Anda di halaman 1dari 25

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

Konsep Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Serta


Standar Akuntansi Keuangan Dan Perkembangannya

Oleh

Kelompok I

1. Nur’aini Dian Intansari (1710536001)


2. Suciana Wulandari (1710536023)

FAKULTAS EKONOMI
S1 AKUNTANSI INTAKE DIII
UNIVERSITAS ANDALAS
Padang
2019
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses akuntansi, yang dimulai dari identifikasi kejadian dan transaksi hingga
penyajian dalam laporan keuangan, membutuhkan sebuah kerangka dasar penyusunan
dan penyajian laporan keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1 [1]
menyebutkan bahwa kerangka dasar merumuskan konsep yang mendasari penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Tujuan kerangka dasar ini
adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan;
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
4. Para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
5. Dikosongkan.
6. Dikosongkan
7. Pihak lain yang tertarik dengan pekerjaan dari komite penyusun standar akuntansi
keuangan terkait informasi mengenai pendekatan penyusunan standar akuntansi
keuangan.

Ketika akuntan harus berhadapan dengan masalah baru yang belum ada standar
akuntansinya, maka kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan ini
diharapkan dapat memberikan sebauh acuan untuk menganalisis dan memecahkan
masalah-masalah akuntansi yang terkini tersebut. Jadi, kerangka dasar penyusunan dan
penyajian ini tidak hanya membantu profesi akuntansi dalam menangani praktik-praktik
akuntansi di masa yang akan datang tetapi juga memberikan dasar atau landasan yang
konsisten dan memadai bagi para penyusun standar akuntansi, penyusun laporan
keuangan, pengguna laporan keuangan dan pihak-pihak lainnya yang turut terlibat dalam
proses laporan keuangan.
BAB II

PEMBAHASAN
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1 [1] menyebutkan bahwa kerangka
dasar merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi
para pemakai eksternal.

Kerangka dasar ini bukan standar akuntansi keuangan dan karenanya tidak
mendefinisikan standar untuk permasalahan pengukuran atau pengungkapan tertentu.
Revisi kerangka dasar ini akan dilakukan dari waktu ke waktu sesuai dengan
pengalaman komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam penggunaan kerangka dasar
tersebut. Kerangka dasar ini membahas:
a. tujuan laporan keuangan;
b. karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan;
c. definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan;
d. konsep modal serta pemeliharaan modal.

Kerangka dasar ini membahas laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statements), yang selanjutnya hanya disebut "laporan keuangan", termasuk laporan
keuangan konsolidasian. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang kurangnya
setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna. Beberapa di antara
pengguna ini memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan di samping
yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak pengguna sangat
tergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu
laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan
kebutuhan mereka. Laporan keuangan dengan tujuan khusus seperti prospektus, dan
perhitungan yang dilakukan untuk tujuan perpajakan tidak termasuk dalam kerangka dasar
ini.

Pengguna dan Kebutuhan Informasi

Pengguna laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial,


karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah
serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk
memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.
Beberapa kebutuhan ini meliputi:
 Investor. Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko
yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka
membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan,
dan menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas untuk membayar dividen.
 Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas entitas. Mereka juga tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan entitas dalam
memberikan balas jasa, imbalan pascakerja, dan kesempatan kerja.
 Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat
dibayar pada saat jatuh tempo.
 Pemasok dan kreditur usaha lainnya. Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang
akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada entitas dalam
tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali jika sebagai
pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup entitas.
 Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup entitas, terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau
tergantung pada entitas.
 Pemerintah. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan
aktivitas entitas. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas entitas.
menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan
nasional dan statistik lainnya.
 Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Sebagai contoh, entitas dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional,
termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal
domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
Manajemen entitas memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian
laporan keuangan entitas. Maajemen juga berkepengtingan dengan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan
keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan. Manajemen memiliki kemampuan untuk
menentukan bentuk dan isi informasi tambahan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri. Namun demikian, pelaporan informasi semacam itu berada di luar ruang lingkup
kerangka dasar ini. Bagaimanapun juga, laporan keuangan yang diterbitkan didasarkan pada
informasi yang digunakan manajemen tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan.

TUJUAN LAPORAN KEUANGAN


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomik.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pengguna. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua
informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomik
karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan
tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban
manajemen berbuat demikian agar mereka dapat memberi keputusan ekonomik; keputusan
ini mungkin mencakup, sebagai contoh, keputusan untuk menahan atau menjual investasi
mereka dalam entitas atau keputusan untuk menggangkat kembali atau mengganti
manajemen.

