Pengertian
Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan
satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.
a. Mengadakan ekspansi (perluasan usaha) dari usaha yang telah ada atau Internal
business expansion
b. Mengadakan penggabungan badan usaha atau External business expansion.
Di lihat dari segi cara pembentukannya, penggabungan usaha jmelalui external business
expansion kini dapat dibedakan menjadi 2 cara, berikut:
a. Apakah perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan satu jenis atau
golongan surat berharga (modal saham) saja.
b. Apakan perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan dua atau lebih jenis
(golongan) surat berharga (modal saham).
Penggabungan Perusahaan Dengan Mengeluarkan Satu Jenis Modal Saham
Contoh 1:
PT Siwi Peni mengeluarkan satu jenis saham atas dasar ratio kekayaan
bersih, pemegang saham PT Anon, PT Dian, dan PT Dani masing-masing akan
menerima modal saham tersebut dengan perbandingan; 20 : 30 : 50. Dengan
demikian, pembagian modal dalam hubungannya dengan kontribusi masing-
masing terhadap kekayaan bersih sebesar Rp.75.000.000 tetap sama seperti
halnya pada saat sebelum mereka bergabung. Akan tetapi keuntungan sebesar Rp.
7.500.000 di kemudian hari akan dibagi sesuai dengan perbandingan modal
saham yang dimiliki. Hal ini akan berakibat kerugian bagi pemegang saham PT
Anon di satu pihak dan keuntungan bagi pemegang saham PT Dani di pihak yang
lain.
Sebaliknya, jika modal dibagikan sesuai dengan perbandingan tingkat
keuntungan relatip yang disumbangkan. Pemegang saham PT Anon, PT Dian,
dan PT Dani masing-masing akan menerima jumlah sahm dengan perbandingan
30 : 30 :40. Dengan demikian meskipun pembagian keuntungan yang kelak
diperoleh dapat dipertahankan seperti sediakala, kan tetapi para pemegang saham
tidak dapat mempertahankan pemilikan terhadap kekayaan bersih yang
diserahkan kepada perusahaan yang baru dibentuk. Hal ini berakibat para
pemegang saham PT Anon akan mempunyai klaim terhadap net assets lebih besar
dari jumlah yang ditanamkan, sebaliknya bagi para pemegang sahan PT Dani,
klaim terhadap net assets pada perusahaan yang baru akan lebih kecil
dibandingkan dari jumlah yang diinvestasikan.
Untuk menghindarkan ketidak-adilan sebagaimana disebutkan di atas,
maka kontribusi dari masing-masing pihak harus ditentukan lebih lanjut dengan
memperhatikan adanya kemampuan lebih untuk mendapatkan leuntungan dan
menambah jumlah tersebut kepada kekayaan bersih yang diserahkan. Sedang
sebgai dasar alokasi modal saham selanjutnya adalah kontribusi relatp daripada
kekayaan bersih masing-masing yang telah ditambah dengan gooswill tersebut.
Contoh 2:
Pada cara ini Modal Saham PT Siwi Peni, selanjutnya dikeluarkan dan dibagikan
kepada masing-masing pihak atas dasar kontribusi relatip dari kekayaan bersih
termasuk goodwill. Sedang besarnya kekayaan yang harus diakui oleh
perusahaan yang baru dibentk dalam penggabungan perusahaan dapat dipakai dua
dasar. Pertama perusahaan yang baru dibentuk dapat mengakui besarnya
kekayaan yang diserahkan oleh masing-mmasing pihak sebesar kekayaan bersih
termasuk goodwill. Kedua besarnya kekayaan yang diakui dan dicatat hanya
sebesar kekayaan bersih riil, tidak termasuk goodwill.
Dibawah ini adalah prosedur pembukuan pada buku-buku PT Siwi Peni; masing-
masing apabila modal saham dikeluarkan dalam hubungan nya dengan kontribusi
kekayaan bersih termasuk goodwill, dan kontribusi yang diakui sebesar kekayaan
bersih riil tanpa goodwill.
