Disusun Oleh :
AHMAD 180105010050
AN NISA 180105010179
HABIBAH 180105010170
RAUDHAH 180105010168
KASFUL ANWAR 180105010325
MUHAMMAD RAMADHANI 180105010321
MUHAMMAD AKBAR RAMADHANI 180105010333
Disusun Oleh :
AHMAD 180105010050
AN NISA 180105010179
HABIBAH 180105010170
RAUDHAH 180105010168
KASFUL ANWAR 180105010325
MUHAMMAD RAMADHANI 180105010321
MUHAMMAD AKBAR RAMADHANI 180105010333
i
KATA PENGANTAR
Pertama-tama tiada kata yang pantas dan bisa kami ucapkan selain rasa
syukur yang kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas nikmatnya dan
pertolongannya kami dapat melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL), serta
menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan di kantor
Badan Keuangan Daerah (BAKEUDA) Provinsi Kalimantan Selatan.
Penulisan laporan PKL ini dalam rangka guna memenuhi tugas akhir dari
mengikuti mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada semester VI di Jurusan
Ekonomi Syariah.
Selama Melaksanakan PKL dan menyusun Laporan PKL, kami mendapat
banyak dukungan serta bantuan dari beberapa pihak sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan PKL ini dengan baik. Untuk itu kami mengucapkan
terimakasih, kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan inayahnya
kepada kami
ii
berkaitan dengan isi laporan agar kedepannya kami dapat membuat
laporan yang lebih baik lagi. Semoga laporan PKL inin memberikan
manfaat, tak hanya bagi kami praktikan sebagai pihak yang terjun
langsung melakukan praktik kerja, tetapi njuga pihak lain yang
membacanya
Ketua Praktikan
iii
TANDA PERSETUJUAN
4 RAUDHAH 180105010168
5 KASFUL ANWAR 180105010325
6 MUHAMMAD RAMADHANI 180105010321
7 MUHAMMAD AKBAR RAMADHANI 180105010333
Setelah diteliti dan diadakan perbaikan sepenuhnya, maka kami dapat menyetujui
dan dapat digandakan sesuai keperluan.
Dosen Pembimbing
Faqih El Wafa, S.H.I,. M.S.I
iv
TANDA PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Tempat :
v
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER.............................................................................................
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
TANDA PERSETUJUAN .......................................................................................... iv
TANDA PENGESAHAN............................................................................................. v
DAFTAR ISI.................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
A. Koordinasi.................................................................................................... 5
B. Manajemen................................................................................................... 11
C. Organisasi.................................................................................................... 21
D. Efisiensi....................................................................................................... 23
BAB III METODE PELAKSANAAN...................................................................... 26
A. Waktu dan Tempat PKL.............................................................................. 26
B. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 26
C. Data Sekunder atau Dokumentasi................................................................ 27
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................... 28
A. Hasil dan Analisis........................................................................................ 28
B. Permasalahan............................................................................................... 33
C. Solusi........................................................................................................... 33
BAB V PENUTUP........................................................................................................ 39
A. Kesimpulan.................................................................................................. 39
B. Saran-saran................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 41
LAMPIRAN........................................................................................................... 43
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PKL merupakan salah satu mata kuliah yang wajib dan harus ditempuh oleh
mahasiswa S1 Ekonomi Syariah UIN Antasari Banjarmasin yang memiliki bobot 3
1
SKS dan dilaksanakan pada semester VI, selain untuk memenuhi kebutuhan
akademik, diharapkan kegiatan PKL dapat menjadi jembatan penghubung antara
dunia kerja dan pendidikan serta dapat menambah pengetahuan mahasiswa agar
mampu mengatasi persaingan dalam dunia kerja.
2
melaksanakan tugas pokok tersebut maka terdapat Pembagian-pembagian kerja di
Badan Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan yakni dengan dibentuknya Sub-Sub
Bidang di dalam Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimatan Selatan itu sendiri
yang dimaksudkan agar nantinya kerja yang dilaksanakan dapat dilakukan secara
efisien. Badan Keuangan Daerah melayani Beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) di lingkup wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan kerjanya yang mana
berhubungan dengan banyaknya SKPD yang ada di Kalimantan Selatan ini maka
Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan pastilah mengalami beberapa
hal yang tidak terduga dan akhirnya malah menimbulkan masalah yang berdampak
sistemik, artinya masalah tersebut menyebabkan hal-hal lainnya terkena dampaknya
juga.,misalnya dikarenakan kurangnya koordinasi maka terhambatlah target yang
ingin dicapai.
Melihat hal tersebut maka akhirnya kami tertarik untuk mengangkat judul
“Fungsi Koordinasi Dalam Manajemen Untuk Mencapai Tujuan Organisasi
Secara Efisien”. Laporan ini juga berguna untuk mengetahui apa saja hal-hal yang
terjadi pada saat bekerja di sebuah instansi atau perusahaan, selain itu juga untuk
mengetahui apa saja masalah yang dihadapi dalam bekerja di instansi atau
perusahaan. Selanjutnya, kami juga menjabarkan beberapa solusi untuk menangani
masalah yang dihadapi berdasar teori.
3
sebuah Instansi/Perusahaan.
4. Mengetahui berbagai kegiatan yang dijalankan di Kantor Badan
Keuangan Daerah (BAKEUDA) Provinsi Kalimantan Selatan.
5. Mempelajari, mendalami, serta terlibat langsung (membantu) dalam
aktivitas pekerjaan yang dilakukan di Kantor Badan Keuangan Daerah
(BAKEUDA) Provinsi Kalimantan Selatan.
6. Sebagai bekal bagi mahasiswa guna persiapan menyesuaikan diri maupun
beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan kerja.
7. Melatih mahasiswa berkerja dengan disiplin dan bertanggung jawab.
8. Sebagai landasan penyusunan tugas akhir.
9. Sebagai persyaratan untuk pemenuhan mata kuliah Praktik Kerja
Lapangan Jurusan Ekonomi Syariah, UIN Antasari Banjarmasin.