Posisi Keuangan, Kinerja, dan Perubahan Posisi Keuangan

Keputusan ekonomik yang diambil pemakai laporan keuangan memerlukan evaluasi


atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta
kepastian dari hasil tersebut. Kemampuan ini akhirnya menentukan , sebagai contoh,
kemampuan pembayaran kepada para karyawan dan para pemasok, kemampuan pembayaran
bunga, pembayaran kembali pinjaman dan pembagian penghasilam kepada para pemilik. Para
pengguna dapat mengevaluasi kemampuan entitas dalam menghasilkan kas (dan setara kas)
dengan lebih baik jika mereka mendapat informasi yang difokuskan pada posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan entitas.
Posisi keuangan entitas dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur
keuanagan, likuiditas, dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Informasi sumber daya ekonomi yang dikendalikan dan kemampuan entitas
dalam memodifikasi sumber daya ini di masa lalu berguna untuk memprediksi kemampuan
entitas dalam menghasilkan kas(dan setara kas) di masa depan. Informasi struktur keuangan
berguna untuk memprediksi kebutuhan pinjaman di masa depan dan bagaimana penghasilan
bersih (laba) dan arus kas di masa depan akan didistribusikan kepada mereka yang memiliki
hak di dalam entitas; informasi tersebut juga berguna untuk memprediksi seberapa jauh
entitas akan berhasil meningkatkan lebih lanjut sumber keuangannya. Informasi likuiditas
dan solvabilitas berguna untuk memprediksi kemampuan entitas dalam pemenuhan komitmen
keuangannya pada saat jatuh tempo. Likuiditas merupakan ketersediaan kas jangka pendek di
masa depan setelah memperhitungkan komitmen yang ada. Solvabilitas merupakan
ketersediaan kas jangka panjang untuk memenuhi komitmen pada saat jatuh tempo.
Informasi kinerja entitas, terutama profabilitas, diperlukan untuk menilai apakah
potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi
fluktuasi kinerja adalah penting dalam hubungan ini. Informasi kinerja bermanfaat untuk
memprediksi kapasitas entitas dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di
samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan pertimbangan tentang
efektivitas entitas dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
Informasi perubahan posisi keuangan entitas bermanfaat untuk menilai aktivitas
investasi, pendanaan, dan operasi selama periode pelaporan. Informasi ini berguna bagi
pengguna sebagai dasar untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas (dan
setara kas) serta kebutuhan entitas untuk memanfaat kan arus kas tersebut. Dalam
penyusunan posisi keuangan, dana dapat didefinisikan dalam berbagai cara, seperti seluruh
sumber daya keuangan, modal kerja, aktiva likuid atau kas. Kerangka dasar ini tidak
mendefinisikan dana secara spesifik.
Informasi posisi keuangan terutama disediakan dalam neraca. Informasi kinerja
terutama disediakan dalam laporan laba rugi. Dalam laporan keuangan, informasi perubahan
posisi keuangan disajikan dalam laporan tersendiri.
Komponen-komponen laporan keuangan saling terkait karena mencerminkan aspek-
aspek yang berbeda dari transaksi-transaksi atau peristiwa lain yang sama. Meskipun setiap
laporan menyediakan informasi yang berbeda satu sama lain, tidak ada hanya dimaksudkan
untuk memenuhi tujuan tunggal atau menyediakan semua informasi yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan khusus pemakai. Misalnya, laporan laba rugi menyediakan gambaran
yang tidak lengkap tentang kinerja kecuali kalau digunakan dalam hubungannya dengan
neraca dan laporan arus kas.

Catatan dan Skedul Tambahan

Laporan keuangan juga menampung catatan dan skedul tambahan serta informasi
lainnya. Misalnya, laporan tersebut mungkin menampung informasi tambahan yang relevan
dengan kebutuhan pengguna neraca dan laporan laba rugi. Mungkin pula mencakupi
pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi perusahaan dan setiap
sumber daya dan kewajiban (obligation) yang tidak dicantumkan dalam neraca (seperti
cadangan mineral), informasi segmen-segmen industri dan geografi serta pengaruhnya pada
entitas akibat perubahan harga dapat juga disediakan dalam bentuk informasi tambahan.

ASUMSI DASAR
1. Dasar Aktual
Untuk mencapai tujuannya laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan
yang-disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya
transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga
kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas
yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu laporan keuangan menyediakan jenis
informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, perusahaan
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus
diungkapkan.
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan
keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat
dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
1. Dapat Dipahami
Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi
dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan
yang wajar.
2. Relevan
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau
masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu.
a. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Dalam beberapa
kasus, hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Sebagai
contoh, pelaporan suatu segemen baru dapat memengaruhi penilaian risiko dan
peluang yang dihadapi entitas tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang
dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain, baik hakikat
maupun materialitas dipandang penting, sebagai contoh jumlah serta kategori
persediaan yang sesuai dengan kebutuhan entitas.
Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat memengaruhi keputusan ekonomik
pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan. Materialitas bergantung pada
besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian
dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement).
Karenanya, materialitas lebih suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu
karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal {reliable). Informasi memiliki kualitas
andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat
diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation)
dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.
a. Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan
untuk disajikan. Jadi sebagai contoh, neraca harus menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset, liabilitas, dan ekuitas entitas pada
tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan.
b. Substansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa
lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan
sesuai dengan substansi dan realitas ekonomik dan bukan hanya bentuk hukumnya.
Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak
dari bentuk hukum. Sebagai contoh, suatu entitas mungkin menjual suatu asset kepada
pihak lain dengan cara sedimikian rupa sehingga dokumentasi dimaksudkan untuk
memindahkan kepemilikan menurut hukum ke pihak tersebut; namun demikian,
mungkin terdapat persetujuan yang memastikan bahwa entitas dapat terus menikmati
manfaat ekonomik masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aset. Dalam keadaan
seperti itu, pelaporan penjualan tidak menyajikan dengan jujur transaksi yang
dicacat(jika sesungguhnya memang ada transaksi).
c. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada
kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan
informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan
merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan .
d. Pertimbangan Sehat
Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan
keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, prakiraan masa
manfaat pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin
timbul. Ketidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat serta
tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam
penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan
dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan terlalu
tinggi dan liabilitas atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian,
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, sebagai contoh,
pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan
sengaja menetapkan aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan liabilitas
atau beban yang lebih tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan
karena itu tidak memiliki kualitas andal.
e. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam
batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission)
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak
dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
4. Dapat Dibandingkan
Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.
Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar entitas untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas tersebut, antar periode
untuk entitas yang sama dan untuk entitas yang berbeda.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa
pengguna harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan
tersebut. Para pengguna harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan
kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama
dalam sebuah entitas dari satu periode ke periode lain dan dalam entitas yang berbeda.
Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi
yang digunakan oleh entitas, membantu pencapaian daya banding.

UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN


Laporan Keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa
lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik
ekonominya. Kelompok besar ini merupakan unsur laporan keuangan. Unsur yang berkaitan
secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset, liabilitas dan ekuitas.
Sedang unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba rugi adalah
penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya mencerminkan
berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan dalam berbagai unsur neraca; dengan
demikian, kerangka dasar ini tidak mengidentifikasikan unsur laporan perubahan posisi
keuangan secara khusus.

