Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN BADAN KEUANGAN DAERAH

(BAKEUDA) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Disusun Oleh :

AHMAD 180105010050
AN NISA 180105010179
HABIBAH 180105010170
RAUDHAH 180105010168
KASFUL ANWAR 180105010325
MUHAMMAD RAMADHANI 180105010321
MUHAMMAD AKBAR RAMADHANI 180105010333

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2021
2
Fungsi Koordinasi Dalam Manajemen Untuk Mencapai Tujuan Organisasi
Secara Efisien

Disusun Oleh :

AHMAD 180105010050
AN NISA 180105010179
HABIBAH 180105010170
RAUDHAH 180105010168
KASFUL ANWAR 180105010325
MUHAMMAD RAMADHANI 180105010321
MUHAMMAD AKBAR RAMADHANI 180105010333

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Pertama-tama tiada kata yang pantas dan bisa kami ucapkan selain rasa
syukur yang kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas nikmatnya dan
pertolongannya kami dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL), serta
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di kantor
Badan Keuangan Daerah (BAKEUDA) Provinsi Kalimantan Selatan.
Penulisan laporan PKL ini dalam rangka guna memenuhi tugas akhir dari
mengikuti mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada semester VI di Jurusan
Ekonomi Syariah.
Selama Melaksanakan PKL dan menyusun Laporan PKL, kami mendapat
banyak dukungan serta bantuan dari beberapa pihak sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan PKL ini dengan baik. Untuk itu kami mengucapkan
terimakasih, kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayahnya
kepada kami

2. Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah menjadi panutan dalam


melakukan segala aktivitas kita sehari-hari
3. Kedua orang tua dan keluarga yang memberi dukungan moril maupun
materil

4. Ketua Jurusan Ekonomi Syariah, Dosen Pembimbing dan Pamong serta


seluruh karyawan BAKEUDA yang telah membantu dan bekerjasama
dengan baik selama pelaksanaan PKL
5. Serta teman-teman, sahabat yang telah memberikan doa, semangat, dan
membantu memotivasi kami
Kami menyadari bahwa bahwa dalam penulisan laporan PKL ini tidak
mungkin tidak luput dari kekurangan dan kesalahan, maka dari itu maka
kami memohon maaf, kami mengharapkam kritik dan saran yang

ii
berkaitan dengan isi laporan agar kedepannya kami dapat membuat
laporan yang lebih baik lagi. Semoga laporan PKL inin memberikan
manfaat, tak hanya bagi kami praktikan sebagai pihak yang terjun
langsung melakukan praktik kerja, tetapi njuga pihak lain yang
membacanya

Banjarmasin, Agustus 2021

Ketua Praktikan

iii
TANDA PERSETUJUAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam pada Kantor Badan Keuangan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Semester Genap Tahun Akademik 2020/2021 atas nama :

No NAMA MAHASISWA NIM


1 AHMAD 180105010050
2 AN NISA 180105010179
3 HABIBAH 180105010170

4 RAUDHAH 180105010168
5 KASFUL ANWAR 180105010325
6 MUHAMMAD RAMADHANI 180105010321
7 MUHAMMAD AKBAR RAMADHANI 180105010333

Setelah diteliti dan diadakan perbaikan sepenuhnya, maka kami dapat menyetujui
dan dapat digandakan sesuai keperluan.

Banjarmasin, Agustus 2021

Dosen Pembimbing
Faqih El Wafa, S.H.I,. M.S.I

iv
TANDA PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah


Fakultas Ekonomi dan Binis Islam UIN Antasari Banjarmasin Semester Genap
Tahun Akademik 2020/2021 telah didiskusikan pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat :

dinyatakan dapat diterima sebagai laporan Praktik Kerja Lapangan

Banjarmasin, Agustus 2021


Ketua Program Studi Ekonomi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Antasari Banjarmasin

Rohana Faridah, S.E., M.M.


NIP : 197804272009012010

v
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.............................................................................................
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
TANDA PERSETUJUAN .......................................................................................... iv
TANDA PENGESAHAN............................................................................................. v
DAFTAR ISI.................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
A. Koordinasi.................................................................................................... 5
B. Manajemen................................................................................................... 11
C. Organisasi.................................................................................................... 21
D. Efisiensi....................................................................................................... 23
BAB III METODE PELAKSANAAN...................................................................... 26
A. Waktu dan Tempat PKL.............................................................................. 26
B. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 26
C. Data Sekunder atau Dokumentasi................................................................ 27
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 28
A. Hasil dan Analisis........................................................................................ 28
B. Permasalahan............................................................................................... 33
C. Solusi........................................................................................................... 33
BAB V PENUTUP........................................................................................................ 39
A. Kesimpulan.................................................................................................. 39
B. Saran-saran................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 41
LAMPIRAN........................................................................................................... 43

vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perguruan tinggi adalah salah satu lembaga pendidikan yang mempersiapkan


mahasiswa untuk dapat bermasyarakat, khususnya pada disiplin ilmu yang telah
dipelajari selama mengikuti perkuliahan. Dalam dunia pendidikan hubungan antara
teori dan praktek merupakan hal penting untuk membandingkan serta membuktikan
sesuatu yang telah dipelajari dalam teori dengan keadaan sebenarnya dilapangan.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan syarat utama melalui proses


pendidikan. Mahasiswa tingkat akhir diwajibkan untuk melakukan PKL di suatu
perusahaan atau lembaga instansi terkait terlebih dahulu sebelum mendapatkan gelar.
Tuntutan dunia kerja yang semakin tinggi mengakibatkan kegiatan PKL sangat
penting untuk kedepannya. Kegiatan PKL sangat penting bagi seorang mahasiswa,
karena dalam kegiatan PKL kita memiliki kesempatan untuk mengaplikasikan semua
ilmu yang telah dipelajari di bangku perkuliahan dan mempelajari detail tentang
seluk beluk standar kerja yang profesional. Pengalaman ini kemudian menjadi bekal
dalam menjalani jenjang karir yang sesungguhnya. Mahasiswa juga dapat menambah
wawasan mengenai dunia kerja dan meningkatkan keterampilan serta keahlian
praktek kerjanya.

Kegiatan PKL mahasiswa pada perguruan tinggi UIN Antasari Banjarmasin


yang dilaksanakan setiap tahun merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
mutu proses belajar mahasiswa dalam pembentukan perilaku pekerja profesional
bagi mahasiswa sebagai calon sarjana. Hal ini ditempuh untuk mendekatkan
mahasiswa dengan dunia kerja agar memiliki kompetensi lain seperti kemampuan
berkomunikasi, kerja tim, kemandirian, kemampuan mengambil keputusan dan lain
sebagainya. Kegiatan PKL merupakan salah satu cara terbaik untuk mahasiswa agar
mampu mengatasi masalah-masalah di dunia kerja nantinya.

PKL merupakan salah satu mata kuliah yang wajib dan harus ditempuh oleh
mahasiswa S1 Ekonomi Syariah UIN Antasari Banjarmasin yang memiliki bobot 3

1
SKS dan dilaksanakan pada semester VI, selain untuk memenuhi kebutuhan
akademik, diharapkan kegiatan PKL dapat menjadi jembatan penghubung antara
dunia kerja dan pendidikan serta dapat menambah pengetahuan mahasiswa agar
mampu mengatasi persaingan dalam dunia kerja.

Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan atau biasa disingkat


Bakueda Prov. Kalsel pada awalnya terbagi atas 3 komponen perangkat daerah yaitu
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Biro Keuangan Setda
Provinsi Kalimantan Selatan, dan juga bagian Aset pada Biro perlengkapan Setda
Provinsi Kalimantan Selatan tetapi dikarenakan terbitnya beberapa peraturan dan
keputusan oleh pemerintah daerah dan menteri dalam negeri terkait sturuktur
organisasi dan tata kerja maka akhirnya pada Januari tahun 2017 terbentuklah
organisasi perangkat daerah yang bernama Badan Keuangan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan. Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan memiliki
visi untuk mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang profesional dan mandiri.
Adapun misinya yaitu (1) Meningkatkan pendapatan daerah melalui esktensifikasi
dan intenfikasi pendapatan dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah. (2)
Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah melalui peningkatan SDM,
sarana dan prasarana serta sistem dan prosedur dalam upaya mempertahankan
predikat opini BPK wajar tanpa pengecualian. (3) meningkatkan kualitas pengelolaan
barang milik daerah melalui sistem informasi untuk mewujudkan tertib administrasi
dan akuntabel. Alasan kami memilih melakukan kegiatan PKL di Badan Keuangan
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan ialah karena kami melihat dari pentingnya
kehadiran sebuah Badan Keuangan Daerah dalam pengelolaan keuangan suatu
daerah maka kami pun tertarik dengan rasa keingintahuan kami yang tinggi terhadap
apa saja dan bagaimana rasanya bekerja di Badan Keuangan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan.

Tugas pokok Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan ialah


melaksanakan penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah dibidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset daerah berdasarkan kebijakan bupati. Dalam

2
melaksanakan tugas pokok tersebut maka terdapat Pembagian-pembagian kerja di
Badan Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan yakni dengan dibentuknya Sub-Sub
Bidang di dalam Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimatan Selatan itu sendiri
yang dimaksudkan agar nantinya kerja yang dilaksanakan dapat dilakukan secara
efisien. Badan Keuangan Daerah melayani Beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di lingkup wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan kerjanya yang mana
berhubungan dengan banyaknya SKPD yang ada di Kalimantan Selatan ini maka
Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan pastilah mengalami beberapa
hal yang tidak terduga dan akhirnya malah menimbulkan masalah yang berdampak
sistemik, artinya masalah tersebut menyebabkan hal-hal lainnya terkena dampaknya
juga.,misalnya dikarenakan kurangnya koordinasi maka terhambatlah target yang
ingin dicapai.