10. Meningkatkan hubungan kerjasama yang baik antara perguruan tinggi UIN
Antasari Banjarmasin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam khususnya
Jurusan S1 Ekonomi Syariah dengan berbagai instansi dan lembaga
keuangan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Koordinasi
1. Pengertian Koordinasi
James A.F Stoner 1986 mendefinisikan koordinasi sebagai proses
pemanduan sasaran- sasaran dan kegiatan kegiatan unit- unit (bagian-bagian atau
bidang fungsional) yang terpisah pada sebuah organisasi secara efisien. Menurut
Hani Handoko 2003: 195, koordinasi adalah proses pengintegrasian tujuan-
tujuan dan kegiatan –kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen
atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan
organisasi secara efisien. Dari berbagai definisi koordinasi yang dipaparkan oleh
para ahli maka dapat disimpulkan pengertian dari koordinasi adalah proses
pengintegrasian tujuan dan kegiatan, kerjasama antar institusi atau unit terkait,
penyesuaian bagian-bagian yang berbeda agar kegiatan dari tiap bagian –bagian
dapat terlaksana secara maksimal dan terealisasi dalam satu kesatuan tindakan.
( Novia wahyu, 2003: 573)
Menurut G.R. Terry, koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan
teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis
pada sasaran yang telah ditentukan. Berdasarkan pendapat para pakar dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan koordinasi ialah proses
mengintegrasikan (memadukan), menyinkronisasikan, dan menyederhanakan
pelaksanakan tugas yang terpisah-pisah secara terus-menerus untuk mencapai
tujuan secara efektif dan efisien. (Hasibuan,,2014: 439)
2. Bentuk-bentuk Koordinasi
Pada umumnya setiap organisasi memiliki bentuk koordinasi tersendiri di
mana bentuk koordinasi tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan atau
5
keperluan pada kondisi-kondisi tertentu terkait pelaksanaan tugas dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Inu Kencana dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Pemerintahan (2011: 35), Bentuk Koordinasi adalah:
a. Koordinasi Horizontal
Koordinasi Horizontal adalah penyelarasan kerja sama secara
harmonis dan sinkron antar lembaga-lembaga yang sederajat misalnya
antar Muspika Kecamatan (Camat,Kapolsek, Danramil), antar Muspida
Kabupaten (Bupati, Danramil, Kapolres) dan Muspida Provinsi
(Gubernur, Pangdam, Kapolda).
b. Koordinasi Vertikal
Koordinasi Vertikal adalah penyelarasan kerja sama secara
harmonis dan sinkron dari lembaga yang sederajat lebih tinggi kepada
lembaga-lembaga lain yang derajatnya lebih rendah. Misalnya antar
Kepala Unit suatu Instansi kepada Kepala Sub Unit lain di luar mereka,
Kepala Bagian (Kabag), suatu Instansi Kepada Kepala Sub Bagian
(Kasubag) lain di luar bagian mereka, Kepala Biro suatu Instansi kepada
Kepala Sub Biro lain di luar biro mereka.
Parameter utama yang menentukan koordinasi vertikal yang
efektif adalah: Tingkat formalisasi,
1. Struktur hierarkis
2. Sentralisasi dan desentralisasi wewenang
3. Pendelegasian wewenang
4. Pembagian posisi operasional dan fungsional.
c. Koordinasi Fungsional
Koordinasi fungsional adalah penyelarasan kerja sama secara
harmonis dan sinkron antar lembaga-lembaga yang memiliki kesamaan
dalam fungsi pekerjaan misalnya koordinasi antara unit-unit suatu
6
organisasi (Hasibuan, 2014: 127-128)
3. Fungsi Koordinasi
Handayaningrat (1989: 119-121) dalam bukunya berjudul Pengantar
Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen menjelaskan bahwa beberapa fungsi
koordinasi adalah sebagai berikut :
a. Sebagai salah satu fungsi manajemen, disamping adanya fungsi
perencanaan, penyusunan pegawai, pembinaan kerja, motivasi dan
pengawasan. Dengan kata lain koordinasi adalah fungsi organik dari
pimpinan.
b. Untuk menjamin kelancaran mekanisme prosedur kerja dari berbagai
komponen dalam organisasi. Kelancaran mekanisme prosedur kerja harus
dapat terjamin dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dengan
menghindari seminimal mungkin perselisihan yang timbul antara sesama
komponen organisasi dan mengusahakan semaksimal mungkin kerjasama
di antara komponenkomponen tersebut.
c. Sebagai usaha yang mengarahkan dan menyatukan kegiatan yang
mengandung makna adanya keterpaduan (integrasi) yang dilakukan
secara serasi dan simultan/sinkronisasi dari seluruh tindakan yang
dijalankan oleh organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai
kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi yang
diperlukan untuk mencapai tujuannya. Hal itu sesuai dengan prinsip
koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi.
d. Sebagai faktor dominan dalam kelangsungan hidup suatu organisasi pada
tingkat tertentu dan ditentukan oleh kualitas usaha koordinasi yang
dijalankan. Peningkatan kualitas koordinasi merupakan usaha yang perlu
dilakukan secara terus menerus karena tidak hanya masalah teknis semata
tetapi tergantung dari sikap, tindakan, dan langkah dari pemegang fungsi
organik dari pimpinan. (Junus and Potabug, 2018: 4).
7
terpadu dari para pejabat pengambil keputusan dan para pelaksana, penataan
spesialisasi dalam berbagai keanekaragaman tugas, melahirkan jaringan
hubungan kerja/komunikasi atau dapat dikatakan sebagai salah satu fungsi
manajemen, disamping adanya fungsi perencanaan, penyusunan pegawai,
pembinaan kerja, motivasi dan pengawasan untuk menjamin kelancaran
mekanisme prosedur kerja dari berbagai komponen dalam organisasi (Kaja,
2021: 136-137).
4. Tujuan Koordinasi
Menurut Ndraha (2003: 295) Tujuan dari diadakannya koordinasi, yaitu:
a. Menciptakan dan memelihara efektivitas organisasi setinggi mungkin
melalui sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan, dan kesinambungan,
antar berbagai dependen suatu organisasi.
b. Mencegah konflik dan menciptakan efisiensi setinggi-tinginya setiap
kegiatan interdependen yang berbeda-beda melalui kesepakatan yang
mengikat semua pihak yang bersangkutan.
c. Menciptakan dan memelihara iklim dan sikap saling responsif-antisipatif
di kalangan unit kerja interdependen dan independen yang berbeda-beda,
agar keberhasilan unit kerja yang satu tidak rusak oleh keberhasilan unit
kerja yang lain, melalui jaringan informasi dan komunikasi efektif.