1. Posisi Keuangan
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah aset,
liabilitas, dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai berikut:
a. Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh
perusahaan.
b. liabilitas merupakan utang perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa
lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya
perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas adalah hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Dalam penilaian apakah suatu pos memenuhi definisi aset, liabilitas, atau ekuitas,
perhatian perlu ditujukan pada substansi yang mendasari serta realitas ekonomik dan bukan
hanya bentuk hukumnya. Jadi, sebagai contoh, dalam kasus sewa pembiayaan (finance
leases), substansi dan realitas ekonomik tersebut adalah bahwa sewa guna usaha memperoleh
manfaat ekonomik dari penggunaan aset sewaan selama sebagian besar masa manfaatnya
sebagai imbalan dari terlibatnya liabilitas untuk membayar hak tersebut dalam jumlah yang
mendekati nilai wajar dari aset dan beban keuangan yang bersangkutan. Oleh karena itu,
sewa menimbulkan pos yang memenuhi definisi aset dan liabilitas dan diakui seperti itu
dalam neraca penyewa(lesse).

2. Aset

Perusahaan biasanya menggunakan aset untuk memproduksi barang atau jasa yang
dapat memuaskan kebutuhan dan keperluan pelanggan; berhubung barang atau jasa ini dapat
memuaskan kebutuhan dan keperluan ini, pelanggan bersedia membayar sehingga
memberikan sumbangan kepada arus kas entitas. Kas sendiri memberikan jasa kepada entitas
karena kekuasannya terhadap sumber daya yang lain.
Manfaat ekonomik masa depan yang terwujud dalam aset dapat,mengalir ke dalam entitas
dengan berbagai cara. Sebagai contoh, aset dapat :
a) Digunakan baik sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang dan jasa yang
dijual oleh entitas;
b) Dipertukarkan dengan aset lain;
c) Digunakan untuk menyelesaikan liabilitas;atau
d) Dibagikan kepada para pemilik perusahaan.

Banyak aset, sebagai contoh, aset tetap memiliki bentuk fisik. Namun demikian,
bentuk fisik tersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi aset ; karena itu, paten dan
hak cipta, sebagai contoh, merupakan aset jika manfaat ekonomik yang diperoleh entitas di
masa depan dan jika amsing-masing aset tersebut dikuasai perusahaan.
Banyak aset, sebagai contoh, piutang dan properti, dihubungkan dengan hak menurut hukum,
termasuk hak milik. Dalam menentukan eksistensi aset, hak milik tidak esensial; jadi sebagai
contoh, properti yang dimiliki melalui sewa adalah sewa aset jika perusahaan mengendalikan
manfaat yang diharapkan dari peroperti tersebut. Meskipun kemampuan perusahaan untuk
mengendalikan manfaat biasanya berasal dari hak menurut hukum, suatu barang atau jasa
dapat memenuhi definisi aset meskipun tidak dikuasai berdasarkan hukum. Sebagai contoh,
pengetahuan yang diperoleh melalui aktivitas pengembangan dapat memenuhi definisi aset
jika, dengan merahasiakan pengetahuan tersebut, perusahaan menikmati manfaat yang
diharapkan dari pengetahuan tersebut.
Aset perusahaan yang berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di masa
lalu. Perusahaan biasanya memperoleh aset melalui pembelian atau produksi sendiri, tetapi
transaksi atau peristiwa lain juga dapat menghasilkan aset; misalnya properti yang diterima
entitas dari pemerintah sebagai bagian dari program untuk merangsang pertumbuhan
ekonomi dalam suatu wilayah. Transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi dimasa depan
tidak sendirinya memunculkan aset; oleh karena itu, sebagai contoh, maksud untuk membeli
persediaan tidak dengan sendirinya memenuhi definisi aset.
Ada hubungan erat antaraterjadinya pengeluaran dan timbulnya aset, tetapi kedua
peristiwa ini tidak perlu harus terjadi bersamaan. Oleh karena itu, jika entitas melakukan
pengeluaran, peristiwa ini memberkan bukti bahwa entitas tersebut mengejar manfaat
ekonomik tetapi belum merupakan bukti konklusif bahwa suatu barang atau jasa yang
memenuhi definisi aset telah diperoleh. Sama halnya dengan tidak adanya pengeluaran yang
bersangkutan tidak mengecualikan suatu barang atau jasa memenuhi aset dan dengan
demikian terdapat kemungkinan untuk diakui pencantumannya dalam neraca; sebagai contoh,
barang atau jasa yang telah didonasikan kepada entitas memenuhi definisi aset

