Anda di halaman 1dari 7

BAB 10

PAJAK PENGHASILAN PASAL 26


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut dua sistem pengenaan pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri dari indonesia. Dua sistem pengenaan pajak
tersebut adalah:

 pemenuha n sendiri kewajiban perpajakannya bagi wajib pajak luar negeri yang menjalankan
usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di indonesia;
 pemotongan nya oleh pihak yang wajib membayar bagi pajak luar negeri lainnya.

Pasal 26 Undang-undang Nomor 36 Tahun menganut tentang pemotongan atas penghasilan yang
bersumber dari indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha
tetap.

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26


Pemotongan pajak penghasilan pasal 26 (PPh Pasal 26) wajib dilakukan oleh:

1. Badan pemerintah;
2. Subjek pajak dalam negeri;
3. Penyelenggara kegiatan;
4. Bentuk usaha tetap;
5. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang melakukan pembayaran kepada wajib pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap,

PENGHASILAN PAJAK YANG DIPOTONG PPh PASAL 26


Jenis-jenis penghasilan yang wajib dipotong pajak penghasilan pasal 26 (objek PPh pasal 26)
adalah:

a. deviden
b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
c. royaliti,sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;
h. keuntungan karena pembebasan utang.
TARIF DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Tarif

tarif yang dikenakan adalah 20% untuk setiap jenis penghasilan yang dikenakan PPh pasal 26
atau seuai dengan persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) antar negara atau tax treaty.
Tarif PPh pasal 26 berdasar P3B untuk dividen diatur sebagai berikut:

TARIF PPh PASAL 26 ATAS DIVIDEN DAN BRANCH PROFIT TAX

(untuk P3B yang sudah berlaku maupun yang baru diratifikasi per 1 januari 2001)

No. Negara Deviden Branch Profit Tax


portofolio Penyertaan langsung
1 Australia 15% 15% 15%
2 Austria 15% 10% 12%
3 Belgia 15% 15% 15%
renegosiasi 15% 10% 10%
4 Brunei Darussalam 15% 15% 10%
5 Bulgaria 15% 15% 15%
6 Kanada 15% 10% 15%
renegosiasi 15% 10% 15%
7 Repubil Cheska 15% 15% 12.5%
8 Denmark 20% 10% 15%
9 Mesir 15% 15% 15%
10 Finlandia 15% 10% 15%
11 Francis 15% 10% 10%
12 Jerman 15% 10% 10%
13 Hungaria 15% 15% 20%
14 India 15% 10% 10%
15 Italia 15% 10% 12%
16 Jepang 15% 10% 10%
17 Jordania 10% 10% N/A%
18 Kuwait 10% 10% 10%
19 Luksembung 15% 10% 10%
20 Malaysia 15% 10% 12.5%
21 Mauritius 10% 5% 10%
22 Mongolia 10% 10% 10%
23 Belanda 15% 10% 9%
renegosiasi 15% 10% 9%
24 Selendia Baru 15% 15% 20%
25 Norwegia 15% 15% 15%
26 Pakistan 15% 10% 10%
27 Polandia 15% 10% 10%
28 Republik korea 15% 10% 10%
29 Rumania 15% 12.5% 12.5%
30 Rusia 15% 15% 12.5%
31 Seycholles 15% 10% 20%
32 Singapura 15% 10% 15%
33 Afrika selatan 15% 10% 10%
34 Spanyol 15% 10% 10%
35 Sri lanka 15% 15% 20%
36 Sudan 10% 10% 10%
37 Swedia 15% 10% 15%
38 Swiss 15% 10% 10%
39 Syria 10% 10% 10%
40 Taiwan 10% 10% 5%
41 Thailand 15% 15% 20%
42 Fhilipina 20% 15% 20%
43 Turisia 12% 12% 12%
44 Turki 15% 10% 15%
45 U.A.E 10% 10% 5%
46 Ukraina 15% 10% 10%
47 Inggris 15% 10% 10%
Renegoisasi 15% 10% 10%
48 Amerika serikat 15% 15% 15%
Renegosisasi 15% 10% 10%
49 Uzbekistan 10% 10% 10%
50 Venezuela 15% 10% 10%
51 Vietnam 15% 15% 10%
52 Slovakia 10% 10% 10%

Tarif 20% dikenakan dari dasar pengenaan pajak, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. tarif 20% dari penghasilan bruto;


2. tarif 20% dari penghasilan neto;
3. tarif 20% dari penghasilan kena pajak setelah dikurangi pajak pajak penghasilan.

Penghitungan PPh pasal 26

1. PPh Pasal 26 = 20% x penghasilan bruto

Penghitungan tersebut diterapkan untuk penghasilan yang bersumber dari modal dalam
bentuk:

a. deviden
b. bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan karena jaminan pengembalian
utang;
c. royaliti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;

sesuai peraturan pemerintah Nomor 1 Tahun2007, pengenaan pajak penghasilan atas


deviden yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10% , atau tarif yang lebih rendah
menurut penghindaran pajak berganda yang berlaku dalam hal terdapat penanaman modal di
bidang-bidang usaha tertentu dan arau daerah-daerah tertentu.

2. PPh pasal 26 = 20% x penghasilan neto;

Penghasilan neto = perkiraan penghasilan neto x penghasilan bruto

Penghitungan tersebut diterapkan untuk:

a. penghasilan dari penjualan harta di indonesia


b. premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi.