5. Prinsip Koordinasi
8
Menurut Follet (1997: 76) setidaknya terdapat 4 prinsip dalam sebuah
koordinasi, yaitu:
a. Early Stage, Berdasarkan prinsip tahap awal, proses koordinasi harus
dilakukan pada tahap awal proses manajerial. Koordinasi harus dimulai
sejak proses perencanaan sehingga dapat menghasilkan perencanaan dan
implementasi yang baik. Jika koordinasi selalu dilakukan di awal maka
semua fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, dan
controlling dapat terlaksana dengan baik. Tujuan organisasi juga dapat
dicapai dengan lebih mudah dan lebih cepat jika proses koordinasi yang
dijalankan baik.
b. Continuity, Berdasarkan prinsip kesinambungan, koordinasi merupakan
sebuah proses yang berkelanjutan atau berkesinambungan. Proses
koordinasi dimulai sejak membentuk organisasi sampai organisasi
tersebut berjalan. Koordinasi selalu dilakukan secara berkesinambungan
dalam setiap proses planning, organizing, actuating, dan controlling.
c. Direct contact, Berdasarkan prinsip kontak langsung, proses koordinasi
dapat berjalan dengan baik karena adanya komunikasi langsung antara
anggota organisasi. Seluruh manajer harus mampu berkomunikasi
langsung dengan baik dengan bawahannya sehingga tercipta hubungan
yang baik. Kontak langsung ini sangat penting untuk menghindari
kesalahpahaman, salah penafsiran, dan perselisihan antara manajer dan
anggota organisasi lainnya. Dengan demikian manajer dapat
mengkoordinasi berbagai aktivitas anggotanya secara efektif dan efisien.
9
anggota lainnya mengambil keputusan atau tindakan sepihak, sehingga
koordinasi dapat dilakukan dengan lebih mudah
10
demikian memungkinkan pemanfaatan sumber daya secara optimal.
f. Membantu untuk mencapai tujuan organisasi dengan cepat dengan
memastikan kerja yang sistematis dan lancar dalam organisasi.Semua
pekerjaan dalam organisasi dilakukan secara terencana tanpa konflik.
g. Meningkatkan hubungan antar personalia dalam organisasi
Karena koordinasi dilakukan melalui orang-orang, dengan orang-
orang dan antara orang-orang, itu membantu dalam menghilangkan
kesalahpahaman antara orang-orang dan dengan demikian meningkatkan
hubungan antar personalia antara karyawan. Upaya komposit dan tertib
yang dibentuk melalui semangat tim dan kepemimpinan eksekutif
memungkinkan karyawan untuk mendapatkan rasa aman dan kepuasan
pribadi dari pekerjaan mereka.
h. Meningkatkan efektivitas organisasi
Koordinasi menumbuhkan loyalitas dan komitmen di antara
karyawan. Ini meningkatkan efektivitas dan stabilitas organisasi.
Menurut McFarland, “jika kepuasan kerja ada, eksekutif akan cenderung
tetap lebih lama dengan perusahaan.Mereka akan merasa mendapat
tempat di organisasi. Mereka akan merasa bahwa mereka telah
mendapatkan tempat itu. Kehadiran koordinasi menjadi bagian dari
pengalaman kerja mereka dan karenanya dapat membentuk bagian yang
sangat berguna dari pelatihan mereka. ”Dengan demikian, koordinasi
sangat diperlukan untuk manajemen yang efektif.
i. Meningkatkan itikad baik organisasi.
Melalui fungsi koordinasi, kinerja organisasi meningkat dan
menghasilkan barang yang lebih dapat diterima oleh pelanggan.
Kinerjanya menghasilkan niat baik di antara para pemangku
kepentingannya.
B. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
11
Menurut Usman dalam Rohman (2017) kata "manajemen" berasal dari
bahasa latin "manus" yang berarti "tangan" dan "agere" yang berarti
"melakukan". Dari dua kata tersebut dengan arti masing-masing yang
terkandung di dalamnya merupakan arti secara etimologi. Selanjutnya kata
"manus dan "agere digabung menjadi satu kesatuan kata kerja "managere"
yang mengandung arti "menangani". Pengertian ini dalam ilmu ketatabahasaan
disebut sebagai pengertian secara terminologi. "Managere" diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja menjadi "to manage" dengan
kata benda managemen. Julukan bagi orang yang melakukan kegiatan
managenent disebut manager atau manajer (dalam bahasa Indonesia).
sedangkan dalam bahasa Prancis disebut "ménagement" yang berarti seni
melaksanakan dan mengatur. Kata "management" dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi manajemen, yang mengandung arti "pengelolaan".
Pengertian manajemen yang dikemukakan para ahli dapat ditemukan
dalam banyak literatur dan merujuk pada persepsi masing-masing.
Konsekuensinya adalah cenderung memunculkan pengertian yang berbeda pula
antara satu dengan yang lainnya pada intinya merujuk pada suatu kesimpulan
pokok, yaitu adanya pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya, baik tujuan yang bersifat khusus maupun tujuan yang bersifat
umum. Pencapaian tujuan organisasi dilakukan dengan cara interaksi,
koordinasi, pengintegrasian, dan pembagian tugas secara profesional dan
proporsional untuk mengelola sumber daya yang ada, baik sumber daya
manusia (tenaga kerja), material (tanah), keuangan (modal), maupun cara yang
digunakan. Dalam konteks ini, profesional dimaknai sebagai bentuk pembagian
tugas sesuai dengan keahlian dan keterampilan sumber daya-sumber daya
manusia yang ada dalam organisasi tersebut. Sedangkan proporsional dimaknai
sebagai pembagian tugas yang seimbang antara kemampuan yang dimiliki oleh
sumber daya manusianya dengan beban kerja yang harus ditunaikan. Sehingga
dengan upaya ini, setiap sumber daya manusia yang terlibat dalam pencapaian
tujuan organisasi tersebut tidak kelebihan beban yang akan berakibat pada
12
lambannya pencapaian tujuan dimaksud bahkan terjadi kegagalan.
2. Fungsi Manajemen
a. Fungsi Forecasting (Peramalan)
13
dibutuhkan guna pencapaian tujuan tersebut.