Melihat hal tersebut maka akhirnya kami tertarik untuk mengangkat judul
“Fungsi Koordinasi Dalam Manajemen Untuk Mencapai Tujuan Organisasi
Secara Efisien”. Laporan ini juga berguna untuk mengetahui apa saja hal-hal yang
terjadi pada saat bekerja di sebuah instansi atau perusahaan, selain itu juga untuk
mengetahui apa saja masalah yang dihadapi dalam bekerja di instansi atau
perusahaan. Selanjutnya, kami juga menjabarkan beberapa solusi untuk menangani
masalah yang dihadapi berdasar teori.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan


Adapun yang menjadi tujuan dari mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Program Studi Ekonomi Syariah UIN Antasari Banjarmasin dalam
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, di antaranya yaitu:
1. Melihat dan mengenal lapangan kerja secara langsung serta
memperdalam,mengembangkan dan mempraktekkan teori yang didapat
selama berada dibangku kuliah.
2. Memperluas pengetahuan mahasiswa dalam memahami situasi di
lingkungan kerja yang sebenarnya.
3. Memperoleh keterampilan dan wawasan tentang bagaimana bekerja di

3
sebuah Instansi/Perusahaan.
4. Mengetahui berbagai kegiatan yang dijalankan di Kantor Badan
Keuangan Daerah (BAKEUDA) Provinsi Kalimantan Selatan.
5. Mempelajari, mendalami, serta terlibat langsung (membantu) dalam
aktivitas pekerjaan yang dilakukan di Kantor Badan Keuangan Daerah
(BAKEUDA) Provinsi Kalimantan Selatan.
6. Sebagai bekal bagi mahasiswa guna persiapan menyesuaikan diri maupun
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan kerja.
7. Melatih mahasiswa berkerja dengan disiplin dan bertanggung jawab.
8. Sebagai landasan penyusunan tugas akhir.
9. Sebagai persyaratan untuk pemenuhan mata kuliah Praktik Kerja
Lapangan Jurusan Ekonomi Syariah, UIN Antasari Banjarmasin.
10. Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara perguruan tinggi UIN
Antasari Banjarmasin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam khususnya
Jurusan S1 Ekonomi Syariah dengan berbagai instansi dan lembaga
keuangan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Koordinasi
1. Pengertian Koordinasi
James A.F Stoner 1986 mendefinisikan koordinasi sebagai proses
pemanduan sasaran- sasaran dan kegiatan kegiatan unit- unit (bagian-bagian atau
bidang fungsional) yang terpisah pada sebuah organisasi secara efisien. Menurut
Hani Handoko 2003: 195, koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-
tujuan dan kegiatan –kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen
atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Dari berbagai definisi koordinasi yang dipaparkan oleh
para ahli maka dapat disimpulkan pengertian dari koordinasi adalah proses
pengintegrasian tujuan dan kegiatan, kerjasama antar institusi atau unit terkait,
penyesuaian bagian-bagian yang berbeda agar kegiatan dari tiap bagian –bagian
dapat terlaksana secara maksimal dan terealisasi dalam satu kesatuan tindakan.
( Novia wahyu, 2003: 573)

Menurut G.R. Terry, koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis
pada sasaran yang telah ditentukan. Berdasarkan pendapat para pakar dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan koordinasi ialah proses
mengintegrasikan (memadukan), menyinkronisasikan, dan menyederhanakan
pelaksanakan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. (Hasibuan,,2014: 439)

2. Bentuk-bentuk Koordinasi
Pada umumnya setiap organisasi memiliki bentuk koordinasi tersendiri di
mana bentuk koordinasi tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan atau

5
keperluan pada kondisi-kondisi tertentu terkait pelaksanaan tugas dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Inu Kencana dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Pemerintahan (2011: 35), Bentuk Koordinasi adalah:
a. Koordinasi Horizontal
Koordinasi Horizontal adalah penyelarasan kerja sama secara
harmonis dan sinkron antar lembaga-lembaga yang sederajat misalnya
antar Muspika Kecamatan (Camat,Kapolsek, Danramil), antar Muspida
Kabupaten (Bupati, Danramil, Kapolres) dan Muspida Provinsi
(Gubernur, Pangdam, Kapolda).

b. Koordinasi Vertikal
Koordinasi Vertikal adalah penyelarasan kerja sama secara
harmonis dan sinkron dari lembaga yang sederajat lebih tinggi kepada
lembaga-lembaga lain yang derajatnya lebih rendah. Misalnya antar
Kepala Unit suatu Instansi kepada Kepala Sub Unit lain di luar mereka,
Kepala Bagian (Kabag), suatu Instansi Kepada Kepala Sub Bagian
(Kasubag) lain di luar bagian mereka, Kepala Biro suatu Instansi kepada
Kepala Sub Biro lain di luar biro mereka.
Parameter utama yang menentukan koordinasi vertikal yang
efektif adalah: Tingkat formalisasi,
1. Struktur hierarkis
2. Sentralisasi dan desentralisasi wewenang
3. Pendelegasian wewenang
4. Pembagian posisi operasional dan fungsional.

c. Koordinasi Fungsional
Koordinasi fungsional adalah penyelarasan kerja sama secara
harmonis dan sinkron antar lembaga-lembaga yang memiliki kesamaan
dalam fungsi pekerjaan misalnya koordinasi antara unit-unit suatu

6
organisasi (Hasibuan, 2014: 127-128)
3. Fungsi Koordinasi
Handayaningrat (1989: 119-121) dalam bukunya berjudul Pengantar
Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen menjelaskan bahwa beberapa fungsi
koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu fungsi manajemen, disamping adanya fungsi
perencanaan, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi dan
pengawasan. Dengan kata lain koordinasi adalah fungsi organik dari
pimpinan.
b. Untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai
komponen dalam organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus
dapat terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan
menghindari seminimal mungkin perselisihan yang timbul antara sesama
komponen organisasi dan mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama
di antara komponenkomponen tersebut.
c. Sebagai usaha yang mengarahkan dan menyatukan kegiatan yang
mengandung makna adanya keterpaduan (integrasi) yang dilakukan
secara serasi dan simultan/sinkronisasi dari seluruh tindakan yang
dijalankan oleh organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai
kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuannya. Hal itu sesuai dengan prinsip
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi.
d. Sebagai faktor dominan dalam kelangsungan hidup suatu organisasi pada
tingkat tertentu dan ditentukan oleh kualitas usaha koordinasi yang
dijalankan. Peningkatan kualitas koordinasi merupakan usaha yang perlu
dilakukan secara terus menerus karena tidak hanya masalah teknis semata
tetapi tergantung dari sikap, tindakan, dan langkah dari pemegang fungsi
organik dari pimpinan. (Junus and Potabug, 2018: 4).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi koordinasi adalah


suatu usaha untuk penyelarasan setiap sikap, Langkah dan tindakan yang

7
terpadu dari para pejabat pengambil keputusan dan para pelaksana, penataan
spesialisasi dalam berbagai keanekaragaman tugas, melahirkan jaringan
hubungan kerja/komunikasi atau dapat dikatakan sebagai salah satu fungsi
manajemen, disamping adanya fungsi perencanaan, penyusunan pegawai,
pembinaan kerja, motivasi dan pengawasan untuk menjamin kelancaran
mekanisme prosedur kerja dari berbagai komponen dalam organisasi (Kaja,
2021: 136-137).

4. Tujuan Koordinasi
Menurut Ndraha (2003: 295) Tujuan dari diadakannya koordinasi, yaitu:
a. Menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi setinggi mungkin
melalui sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan, dan kesinambungan,
antar berbagai dependen suatu organisasi.
b. Mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tinginya setiap
kegiatan interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan yang
mengikat semua pihak yang bersangkutan.
c. Menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif-antisipatif
di kalangan unit kerja interdependen dan independen yang berbeda-beda,
agar keberhasilan unit kerja yang satu tidak rusak oleh keberhasilan unit
kerja yang lain, melalui jaringan informasi dan komunikasi efektif.

Sedangkan Siagian (1993: 110) menjelaskan dalam bukunya bahwa


tujuan dari adanya koordinasi, ialah sebagai berikut:
a. Pencegah terjadinya konflik dan kontradiksi.
b. Pencegah terjadinya persaingan yang tidak sehat.
c. Pencegah pemborosan
d. Pencegah adanya kekosongan ruang dan waktu
e. Pencegah terjadinya suatu perbedaan pendekatan dan pelaksanaan.

5. Prinsip Koordinasi

8
Menurut Follet (1997: 76) setidaknya terdapat 4 prinsip dalam sebuah
koordinasi, yaitu:
a. Early Stage, Berdasarkan prinsip tahap awal, proses koordinasi harus
dilakukan pada tahap awal proses manajerial. Koordinasi harus dimulai
sejak proses perencanaan sehingga dapat menghasilkan perencanaan dan
implementasi yang baik. Jika koordinasi selalu dilakukan di awal maka
semua fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan
controlling dapat terlaksana dengan baik. Tujuan organisasi juga dapat
dicapai dengan lebih mudah dan lebih cepat jika proses koordinasi yang
dijalankan baik.
b. Continuity, Berdasarkan prinsip kesinambungan, koordinasi merupakan
sebuah proses yang berkelanjutan atau berkesinambungan. Proses
koordinasi dimulai sejak membentuk organisasi sampai organisasi
tersebut berjalan. Koordinasi selalu dilakukan secara berkesinambungan
dalam setiap proses planning, organizing, actuating, dan controlling.
c. Direct contact, Berdasarkan prinsip kontak langsung, proses koordinasi
dapat berjalan dengan baik karena adanya komunikasi langsung antara
anggota organisasi. Seluruh manajer harus mampu berkomunikasi
langsung dengan baik dengan bawahannya sehingga tercipta hubungan
yang baik. Kontak langsung ini sangat penting untuk menghindari
kesalahpahaman, salah penafsiran, dan perselisihan antara manajer dan
anggota organisasi lainnya. Dengan demikian manajer dapat
mengkoordinasi berbagai aktivitas anggotanya secara efektif dan efisien.

d. Reciprocal relation, Prinsip timbal baik menyatakan bahwa semua faktor


dalam organisasi saling bergantung dan berhubungan. Setiap keputusan
dan tindakan seseorang di dalam organisasi akan mempengaruhi situasi
keseluruhan organisasi. Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan
atau melakukan tindakan harus mempertimbangkan efek yang muncul
pada orang lain atau departemen lain apabila keputusan atau tindakan
tersebut diterapkan. Diterapkannya prinsip ini diharapkan manajer atau