Goodwill diakui
Keterangan PT Siwi Peni mengeluarkan 9.000 lb saham biasa, nominal
@ Rp. 10.000
1. Kontribusi kekayaan bersih Goodwil Rp. 15.000.000 (D)
termasuk goodwill: Macam-macam aktiva Rp. 75.000.000 (D)
PT Anon = Rp. 21.750.000 Modal Saham Rp. 90.000.000 (K)
PT Dian = Rp. 27.000.000
PT Dani = Rp. 41.250.000
Jumlah = Rp. 90.000.000
Alokasi Modal Saham =
PT Anon = Rp. 21.750.000 : 10.000 = 2.175 lb
PT Dian = Rp. 27.000.000 : 10.000 = 2.700 lb
PT Dani = Rp. 41.250.000 :10.000 = 4.125 lb
Jumlah = 9.000lb
1.812 lb = 4.375 lb
27.000 27.000
PT Dian = x 7.500 lb = PT Dian = x 18.750 lb =
90.000 90.000
2.250 lb 5.625 lb
41.250 41.250
PT Dani = x 7.500 lb = PT Dani = x 18.250 lb =
90.000 90.000
3.438 lb 8.750 lb
Meskipun pada masing – masing cara itu jumlah lembar saham yang di bagikan
berbeda satu sama lain, akan tetapi cara alokasi tersebut memungkinkan prosentase
pemilikan oleh masing-masing perusahaan yang terdahulu di dalam perusahaan yang baru
di bentuk tetap sama. Pada cara ini klaim terhadap kekayaan bersih dan bagian terhadap
keuntungan dari perusahaan terdahulu dalam perusahaan yang baru, akan menjadi sebgai
berikut:
Kesimpulan:
Jika keuntungan relatip yang diserahkan berbeda dengan kekayaan bersih relatipnya dan
satu jenis saham dikeluarkan dalam penggabungan perusahaan, maka perbandingan
semula baik dalam hak atas bagian laba maupun klaim terhadap kekayaan bersihnya
kedua-duanya tidak dapat dipertahankan dalam perusahaan yang baru.
Penggabungan Perusahaan dengan Mengeluarkan dua atau lebih Jenis Modal
Saham
Jika dikehendaki agar proporsi pemilikan dan hak-hak dari masing-masing pihak
dapat dipertahankan dalam perusahaan yang baru, maka perlu dikeluarkan lebih dari satu
jenis saham.
Cara mengalokasikan modal saham tersebut, jika dikeluarkan lebih dari satu jenis diatur
sebagai berikut:
Apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan baru dibentuk kurang dari jumlah
laba yang didapat oleh masing-masing perusahaan sebelum digabungkan, maka hak atas
laba dalam perusahaan yang baru tidak lagi sama dengan kontribusi relatip masing-
masing pihak. Hal ini terjadi karena saham biasa yang dkeluarkan atas dasar laba di atas
normal yag diperhitungkan itu ternyata tidak dapat direalisasikan.
Berarti, modal statuair untuk seluruh golongan saham dlam perusahaan yang baru
dibentuk dan dibagikan kepada masing-masing pihak yang bergabung harus didasarkan
atas kontribusi relatip dari keuntungannya.
Prosentase yang dipakai sebagai dasar untuk mengkapitalisasikan laba tidak
boleh lebih besar dari rentabilitas yang paling rendah di antara perusahaan yang
bergabung dan hak prioritas atau preferensi atas pembagian laba dari Saham Prioritas.
Jika tingkat kapitalisasi yang dipakai lebih kecil dari prioritas hak atas laba dari
saham preferen, ketidaksesuaian akan terjadi di dalam pembagian laba di antara
perusahaan yang terdahulu.
Contoh 3 :
PT. Anon, PT. Dian, dan PT. Dani pada contoh 1 bermaksud untuk
mengadakan penggabungan badan usaha dengan membentuk perusahaan baru
bernama PT Siwi Peni. Untuk itu telah disetujui PT Siwi Peni akan mengeluarkan
1.000 lembar 6% Sahan Prioritas, nominal @ Rp 100.000,00 per lembar dan 3.000
lembar Saham Biasa dengan nilai nominal @ Rp 25.000,00 per lembar. Data
tentang kekayaan bersih yang akan diserahkan oleh masing-masing perusahaan
dan laba yang diproyeksikan untuk setiap perusahaan itu nampa pada tabel berikut
:
Perusahaan Kontribusi Jumlah Laba yang Kontribusi Prosentase
kekayaan kekayaan diproyeksikan relatip yang laba dari
bersih bersih diproyeksikan kekayaan
relatip bersih
(ROA)
PT Anon 15.000.000 20% 2.250.000 30% 15%
PT Dian 22.500.000 30% 2.250.000 30% 10%
PT Dani 37.500.000 50% 3.000.000 40% 8%
Jumlah 75.000.000 100% 7.500.000 100% 10%
Berdasar uraian tersebut, besarnya modal saham yang harus dikeluarkan
untuk pembayaran kekayaan bersih yang diserahkan oleh masing-masing
perusahaan menurut golongan saham sesuai dengan prosentase yang dipakai
untuk mengkapitalisasi kemampuan memperoleh laba beserta pengaruhnya
terhadap pembagian laba kelak di kemudian hari.