Dari argumentasi tersebut, planning dipandang sebagai suatu
proses pengupayaan penggunaan sumber daya manusia yang dimiliki,
sumber daya alam yang ada, dan sumber daya lainnya untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, seperti yang telah disampaikan bahwa planning
merupakan fungsi paling mendasar dan paling awal yang harus dilalui
untuk melakukan berbagai kegiatan mencapai sebuah tujuan. Arifin &
Hadi W. mengatakan bahwa dalam kegiatan planning, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
1) Menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang yang
kemudian menjadi dasar penentuan tujuan-tujuan dari bagian-bagian
yang lebih kecil.
2) Memformulasikan kebijakan yang akan dijalankan serta prosedur
yang akan digunakan. Hal ini merupakan tahap Ianjutan setelah
tujuan yang akan dicapai telah ditetapkan.
3) Melakukan peninjauan secara periodik yang dimaksudkan untuk
melihat perubahan-perubahan yang terjadi dan perlu penyesuaian
tujuan yang telah ditetapkan.
14
fasilitas terkoordinasikan untuk mencapai sasaran/tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam fungsi ini secara teknis kemudian dipilah oleh
sebagian ahli menjadi beberapa fungsi manajemen yang lebih rinci
menjadi staffing, facilitating, dan coordinating. Fungsi organizing ini
sangat bergantung pada bentuk organisasi yang ada. Sehingga sangat
memungkinkan perbedaan antara organizing (pengorganisasian) pada
satu orgnisasi dengan organisasi yang lain. Arifin & Hadi W.
menambahkan bahwa dalam organizing, tahap-tahap yang perlu
dilakukan adalah sebagai berikut:
15
dijalankan. George R. Terry. Ia mengemukakan pandangan bahwa tipe
kepemimpinan ada enam, diantaranya adalah tipe kepemimpinan pribadi,
non pribadi, otoriter, demokratis, paternalistis, dan kepemimpinan
menurut bakat.
16
commanding merupakan pemberian perintah atau instruksi dari atasan
terhadap bawahan untuk melaksanakan tugas masing-masing sesuai
dengan yang ditentukan guna mencapai tujuan organisasi.
17
dapat dilaksanakan oleh mereka yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus. Dengan arti kata, hal tersebut menegaskan bahwa seorang
manajer/pimpinan harus memiliki kemampuan dan keahlian lebih tinggi
dari pada bawahannya.
18
menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan tugas-tugas dan
pekerjaan bawahan dalam mencapai suatu tujuan bersama yang telah
ditentukan organisasi.
Pandangan tersebut menekankan pada keteraturan dan
kecocokan dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh setiap
bawahan untuk mengarah pada satu titik, yaitu pencapaian tujuan
organisasi. Karena keteraturan dan kecocokan yang terwujud antar
bawahan, akan membangun semangat kesatuan dan kerja sama yang
tinggi dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian, kelancaran
fungsi coordinating akan turut berperan serta dalam kesuksesan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sebaliknya, coordinating yang
tidak berjalan sebagaimana mestinya juga akan menjadi penyumbang
besar kegagalan pencapaian tujuan organisasi.
19
3) Pembiayaan harus berazaskan kontinuitas, dalam arti membutuhkan
perhatian yang terus menerus, dan tidak merupakan usaha insidentil
20
ditetapkan
4) mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki
hasil kerja yang tidak sesuai dengan standar atau tolak ukur.
C. Organisasi
1. Pengertian Organisasi
Organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu organizare.
Kemudian dalam bahasa Inggris yaitu organize yang berarti membentuk suatu
kebulatan dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lainnya (Sesra Budio,
2018 : 24 - 26). Menurut Dimok (1996:26):“Organisasi adalah perpaduan
secara sistematika dari bagian-bagian yang saling bergantung atau berkaitan
untuk membentuk satu kesatuan yang bulat melalui kewenangan, koordinasi
dan pengawasan dalam rangka usaha untuk mencapai tjuan yang telah
ditentukan. Sementara itu, pendapat lainnya tentang organisasi yaitu menurut
Hermaya 1996:26): “Organisasi adalah tempat atau wahana proses kegiatan
kumpulan orang-orang yang bekerja sama mempunyai fungsi dan wewenang
untuk mengerjaka usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Selanjutnya, Sondang (1997:26) menyatakan bahwa organisasi
dipandang sebagai alat pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
21
dan strukturnya bersifat permanen tanpa menutup kemungkinan terjadinya
reorganisasi. Apabila hal itu dipandang perlu baik demi percepatan laju usaha
pencapaian tujuan maupun dalam usaha peningkatan efisiensi, efektivitas, dan
produktivitas kerja.
Istilah organisasi dapat pula diartikan sebagai suatu perkumpulan atau
perhimpunan yang terdiri dari dua orang atau lebih punya komitmen bersama
dan ikatan formal mencapai tujuan organisasi, dan di dalam perhimpunannya
terdapat hubungan antar anggota dan kelompok dan antara pemimpin dan
angota yang dipimpin atau bawahan
2. Tujuan Pengorganisasian
22
ketujuan yang sama, yaitu tujuan organisasi.
g. Tujuan yang jelas merupakan awal dari penetapan strategi. Siasat,
metode, dan prosedur yang akan dipergunakan.
h. Tujuan yang jelas merupakan dasar dari pada organisasi untuk bergerak.
D. Efisiensi
1. Pengertian
Efisiensi adalah usaha pada produksi untuk memberantas segala
pemborosan bahan dan tenaga kerja maupun gejala yang merugikan.
(Handayaningrat 2010:100). Selanjutnya pengertian efisiensi terus berkembang
meliputi hampir semua bidang ilmu pengetahuan. Bekerja dengan efisien
adalah bekerja dengan gerakan, usaha, waktu dan kelelahan yang sedikit
mungkin. Cara bekerja yang efisien dapat diterapkan oleh setiap pegawai untuk
semua pekerjaan, baik kecil maupun yang besar. (Amirullah 2011:2).
Dalam kamus besar pengertian efisiensi adalah kemampuan
menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang-buang
waktu,tenaga dan biaya). (Mahardita 2017:135). Menurut Drucker dalam
Amirullah, efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar. Dalam bahasa
yang lebih sederhana efisiensi itu menunjukkan kemampuan organisasi dalam
menggunakan sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan.