9
anggota lainnya mengambil keputusan atau tindakan sepihak, sehingga
koordinasi dapat dilakukan dengan lebih mudah

6. Pentingnya Fungsi Koordinasi


a. Membantu memastikan kesatuan tindakan dalam menghadapi kekuatan-
kekuatan yang mengganggu
Dengan pengelasan bersama berbagai departemen dan bagian
menjadi satu entitas, koordinasi memastikan stabilitas dan pertumbuhan
organisasi. Ini memungkinkan para eksekutif untuk melihat organisasi
secara keseluruhan, bukan tujuan penampang yang sempit. Kepentingan
individu lebih rendah dari kepentingan bersama dengan lebih mudah dan
efektif.
b. Mendorong semangat tim
Ada banyak konflik dan persaingan antara individu, departemen,
antara garis dan staf, dll. Demikian pula, konflik juga antara tujuan
individu dan tujuan organisasi. Fungsi koordinasi mengatur pekerjaan
dan tujuan sedemikian rupa sehingga ada konflik minimum antara
departemen dan individu. Ini mendorong karyawan untuk bekerja sebagai
tim dan mencapai tujuan bersama organisasi.
c. Menghasilkan efisiensi dan ekonomi yang lebih tinggi dalam organisasi
Koordinasi membantu meningkatkan efisiensi operasi dengan
menghindari upaya yang tumpang tindih dan duplikasi pekerjaan.
Integrasi dan keseimbangan upaya individu memberikan kerja tim yang
lancar dan harmonis. Ada efek sinergis fungsi koordinasi. Koordinasi
juga meningkatkan efisiensi pekerja karena pekerjaan mereka tidak sia-
sia dan menghasilkan hasil yang diinginkan.
d. Membuat pemanfaatan sumber daya yang optimal.
e. Membantu menghindari pekerjaan lintas tujuan karena menyatukan
sumber daya manusia dan material organisasi.Dengan cara ini membantu
meminimalkan pemborosan sumber daya dalam organisasi dan dengan

10
demikian memungkinkan pemanfaatan sumber daya secara optimal.
f. Membantu untuk mencapai tujuan organisasi dengan cepat dengan
memastikan kerja yang sistematis dan lancar dalam organisasi.Semua
pekerjaan dalam organisasi dilakukan secara terencana tanpa konflik.
g. Meningkatkan hubungan antar personalia dalam organisasi
Karena koordinasi dilakukan melalui orang-orang, dengan orang-
orang dan antara orang-orang, itu membantu dalam menghilangkan
kesalahpahaman antara orang-orang dan dengan demikian meningkatkan
hubungan antar personalia antara karyawan. Upaya komposit dan tertib
yang dibentuk melalui semangat tim dan kepemimpinan eksekutif
memungkinkan karyawan untuk mendapatkan rasa aman dan kepuasan
pribadi dari pekerjaan mereka.
h. Meningkatkan efektivitas organisasi
Koordinasi menumbuhkan loyalitas dan komitmen di antara
karyawan. Ini meningkatkan efektivitas dan stabilitas organisasi.
Menurut McFarland, “jika kepuasan kerja ada, eksekutif akan cenderung
tetap lebih lama dengan perusahaan.Mereka akan merasa mendapat
tempat di organisasi. Mereka akan merasa bahwa mereka telah
mendapatkan tempat itu. Kehadiran koordinasi menjadi bagian dari
pengalaman kerja mereka dan karenanya dapat membentuk bagian yang
sangat berguna dari pelatihan mereka. ”Dengan demikian, koordinasi
sangat diperlukan untuk manajemen yang efektif.
i. Meningkatkan itikad baik organisasi.
Melalui fungsi koordinasi, kinerja organisasi meningkat dan
menghasilkan barang yang lebih dapat diterima oleh pelanggan.
Kinerjanya menghasilkan niat baik di antara para pemangku
kepentingannya.

B. Manajemen
1. Pengertian Manajemen

11
Menurut Usman dalam Rohman (2017) kata "manajemen" berasal dari
bahasa latin "manus" yang berarti "tangan" dan "agere" yang berarti
"melakukan". Dari dua kata tersebut dengan arti masing-masing yang
terkandung di dalamnya merupakan arti secara etimologi. Selanjutnya kata
"manus dan "agere digabung menjadi satu kesatuan kata kerja "managere"
yang mengandung arti "menangani". Pengertian ini dalam ilmu ketatabahasaan
disebut sebagai pengertian secara terminologi. "Managere" diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja menjadi "to manage" dengan
kata benda managemen. Julukan bagi orang yang melakukan kegiatan
managenent disebut manager atau manajer (dalam bahasa Indonesia).
sedangkan dalam bahasa Prancis disebut "ménagement" yang berarti seni
melaksanakan dan mengatur. Kata "management" dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi manajemen, yang mengandung arti "pengelolaan".
Pengertian manajemen yang dikemukakan para ahli dapat ditemukan
dalam banyak literatur dan merujuk pada persepsi masing-masing.
Konsekuensinya adalah cenderung memunculkan pengertian yang berbeda pula
antara satu dengan yang lainnya pada intinya merujuk pada suatu kesimpulan
pokok, yaitu adanya pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya, baik tujuan yang bersifat khusus maupun tujuan yang bersifat
umum. Pencapaian tujuan organisasi dilakukan dengan cara interaksi,
koordinasi, pengintegrasian, dan pembagian tugas secara profesional dan
proporsional untuk mengelola sumber daya yang ada, baik sumber daya
manusia (tenaga kerja), material (tanah), keuangan (modal), maupun cara yang
digunakan. Dalam konteks ini, profesional dimaknai sebagai bentuk pembagian
tugas sesuai dengan keahlian dan keterampilan sumber daya-sumber daya
manusia yang ada dalam organisasi tersebut. Sedangkan proporsional dimaknai
sebagai pembagian tugas yang seimbang antara kemampuan yang dimiliki oleh
sumber daya manusianya dengan beban kerja yang harus ditunaikan. Sehingga
dengan upaya ini, setiap sumber daya manusia yang terlibat dalam pencapaian
tujuan organisasi tersebut tidak kelebihan beban yang akan berakibat pada

12
lambannya pencapaian tujuan dimaksud bahkan terjadi kegagalan.

2. Fungsi Manajemen
a. Fungsi Forecasting (Peramalan)

Fungsi ini merupakan suatu langkah awal dalam proses


perenacanaan untuk upaya penyusunan rencana-rencana organisasi yang
kemudian dilanjutkan pada fungsi perencaan. Forecasting (peramalan)
pada umumnya berupa upaya mengira-ngira, menafsirkan, serta
penyelidikan awal untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi atau akan terjadi sebelum perencanaan yang pasti dibuat. Oleh
karena itu, peramalan dalam konteks ini harus dapat memberikan
perkiraan-perkiraan yang akurat berdasarkan analisis berbagai informasi
dan data yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.

b. Fungsi Planning (Perencanaan)


Fungsi ini merupakan fungsi dasar dari keseluruhan manajemen.
Dalam setiap komunitas (organisasi), dibutuhkan unsur kerjasama antar
individu yang mengantarkan pada pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Planning mencakup kegiatan memilih visi (misi), tujuan dan
cara untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain, bahwa berbagai aktivitas
yang mendasarkan pada planning yang matang atas seluruh input dan
proses yang ada, merupakan titik awal untuk menghasilkan output yang
optimal. Sebaliknya, output yang dihasilkan tidak akan optimal bahkan
tidak akan menghasilkan suatu output yang diharapkan apabila aktivitas
yang dilakukan tidak dibarengi dengan planning yang matang".
Wijayanti" dalam paparannya mengenai planning sebagai salah satu
fungsi manajemen dengan lebih lengkap, yakni tidak hanya sebatas
pemilihan visi (misi), tujuan dan cara yang akan digunakan. Planning
juga harus mengcover penentuan kebijakan yang akan dijalankan,
proyek, program, prosedur, sistem, anggaran dan standar yang

13
dibutuhkan guna pencapaian tujuan tersebut.
Dari argumentasi tersebut, planning dipandang sebagai suatu
proses pengupayaan penggunaan sumber daya manusia yang dimiliki,
sumber daya alam yang ada, dan sumber daya lainnya untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, seperti yang telah disampaikan bahwa planning
merupakan fungsi paling mendasar dan paling awal yang harus dilalui
untuk melakukan berbagai kegiatan mencapai sebuah tujuan. Arifin &
Hadi W. mengatakan bahwa dalam kegiatan planning, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
1) Menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang
kemudian menjadi dasar penentuan tujuan-tujuan dari bagian-bagian
yang lebih kecil.
2) Memformulasikan kebijakan yang akan dijalankan serta prosedur
yang akan digunakan. Hal ini merupakan tahap Ianjutan setelah
tujuan yang akan dicapai telah ditetapkan.
3) Melakukan peninjauan secara periodik yang dimaksudkan untuk
melihat perubahan-perubahan yang terjadi dan perlu penyesuaian
tujuan yang telah ditetapkan.

c. Fungsi Asembling Reources (Pengumpulan Sumber)


Fungsi asembling reources dipandang sebagai aktivitas
pengumpulan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam suatu organisasi
atau perusahaan untuk menunjang berbagai upaya mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Sumber-sumber yang dimaksud dapat berupa personal,
uang, alat- alat, serta berbagai kebutuhan lainnya.

d. Fungsi Organizing (Pengorganisasian)


Fungsi ini merupakan suatu proses penetapan struktur peran yang
dibutuhkan untuk memasukkan orang-orang ke dalam sebuah organisasi.
Sehingga dengan demikian, secara lebih teknis fungsi organizing
merupakan suatu proses dimana fungsi-fungsi oprasional, manusia, dan

