DI
SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. CLARA OLIDIANA
DATE DONI (2020110125)
FAKULTAS EKONOMI
2022/2023
Dalam pendirian suatu persekutuan atau firma, sebelum operasi biasanya para
anggota membuat suatu kesepakatan atau perjanjian yang tertuang dalam akta pendirian
yang biasanya berisi tentang hal-hal berikut ini:
Apabila firma didirikan oleh anggota-anggota yang semuanya belum memiliki usaha,
maka setoran pertama di masing-masing anggo tersebut akan langsung dicatat dalam
rekening modal masing-masing anggota. Apabila ada anggota yang menyetorkan modal
pertama berupa aktiva non-kas maka aktiva non-kas tersebut terlebih dahulu harus
dinilai sebesar nilai wajar atau harga pasarnya Jika tidak dapat ditentukan nilai wajar
atau harga pasar aktiya non-kas tersebut maka aktiva non-kas tersebut dinilai
berdasarkan perjanjian dan para anggota. Jumlah setoran pertama dan masing masing
anggota ini harus dicantumkan dajam akte pendirian firma.
Untuk memperoleh gambar yang jelas mengenaj prosedur akuntansi pendirian firma
dapat diikuti dalam contoh berikut ini.
Contoh 1 : Pada tanggal I Januari 19A, Tuan Ali, Ahmad dan Ardi sepakat untuk
mendirikan sebuah firma. Berikut ini adalah setoran modal masing-masing anggota.
Rp 20.000.000,030.000.000,0
25.000.000,00 0 0
Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat transaksi penyetoran modal masing-masing
anggota adalah sebagai berikut:
Perlu diketahui pula bahwa buku-buku yang digunakan oleh firma tersebut semuanya
adalah buku baru, hal ini disebabkan karena semua pendiri firma merupakan anggota-
anggota yang sebelumnya tidak memiliki usaha-usaha perseorangan sehingga
pembukuan firma menggunakan buku baru.
Apabila masing-masing rekening sudah dicatat dalam buku besarnya, maka neraca awal
pada saat pendirian firma akan tampak sebagai berikut:
Firma “AAA”
NERACA AWAL
1 Januari 19A
Kendaraan
Jumlah Aktiva
14.000.000,00 25.000.000,00
2.000.000,00 20.000.000,00
10.000.000,00 30.000.000,00
26.000.000,00 75.000.000,00
75.000.000,00 75.000.000,00
Setelah neraca awal firma dibuat, selanjutnya ditentukan pula rasio atau perbandingan
pembagian laba-rugi firma untuk masing-masing anggota dan perjanjian mengenai
perbandingan pembagian laba-rugi ini harus dicantumkan dalam akte pendirian.
1.2.2. Firma Didirikan Oleh Anggota yang Sudah Memiliki Usaha dan Anggoga
yang Belum Memiliki Usaha
Apabila firma didirikan oleh salah seorang anggota yang sudah memiliki usaha
perusahaan perseorangan dan beberapa anggota yang belum memiliki usaha, maka
prosedur akuntansinya adalah sebagai berikut:
1. Mengadakan penilaian kembali aktiva atau kekayaan milik anggota yang sudah
memiliki usaha.
2. Mencatat penyetoran kekayaan anggota yang belum memiliki usaha
3. Menyusun neraca awal firma.
Akibat adanya anggota pendiri firma yang sudah memiliki usaha dan yang belum
memiliki usaha, maka ada dua metode akuntansi yang dapat digunakan untuk mencatat
pendirian firma, yaitu :
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, dapat diikuti kasus dalam contoh berikut ini :
Contoh 2
Pada tanggal 3 Maret 19B, Tuan Arpra, Nyonya Fina, Tuan Riski, dan Nona Rahma
bersepakat untuk mendirikan sebuah firma yang bergerak dalam bidang perdagangan
konveksi. Nyonya Fina, Tuan Riski dan Nona Rahma adalah merupakan anggota-
anggota yang sebelumnya belum memiliki usaha, sedangkan Tuan Arpra sudah
memiliki perusahaan perseorangan yang berupa Toko Konveksi pakaian jadi yang pada
saat firma akan didirikan mempunyai posisi keuangan sebagai berikut:
3 Maret 19B
18.500.000,00 18.500.000,00
Setelah ke-empat anggota pendiri firma tersebut bersepakat untuk mendirikan
firma, maka mereka mengadakan perjanjian mengenai hal-hal sebagai berikut :
Berdasarkan transaksi pada contoh 2 di atas, maka prosedur akuntansi pendirian firma
dengan menggunakan dua metode pembukuan adalah sebagai berikut:
Jika firma Kurnia menggunakan buku baru, maka prosedur akuntansi yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
1) Mengadakan penyesuaian kekayaan anggota yang sudah memiliki usaha (dalam
hal ini Tuan Arpra), yaitu dengan membuat jurnal penyesuaian sesual dengan perjanjian
sebagai berikut:
Akibat adanya jurnal di atas, maka kekayaan dan modal tuan arpra akan menjadi
sebagai berikut :
2) Melakukan penutupan buku rekening-rekening milik tuan arpra yaitu dengan
membuat jurnal penutup sebagai berikut :
4) Membuat neraca awal firma Kurnia, yaitu sebesar masing-masing rekening dari
penyetoran kekayaan masing-masing anggota yang sudah dicatatdalam buku besar.
Adapun neraca awal firma akan tarnpak sebagai berikut :
Kenderaan ……………..
8.000.000,00
Rp 36.000.000,00
Rp 79.000.000,00
Sctelah neraca awal firma dibuat, langkah seianjutnya adalah menentukan rasio
pembagian laba-rugi firma, kemudian barulah firma tersebut mulai beroperasi.
Apabila firma Kurnia menggunakan buku melanjutkan buku milik salah seorang
anggota yang sudah memiliki usaha, maka prosedur akuntansi yang dilakukan
1) Mengadakan penyesuaian kekayaan anggota yang sudah memiliki usaha (dalam
hal mi Tuan Arpra). Jurnal penyesuaian yang dibuat identik dengan jurnal penyesuaian
pada metode pembukuan firma dengan menggunakan buku baru yang telah diuraikan di
muka.
3) Membuat neraca awal firma yang caranya sama persis dengan metode pembukuan
firma dengan menggunakan buku baru (lihat di muka).
Dengan adanya dua metode pembukuan yang telah dibahas di atas, ternyata pada
dasarnya keduanya akan menggunakan cara pencatatan dan penjurnalan yang sama.
Perbedaan yang ada antara menggunakan buku baru dengan melanjutkan buku salah
satu anggota yang sudah memiliki usaha hanyalah terletak pada ‘Penutupan buku
anggota yang sudah punya usaha’.
Untuk metode yang pertama, buku anggota yang sudah punya usaha perlu
ditutup sebab firma akan menggunakan buku baru dan anggota tersebut dianggap tidak
punya usaha dan sebagai akibatnya dibuat pula jurnal penyetoran kekayaan anggota
yang sudah punya usaha (Lihat jurnal nomor 3d pada metode yang pertama).
Sedangkan pada metode yang ke dua, tidak diadakan penutupan buku dan jurnal
penyetoran kekayaan anggota yang sudah punya usaha, sebab pembukuan firma
menggunakan buku rniliknya atau rnelanjutkan buku-buku miliknya.
Neraca awal pendirian firma dengan menggunakan metode pertama dan metode
ke dua akan menghasilkan informnasi yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Beams, Floyd A., Jusuf, Abadi, Amir, 2000. Akuntansi Keuangan Lanjutan di
Indonesia,Salemba Empat, Jakarta.