(Amirullah 2011:2)
Menurut Dearden yang di terjemahkan oleh Agus Maulana dalam
bukunya yang berjudul “Sistem Pengendalian Manajemen”, pengertian
efisiensi adalah kemampuan suatu unit organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, efisiensi selalu dikaitkan dengan tujuan organisasi yang harus
23
dicapai oleh instansi”. (Mahardita 2017:135–136)
Sedangkan pengertian efisiensi menurut Susilo,(2011:28) adalah suatu
kondisi atau keadaan, dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan
dengan benar dan dengan penuh kemampuan yang di miliki.(Syam 2020:132)
2. Prinsip Efisiensi
Ada beberapa prinsip atau persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu
sistem agar dapat ditentukan seberapa tingkat efisien pada suatu system,
prinsip-prinsip tersebut antara lain :
a. Dapat diukur
b. Rasional
24
Prinsip hanya mengejar kuantitas dan mengesampingkan kualitas harus
dihindari untuk menjaga agar kualitas produk yang dihasilkan sistem
tetap terjamin meskipun dari segi proses efisiensi dapat ditingkatkan.
d. Mempertimbangkan prosedur
e. Pelaksanaan efisiensi
f. Tingkatan efisiensi
25
BAB III
METODE PELAKSANAAN
2. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian. Peneliti memperoleh data atau informasi langsung dengan
menggunakan instrumen-instrumen yang telah ditetapkan. Pada Laporan
PKL ini data primer didapat dengan cara memberikan beberapa kuesioner
kepada staff-staff yang bekerja. Selain itu data primer juga didapat melalui
wawancara yang kami lakukan melalui online.
Angket atau kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan atau pertanyaan
26
tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan
pengguna. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
metode kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang
disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan
isian sesuai dengan kehendak dan keadaannya. Adapun daftar pertanyaan
yang diajukan melalui kuesioner ini ialah sebagai berikut:
1. Pada bidang anda dengan bidang apa saja terjadinya hubungan
kerja/koordinasi dan jelaskan dengan cara apa koordinasi
dilakukan ?
2. Menurut anda, apakah selama ini ada kendala dalam koordinasi
tersebut ? jika ada sebutkan! apakah kendala tersebut berdampak
langsung terhadap kinerja ?
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal, untuk mendapatkan
informasi yang bersifat mendukung suatu penelitian yang ada. Wawancara
merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab berdasarkan
pada masalah dan tujuan penelitian. Dalam Laporan PKL ini, praktikan
mendapatkan informasi dengan melakukan wawancara online menggunakan
platform whatsapp dengan pegawai yang bekerja di Kantor Badan Keuangan
Daerah.
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Berikut adalah hasil yang kami dapatkan dari wawancara yang dilakukan
dengan salah satu kepala Sub.Bidang yang ada di Badan Keuangan Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan :
a. Hasil Wawancara 1
“Kemarin waktu ulun mengerjakan penetapan bu, disitu ulun melihat masih
banyak kolom data KIB yg kosong misalnya no sertifikat tanah, pabrik,
bahan dan lain2 yang mana hal tsb mengindikasikan adanya suatu masalah.
Kolom data yg kosong itu juga sempat membuat progres pengerjaan
penetapannya sempat tertunda karena menunggu kepastian apakah harus
diteruskan atau menunggu perbaikan dari SKPD dulu”.
“Ya hal tersebut mengindikasikan terdapatnya masalah namun
penetapan penggunaan harus terus dilaksanakan.”
“Untuk pertanyaan pertamanya bu, Bagaimana menurut pendapat pian
tentang masalah yg terjadi ini, apakah hal tersebut memiliki keterkaitan
dengan permasalahan koordinasi bu? jika iya jelaskan ? begitupun jika tidak
?”
“Ada keterkaitan dengan masalah koordinasi, namun ada juga
permasalahan kelengkapan dokumen letak BMD yang cukup jauh dan
keberadaan yang mungkin sudah tidak terpantau sehingga sulit untuk
mengklarifikasi”.
“Apa saja target yg ingin dicapai oleh bidang anda yang terkait dengan data
KIB yang dilaporkan oleh pihak SKPD bersangkutan ?”
“Memiliki kesesuaian dengan rencana kebutuhan BMD sehingga
seluruh BMD yang diperoleh melalui APBD atau perolehan lainnya
28
yang sah dapat tercatat secara lengkap”.
“Apakah jika data yg dikirimkan tidak lengkap/ kurang sesuai dengan yang
pihak anda harapkan dapat memengaruhi pekerjaan atau target yg telah
ditetapkan di bidang anda ? jelaskan (misalnya karena data yg dikirim tidak
lengkap mengakibatkan progres pekerjaan terhambat)”
“Ya terhadap target akan terhambat, namun pelaksanaan progress
akan terus dilakasnakan pengawasan per 6 Bulan sehingga dapat
diketahui kelengkapan data yang sudah dan yang belum dipenuhi”.
“Apa konsekuensi lainnya yg akan dihadapi oleh pihak BAKEUDA jika data
yg dikirim SKPD tidak lengkap/kurang sesuai seperti yang pihak anda
inginkan ?”
“Pencapaian tertib administrasi belum bisa dinyatakan 100%”
Apakah permasalahan data yg tidak lengkap ini baru terjadi di tahun ini atau
sudah terjadi dari tahun2 sebelumnya?
“Ya sudah terjadi dari tahun sebelumnya”
Apa kendala yg dihadapi dalam melakukan koordinasi dengan SKPD terkait
cara pengisian data yg benar
1) Seringnya pergantian pengurus barang/pembantu pengurus
barang
2) Belum tertibnya pencatatan BMD yang baru
3) Keberadaan BMD yang memiliki lokasi yang relatif jauh
b. Hasil wawancara 2
“Menurut pian apakah selama ini ada kendala dalam koordinasi dibidang
perencanaan, dan apakah berdampak terhadap kinerja?”
“Semua kegiatan apapun bentuknya..paling utama adalah koordinasi..jd
sdh pasti koordinasi itu bagian dari pada kendala dalam bekerha..baik
secara individu maupun timwork..bnyk permasalahan yg terkait dgn
koordinasi yg menyangkut output pekerjaan..apapun bidangnya..jd
29
salah satu cara untuk kelancaran pekerjaan khususnya
koordinasi..adalah dengan membuat sistem atau SOP”
“Apakah miskom termasuk kendalanya juga?”