14
fasilitas terkoordinasikan untuk mencapai sasaran/tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam fungsi ini secara teknis kemudian dipilah oleh
sebagian ahli menjadi beberapa fungsi manajemen yang lebih rinci
menjadi staffing, facilitating, dan coordinating. Fungsi organizing ini
sangat bergantung pada bentuk organisasi yang ada. Sehingga sangat
memungkinkan perbedaan antara organizing (pengorganisasian) pada
satu orgnisasi dengan organisasi yang lain. Arifin & Hadi W.
menambahkan bahwa dalam organizing, tahap-tahap yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Penentuan dan penelitian kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk


mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2) Pengklasifikasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan, agar
berjalan secara sistematis.
3) Pembagian tugas kepada elemen-elemen di dalamnya sesuai
dengan yang telah ditentukan dan keahliannya.

e. Fungsi Directing (Pengarahan)


Fungsi ini oleh sebagian ahli juga sering disebut sebagai fungsi
leading, sehingga orang yang memiliki wewenang mengarahkan disebut
sebagai pemimpin. Fungsi directing merupakan suatu proses memotivasi,
membimbing, dan mengarahkan sumber daya manusia yang dimiliki
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Seorang pemimpin harus dapat berkomunikasi, memberikan
petunjuk, berinisiatif, serta dapat memberikan dorongan kepada sumber
daya manusia yang dimiliki. Karena berhasil tidaknya pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sangat dipengaruhi oleh efektivitas kepemimpinan
yang dijalankan, pemberian motivasi, serta pengembangan komunikasi
antara atasan dan bawahan. Motivasi dalam konteks ini diartikan sebagai
usaha untuk mengefektifkan pekerjaan dengan mencurahkan perhatian,
tenaga, dan pikiran secara penuh kepada usaha pekerjaan yang sedang

15
dijalankan. George R. Terry. Ia mengemukakan pandangan bahwa tipe
kepemimpinan ada enam, diantaranya adalah tipe kepemimpinan pribadi,
non pribadi, otoriter, demokratis, paternalistis, dan kepemimpinan
menurut bakat.

f. Fungsi Leading (Memimpin)


Menurut Ismainar, fungsi pengarahan (leading, stafing, directing)
merupakan satu fungsi dimana beberapa fungsi manajemen tersebut
dipandang sebagai suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia
dan sumber daya fisik lain yang dimiliki untuk menjalankan rencana dan
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Herujito" mengatakan
bahwa memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer
agar orang-orang lain bertindak. Menurutnya, dalam konteks manajemen
memimpin bukanlah proyeksi dari sifat pribadi, melainkan merupakan
suatu jenis pekerjaan khusus yang terdiri dari keahlian yang dapat
dikelompokkan ke dalam golongan yang sama, sehingga menuntut
dirinya sebagai seorang generalist. Fungsi leading sebagai salah satu
fungsi dari manajemen terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya:
1) Mengambil keputusan (decision making)
2) Mengadakan komunikasi (communication)
3) Memberikan motivasi (motivating)
4) Memilih orang-orang yang tepat untuk kelompoknya (selecting
pople)
5) Mengembangkan orang-orang (developing pople),

g. Fungsi Commanding (Pengarahan)


Menurut Nawawi fungsi commanding diartikan sama dengan
directing, yakni pengarahan. Dengan dasar tersebut, commanding di sini
dapat dipandang sebagai suatu upaya pemberian motivasi,
pembimbingan, dan pengarahan sumber daya manusia dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi. Sedangkan Sukwiaty° memandang bahwa

16
commanding merupakan pemberian perintah atau instruksi dari atasan
terhadap bawahan untuk melaksanakan tugas masing-masing sesuai
dengan yang ditentukan guna mencapai tujuan organisasi.

h. Fungsi Staffing (Penyusunan Personalia)


Sukwiaty mengemukakan bahwa penyusunan personalia (staffing)
merupakan upaya penarikan (recruitment) atihan dan pengembangan,
serta penempatan dan pemberian orientasi kepada sumber daya
manusianya dalam lingkungan kerja yang produktif dan menguntungkan.
Pada dasarnya fungsi ini merupakan suatu upaya untuk memperoleh
sumber daya manusia berkualitas untuk ditempatkan pada posisi-posisi
tertentu dalam sebuah organisasi, sehingga dapat menjalankan tugas-
tugas yang telah ditentukan secara efektif dalam mencapai tujuan
orgnanisasi. Seperti yang disampaikan oleh Sukwiaty di atas, bahwa
pengisian jabatan dapat dilakukan dengan berbagai cara yang sesuai
dengan kebutuhan, yakni dapat dilakukan dengan penarikan, seleksi, dan
penempatan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki,
serta dapat juga dengan memberi pelatihan dan pengembangan.

i. Fungsi Motivating (Pemberian Motivasi)


Fungsi ini sebenarnya telah dipaparkan pada pembahasan
mengenai fungsi manajemen leading. Namun demikian, dalam ulasan ini
hanya sebagai penegasan kembali bahwa motivating juga merupakan
fungsi manajemen, kendatipun sebagian ahli memasukkan dalam
fungsi manajemen lainnya. Seperti paparan di atas, bahwa motivating
dipandang sebagai upaya pemberian inspirasi, semangat dan dorongan
kepada orang lain untuk bertindak mencapai tujuan organisasi yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, motivating dibutuhkan agar para anggota
dalam suatu organisasi senantiasa dapat bekerja sama secara maksimal
untuk mencapai tujuan. Pemberian motivasi tersebut tentunya hanya

17
dapat dilaksanakan oleh mereka yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus. Dengan arti kata, hal tersebut menegaskan bahwa seorang
manajer/pimpinan harus memiliki kemampuan dan keahlian lebih tinggi
dari pada bawahannya.

j. Fungsi Actuating (Pelaksanaan)


Fungsi actuating (menggerakkan) menurut Sukwiaty, dkk."
dipandang sebagai penerapan atau implementasi dari rencana yang telah
ditentukan. Dengan kata lain, actuating merupakan langkah-langkah
pelaksanaan rencana dalam kondisi nyata yang melibatkan segenap
sumber daya manusia yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya. Istilah melibatkan berarti mengupayakan dan
menggerakkan sumber daya manusia yang dimiliki agar mau bekerja
dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Sehingga dalam hal ini
dibutuhkan adanya kekuatan yang dapat mengupayakan dan
menggerakkan yang disebut kepemimpinan (leadership).
Kepemimpinan (leadership) merupakan kemampuan untuk
memengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan tulus, sehingga
pekerjaan berjalan lancar dan tujuan dapat tercapai. Ledaership
merupakan salah satu alat efektif actuating. Artinya, untuk mencapai
tujuan, dibutuhkan actuating, sedangkan untuk mencapai actuating yang
efektif dibutuhkan leadership, dan di dalam leadership itu sendiri
dibutuhkan kemampuan komunikasi, kemampuan memotivasi, serta
kemampuan mengembangkan sumber daya manusia yang dimiliki.

k. Fungsi Coordinating (Koordinasi)


Coordinating (pengkoordinasian) merupakan berbagai upaya atau
tindakan yang dilakukan seorang manajer untuk menghindari terjadinya
kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan dengan jalan

18
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan tugas-tugas dan
pekerjaan bawahan dalam mencapai suatu tujuan bersama yang telah
ditentukan organisasi.
Pandangan tersebut menekankan pada keteraturan dan
kecocokan dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh setiap
bawahan untuk mengarah pada satu titik, yaitu pencapaian tujuan
organisasi. Karena keteraturan dan kecocokan yang terwujud antar
bawahan, akan membangun semangat kesatuan dan kerja sama yang
tinggi dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, kelancaran
fungsi coordinating akan turut berperan serta dalam kesuksesan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sebaliknya, coordinating yang
tidak berjalan sebagaimana mestinya juga akan menjadi penyumbang
besar kegagalan pencapaian tujuan organisasi.

l. Fungsi Budgeting (Penganggaran)


Fungsi ini dilakukan setelah tahap perencanaan (planning)
dinyatakan rampung. Fungsi budgeting (penganggaran) merupakan suatu
proses penghitungan biaya yang akan digunakan dalam berbagai
aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi ini
dipandang sebagai suatu proses, dengan asumsi bahwa pembiayaan
dimulai dari tahap persiapan penyusunan rencana, pengumpulan data dan
informasi yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan
rencana itu sendiri, implementasi rencana yang sudah tersusun, hingga
pada tahap pengendalian dan evaluasi hasil pelaksanaan yang sudah
direncanakan. Menurutnya dalam penganggaran ini, beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah:
1) Pembiayaan harus realistis, tidak terlalu optimis dan tidak terlalu
pesimis.
2) Pembiayaan harus luwes, tidak kaku dan mempunyai peluang
untuk disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan situasi.

19
3) Pembiayaan harus berazaskan kontinuitas, dalam arti membutuhkan
perhatian yang terus menerus, dan tidak merupakan usaha insidentil

m. Fungsi Facilitating (Pemberian Fasilitas)


Facillitating (pemberian fasilitas) merupakan upaya tindakan
yang dilakukan oleh manajer (atasan) dalam memberikan sarana,
prasarana dan jasa terhadap bawahannya berdasarkan kebutuhan dalam
pencapaian tujuan organisasi. Facilitating tersebut harus berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan untuk mempermudah tercapainya suatu
tujuan. Dalam hal ini harus ada batasan yang pasti, sehingga tidak semua
tindakan pemberian fasilitas dari atasan terhadap bawahan disebut
sebagai upaya facilitating dalam fungsi manajemen. Penekanan yang
harus ditegaskan adalah tidak adanya unsur kepentingan antar-individu
antara atasan dan bawahan hubungannya dengan pemberian fasilitas,
melainkan murni untuk mempermudah pelaksanaan tugas-tugas dan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dalam pencapaian tujuan
organisasi.

n. Fungsi Controlling (Pengendalian/Pengawasan)


Menurut Arifin & Hadi W. controlling (pengawasan) juga disebut
sebagai pengendalian, merupakan fungsi manajemen yang berkenaan
dengan prosedur pengukuran hasil kerja terhadap tujuan yang telah
ditentukan. Dengan kata lain, fungsi ini bertujuan untuk memastikan
penemuan dan penerapan aktivitas (termasuk cara dan peralatan yang
digunakan) di lapangan sesuai dengan yang direncanakan. Arifin & Hadi
W. menambahkan, dalam fungsi controlling (pengasawan) ada tiga hal
penting yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah:
1) menetukan standar atau tolok ukur prestasi kerja;
2) mengukur hasil kerja dengan standar yang ada;
3) membandingkan prestasi dengan langkah- langkah yang telah

20
ditetapkan
4) mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki
hasil kerja yang tidak sesuai dengan standar atau tolak ukur.

o. Fungsi Reporting (Pelaporan)


Fungsi reporting atau pelaporan secara sederhana dapat dimaknai
sebagai upaya penyampaian perkembangan atau hasil dan pemberian
keterangan berbagai aktivitas dalam lingkup manajemen yang dilakukan
sebuah organisasi. Pelaporan tentunya harus berdasarkan pada tugas dan
fungsi masing-masing anggota dalam menjalankan pekerjaan. Pelaporan
dilakukan bawahan kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan
maupun secara tertulis. Sehingga yang menerima laporan
(atasan/manajer) dapat memperoleh gambaran tentang pelaksanaan tugas
orang yang memberi laporan dalam pencapaian tujuan.

C. Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu organizare.
Kemudian dalam bahasa Inggris yaitu organize yang berarti membentuk suatu
kebulatan dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lainnya (Sesra Budio,
2018 : 24 - 26). Menurut Dimok (1996:26):“Organisasi adalah perpaduan
secara sistematika dari bagian-bagian yang saling bergantung atau berkaitan
untuk membentuk satu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi
dan pengawasan dalam rangka usaha untuk mencapai tjuan yang telah
ditentukan. Sementara itu, pendapat lainnya tentang organisasi yaitu menurut
Hermaya 1996:26): “Organisasi adalah tempat atau wahana proses kegiatan
kumpulan orang-orang yang bekerja sama mempunyai fungsi dan wewenang
untuk mengerjaka usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Selanjutnya, Sondang (1997:26) menyatakan bahwa organisasi
dipandang sebagai alat pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya

21
dan strukturnya bersifat permanen tanpa menutup kemungkinan terjadinya
reorganisasi. Apabila hal itu dipandang perlu baik demi percepatan laju usaha
pencapaian tujuan maupun dalam usaha peningkatan efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas kerja.
Istilah organisasi dapat pula diartikan sebagai suatu perkumpulan atau
perhimpunan yang terdiri dari dua orang atau lebih punya komitmen bersama
dan ikatan formal mencapai tujuan organisasi, dan di dalam perhimpunannya
terdapat hubungan antar anggota dan kelompok dan antara pemimpin dan
angota yang dipimpin atau bawahan

2. Tujuan Pengorganisasian

Tujuannya adalah agar dalam pembagian tugas dapat dilaksanakan


dengan penuh tanggung jawab,dengan pembagian tugas diharapkan setiap
organisasi dapat meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi)
dalam menangani tugas-tugas yang dibebankan. Apabila pengorganisasian itu
dilakukan secara serampangan, tidak sesuai dengan bidang keahlian seseorang,
maka tidak mustahil dapat menimbulkan kegagalan dalam penyelesaian
pekerjaan itu. Tujuan organisasi dapat dirumuskan dan ditetapkan dengan jelas
( Paruhuman Tampubolon, 2018: 27 - 28 ). Hal ini penting karena:
a. Tanpa tujuan yang jelas organisasi tidak akan mempunyai arah.
b. Tanpa tujuan jelas, organisasi tidak ada artinya dan hanya akan
menimbulkan pemborosan belaka.
c. Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam membentuk dan struktur
organisasi.
d. Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam menentukan jumlah
dan penempatan pegawai.
e. Tujuan yang jelas akan memberikan perangsang kerja pada para
anggota organisasi.
f. Tujuan yang jelas akan mempermudah pelaksanaan koordinasi,
karena mereka menyadari bahwa semua anggota organisasi bekerja

22
ketujuan yang sama, yaitu tujuan organisasi.
g. Tujuan yang jelas merupakan awal dari penetapan strategi. Siasat,
metode, dan prosedur yang akan dipergunakan.
h. Tujuan yang jelas merupakan dasar dari pada organisasi untuk bergerak.

Tujuan organisasi harus dapat diterima oeh para anggota. Apabila


tujuan organisasi itu dapat diterima oleh para anggota, hal ini berarti para
anggota organisasi mempunyai keyakinan bahwa tujuan pribadi mereka pun
akan dapat tercapai sehingga tujuan mereka dapat dengan mudah digerakan.

D. Efisiensi
1. Pengertian
Efisiensi adalah usaha pada produksi untuk memberantas segala
pemborosan bahan dan tenaga kerja maupun gejala yang merugikan.
(Handayaningrat 2010:100). Selanjutnya pengertian efisiensi terus berkembang
meliputi hampir semua bidang ilmu pengetahuan. Bekerja dengan efisien
adalah bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan yang sedikit
mungkin. Cara bekerja yang efisien dapat diterapkan oleh setiap pegawai untuk
semua pekerjaan, baik kecil maupun yang besar. (Amirullah 2011:2).
Dalam kamus besar pengertian efisiensi adalah kemampuan
menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang-buang
waktu,tenaga dan biaya). (Mahardita 2017:135). Menurut Drucker dalam
Amirullah, efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar. Dalam bahasa
yang lebih sederhana efisiensi itu menunjukkan kemampuan organisasi dalam
menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan.
(Amirullah 2011:2)
Menurut Dearden yang di terjemahkan oleh Agus Maulana dalam
bukunya yang berjudul “Sistem Pengendalian Manajemen”, pengertian
efisiensi adalah kemampuan suatu unit organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, efisiensi selalu dikaitkan dengan tujuan organisasi yang harus

23
dicapai oleh instansi”. (Mahardita 2017:135–136)
Sedangkan pengertian efisiensi menurut Susilo,(2011:28) adalah suatu
kondisi atau keadaan, dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan
dengan benar dan dengan penuh kemampuan yang di miliki.(Syam 2020:132)

2. Prinsip Efisiensi

Ada beberapa prinsip atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu
sistem agar dapat ditentukan seberapa tingkat efisien pada suatu system,
prinsip-prinsip tersebut antara lain :
a. Dapat diukur

Prinsip yang pertama dari efisiensi adalah dapat diukur dan


dinyatakan pada satuan pengukuran tertentu. Hal ini digunakan sebagai
acuan awal untuk mengidentifikasi berapa tingkat efisiensi suatu sistem.
Standar yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat efisiensi adalah
ukuran normal, adapun batas ukuran normal pengorbanan adalah
pengorbanan maksimum dan batas ukuran normal untuk hasil adalah
hasil minimum. Efisiensi dapat dikatakan meningkat apabila setelah
dilakukan perbaikan sistem ukuran pengorbanan menjadi lebih minimum
dan hasil menjadi lebih maksimum.

b. Rasional

Prinsip efisiensi yang kedua adalah rasional atau logis, artinya


segala pertimbangan harus berdasarkan dengan akal sehat bukan
berdasarkan perasaan (emosional). Adanya prinsip rasional ini akan
menjamin tingkat objektivitas pengukuran dan penilaian.

c. Kualitas selalu diperhatikan

Peningkatan efisiensi yang biasanya terjadi di sebuah perusahaan


biasanya adalah peningkatan efisiensi dari segi pengorbanan dan kurang
memperhatikan tingkat efisiensi dari segi hasil yang cenderung menurun.

24
Prinsip hanya mengejar kuantitas dan mengesampingkan kualitas harus
dihindari untuk menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan sistem
tetap terjamin meskipun dari segi proses efisiensi dapat ditingkatkan.

d. Mempertimbangkan prosedur

Artinya pelaksanaan peningkatan efisiensi jangan sampai


melanggar prosedur yang sudah ditentukan pimpinan. Karena prosedur
yang ditetapkan pimpinan tentunya sudah memperhatikan berbagai segi
yang luas cakupannya. Dari hal tersebut bisa disimpulkan bahwa yang
dilakukan untuk meningkatkan efisiensi adalah penyederhanaan
pelaksanaan operasional dalam suatu sistem tanpa melanggar
proseduryang sudah ditetapkan.

e. Pelaksanaan efisiensi

Tingkat efisiensi tidak dapat dibandingkan secara universal pada


semua sistem yang ada di dalam instansi atau perusahaan yang sejenis.
Hal ini dikarenakan setiap sistem dalam instansi atau perusahaan
memiliki kemampuan yang tidak selalu sama. Kemampuan tersebut
antara lain adalah kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), dana,
fasilitas, dan lain-lain. Oleh karena itu kemampuan tersebut juga
dipertimbangkan dalam pengukuran tingkat efisiensi

f. Tingkatan efisiensi

Pengukuran tingkatan efisiensi dapat dinyatakan dalam hitungan


angka presentase (%). Selain itu tingkat efisiensi sistem juga dapat
dinyatakan dengan berbagai pernyataan seperti; tidak efisien, kurang
efisien, efisien, lebih efisien, dan paling efisien (optimal). Aspek-aspek
diatas harus senantiasa diperhatikan dalam pengukuran tingkat efisiensi
suatu sistem. Hal ini dimaksudkan agar pengukuran tingkat efisiensi
sistem dapat menghasilkan data akurat dan objektif. (Syamsi 2004:5–6)

25
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan tempat PKL


Kegiatan PKL dilaksanakan di Kantor Badan Keuangan Daerah
(BAKEUDA) Provinsi Kalimantan Selatan. Bertempat. Jl. Raya Dharma Praja,
Kawasan Perkantoran Pemprov Kalsel- Trikora, Kota Banjar Baru, Kalimantan
Selatan. Kegiatan PKL dilaksanakan dari tanggal 14 Juni 2021 sampai dengan
tanggal 30 Juli 2021 (Jam dan hari PKL disesuaikan dengan hari kerja dan jam
kantor BAKAEUDA) yaitu Senin-Jum’at, jam 08.00-16.00.