3. Liabilitas
Karakteristik esesnsial liabiltas adalah bahwa perusahaan mempunyai kewajiban masa
kini. Kewajiban adalah suatu tugas astau tanggung jawab untuk bertindak atau untuk
melaksanakan sesuatu dengan cara tertentu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum
sebagai konsekuensi dari kontrak mengikat atau peraturan perundangan. Ini biasanya
memang demikian, sebagai contoh, dengan disertai jumlah yang terutang dari barang dan jasa
yang telah diterima. Akan tetapi, kewajiban juga timbul dari praktik bisnis yang lazim,
kebiasaan dan keinginan untuk memelihara hubungan bisnis yang baik atau bertindak dengan
cara yang adil. Jika sebagai contoh suatu kebijakan, perusahaan memutuskan untuk menarik
kembali produknya yang cacat meskipun masa garansi sebenarnya telah lewat, jumlah yang
diharapkan akan dibayarkan tersebut merupakan liabilitas.
Penyelesaian kewajiban masa kini biasanya melibatkan perusahaan untuk mengorbankan
sumber daya yang memiliki manfaat masa depan demi untuk memenuhi tuntutan pihak lain.
Penyelesaian kewajiban yang ada sekarang dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagai
contoh dengan :
a. Pembayaran kas;
b. Penyerahan aset lain;
c. Pemberian jasa;
d. Penggantian kewjiban tersebut dengan kewajiban lain; atau
e. Konversi kewajiban menjadi ekuitas
Kewajiban juga dapat dihapuskan dengan cara lain, seperti kreditor membebaskan
atau membatalkan haknya.
Liabilitas timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Jadi, sebagai contoh,
pembelian barang atau penggunaan jasa menimbulkan utang usaha (kecuali jika dibayar di
muka atau pada saat penyerahan) dan penerimaan pinjaman bank menimbulkan kewajiban
untuk membayar kembali pinjaman tersebut. Perusahaan juga dapat mengakui sebagai
liabilitas jumlah rabat masa depan yang didasarkan pada jumlah pembelian tahunan para
pelanggan; dalam kasus ini, penjualan barang masa lalu merupakan transaksi yang
menimbulkan liabilitas.
Beberapa jenis liabilitas hanya dapat diukur dengan menggunakan estimasi dalam
derajat yang substansial. Beberapa perusahaan menyebut liabilitas ini sebagai penyisihan
(provision). dalam pengertian sempit, penyisihan semacam itu tidak dipandang sebagai
liabilitas karena hanya mencakup jumlah yang dapat ditentukan tanpa perlu membuat
estimasi. Definisi liabilitas dalam pragraf 49 mengikuti pendekatan luas. Jadi, jika penyisihan
menyangkut liabilitas masa kini dan memenuhi ketentuan lain dalam definisi tersebut, maka
pos yang bersangkutan merupakan liabilitas meskipun jumlahnya harus diestimasi.
Contohnya adalah penyisihan untuk pembayaran yang akan dilakukan terhadap garansi
berjalan dan penyishan untuk memenuhi kewajiban imbalan pensiun.

4. Ekuitas
Ekuitas dapat disubklasifikasikan dalam neraca. Sebagai contoh, dalam perseroan
terbatas, setoran modal oleh para pemegang saham, saldo awal periode (retaired earning),
penyisihan saldo laba dan penyisihan penyesuaian pemeliharan modal masing-masing
disajikan secara terpisah. Klasifikasi semacam itu dapat menjadi relevan untuk kebutuhan
pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan apabila pos tersebut mengindikasikan
pembatasan hukum atau pembatasan lainnya terhadap kemampuan entitas untuk membagikan
atau menggunkan ekuitas. Klasifikasikan tersebut juga dapat merefleksikan fakta bahwa
pihak-pihak dengan hak kepemilikannya masing-masing dalam perusahaan mempunyai hak
yang berbeda dalam hubungannya dengan penerimaan dividen atau pembayaran kembali
modal.
Pembentukan cadangan kadang-kadang diharuskan oleh suatu peraturan perundangan
yang berlaku untuk memberikan perlindungan tambahan kepada perushaan dan para
kreditornya terhadap kerugian yang ditimbulan. Cadangan yang lain dapat dibentuk jika
hukum pajak memberikan pembebasan dari, atau pengurangan dalam liabilitas pajak pada
waktu dilakukan pemindahan ke cadangan semacam itu. Eksistensi serta besarnya cadangan
menurut peraturan perundangan yang berlaku ini merupakan informasi yang relevan untuk
kebutuhan pengambilan keputusan bagi para pengguna laporan keuangan. Pemindahan ke
cadangan tersebut lebih merupakan penyisihan saldo laba daripada beban.
Jumlah ekuitas yang ditampilkan dalam neraca bergantung pada pengukuran aset dan
liabilitas. Biasanya hanya karena faktor kebetulan jika jumlah ekuitas gabungan sama dengan
jumlah jumlah nilai pasar keseluruhan (aggregate market value) dari saham entitas atau
jumlah yang dapat diperoleh dengan melepaskan seluruh aset bersih entitas baik satu per satu
(liquidating value) atau secara keseluruhan dalam kondisi kelangsungan usaha (going concern
value).

5. Kinerja
Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau
sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbal hasil investasi (return on investment)
atau penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan
pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban.
Unsur penghasilan dan beban didefinisikan sebagai berikut:
a) Penghasilan (income) adalah kenailan manfaat ekonomik selama periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan liabilitas yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
b) Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomik selama satu periode akuntansi
dalam bentuk arus kas keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya liabilitas yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada
penanam modal.

6. Penghasilan
Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues) maupun
keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang
biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees),
bunga, dividen, royalti dan sewa.
Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan
mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas entitas yang
biasa. Keuntungan mencerminkan kenaikan manfaat ekonomik dan dengan demikian
pada hakikatnya tidak berbeda dengan pendapatan. Oleh karena itu, pos tersebut tidak
dipandang sebagai unsur terpisah dalam kerangka dasar ini.
Berbagai jenis aset dapat diterima atau bertambah karena penghasilan, sebagai
contoh kas, piutang, serta barang dan jasa yang diterima sebagai penukar dari barang dan
jasa yang dipasok. Penghasilan dapat juga berasal dari penyelesaian liabilitas. Sebagai
contoh, perusahaan dapat memberikan barang dan jasa kepada kreditor untuk melunasi
pinjaman.
7. Beban
Definisi beban mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang biasa meliputi, sebagai contoh, beban pokok penjualan, gaji
dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya
aset seperti kas (dan setara kas), persediaan dan aktiva tetap.
Kerugian mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang mungkin
timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian tersebut
mencerminkan berkurangnya manfaat ekonomik, dan pada hakikatnya tidak berbeda dari
beban lain. Oleh karena itu, kerugian tidak dipandang sebagai unsur terpisah dalam
kerangka dasar ini.

8. Penyesuaian Pemeliharaan Modal


Revaluasi atau pernyataan kembali (restatement) aset dan liabiltas menimbulkan
kenaikan atau penurunan ekuitas. Meskipun memenuhi definisi penghasilan dan beban,
menurut konsep pemeliharaan modal tertentu, kenaikan dan penurunan ini tidak
dimasukkan dalam laporan laba rugi. Sebagai alternatif, pos ini dimasukkan dalam
ekuitas sebagai penyesuaian pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.

PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN


Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi
definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan dalam paragraf 83 dalam neraca
atau laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam
kata-kata maupun jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba
rugo. Kelalaian untuk mengakui pos semacam itu tidak dapat diralat melalui pengungkapan
kebijakan akuntansi yang digunakan maupun melalui catatan atau materi penjelasan.
Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui kalau:
a. ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomik yang berkaitan dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam perusahaan; dan
b. pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

1. Probabilitas Manfaat Ekonomik Masa Depan


Dalam kriteria pengakuan penghasilan, konsep probabilitas digunakan dalam
pengertian derajat ketidakpastian bahwa manfaat ekonomik masa depan yang berkaitan
dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan. Konsep tersebut
dimaksudkan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan operasi perusahaan. Pengkajian
derajat ketidakpastian yang melekat dlam arus manfaat ekonomik masa depan dilakukan atas
dasar bukti yang tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan. Sebgai contoh, jika
pembayaran suatu piutang besar kemungkinan terjadi (probable) dan tidak ada bukti lain yang
bertentangan, maka dapat dibenarkan untuk mengakui piutang tersebut sebgai aset. Namun
demikian, jika populasi piutang banyak jumlahnya, maka besar kemunhkinan ada yang tidak
tertagih; karena itu suatu beban yang merepresentasikan pengurangan manfaat ekonomik
yang diharapkan harus diakui.

2. Keandalan Pengukuran
Kriteria pengakuan suatu pos yang kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang
dapat diukur dengan tingkat keandalan tertentu (reliable) . pada banyak kasus, biaya atau nilai
harus diestimasi; penggunaan estimasi yang layak merupakan bagian esesnsial dalam
penyusunan laporan keuangan tanpa mengurangi tingkat keandalan. Namun demikian, jika
estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, pos tersebut tidak diakui dalam neraca atau
laporan laba rugi. Sebagai contoh, hasil yang diharapkan dari suatu tuntutan hukum dapat
memenuhi definisi baik aset dan penghasilan maupun kriteria probabilitas untuk dapat diakui;
namun demikian, jika tidak mungkin diukur dengan tingkat keandalan tertentu, tuntutan
tersebu tidak dapat diakui sebagai aset atau sebagai penghasilan; namun demikian, eksistensi
tuntutan harus diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan atau skedul tambahan.
Suatu pos yang memiliki karakteristik esensial suatu unsur tetapi tidak dapat
memenuhi kriteria pengakuan tetap perlu diungkapkan dalam catatan, materi penjelasan atau
skedul tambahan. Pengungkpan ini dapat dibenarkan jika pengetahuan mengenai pos tersebut
dipandang relevan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan oleh pengguna laporan keuangan.

3. Pengakuan Aset
Aset diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa manfaat ekonomiknya di
masa depan diperoleh perusahaan dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur dengan andal.
Aset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat
ekonomiknya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam perusahaan setelah periode
akuntansi berjalan. Sebagai alternatif transaksi semacam itu menimbulkan pengakuan beban
dalam laporan laba rugi. Dengan pengakuan ini tidak berarti pengeluaran yang dilakukan
manajemen mempunyai maksud yang lain daripada menghasilkan manfaat ekonomik bagi
perusahaan di masa depan atau manajemen salah arah. Implikasin satu satunya adalah bahwa
tingkat kepastian dari manfaat ekonomik yang diterima perusahaan setelah periode akuntansi
berjalan tidak mencukupi untuk membenarkan pengakuan aset.

4. Pengakuan Liabilitas
Liabilitas diakui dalam neraca jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomik akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
saat ini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam praktik,
kewajiban menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah pihak (sebagai
contoh, liabiltas atas pesanan persediaan yang belum diterima) pada umumnya tidak diakui
sebagai liabilitas dalam laporan keuangan. Akan tetapi, kewajiban semacam itu dapat
memenuhi definisi liabilitas dan, jika dalam keadaan tertentu kriteria pengakuan terpenuhi,
maka kewajiban tersebut dapat dianggap memenuhi syarat pengakuan. Dalam keadaan
tersebut, pengakuan liabilitas mengakibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan.
5. Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi ketika kenaikan manfaat ekonomik di
masa depan yang berkaitan dengan kenaikan aset atau penurunan liabilitas telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan aset atau penurunan liabilitas (sebagai contoh, kenaikan bersih aset yang
timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan liabilitas yang timbul dari pembebasan
pinjaman yang masih harus dibayar).
Prosedur yang biasanya dianut dalam praktik untuk mengakui penghasilan, sebagai
contoh ketetentuan bahwa penghasilan telah diperoleh, merupakan penerapan kriteria
pengakuan dalam kerangka dasar ini. Prosedur semacam ini pada umumnya dimaksudkan
untuk membatasi pengakuan penghasilan pada pos-pos yang dapat diukur dengan andal dan
memiliki tingkat kepastian yang cukup.

6. Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi jika penurunan manfaat ekonomik masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan liabilitas telah terjadi dan dapat diukur
dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan
liabilitas atau penurunan aset (sebagai contoh, akrual hak karyawan atau penyusutan aset
tetap)
Beban diakui dalam laporan laba rugi ats dasar hubungan langsung antara biaya yang
timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Proses yang biasanya disebut pengaitan
biaya dengan pendapatan (matching of cost with revenue) ini melibatkan pengakuan
penghasilan dan beban secara gabungan atau bersamaan yang dihasilkan secara langsung dan
bersama-sama dari transaksi atau peristiwa lain yang sama; sebagai contoh, berbagai
komponen beban yang membentuk beban pokok penjualan (cost or expense of goods sold)
diakui pada saat yang sama sebagai penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang, akan
tetapi, penerapan konsep matching dalam kerangka dasar ini tidak memperkenankan
pengakuan pos dalam neraca yang tidak memenuhi definisi aset atau liabilitas.
Jika manfaat ekonomik diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan
hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tidak langsung,
beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis.
Hal ini sering diperlukan dalam laporan pengakuan beban yang berkaitan dengan penggunaan
aset seperti aset tetap, goodwill, paten, dan merek dagang. Dalam kasus semacam itu, beban
ini disebut penyusutan atau amortisasi. Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui
beban dalam periode akuntansi yang menikmati manfaat ekonomik aset yang bersangkutan.
Beban segera diakui dalam laporan laba rugi jika pengeluaran tidak menghasilkan
manfaat ekonomik masa depan atau jika sepanjang manfaat ekonomik masa depan tidak
memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi syarat, untu diakui dalam nerca sebagai aset.
Beban juga diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul liabilitas tanpa adanya pengakuan
aset, seperti apabila timbul liabilitas akibat garansi produk.

PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN


Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan. liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
2. Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. liabilitas
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted)
yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) masa kini.
3. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aset dinyatakan dalam jumlah
kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pelepasan
normal (orderly disposal). liabilitas dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah
kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha normal.
4. Nilai sekarang (present value). Aset dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di masa
depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan
hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Liabilitas dinyatakan sebesar arus kas keluar
bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang diharapkan akan
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan


penyusunan keuangan adalah biaya historis.

KONSEP MODAL DAN PEMELIHARAAN MODAL


1. Konsep Modal
Konsep modal keuangan dianut oleh sebagian besar perusahaan dalam penyusunan
laporan keuangan. Menurut konsep modal keuangan, seperti uang atau daya beli yang
diinvestasikan, modal adalah sinonim dengan aktiva bersih atau ekuitas perusahaan.
Menurut konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang sebagai
kapasitas produktif perusahaan yang didasarkan pada, misalnya,unit output per hari.
Pemilihan konsep modal yang sesuai bagi perusahaan harus didasarkan pada
kebutuhan pemakai laporan keuangan. Jadi, konsep modal keuangan seharusnya dianut
kalau pemakai laporan keuangan terutama berkepentingan dengan
pemeliharaan modal nominal atau daya beli dari modal yang diinvestasikan.

2. Konsep Pemeliharaan Modal dan Penetapan Laba


Dalam konsep modal sebelumnya, menciptakan 2 konsep pemeliharaan modal, yaitu:
a. Pemeliharaan modal keuangan. Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh jika jumlah
finansial (atau uang) dari aset bersih pada akhir periode melebihi jumlah finansial
(atau uang) dari aktiva bersih pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap
distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para pemilik selama
periode. Pemeliharaan modal keuangan dapat diukur baik dalam satuan moneter
nominal atau dalam satuan daya beli yang konstan.
b. Pemeliharaan modal fisik. Menurut konsep ini laba hanya diperoleh kalau kapasitas
produktif fisik (atau kemampuan usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas
produktif fisik pada awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi
kepada, dan mengeluarkan setiap kontribusi dari, para pemilik selama suatu periode.

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN PERKEMBANGANNYA


Standar akutansi merupakan pedoman umum penyusunan laporan keuangan yang
merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu yang dikeluarkan oleh badan
yang berwenang dan berlaku dalam lingkungan tertentu. biasanya berisi tentang definisi,
pengukuran/penilaian, pengakuan, dan pengungkapan elemen laporan keuangan.
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar pencatatan dan
pelaporan akuntansi yang berlaku secara internasional yang dikeluarkan oleh International
Accounting Standard Boards (IASB), yaitu sebuah lembaga internasional yang bertujuan
untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang tinggi, dapat dimengerti, diterapkan,
dan diterima secara internasional. International Financial Reporting Standard (IFRS)
bertujuan untuk memberikan kumpulan standar penyusunan laporan keuangan perusahaan di
seluruh dunia. Perusahaan dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas tinggi,
dapat diperbandingkan dan transparan yang digunakan oleh investor di pasar modal dunia
maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya (stakeholder).
Saat ini banyak negara-negara di Eropa, Asia, Afrika, Oseania dan Amerika yang
menerapkan IFRS. Standar akuntansi internasional (International Accounting Standards /
IAS) di susun oleh 4 organisasi utama dunia ,yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional
(IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC) dan
Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).
Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di Indonesia tersebut lebih
dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK disusun dan
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia adalah organisasi
profesi akuntan yang ada di Indonesia. IAI yang didirikan pada tahun 1957 selain mewadahi
para akuntan juga memiliki peran yang lebih besar dalam dunia akuntansi di Indonesia yaitu
sebagai penyusunan standar akuntansi. Standar akuntansi yang di Indonesia dikenal dengan
nama PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) tersebut merupakan seperangkat
standar yang mengatur tentang pelaksanaan akuntansi di dunia bisnis di Indonesia.
PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) merupakan pedoman dalam
melakukan praktek akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua
aspek yang berkaitan dengan akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan
orang dengan kemampuan dalam bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga
yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dengan kata lain, Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi pelaku akuntansi yang berisi
pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.
SEJARAH PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA

Zaman Penjajahan Belanda


Pada era penjajahan Belanda, sekitar pada tahun 1642, jejak yang bisa dengan jelas
bisa dikatakan berkaitan dengan praktek akuntansi di Indonesia bisa ditemukan sekitar pada
tahun 1747 ketika praktek pembukuan yang dijalankan oleh Amphioen Sociteyt yang
berkedudukan pusat di Jakarta. Dalam Era penjajahan Belanda mengenalkan sebuah sistem
double entry bookeeping (sistem pembukuan berpasangan) sebagaimana praktek yang
bangun oleh Luca Pacioli. VOC merupakan perusahaan dagang (organisasi komersial)
pertama milik belanda yang pada masa penjajahan di indonesia memiliki peran yang sangat
penting dalam dunia bisnis Indonesia pada waktu itu. sejarah perkembangan akuntansi di
indonesia awalnya menganut pada sistem kontinental seperti sistem yang dipakai oleh
Belanda. Sebenarnya, sistem kontinental atau yang bisa juga disebut pembukuan tidaklah
sama dengan akuntansi.
a. Tahun 1955
Pada tahun 1955, Indonesia belum mempunyai undang-undang resmi atau
peraturan tentang standar keuangan.
b. Tahun 1974
Awal sejarah adanya Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia adalah
menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu
merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku "prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)."
c. Tahun 1984
Pada tahun 1984, Komite PAI melakukan revisi secara mendasar pada PAI
1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku “Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan
perkembangan dunia usaha. Pada Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 masih
memerlukan penjabaran lebih lanjut yang diatur dengan “pernyataan” tersendiri.
Sehubungan dengan itu, Komite PAI-IAI mulai tahun 1986 menerbitkan serangkaian
pernyataan PAI dan interprestasi PAI untuk mengembangkan, menambah, mengubah
serta menjelaskan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku, yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari PAI 1984.
d. Tahun 1994
Pada tahun 1994 IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan
mengeluarkan Standar Akuntansi Keuangan(SAK) yang diterbitkan pada tanggal 1
Oktober 1994. Standar akuntansi Keuangan ini ditetapkan sebagai standar akuntansi
yang baku di Indonesia. Pada tahun 1994 ini IAI telah memutuskan untuk melakukan
harmonisasi standar PSAK kepada International Financial Reporting Stadard (IFRS).
Selanjutnya harmonisasi tersebut diubah menjadi adobsi dan terakhir adopsi tersebut
ditujukan dalam bentuk konvergensi terhadap IFRS.
e. Tahun 2008(Konvergensi IFRS)
Pada tahun 2007 revisi terakhir dilakukan oleh IAI terhadap PSAK dalam
bentuk adopsi standar internasional menuju konvergensi dengan IFRS. Revisi tahun
2007 ini merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu menuju
konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012.
Baskerville (2010) dalam Utami, et al. (2012) mengungkapkan bahwa konvergensi
dapat berarti harmonisasi atau standardisasi, namun harmonisasi dalam konteks akuntansi
dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan
menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat
diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa
Indonesia melakukan adopsi penuh IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar
daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga laporan keuangan dapat
semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor,
maupun pembaca atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big
bang strategy dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus,
tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara -negara maju.
Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini
digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:

a. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang
berlaku.
b. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap
persiapan infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara
bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
c. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS
secara bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK
secara komprehensif

Skema menuju konvergensi penuh dengan IFRS pada tahun 2012 dapat dijabarkan
sebagai berikut:
 Pada akhir 2010 diharapkan seluruh IFRS sudah diadopsi dalam PSAK;
 Tahun 2011 merupakan tahun penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk
implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS
 Tahun 2012 merupakan tahun implementasi dimana PSAK yang berbasis IFRS wajib
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.

Revisi tahun 2007 yang merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI tersebut
menghasilkan revisi 5 PSAK yang merupakan revisi yang ditujukan untuk konvergensi
PSAK dan IFRS serta reformat beberapa PSAK lain dan penerbitan PSAK baru. PSAK baru
yang diterbitkan oleh IAI tersebut merupakan PSAK yang mengatur mengenai transaksi
keuangan dan pencatatannya secara syariah. PSAK yang direvisi dan ditujukan dalam rangka
tujuan konvergensi PSAK terhadap IFRS adalah:
a. PSAK 16 tentang Properti Investasi
b. PSAK 16 tentang Aset Tetap
c. PSAK 30 tentang Sewa
d. PSAK 50 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan
e. PSAK 55 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran

PSAK-PSAK hasil revisi tahun 2007 tersebut dikumpulkan dalam buku yang disebut
dengan Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007 dan mulai berlaku sejak tanggal
1 Januari 2008.

Kerangka konseptual pelaporan keuangan yang kita kenal selama ini sebagaimana
yang diadopsi dalam buku ajar di kampus-kampus adalah kerangka konseptual berdasarkan
USGAAP. Sejalan dengan konvergensi International Financial Reporting Standar (IFRS)
kedalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), mau tidak mau kita harus
merubah mindset kita mengikuti kerangka konseptual IFRS tersebut.

Secara garis besar ada beberapa perbedaan US GAAP dengan IFRS, yaitu:

 US GAAP menggunakan prinsip laba/rugi yang konservatif sedangkan IFRS


menggunakan prinsip laba rugi yang komprehensif
 US GAAP menggunakan historical cost dalam penilaian, sementara IFRS
menggunakan fair value. Dalam IFRS jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan
penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau menggunakan jasa penilai
 US GAAP menggunakan rule based, sedangkan IFRS menggunakan principle based
 IFRS mengharuskan pengungkapan (disclosure) lebih banyak baik kuantitatif
maupun kualitatif.
Adapun perbedaan dasar antara kedua standar tersebut sebagaimana dijelaskan dalam tabel-
tabel dibawah ini.

Level 1: Tujuan Laporan Keuangan:

US GAAP IFRS
 Menyediakan informasi  Menyediakan informasi yang
yang berguna untuk pengambilan menyangkut posisi keuangan, kinerja,
keputusan investasi dan kredit. serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat
bagisejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi.
 Menyediakan informasi
yang berguna untuk memprediksi
jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus
kas masa depan perusahaan
 Pengguna adalah investor, karyawan,
pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditor usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah dan masyarakat.

 Menyediakan informasi
tentang sumber
dayaekonomi, klaim terhadap sumber
daya tersebut, dan perubahan terhadap
keduanya.