“Bentuk kendala jua tuh..pesan dari atasan bisa kd sampai ke bawahan,
atau ada acuan aturan yg berbeda dll..makany perlu ada SOP kerja”
“Apakah misskomunikasi memengaruhi pekerjaan atau target yg telah
ditetapkan di bidang perencanaan? (misalnya karena data yg dikirim tidak
lengkap mengakibatkan progres pekerjaan terhambat)”
“Pastilah..itu lah pentingnya koordinasi..”
“Bentuk miskomunikasi nya itu seperti apa ka? Dan juga mis komunikasi nya
ini terjadi kepada atasan bawahan atau antar karyawan, efek nya seperti apa
terhadap bidang perencanaan? ”
“Contohnya ketika kaka menyerahkan berkas laporan pengukuran
kinerja pejabat ke bidang P3epd, tetapi berkas tersebut dititipkan ke
staff nya saja dan tidak langsung ke atasan yang bersangkutan.
Risikonya kemungkinan staff yang menerima berkas tersebut lupa
menyerahkan kepada atasan yang bersangkutan, hal ini berdampak
kepada bidang perencanaan dan mengakibatkan terjadinya
keterlambatan dalam mengumpulkan laporan kinerja tersebut ke biro
organisasi yang ada pada kantor Setda Prov. Kalsel.”
2. Analisis
Berdasarkan hasil wawancara tersebut adanya permasalahan yang
berkaitan dengan koordinasi teridentifikasi dari masih banyaknya data Kartu
Inventaris Barang (KIB) yang dilaporkan oleh SKPD yang masih belum
diisi secara lengkap atau tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak
BAKEUDA. Data Kartu Inventaris Barang adalah data yang berisi tentang
informasi mengenai Barang Milik Daerah (BMD) yang di gunakan oleh
SKPD maupun satuan unit kerja lainnya yang diperoleh melalui dana APBN
30
atau melalui cara perolehan lainnya secara sah. Kartu Inventaris Barang
diklasifikasikan menjadi enam macam yaitu: KIB A berisi tentang informasi
aset tanah, KIB B berisi tentang informasi aset peralatan dan mesin, KIB C
berisi tentang informasi aset gedung dan bangunan, KIB D berisi tentang
informasi tentang jalan, irigasi dan jaringan, KIB E berisi tentang informasi
aset tetap lainnya dan KIB F berisi tentang informasi konstruksi dalam
pengerjaan. Syogiyanya data KIB tersebut diisi secara lengkap untuk
kemudian dilaporkan.
Adanya permasalahan mengenai kelengkapan data tersebut
mengakibatkan target yang harus dicapai menjadi terhambat. Hal ini
dikarenakan data Kartu Inventaris Barang yang dilaporkan tersebut akan
digunakan oleh pihak BAKEUDA untuk kepentingan adminisitrasi lainnya
seperti: Laporan Barang Tahunan, sebagai dasar, pelaksanaan pemanfaatan
BMD, sebagai dasar pemindahtanganan BMD, sebagai dasar pelaksanaan
pemusnahan BMD dan lain sebagainya. Disisi lain permasalahan
kelengkapan data tersebut juga mengakibatkan pencapaian administrasi yang
belum bisa dinyatakan 100%. Hal ini menunjukkan bahwa suatu
permasalahan yang salah satunya diakibatkan karena permasalahan
koordinasi dapat berakibat pada terganggunya proses pencapaian target
organisasi.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa koordinasi yang terjadi antara
pihak BAKEUDA dengan SKPD masih belum berjalan dengan efektif. Hal
ini teridentifikasi dari permasalahan kelengkapan data yang sudah terjadi
dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa
permasalahan yang sama masih belum dapat teratasi sepenuhnya.
Sebagaimana teori yang telah dikemukakan pada tinjauan pustaka bahwa
salah satu tujuan dari adanya koordinasi adalah untuk mencegah terjadinya
suatu perbedaan pendekatan dan pelaksanaan. (Siagian, 1993 : 110). Maka
dalam hal ini perlu adanya upaya untuk melakukan perbaikan atau
pembenahan diri dalam menjalin koordinasi antar pihak terkait. Menurut
31
Sughanda (1998), koordinasi akan sungguh diperlukan jika setiap instansi
menginginkan tercapainya produktivitas yang berdayaguna (efisien) dan dan
berhasil guna (efektif).
Adapun permasalahan lain yang terlihat dari hasil wawancara kedua
yang juga berkaitan dengan masalah koordinasi adalah miskomunikasi.
Menurut Stoner dan Wankel (2006), komunikasi merupakan kunci
koordinasi yang efektif, karena secara langsung koordinasi itu bergantung
pada perolehan, transmisi dan pengolahan informasi. Ini berarti terjadinya
miskomunikasi dapat mengakibatkan kesalahpahaman atau perbedaan
pesepsi antara komunikator dan komunikan. Selain itu, terjadinya
miskomunikasi menandakan bahwa koordinasi yang terjadi antara bidang
belum berjalan dengan efektif.
Bentuk miskomunikasi yang terjadi antar bidang di BAKEUDA salah
satunya adalah komunikasi yang dilakukan secara vertikal seperti tidak
tersampaikannya pesan-pesan dari atasan ke bawahan maupun komunikasi
secara horizontal yaitu komunikasi antara staff dari masing-masing bidang.
Miskomunikasi yang terjadi akan berbuntut pada timbulnya permsalahan
baru yang dihadapi bidang yang bersangkutan seperti terjadinya
keterlambatan.
Syogiyanya komunikasi dilakukan secara efektif agar tidak
menimbulkan kesalahpahaman mengenai informasi yang disampaikan dan
tidak berbuntut pada timbulnya permasalahan baru. miskomunikasi tidak
boleh dibiarkan terus terjadi, karena akan berdampak pada tujuan organisasi.
Maka perlu dilakukan perbaikan dalam cara borkomunikasi antar pihak
maupun bidang, dengan begitu tujuan organisasi baik yang bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang dapat tercapai dengan baik.