B. Teknik Pengumpulan Data


Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan kami penulis mengumpulkan
beberapa data-data sebagai pendukung untuk menunjang penulisan laporan Praktik
Kerja Lapangan ini diantara teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut :

1. Praktek Kerja Langsung


Data ini diperoleh secara langsung yakni melalui praktek kerja yang
diakukan sesuai dengan aktivitas yang ada di lokasi Praktik Kerja Lapangan.
Praktikan secara langsung melihat dan ikut membantu kerja dari pegawai
serta memahami keadaaan dan permasalahan yang ada di Kantor Badan
Keuangan Daerah Provinsi.

2. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian. Peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Pada Laporan
PKL ini data primer didapat dengan cara memberikan beberapa kuesioner
kepada staff-staff yang bekerja. Selain itu data primer juga didapat melalui
wawancara yang kami lakukan melalui online.
Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan

26
tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan
pengguna. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
metode kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang
disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan
isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Adapun daftar pertanyaan
yang diajukan melalui kuesioner ini ialah sebagai berikut:
1. Pada bidang anda dengan bidang apa saja terjadinya hubungan
kerja/koordinasi dan jelaskan dengan cara apa koordinasi
dilakukan ?
2. Menurut anda, apakah selama ini ada kendala dalam koordinasi
tersebut ? jika ada sebutkan! apakah kendala tersebut berdampak
langsung terhadap kinerja ?
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, untuk mendapatkan
informasi yang bersifat mendukung suatu penelitian yang ada. Wawancara
merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab berdasarkan
pada masalah dan tujuan penelitian. Dalam Laporan PKL ini, praktikan
mendapatkan informasi dengan melakukan wawancara online menggunakan
platform whatsapp dengan pegawai yang bekerja di Kantor Badan Keuangan
Daerah.

C. Data Sekunder atau Dokumentasi


Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan
tidak dipublikasikan. Dalam Laporan PKL ini data sekunder didapat melalui
web dari instansi terkait yaitu V@lid Aset. Data sekunder yang kami pakai
dalam penelitian ini ialah data laporan KIB yang dikirimkan oleh Pihak
Instansi terkait yang belum lengkap dan masih kurang sesuai. Lalu sebagai
pembanding, kami juga akan menyajikan data sekunder lainnya yaitu data
laporan KIB yang telah diperbaiki dan selanjutnya akan diteruskan oleh
pihak BAKEUDA.

27
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Hasil Wawancara dan Analisis


1. Hasil Wawancara

Berikut adalah hasil yang kami dapatkan dari wawancara yang dilakukan
dengan salah satu kepala Sub.Bidang yang ada di Badan Keuangan Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan :

a. Hasil Wawancara 1

“Kemarin waktu ulun mengerjakan penetapan bu, disitu ulun melihat masih
banyak kolom data KIB yg kosong misalnya no sertifikat tanah, pabrik,
bahan dan lain2 yang mana hal tsb mengindikasikan adanya suatu masalah.
Kolom data yg kosong itu juga sempat membuat progres pengerjaan
penetapannya sempat tertunda karena menunggu kepastian apakah harus
diteruskan atau menunggu perbaikan dari SKPD dulu”.
“Ya hal tersebut mengindikasikan terdapatnya masalah namun
penetapan penggunaan harus terus dilaksanakan.”
“Untuk pertanyaan pertamanya bu, Bagaimana menurut pendapat pian
tentang masalah yg terjadi ini, apakah hal tersebut memiliki keterkaitan
dengan permasalahan koordinasi bu? jika iya jelaskan ? begitupun jika tidak
?”
“Ada keterkaitan dengan masalah koordinasi, namun ada juga
permasalahan kelengkapan dokumen letak BMD yang cukup jauh dan
keberadaan yang mungkin sudah tidak terpantau sehingga sulit untuk
mengklarifikasi”.
“Apa saja target yg ingin dicapai oleh bidang anda yang terkait dengan data
KIB yang dilaporkan oleh pihak SKPD bersangkutan ?”
“Memiliki kesesuaian dengan rencana kebutuhan BMD sehingga
seluruh BMD yang diperoleh melalui APBD atau perolehan lainnya

28
yang sah dapat tercatat secara lengkap”.
“Apakah jika data yg dikirimkan tidak lengkap/ kurang sesuai dengan yang
pihak anda harapkan dapat memengaruhi pekerjaan atau target yg telah
ditetapkan di bidang anda ? jelaskan (misalnya karena data yg dikirim tidak
lengkap mengakibatkan progres pekerjaan terhambat)”
“Ya terhadap target akan terhambat, namun pelaksanaan progress
akan terus dilakasnakan pengawasan per 6 Bulan sehingga dapat
diketahui kelengkapan data yang sudah dan yang belum dipenuhi”.
“Apa konsekuensi lainnya yg akan dihadapi oleh pihak BAKEUDA jika data
yg dikirim SKPD tidak lengkap/kurang sesuai seperti yang pihak anda
inginkan ?”
“Pencapaian tertib administrasi belum bisa dinyatakan 100%”
Apakah permasalahan data yg tidak lengkap ini baru terjadi di tahun ini atau
sudah terjadi dari tahun2 sebelumnya?
“Ya sudah terjadi dari tahun sebelumnya”
Apa kendala yg dihadapi dalam melakukan koordinasi dengan SKPD terkait
cara pengisian data yg benar
1) Seringnya pergantian pengurus barang/pembantu pengurus
barang
2) Belum tertibnya pencatatan BMD yang baru
3) Keberadaan BMD yang memiliki lokasi yang relatif jauh

b. Hasil wawancara 2

“Menurut pian apakah selama ini ada kendala dalam koordinasi dibidang
perencanaan, dan apakah berdampak terhadap kinerja?”
“Semua kegiatan apapun bentuknya..paling utama adalah koordinasi..jd
sdh pasti koordinasi itu bagian dari pada kendala dalam bekerha..baik
secara individu maupun timwork..bnyk permasalahan yg terkait dgn
koordinasi yg menyangkut output pekerjaan..apapun bidangnya..jd

29
salah satu cara untuk kelancaran pekerjaan khususnya
koordinasi..adalah dengan membuat sistem atau SOP”
“Apakah miskom termasuk kendalanya juga?”
“Bentuk kendala jua tuh..pesan dari atasan bisa kd sampai ke bawahan,
atau ada acuan aturan yg berbeda dll..makany perlu ada SOP kerja”
“Apakah misskomunikasi memengaruhi pekerjaan atau target yg telah
ditetapkan di bidang perencanaan? (misalnya karena data yg dikirim tidak
lengkap mengakibatkan progres pekerjaan terhambat)”
“Pastilah..itu lah pentingnya koordinasi..”

“Bentuk miskomunikasi nya itu seperti apa ka? Dan juga mis komunikasi nya
ini terjadi kepada atasan bawahan atau antar karyawan, efek nya seperti apa
terhadap bidang perencanaan? ”
“Contohnya ketika kaka menyerahkan berkas laporan pengukuran
kinerja pejabat ke bidang P3epd, tetapi berkas tersebut dititipkan ke
staff nya saja dan tidak langsung ke atasan yang bersangkutan.
Risikonya kemungkinan staff yang menerima berkas tersebut lupa
menyerahkan kepada atasan yang bersangkutan, hal ini berdampak
kepada bidang perencanaan dan mengakibatkan terjadinya
keterlambatan dalam mengumpulkan laporan kinerja tersebut ke biro
organisasi yang ada pada kantor Setda Prov. Kalsel.”

2. Analisis
Berdasarkan hasil wawancara tersebut adanya permasalahan yang
berkaitan dengan koordinasi teridentifikasi dari masih banyaknya data Kartu
Inventaris Barang (KIB) yang dilaporkan oleh SKPD yang masih belum
diisi secara lengkap atau tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak
BAKEUDA. Data Kartu Inventaris Barang adalah data yang berisi tentang
informasi mengenai Barang Milik Daerah (BMD) yang di gunakan oleh
SKPD maupun satuan unit kerja lainnya yang diperoleh melalui dana APBN

30
atau melalui cara perolehan lainnya secara sah. Kartu Inventaris Barang
diklasifikasikan menjadi enam macam yaitu: KIB A berisi tentang informasi
aset tanah, KIB B berisi tentang informasi aset peralatan dan mesin, KIB C
berisi tentang informasi aset gedung dan bangunan, KIB D berisi tentang
informasi tentang jalan, irigasi dan jaringan, KIB E berisi tentang informasi
aset tetap lainnya dan KIB F berisi tentang informasi konstruksi dalam
pengerjaan. Syogiyanya data KIB tersebut diisi secara lengkap untuk
kemudian dilaporkan.
Adanya permasalahan mengenai kelengkapan data tersebut
mengakibatkan target yang harus dicapai menjadi terhambat. Hal ini
dikarenakan data Kartu Inventaris Barang yang dilaporkan tersebut akan
digunakan oleh pihak BAKEUDA untuk kepentingan adminisitrasi lainnya
seperti: Laporan Barang Tahunan, sebagai dasar, pelaksanaan pemanfaatan
BMD, sebagai dasar pemindahtanganan BMD, sebagai dasar pelaksanaan
pemusnahan BMD dan lain sebagainya. Disisi lain permasalahan
kelengkapan data tersebut juga mengakibatkan pencapaian administrasi yang
belum bisa dinyatakan 100%. Hal ini menunjukkan bahwa suatu
permasalahan yang salah satunya diakibatkan karena permasalahan
koordinasi dapat berakibat pada terganggunya proses pencapaian target
organisasi.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa koordinasi yang terjadi antara
pihak BAKEUDA dengan SKPD masih belum berjalan dengan efektif. Hal
ini teridentifikasi dari permasalahan kelengkapan data yang sudah terjadi
dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa
permasalahan yang sama masih belum dapat teratasi sepenuhnya.
Sebagaimana teori yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka bahwa
salah satu tujuan dari adanya koordinasi adalah untuk mencegah terjadinya
suatu perbedaan pendekatan dan pelaksanaan. (Siagian, 1993 : 110). Maka
dalam hal ini perlu adanya upaya untuk melakukan perbaikan atau
pembenahan diri dalam menjalin koordinasi antar pihak terkait. Menurut