Level 2: Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

US GAAP IFRS
Relevan – terdiri dari: Relevan – terdiri dari:

 Nilai prediksi – membantu pengguna  Nilai prediksi


memprediksi hasil dari kejadian masa  Nilai konfirmasi
lalu, saat ini dan masa depan.  Materialitas
 Nilai umpan balik – membantu
pengguna mengkonfirmasi dan
membetulkan nilai prediksi
sebelumnya.
 Tepat waktu – tersedia sebelum
kehilangan kapasitas untuk
mempengaruhi keputusan

Dapat dipercaya – terdiri dari: Dapat dipercaya – terdiri dari:

 Disajikan dengan jujur  Disajikan dengan jujur


 Netral  Netral
 Substansi mengungguli bentuk
 Dapat diferivikasi  Kehati-hatian (dimana ada
ketidakpastian, kesalahan dalam
menyediakn informasi dan menjamin
adanya konservatisme.
 Kelengkapan

Dapat dibandingkan Dapat dibandingkan


Konsisten

Level 2: Element Laporan Keuangan

US GAAP IFRS
Aset Aset
Kewajiban Kewajiban
Ekuitas Ekuitas
Investasi pemilik Pemeliharaan modal (diperoleh dari revaluasi
Distribusi kepada pemilik asset dan kewajiban)
Laba komprehensif Laba (Pendapatan dan keuntungan)
Pendapatan Beban (beban dan kerugian)
Keuntungan
Beban
Kerugian

Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Asumsi dasar


US GAAP IFRS
1. Kelangsungan usaha
2. Entitas ekonomi
3. Unit moneter
4. Periodisitas
5. Kelangsungan usaha
6. Basis akrual

Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Prinsip

US GAAP IFRS
1. Biaya historis 1. Biaya historis
2. Pengakuan pendapatan 2. Biaya sekarang (apa yang harus dibayar
3. Kesesuaian hari ini untuk mendapatkan aset. Ini
4. Pengungkapan penuh sering diperoleh dalam penilaian yang
sama dengan nilai wajar)
3. Nilai realisasi (jumlah kas yang dapat
diperoleh saat ini jika asset dilepas
4. Nilai wajar
5. Pengakuan pendapatan
6. Pengakuan beban
7. Pengungkapan penuh
Level 3: Pengakuan dan pengukuran – Kendala

US GAAP IFRS
1. Biaya dan manfaat 1. Keseimbangan antara biaya dan
2. Materialitas manfaat
3. Praktik Industri 2. Tepat waktu
4. Konservatisme 3. Keseimbangan antara karakteristik
kualitatif

DAMPAK PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI DI INDONESIA


Dampak yang diakibatkan oleh adanya perubahan standar akuntansi di Indonesia yaitu
dari standar Amerika (FASB/US GAAP) menjadi IFRS yaitu diantaranya dapat dilihat contoh
kasus berikut ini:
Contoh kasus, PT. Surya Pratama adalah perusahaan dibidang furniture yang berdiri
sejak tahun 1991, perusahaan ini sebelumnya hanya perusahaan bertaraf nasional yang
semakin lama semakin maju dan hingga sekarang memiliki pencapaian omset hingga
milyaran rupiah, suatu ketika perusahaan ini ingin mengembangkan jangkauan usahanya
hingga tingkat internasional. Sebelumnya perusahaan ini menggunakan PSAK sebagai
standar dalam pembuatan laporan keuangannya tetapi ketika perusahaan ini ingin Go
Internasional maka mau tidak mau perusahaan ini harus mengubah standar keuangannya
dengan menggunakan IFRS karena IFRS standar laporan keuangan yang berlaku diseluruh
dunia.
Ketika masih menganut PSAK maka PT. Surya Pratama mencatat pembelian aktiva
tetap dalam hal ini contohnya Tanah sebesar harga perolehan saat membeli tahun 1991
sebesar Rp 5000/meter. Ketika perusahaan ini berniat untuk Go Internasional maka standar
pembuatan laporan keuangannya pun harus diubah menjadi IFRS, karena dalam IFRS tidak
diakui adanya hystorical cost maka nilai asset tanah PT. Surya Pratama dicatat sebesar
nilai/harga tanah saat ini yaitu Rp 5.000.000/meter.
Perubahan metode pencatatan ini akan sangat berpengaruh kepada pembayaran PBB
(pajak bumi dan bangunan). Dengan menggunakan IFRS maka otomatis pembayaran PBB
akan meningkat secara drastis.
Inilah konsekuensi yang harus dipikirkan matang-matang oleh PT. Surya Pratama
ketika menginginkan usahanya bertaraf Internasional. Dengan kemungkinan pencapaian
usaha yang lebih luas maka biaya yang harus dikeluarkan oleh PT. Surya Pratama pun
menjadi meningkat.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 1 [1] menyebutkan bahwa kerangka
dasar merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi
para pemakai eksternal. Kerangka dasar penyusunan dan penyajian ini tidak hanya membantu
profesi akuntansi dalam menangani praktik-praktik akuntansi di masa yang akan datang tetapi
juga memberikan dasar atau landasan yang konsisten dan memadai bagi para penyusun
standar akuntansi, penyusun laporan keuangan, pengguna laporan keuangan dan pihak-pihak
lainnya yang turut terlibat dalam proses laporan keuangan.
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar pencatatan dan
pelaporan akuntansi yang berlaku secara internasional yang dikeluarkan oleh International
Accounting Standard Boards (IASB), yaitu sebuah lembaga internasional yang bertujuan
untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang tinggi, dapat dimengerti, diterapkan,
dan diterima secara internasional.
Prinsip atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di Indonesia tersebut lebih
dikenal dengan nama Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK disusun dan
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia adalah organisasi
profesi akuntan yang ada di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Ikatan Akuntansi
Indonesia
Suwarjono. 2015. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi 3. Yogyakarta:
BPFE. Januari 2013
http://indrachoirulhalim007.blogspot.co.id/2016/06/revisi-beberapa-pai-psak-ifrs-dan.html
https://rumaishaa.wordpress.com/2015/06/29/tahapan-penerapan-standar-ifrs-di-indonesia/
http://aliethok.blogspot.co.id/2012/05/contoh-kasus-pengaruh-penerapan-ifrs.html
https://staff.blog.ui.ac.id/martani/2017/09/04/materi-akuntansi-keuangan-1/
https://fahruhandia.wordpress.com/2013/09/30/perbedaan-kerangka-konseptual-usgaap-
dengan-ifrs/

Anda mungkin juga menyukai