32
B. Permasalahan
Beberapa masalah yang ada di BAKEUDA dan dihadapi oleh beberapa staff
yang bekerja di BAKEUDA, ialah sebagai berikut :
1) Kurang efektifnya koordinasi yang terjadi antara pegawai BAKEUDA (badan
keuangan daerah) Provinsi Kalimantan Selatan dengan pegawai SKPD
(Satuan Kerja Perangkat Daerah) lain yang ada di provinsi Kalimantan
selatan. Hal tersebut kadang membuat data yang dilaporkan oleh SKPD
kurang lengkap dan tidak sesuai seperti yang diharapkan oleh pihak
BAKEUDA Provinsi Kalimantan Selatan. Hal tersebut berakibat pada
terlambatnya tindak lanjut laporan yang telah dikirimkan tersebut oleh pihak
BAKEUDA dan akhirnya membuat tujuan jangka pendek yang telah
ditetapkan oleh di bidang tersebut tidak tercapai sesuai waktu yang telah
ditetapkan sebelumnya.
2) Terjadinya miskomunikasi antar pegawai di bidang yang berbeda yang
menyebabkan terhambatnya penyelesaian tugas yang ada dan akhirnya
berdampak pada tidak tercapainya tujuan jangka pendek sesuai waktu
sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya.
C. Solusi
Menurut Tripethi dan Reddy dalam Buku yang ditulis Moekijat (1994: 39-42)
berjudul Koordinasi (suatu tinjauan teoritis) terdapat beberapa syarat yang mereka
jabarkan agar suatu koordinasi bisa dikatakan telah mencapai koordinasi manajemen
yang efektif, yaitu :
1. Hubungan langsung
2. Kesempatan awal
3. Konstitusi
4. Dinamisme
5. Tujuan yang jelas
6. Perumusan wewenang dan tanggungjawab yang jelas
33
7. Komunikasi yang efektif
8. Kepemimpinan yang efektif
34
paham juga dapat di atasi dengan lebih mudah dibandingkan mengadakan
hubungan melalui alternatif lainnya.
2. Koordinasi dapat dicapai dengan lebih mudah dalam tingkat awal
perencanaan. Sebaiknya kasubid/ staff yang ditunjuk kasubid sebagai yang
bertanggungjawab mengurusi pengumpulan laporan data dari SKPD
melakukan konsultasi bersama dengan kepala SKPD terkait ataupun staff
yang ditunjuk untuk bertanggung jawab melaporkan hal-hal tersebut ke
BAKEUDA sebelum dimulainya pengisian dan pengumpulan laporan terebut.
Dengan demikian menurut kami maka pihak SKPD akan lebih memahami
terkait apa saja hal yang mesti di tuliskan dalam laporannya, ataupun format
laporannya dan hal-hal terkait laporan lainnya.
3. Menurut kami koordinasi antara pihak BAKEUDA dengan pihak SKPD
terkait secara berkala dapat saja berubah menyesuaikan dengan perubahan
perubahan yang terjadi pada lingkungan internal maupun eksternalnya.
Koordinasi yang terjadi antara pihak BAKEUDA dan pihak SKPD terkait
tidak boleh kaku karena koordinasi seharusnya dapat terus dijalankan
walaupun dengan keadaan internal maupun eksternal yang dapat berubah
sewaktu-waktu, dengan memanfaatkan alat ataupun teknologi yang telah
berkembang pesat sekarang ini maka koordinasi dapat terus dioptimalkan
walaupun kondisi internal dan eksternalnya berubah dengan ekstrem. Seperti
di saat pandemi sekarang, pihak BAKEUDA dan pihak SKPD terkait dapat
saja tetap melakukan koordinasi secara langsung untuk memudahkan
pertukaran informasi, ide-ide dan pandangan-pandangan tertentu lainnya dan
untuk meminimalisir terjadinya salah paham, walaupun salah paham tetap
terjadi dalam hubungan langsung tersebut maka akan lebih mudah diatasi
namun dalam proses hubungan langsung terseut terdapat beberapa perubahan
tertentu yang dilakukan guna meminimalisir penularan virus Covid-19 seperti
memakai masker ataupun menjaga jarak saat melakukan koordinasi tersebut.
4. Untuk menghindari pelaporan data yang kurang sesuai atau tidak lengkap dari
pihak SKPD maka seharusnya pihak SKPD yang bersangkutan memberikan
35
wewenang dan tanggungjawab yang jelas untuk pihak yang ditunjuk dan
diamanahi sebagai pihak yang akan mengisi laporan dan menyampaikan
laporan tersebut ke BAKEUDA. Pemberian wewenang dan tanggungjawab
yang jelas ini berkaitan dengan beberapa solusi yang kami tawarkan
sebelumnya. Ketika koordinasi melalui hubungan langsung telah diadakan
antara pihak BAKEUDA dengan pihak SKPD dan dalam hubungan langsung
tersebut telah terjadi konsultasi antara keduanya yang akhirnya membuat
pihak SKPD dapat memahami segala hal terkait laporan yang akan
disampaikannya kepada pihak BAKEUDA, maka selanjutnya kepala SKPD
terkait dapat membuat wewenang dan tanggungjawab yang jelas dalam bentuk
tertulis dan dituangkan dalam aturan tertentu. Hal tersebut dimaksudkan agar
nantinya pihak selanjutnya yang akan mengurusi laporan dapat memahami
segala hal terkait tugasnya dan pihak SKPD serta BAKEUDA tidak perlu
mengadakan lagi konsultasi bersama sebelum penulisan laporan. Yang mana
hal tersebut dapat mempercepat pengerjaan laporan.
5. Ketika melakukan konsultasi melalui hubungan langsung ataupun tidak
langsung maka salah satu hal yang harus diperhatikan ialah komunikasi.
Komunikasi yang terjalin antar pihak dalam konsultasi haruslah komunikasi
yang efektif. Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang
komunikator harus mampu mengidentifikasi sasaran yang menjadi penerima
pesan, menentukan tujuan komunikasi, merancang pesan, memilih media,
memilih sumber pesan, dan mengumpulkan umpan balik (Nurrohim and
Anatan, 2009: 7-8).
36
2. Kenali mitra bicara/ komunikan. Jika kita sudah mengenali dan memahami
siapa komunikan yang akan kita hadapi saat berkomunikasi maka kita dapat
memilih bahasa dan strategi komunikasi yang sesuai sehingga pesan dapat
lebih mudah dipahami dan tujuan dari diadakannya komunikasi tersebut dapat
tercapai secara efektif (Zuwirna, 2016: 7).