31
Sughanda (1998), koordinasi akan sungguh diperlukan jika setiap instansi
menginginkan tercapainya produktivitas yang berdayaguna (efisien) dan dan
berhasil guna (efektif).
Adapun permasalahan lain yang terlihat dari hasil wawancara kedua
yang juga berkaitan dengan masalah koordinasi adalah miskomunikasi.
Menurut Stoner dan Wankel (2006), komunikasi merupakan kunci
koordinasi yang efektif, karena secara langsung koordinasi itu bergantung
pada perolehan, transmisi dan pengolahan informasi. Ini berarti terjadinya
miskomunikasi dapat mengakibatkan kesalahpahaman atau perbedaan
pesepsi antara komunikator dan komunikan. Selain itu, terjadinya
miskomunikasi menandakan bahwa koordinasi yang terjadi antara bidang
belum berjalan dengan efektif.
Bentuk miskomunikasi yang terjadi antar bidang di BAKEUDA salah
satunya adalah komunikasi yang dilakukan secara vertikal seperti tidak
tersampaikannya pesan-pesan dari atasan ke bawahan maupun komunikasi
secara horizontal yaitu komunikasi antara staff dari masing-masing bidang.
Miskomunikasi yang terjadi akan berbuntut pada timbulnya permsalahan
baru yang dihadapi bidang yang bersangkutan seperti terjadinya
keterlambatan.
Syogiyanya komunikasi dilakukan secara efektif agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman mengenai informasi yang disampaikan dan
tidak berbuntut pada timbulnya permasalahan baru. miskomunikasi tidak
boleh dibiarkan terus terjadi, karena akan berdampak pada tujuan organisasi.
Maka perlu dilakukan perbaikan dalam cara borkomunikasi antar pihak
maupun bidang, dengan begitu tujuan organisasi baik yang bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang dapat tercapai dengan baik.

32
B. Permasalahan
Beberapa masalah yang ada di BAKEUDA dan dihadapi oleh beberapa staff
yang bekerja di BAKEUDA, ialah sebagai berikut :
1) Kurang efektifnya koordinasi yang terjadi antara pegawai BAKEUDA (badan
keuangan daerah) Provinsi Kalimantan Selatan dengan pegawai SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah) lain yang ada di provinsi Kalimantan
selatan. Hal tersebut kadang membuat data yang dilaporkan oleh SKPD
kurang lengkap dan tidak sesuai seperti yang diharapkan oleh pihak
BAKEUDA Provinsi Kalimantan Selatan. Hal tersebut berakibat pada
terlambatnya tindak lanjut laporan yang telah dikirimkan tersebut oleh pihak
BAKEUDA dan akhirnya membuat tujuan jangka pendek yang telah
ditetapkan oleh di bidang tersebut tidak tercapai sesuai waktu yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Terjadinya miskomunikasi antar pegawai di bidang yang berbeda yang
menyebabkan terhambatnya penyelesaian tugas yang ada dan akhirnya
berdampak pada tidak tercapainya tujuan jangka pendek sesuai waktu
sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya.

C. Solusi

Menurut Tripethi dan Reddy dalam Buku yang ditulis Moekijat (1994: 39-42)
berjudul Koordinasi (suatu tinjauan teoritis) terdapat beberapa syarat yang mereka
jabarkan agar suatu koordinasi bisa dikatakan telah mencapai koordinasi manajemen
yang efektif, yaitu :
1. Hubungan langsung
2. Kesempatan awal
3. Konstitusi
4. Dinamisme
5. Tujuan yang jelas
6. Perumusan wewenang dan tanggungjawab yang jelas

33
7. Komunikasi yang efektif
8. Kepemimpinan yang efektif

Rahmat (2005) mengatakan bahwa komunikasi yang efektif meliputi banyak


unsur tetapi hubungan interpesonallah yang paling penting. Hubungan interpesonal
terdiri atas tiga faktor yaitu saling percaya, sikap suportif, dan sikap terbuka. Selain
itu, konsep diri yang meliputi persepsi pribadi, self image, dan self esteem, menyusul
rasa empati, dan simpati merupakan pula faktor yang cukup menonjol dalam
komunikasi interpesonal. Namun demikian, keterampilan umum yang mereka
perlukan secara prinsip adalah sama. Keterampilan yang dimaksud adalah
keterampilan untuk melaksanakan tugas kepala badan yang efektif dan efisien. Robert
L. Katz dalam Danim (2003), mengatakan bahwa salah satu keterampilan yang harus
dimiliki oleh administrator yang efektif adalah keterampilan hubungan manusia
(Human Relation Skill).
Komunikasi interpersonal akan dapat menumbuhkan saling percaya,
keakraban dan kedekatan untuk menyampaikan pesan dan informasi yang diperlukan
antara semua pihak. Keterbukaan dan transparan untuk menghindari praduga antara
satu sama lain dalam organisasi mencapai tujuan yang diinginkan bersama, karena
keefektifitasan komunikasi. Dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang
efektif perlu adanya keserasian dan keselarasan sehingga kebijakan pimpinan dapat
diterima, dilaksanakan dengan baik dan sungguh-sungguh. (Indah 2018:53)

Beberapa solusi yang dapat kami tawarkan terkait permasalahan yang


dihadapi para staff BAKEUDA, berdasarkan teori tersebut.
1. Sebaiknya para staff BAKEUDA yang mengurusi masalah laporan data para
SKPD ini mengadakan hubungan langsung dengan para staff dari SKPD yang
bersangkutan sebelum penyusunan laporan agar memudahkan koordinasi
diantara keduanya, karena dengan mengadakan hubungan langsung diantara
orang-orang yang bertanggung jawab mengurusi hal tersebut maka
pandangan-pandangan serta ide-ide yang ada dapat dibicarakan dengan lebih
mudah. Selain itu, dengan mengadakan hubungan langsung terjadinya salah

34
paham juga dapat di atasi dengan lebih mudah dibandingkan mengadakan
hubungan melalui alternatif lainnya.
2. Koordinasi dapat dicapai dengan lebih mudah dalam tingkat awal
perencanaan. Sebaiknya kasubid/ staff yang ditunjuk kasubid sebagai yang
bertanggungjawab mengurusi pengumpulan laporan data dari SKPD
melakukan konsultasi bersama dengan kepala SKPD terkait ataupun staff
yang ditunjuk untuk bertanggung jawab melaporkan hal-hal tersebut ke
BAKEUDA sebelum dimulainya pengisian dan pengumpulan laporan terebut.
Dengan demikian menurut kami maka pihak SKPD akan lebih memahami
terkait apa saja hal yang mesti di tuliskan dalam laporannya, ataupun format
laporannya dan hal-hal terkait laporan lainnya.
3. Menurut kami koordinasi antara pihak BAKEUDA dengan pihak SKPD
terkait secara berkala dapat saja berubah menyesuaikan dengan perubahan
perubahan yang terjadi pada lingkungan internal maupun eksternalnya.
Koordinasi yang terjadi antara pihak BAKEUDA dan pihak SKPD terkait
tidak boleh kaku karena koordinasi seharusnya dapat terus dijalankan
walaupun dengan keadaan internal maupun eksternal yang dapat berubah
sewaktu-waktu, dengan memanfaatkan alat ataupun teknologi yang telah
berkembang pesat sekarang ini maka koordinasi dapat terus dioptimalkan
walaupun kondisi internal dan eksternalnya berubah dengan ekstrem. Seperti
di saat pandemi sekarang, pihak BAKEUDA dan pihak SKPD terkait dapat
saja tetap melakukan koordinasi secara langsung untuk memudahkan
pertukaran informasi, ide-ide dan pandangan-pandangan tertentu lainnya dan
untuk meminimalisir terjadinya salah paham, walaupun salah paham tetap
terjadi dalam hubungan langsung tersebut maka akan lebih mudah diatasi
namun dalam proses hubungan langsung terseut terdapat beberapa perubahan
tertentu yang dilakukan guna meminimalisir penularan virus Covid-19 seperti
memakai masker ataupun menjaga jarak saat melakukan koordinasi tersebut.
4. Untuk menghindari pelaporan data yang kurang sesuai atau tidak lengkap dari
pihak SKPD maka seharusnya pihak SKPD yang bersangkutan memberikan

35
wewenang dan tanggungjawab yang jelas untuk pihak yang ditunjuk dan
diamanahi sebagai pihak yang akan mengisi laporan dan menyampaikan
laporan tersebut ke BAKEUDA. Pemberian wewenang dan tanggungjawab
yang jelas ini berkaitan dengan beberapa solusi yang kami tawarkan
sebelumnya. Ketika koordinasi melalui hubungan langsung telah diadakan
antara pihak BAKEUDA dengan pihak SKPD dan dalam hubungan langsung
tersebut telah terjadi konsultasi antara keduanya yang akhirnya membuat
pihak SKPD dapat memahami segala hal terkait laporan yang akan
disampaikannya kepada pihak BAKEUDA, maka selanjutnya kepala SKPD
terkait dapat membuat wewenang dan tanggungjawab yang jelas dalam bentuk
tertulis dan dituangkan dalam aturan tertentu. Hal tersebut dimaksudkan agar
nantinya pihak selanjutnya yang akan mengurusi laporan dapat memahami
segala hal terkait tugasnya dan pihak SKPD serta BAKEUDA tidak perlu
mengadakan lagi konsultasi bersama sebelum penulisan laporan. Yang mana
hal tersebut dapat mempercepat pengerjaan laporan.
5. Ketika melakukan konsultasi melalui hubungan langsung ataupun tidak
langsung maka salah satu hal yang harus diperhatikan ialah komunikasi.
Komunikasi yang terjalin antar pihak dalam konsultasi haruslah komunikasi
yang efektif. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang
komunikator harus mampu mengidentifikasi sasaran yang menjadi penerima
pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih media,
memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan balik (Nurrohim and
Anatan, 2009: 7-8).