Besarnya perkiraan penghasilan neto dihitung bedasarkan kondisi sebagai berikut:

 Untuk premi yang dibayar tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik
secara langsung maupun melalui pialang, besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 50%
dari jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto), sehingga.

PPh pasal 26 = 20% x penghasilan neto


= 20% x {50% x penghasilan bruto}
= 10% x penghasilan bruto
= 10% x jumlah premi yang dibayar

 Untuk premi yang disini perusahaan asuransi yang berkedudukan di indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri secara langsung maupun melalui pialang adalah 10% dari
jumlah premi yang dibayar (penghasilan bruto), sehingga:

PPh pasal 26 = 20% x pemghasilan neto

= 20% x {10% x penghasilan bruto}

= 2% x penghasilan bruto

= 2% x jumlah premi yang dibayar

 Untuk premi yang dibayar perusahaan reasuransi yang berkedudukan di indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui pialang adlah 5%
dari jumlah premi yang di bayar (penghasilan bruto), sehingga:
PPh pasal 26 = 20% penghasilan neto

= 20% x {5% x penghasilan bruto}

= 1% x penghasilan bruto

= 1% x jumlah premi yang dibayar

3. PPh pasal 26 = 20% x (penghasilan kena pajak - PPh terutang)

Penghitungan tersebut diterapkan pada bentuk usaha tetap di indonesia yang penghasilan
atau bagian labanya tidak ditanamkan kembali di indonesia. Jika penghasilan setelah dikurangi pajak
tersebut ditanamkan kembali di indonesia atas penghasilan tersebut tidak dipotong PPh pasal 26.

SIFAT PEMOTONGAN /PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN


PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 26
Sifat pemotongan/pemungutan PPh pasal 26
Pada prinsipnya pemotongan pajak atas penghasilan wajib pajak luar negeri adalah bersifat
final, namun atas penghasilan berikut ini pemotongan pajaknya tidak bersifat final, sehingga
potongan pajak tersebut dapat di kreditkan dalam surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.
Pajak penghasilan yang dimaksud (potongannya tidak bersifat final) adalah:

a. Penghasilan kantor pusat dari usaha atau kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di
indonesia yang sejenis dengan apa yang dijalankan atau yang dilakukan oleh bentuk usaha
tetap di indonesia.
b. Penghasilan berupa dividen; bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang, royaliti, sewa, dan penghasilan lain
sehubungan dengan pengunaan harta; imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan; hadiah dan penghargaan; pensiun dan pembayaran berkala lainnya; penghasilan
dari penjualan dari harta di indonesia; premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan
kepada perusahaan asuransi luar negeri; penghasilan kena pajak sesudah dikurangi pajak
dari suatu bentuk usaha tetap di indonesia, kecuali jika penghasilan penghasilan tersebut
ditanamkan kembali ke indonesia, yang di terima atau diperoleh kantor pusat, sepanjang
terdapat hubungan efektif antara bentuk usaha tetap dengan harta atau kegiatan yang
memberikan penghasilan tersebut.
c. penghasilan wajib pajak orang pribadi atau badan luar negeri yang berubah status menjad
wajib pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.
Penyetoran dan pelaporan PPh pasal 26
Penghasilan berikut ini terutang pajak penghasilan pasal 26 pada akhir bulan dilakukannya
pembayaran atau terutangnya penghasilan yang bersangkutan:

a. Penghasilan yang bersumber dari modal dalam bentuk deviden, bunga termasuk premium,
diskonto, premi swap, imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang; royaliti,
sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;penghasilan sehubungan
dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan; hadiah dan penghargaan, dengan nama dan dalam
bentuk apapun; pensiun dan pembayaran berkala lainnya.
b. penghasilan dari penjualan harta di indonesia.
c. premi asuransi dan reasuransi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi luar negeri.

Ketentuan yang berkaitan dengan penyetoran dan pelaporan PPh pasal 26 adalah:

a. Pajak penghasilan pasal 26 yang telah dipotong harus disetorkan selambat-lambatnya


tanggal 10 bulan taqwim berikutnya setelah bulan saat terutangnya pajak.
b. Pemotong PPh pasal 26 diwajibkan untuk menyampaikan surat pemberitahuan masa
selambat-lambatnya 20 hari setelah masa pajak berakhir.
c. Pemotong PPh pasal 26 harus memberikan tanda bukti pemotongan PPh pasal 26 kepada
orang pribadi atau badan yang dibebani membayar pajak penghasilan yang dipotong.
d. Pemotong PPh pasal 26 atas penghasilan berupa penghasilan kena pajak sesudah dikurangi
pajak dari semua bentuk usaha tetap di indonesia, terutang dan harus dibayar lunas
selambat-lambatnya tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak atau bagian pajak berakhir,
sebelum surat pemberitahuan tahunan diasmpaikan. Namun, apabila bentuk usaha tetap
tersebut meminta perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT tahunan, pemotong PPh
pasal 26 didasarkan pada penghitungan sementara, terutang dan harus dibayar lunas pada
saat surat permohonan perpanjangan disampaikan, akan tetapi tidak melampaui tanggal 25
bulan ketiga setelah tahun pajak atau bagian tahun pajak berakhir.

Anda mungkin juga menyukai