3. Kuasai media yang digunakan. Yakini betul bahwa media yang akan
digunakan sudah dipahami karakteristiknya, kuasai keterampilan bagaimana
mengoperasikannya, dan kita harus mengetahui betul bahwa media tersebut
betul-betul cocok dengan bentuk pesan yang akan disampaikan. Untuk kasus
yang terjadi pada staff BAKEUDA yang telah kami sampaikan di atas,
miskomunikasi antar staff terjadi karena komunikan terkadang lupa terhadap
pesan yang telah disampaikan kepadanya maka kami menyarankan agar
setelah staff tersebut memberikan informasi secara verbal kepada
komunikan/mitra bicara, dia juga dapat memanfaatkan media komunikasi
lainnya agar komunikan dapat mengingat kembali pesan yang telah
disampaikan sebelumnya seperti menggunakan media komunikasi berbasis
tulisan seperti mengirimkan pesan teks kepada komunikan via aplikasi
whatsapp, telegram ataupun surat (Zuwirna, 2016: 7).
4. Pilihlah bahasa dan kata yang tepat, hindari penggunaan kata yang bersifat
konotatif ataupun ambigu dan hindari kesan negatif terhadap komunikan.
Pelafalan kita saat menyampaikan informasi secara verbal juga harus jelas
agar komunikan/ mitra bicara kita dapat memahami pesan yang kita
sampaikan dengan mudah. Jangan lupa untuk menyampaikan pesan kita
dengan tenang dan tidak tergesa-gesa, perhatikan intonasi kita saat
menyampaikan pesan tersebut, jangan lupa juga jeda dalam pesan tersebut
diperhatikan agar komunikan tidak kebingungan memahami pesan yang kita
sampaikan (Zuwirna, 2016: 8).
5. Kita harus memperhatikan status komunikan, agar kita dapat menentukan
bagaimana gaya komunikasi yang akan dipilih saat berkomunikasi dengannya.
Misalnya kita perlu berbicara dengan gaya yang formal dan menunjukkan
37
respek saat kita sedang berkomunikasi dengan bos atau atasan kita. Seringkali
miskomunikasi terjadi ketika seseorang tidak menyadari statusnya (Yasmin,
Tips Atasi Miskomunikasi (1), 2020).
6. Dalam berkomunikasi kita harus peka terhadap adanya emosi yang menyertai
setiap kata lawan bicara. Kita dapat lebih memahami maksud lawan bicara
jika saat berkomunikasi dengannya kita juga memperhatikan ekspresi muka
dan intonasinya. Contohnya ketika seseorang mengatakan bahwa dia tidak
apa-apa namun wajahnya murung, berarti dia sebenarnya sedang sedih
(Yasmin, Tips Atasi Miskomunikasi (1), 2020).
7. Mintalah feedback dari lawan bicara untuk memastikan apa yang kita katakan
telah ia terima dengan benar. Kita bisa juga meminta mereka mengulangi
perkataan kita karena hal ini dapat membuat mereka memproses pesan dengan
lebih mendalam (Yasmin,Tips Atasi Miskomunikasi (2): 2020).
38
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam suatu organisasi diperlukan yang namanya koordinasi, yangmana
koordinasi tersebut berfungsi sebagai pencegah dari terjadinya kekacauan, ketidak
selarasan dan lain sebagainya, agar dapat menjamin kelancaran dalam mekanisme dan
tujuan prosedur kerja. Dan dalam koordinasi diperlukan yang namanya manajemen agar
koordinasi yang dijalankan efektif, adapun menurut Tripethi dan Reddy dalam Buku
yang ditulis Moekijat berjudul Koordinasi (suatu tinjauan teoritis) terdapat beberapa
syarat yang mereka jabarkan untuk mencapai koordinasi manajemen yang efektif,
yaitu :
1. Hubungan langsung
2. Kesempatan awal
3. Konstitusi
4. Dinamisme
5. Tujuan yang jelas
6. Perumusan wewenang dan tanggungjawab yang jelas
7. Komunikasi yang efektif
8. Kepemimpinan yang efektif
39
B. Saran-saran
1. Kepada Kantor Badan Keuangan Daerah Prov.Kalimantan Selatan,
hendaknya lebih memperhatikan intensitas dan kualitas koordinasi baik itu
koordinasi internal dalam kantornya seperti koordinasi antar staff pada
bidang berbeda maupun koordinasi eksternalnya seperti koordinasi dengan
pihak SKPD terkait lainnya yang ada di Kalimantan Selatan ini.
2. Kepada Pihak Instansi Yang Terkait Dengan Kantor Badan Keuangan
Daerah Prov. Kalimantan Selatan untuk lebih memperhatikan kualitas dan
intensitas koordinasi mereka dengan Pihak Kantor Badan Keuangan Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan dengan harapan agar nantinya tidak terdapat
kesalahan dalam pembuatan laporan yang nantinya akan diteruskan ke
Badan Keuangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
3. Kami sadar dalam melaksanakan kegiatan ini masih banyak kekurangan.
Namun kami telah berusaha melaksanakannya secara maksimal. Selain itu,
kami pun juga menyadari bahwa laporan magang ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran yang
membangun guna memperbaiki laporan kami ini.
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Yasmin, Raihan Amalia. 2020. Tips Atasi Miskomunikasi (1). Diakses pada 14
August 2021, dari https://binus.ac.id/malang/2020/06/tips-atasi-
miskomunikasi-1/.
Yasmin, Raihan Amalia. 2020. Tips Atasi Miskomunikas (2)i. Diakses pada 14
August 2021, dari https://binus.ac.id/malang/2020/06/tips-atasi-
miskomunikasi-1/.
Wahyu, noviana. 2003. Koordinasi Antar Institusi Dalam Pengelolaan Benda Cagar
Budaya Candi Borobudur.
Hasibuan,melayu. 2014. Manejemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Sesra, Budio. 2018. Komunikasi Organisasi: Konsep Dasar Organisasi. Sumatera
Barat : Stai-Yaptip Pasaman Barat
Paruhuman, Tampubolon. 2018. Pengorganisasian Dan Kepemimpinan Kajian
Terhadap Fungsi-Fungsi Manajemen Organisasi Dalam Upaya Untuk
Mencapai Tujuan Organisasi. Jakarta : Jurnal Stindo Professional
42
LAMPIRAN Membuat SKPP
Me
43
Mengedit data untuk Penetapan
Mengecek dan Mengedit data KIB B Barang Milik daerah
44
Aplikasi SIPD Via Daring
Mengikuti Pembelajaran
Pengisian KIB A yang benar
45
Pengisian KIB B yang benar
46
47