Beberapa solusi yang dapat kami tawarkan terkait permasalahan


miskomunikasi yang dihadapi para staff dari bidang yang berbeda di BAKEUDA,
ialah sebagai berikut :
1. Staff yang bersangkutan dapat menyiapkan terlebih dahulu bahan/pesan
percakapan yang akan disampaikan. Apakah pesannya berbentuk informasi,
persuasi, perintah dan lain sebagainya

36
2. Kenali mitra bicara/ komunikan. Jika kita sudah mengenali dan memahami
siapa komunikan yang akan kita hadapi saat berkomunikasi maka kita dapat
memilih bahasa dan strategi komunikasi yang sesuai sehingga pesan dapat
lebih mudah dipahami dan tujuan dari diadakannya komunikasi tersebut dapat
tercapai secara efektif (Zuwirna, 2016: 7).
3. Kuasai media yang digunakan. Yakini betul bahwa media yang akan
digunakan sudah dipahami karakteristiknya, kuasai keterampilan bagaimana
mengoperasikannya, dan kita harus mengetahui betul bahwa media tersebut
betul-betul cocok dengan bentuk pesan yang akan disampaikan. Untuk kasus
yang terjadi pada staff BAKEUDA yang telah kami sampaikan di atas,
miskomunikasi antar staff terjadi karena komunikan terkadang lupa terhadap
pesan yang telah disampaikan kepadanya maka kami menyarankan agar
setelah staff tersebut memberikan informasi secara verbal kepada
komunikan/mitra bicara, dia juga dapat memanfaatkan media komunikasi
lainnya agar komunikan dapat mengingat kembali pesan yang telah
disampaikan sebelumnya seperti menggunakan media komunikasi berbasis
tulisan seperti mengirimkan pesan teks kepada komunikan via aplikasi
whatsapp, telegram ataupun surat (Zuwirna, 2016: 7).
4. Pilihlah bahasa dan kata yang tepat, hindari penggunaan kata yang bersifat
konotatif ataupun ambigu dan hindari kesan negatif terhadap komunikan.
Pelafalan kita saat menyampaikan informasi secara verbal juga harus jelas
agar komunikan/ mitra bicara kita dapat memahami pesan yang kita
sampaikan dengan mudah. Jangan lupa untuk menyampaikan pesan kita
dengan tenang dan tidak tergesa-gesa, perhatikan intonasi kita saat
menyampaikan pesan tersebut, jangan lupa juga jeda dalam pesan tersebut
diperhatikan agar komunikan tidak kebingungan memahami pesan yang kita
sampaikan (Zuwirna, 2016: 8).
5. Kita harus memperhatikan status komunikan, agar kita dapat menentukan
bagaimana gaya komunikasi yang akan dipilih saat berkomunikasi dengannya.
Misalnya kita perlu berbicara dengan gaya yang formal dan menunjukkan

37
respek saat kita sedang berkomunikasi dengan bos atau atasan kita. Seringkali
miskomunikasi terjadi ketika seseorang tidak menyadari statusnya (Yasmin,
Tips Atasi Miskomunikasi (1), 2020).
6. Dalam berkomunikasi kita harus peka terhadap adanya emosi yang menyertai
setiap kata lawan bicara. Kita dapat lebih memahami maksud lawan bicara
jika saat berkomunikasi dengannya kita juga memperhatikan ekspresi muka
dan intonasinya. Contohnya ketika seseorang mengatakan bahwa dia tidak
apa-apa namun wajahnya murung, berarti dia sebenarnya sedang sedih
(Yasmin, Tips Atasi Miskomunikasi (1), 2020).
7. Mintalah feedback dari lawan bicara untuk memastikan apa yang kita katakan
telah ia terima dengan benar. Kita bisa juga meminta mereka mengulangi
perkataan kita karena hal ini dapat membuat mereka memproses pesan dengan
lebih mendalam (Yasmin,Tips Atasi Miskomunikasi (2): 2020).

38
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam suatu organisasi diperlukan yang namanya koordinasi, yangmana
koordinasi tersebut berfungsi sebagai pencegah dari terjadinya kekacauan, ketidak
selarasan dan lain sebagainya, agar dapat menjamin kelancaran dalam mekanisme dan
tujuan prosedur kerja. Dan dalam koordinasi diperlukan yang namanya manajemen agar
koordinasi yang dijalankan efektif, adapun menurut Tripethi dan Reddy dalam Buku
yang ditulis Moekijat berjudul Koordinasi (suatu tinjauan teoritis) terdapat beberapa
syarat yang mereka jabarkan untuk mencapai koordinasi manajemen yang efektif,
yaitu :
1. Hubungan langsung
2. Kesempatan awal
3. Konstitusi
4. Dinamisme
5. Tujuan yang jelas
6. Perumusan wewenang dan tanggungjawab yang jelas
7. Komunikasi yang efektif
8. Kepemimpinan yang efektif

Sebagaimana disebutkan diatas komunikasi yang efektif merupakan salah


satu faktor yang mempengaruhi keefektifitasan koordinasi manajemen, yangmana
komunikasi merupakan hal yang penting dalam koordinasi karena dengan
komunikasi yang baik maka koordinasi akan berjalan dengan baik, begitu pun
sebaliknya. Apabila koordinasi tidak berjalan dengan baik maka hal tersebut dapat
mempengaruhi kepada mekanisme dan tujuan prosedur kerja atau tidak sesuai
dengan apa yang dikoordinasikan.

39
B. Saran-saran
1. Kepada Kantor Badan Keuangan Daerah Prov.Kalimantan Selatan,
hendaknya lebih memperhatikan intensitas dan kualitas koordinasi baik itu
koordinasi internal dalam kantornya seperti koordinasi antar staff pada
bidang berbeda maupun koordinasi eksternalnya seperti koordinasi dengan
pihak SKPD terkait lainnya yang ada di Kalimantan Selatan ini.
2. Kepada Pihak Instansi Yang Terkait Dengan Kantor Badan Keuangan
Daerah Prov. Kalimantan Selatan untuk lebih memperhatikan kualitas dan
intensitas koordinasi mereka dengan Pihak Kantor Badan Keuangan Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan dengan harapan agar nantinya tidak terdapat
kesalahan dalam pembuatan laporan yang nantinya akan diteruskan ke
Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Kami sadar dalam melaksanakan kegiatan ini masih banyak kekurangan.
Namun kami telah berusaha melaksanakannya secara maksimal. Selain itu,
kami pun juga menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran yang
membangun guna memperbaiki laporan kami ini.

40
DAFTAR PUSTAKA

Amirullah, 2011. Pengantar Manajemen. Cetakan Kedua.Yogyakarta : Graha Ilmu.

Handayaningrat, S. 2010. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.


Jakarta: Haji Masanggung.

Indah, D.P. 2018. "Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpesonal Kepala


Badan Sumber Daya Manusia Provinsi Bengkulu", Journal Of Administration
and Educational Management (ALIGNMENT), 1(1), 48–55.

Mahardita, H.R. 2017. "EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA APARATUR


SIPIL NEGARA DI SEKRETARIAT DPRD PROVINSI KALIMANTAN
TIMUR". ejournal Ilmu Pemerintahan, 5(12).

Syam, S. 2020. ‘PENGARUH EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI KERJA


TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN
BANGGAE TIMUR’. Jurnal Ilmu Manajemen Profitability, 4(2), 128–152.

Syamsi, I. 2004. Efisiensi,Sistem,dan prosedur kerja. Jakarta: PT. Bumi Askara.

Zuwirna. 2016. “KOMUNIKASI YANG EFEKTIF”. Jurnal Ilmiah Teknologi


Pendidikan, 1, (1), 7-8.
Follet, Marry Parker. 1997. Manajemen Dalam Organisasi. Jakarta: Kencana.
Handayaningrat. 1989. Pengantar Studi Ilmu Administrasi Dan Manajemen. Jakarta:
PT. Gunung Agung.

Junus, Dikson, and Sucipto Potabuga. 2018. “Disharmonisasi Dalam


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah". Gorontalo Journal of Goverment &
Political Studies, 1(1),4.

Kaja. 2021. Komunikasi Administrasi. Klaten: Lakeisha.

Moekijat. 1994. Koordinasi (suatu tinjauan teoritis). Bandung: Mandar Maju.

41
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nurrohim, Hasan, dan Lina Anatan. 2009. “Efektivitas komunikasi dalam


organisasi”. Jurnal Manajemen, 7(1), 7-8.

Siagian, Sondang. P. 1993. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi


Aksara.

Yasmin, Raihan Amalia. 2020. Tips Atasi Miskomunikasi (1). Diakses pada 14
August 2021, dari https://binus.ac.id/malang/2020/06/tips-atasi-
miskomunikasi-1/.

Yasmin, Raihan Amalia. 2020. Tips Atasi Miskomunikas (2)i. Diakses pada 14
August 2021, dari https://binus.ac.id/malang/2020/06/tips-atasi-
miskomunikasi-1/.
Wahyu, noviana. 2003. Koordinasi Antar Institusi Dalam Pengelolaan Benda Cagar
Budaya Candi Borobudur.
Hasibuan,melayu. 2014. Manejemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Sesra, Budio. 2018. Komunikasi Organisasi: Konsep Dasar Organisasi. Sumatera
Barat : Stai-Yaptip Pasaman Barat
Paruhuman, Tampubolon. 2018. Pengorganisasian Dan Kepemimpinan Kajian
Terhadap Fungsi-Fungsi Manajemen Organisasi Dalam Upaya Untuk
Mencapai Tujuan Organisasi. Jakarta : Jurnal Stindo Professional

42
LAMPIRAN Membuat SKPP

Menghadiri Kegiatan Rapat Kerja yang A


diadakan Pihak BAKEUDA

Rekap Data SKPD Verifikasi SPM

Me

Mengecek dan Mengedit data KIB A

43
Mengedit data untuk Penetapan
Mengecek dan Mengedit data KIB B Barang Milik daerah

Mencatat dan Memberi Menginput Data Laporan Realisasi SP2D


Nomor Setiap Surat Keluar

44
Aplikasi SIPD Via Daring

Mengikuti Pembelajaran
Pengisian KIB A yang benar

Pengisian KIB A yang tidak lengkap

45
Pengisian KIB B yang benar

Pengisian KIB B yang tidak lengkap

46
47

Anda mungkin juga menyukai