai 1 Juli 2015.

Implikasi transformasi PT Jamsostek menjadi BPJS Ketenagakerjaan:


1. Perubahan badan hukum organisasi dari BUMN menjadi Badan Hukum Publik.
2. Perubahan pola koordinasi yang semula bertanggung jawab kepada Menteri BUMN
menjadi bertanggung jawab kepada Presiden RI.

3. Perubahan cakupan kepesertaan wajib dari Tenaga Kerja Formal menjadi perlindungan
untuk seluruh tenaga kerja baik Tenaga Kerja Formal dan Informal.
4. Perubahan pengalihan wewenang pelaksanaan inspeksikepatuhan kepesertaan dalam sistem
Penegakan Hukum (Law Enforcement) dari Kementerian Tenaga Kerja kepada Badan
Penyelenggara, dalam hal ini BPJS Ketenagakerjaan.
5. Perubahan manfaat dari Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JK), Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) menjadi JHT, JK, JKK,
Pensiun.
6. Perubahan pengelolaan laporan keuangan dari laporan keuangan JHT dan non-JHT menjadi
laporan keuangan dana jaminan sosial per program dan laporan asset BPJS.
7. Perubahan pengawasan yang semula dilakukan oleh Kementerian BUMN menjadi oleh
OJK dan DJSN.

Pada tanggal 1 Januari 2014, BPJS Ketenagakerjaan resmi berdiri dengan tetap
menjalankan program JHT, JK, JKK sesuai dengan UU No. 3 tahun 1992 dengan kepesertaan
yang bersifat wajib bagi seluruh tenaga kerja formal, informal dan tenaga kerja asing. Selain
itu, BPJS Ketenagakerjaan juga memiliki wewenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap
kepatuhan peserta dalam pelaksanaan Jaminan Sosial dan wewenang untuk memberikan
sanksi administratif yang diamanahkan melalui PP No. 86 tahun 2013 tentang Tata cara
Pengenaan Sanksi Administratif kepada Pemberi Kerja selain Penyelenggara Negara dan
Setiap orang, selain Pemberi Kerja, Pekerja dan Penerima Bantuan Iuran dalam
Penyelenggaraan Jaminan Sosial.
Pada tanggal 1 Juli 2015, BPJS Ketenagakerjaan akan beroperasi penuh dengan
menjalankan 4 program JHT, JK, JKK dan JP sesuai dengan ketentuan UU SJSN dengan
penambahan kepesertaan dari PNS/TNI/ POLRI untuk program JKK dan JKM sedangkan
untuk program JHT dan JP akan diintegrasikan pada tahun 2029.

REFERENSI
Annual Report BPJS Ketenagakerjaan 2014
Annual Report PT Jamsostek 2013
GRI

(Global Reporting Initiative), Diakses pada tanggal


<https://www.globalreporting.org/information/sustainabilityreporting/Pages/default.aspx>

25

Februari

2016

Jamsos.Com Indonesia 2016, Transformasi BPJS, Diakses pada tanggal 25 Februari 2016
<http://dokumen.tips/documents/transformasi-pt-jamsostek-persero-menjadi-bpjsketenagakerjaan.html>
PSAK Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Wikipedia.com,
Diakses
pada
tanggal
<https://en.wikipedia.org/wiki/Annual_report>

25

Februari

2016

Anda mungkin juga menyukai