Apabila hal ini terjadi, maka laba (keuntungan) PT Siwi Peni sebesar Rp
7.500.000,00 di kemudian hari akan memberikan hak atas laba kepada para
pemegang saham (perusahaan terdahulu) masing-masing 6% dari nominal sham
yang dimilikinya seperti tabel berikut :
PT Anon PT Dian PT Dani Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Untuk
Saham
Prioritas:
6% dari
nominal 900.000 20 1.350.000 30 2.250.000 50 4.500.000 100
Untuk
Saham
Biasa : 6%
dari
nominal 1.350.000 45 900.000 30 750.000 25 3.000.000 100
Bagian laba
stlh
pggbgan 2.250.000 30 2.250.000 30 3.000.000 40 7.500.000 100
Bagian laba
sblm
pggbgan
(kontribusi) 2.250.000 30 2.250.000 30 3.000.000 40 7.500.000 100
Keuntungan - - - - - - - -
(kerugian)
Ratio pembagian laba antara para pemegang saham perusahaan terdahulu = 30% :
30% : 40%, sesuai dengan kontribusi relatipnya dalam perusahaan gabungan, akan
dapat dipertahankan apabila PT Siwi Peni meperoleh laba lebih besar atau sama
dengan Rp 7.500.000,00.
Jumlah laba yang semakin mendekati jumlah yang dipoyeksikan, akan mengubah
ratio pembagian laba menuju ke arah ratio keseimbangan tersebut.
B. Tingkat Kapitalisasi Laba sebesar 8%, di atas prosentase hak prioritas yang
diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas)
Apabila laba dikapitalisasi dengan tingkat 8%, maka jumlah modal saham
yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang baru dibentuk sebesar Rp
93.750.000,00 terdiri dari Saham Preferen Rp 75.000.000,00 dan saham biasa Rp
18.750.000,00. Alokasi sahm tersebut kepada (pemegang saham) perusahaan
terdahulu, sebagai berikut :
Pembagian laba sebesar Rp 5.625.000 akan memberikan hak atas laba masing-
masing sebesar PT Anon Rp 1.687.500, PT Dian Rp 1.687.500, PT Dani Rp
2.250.000.
C. Tingkat Kapitalisasi Laba sebesar 5%, lebih rendah dari hak prioritas
pembagian laba yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas)
Pada cara ini modal saham yang dikeluarkan perusahaan yang baru
dibentuk akan berjumlah Rp 150.000.000,00 terdiri dari masing-masing Rp
75.000.000,00 untuk setiap golongan saham. Perhitungan moda saham yang harus
dikeluarkan dan alokasinya kepada masing-masing pihak adalah sebagai berikut :
Hal ini disebabkan hak prioritas pembagian laba yang diberikan kepada saham
preferen lebih besar dari tingkat laba yang diharapkan. Pembagian laba sebesar Rp
7.500.000,00 akan menghasilkan komposisi sebagai berikut :
Pada cara ini komposisi pembagian laba itu akan mencapai komposisi seperti
keadaan sebelum penggabungan, apabila tingkat laba perusahaan yang baru
dibentuk minima 6% dari jumlah aktivanya atau sebesar Rp 9.000.000,00, yaitu
sama dengan hak prioritas yang diberikan kepada pemegang saham preferen, yaitu
:
D. Kapitalisasi Laba sebesar 10%, lebih besar dari tingkat laba yang paling
rendah diantara perusahaan-perusahaan yang bergabung
Pada cara ini pembagian laba oleh perusahaan yang baru , tidak akan pernah
mencapai komposisi semula pada saat sebelum terjadi penggabungan. Pembagian
laba sebesar Rp 7.500.000,00 di kemudian hari akan berakibat komposisi
pembagian laba menjadi sebagai berikut :
Komposisi pembagian laba demikian itu akan terjadi pada setiap tingkat laba yang
didapat oleh perusahaan yang baru.
Meskipun dalam penggabungan ini, misalnya ada goodwill yang dibentuk tetapi
selama tingkat kapitalisasi laba adalah lebih besar dari tingkat laba paling rendah
di antara perusahaan yang bergabung, maka komposisi keseimbangan pembagian
laba itu tidak pernah dapat dicapai.
Informasi keuangan PT Dahlia dan PT Wijaya, yang digunakan sebagai titik tolak
dalam penggabungan kedua perusahaan tersebut :
PT Dahlia PT Wijaya
Kekayaan Bersih Riil Rp 50.000.000 Rp 150.000.000
Laba yang Diproyeksikan Rp 7.500.000 Rp 15.000.000
Prosentase laba dari
kekuasaan bersih 15% 10%
Sesuai dengan ketentuan dan uraian di atas, maka perhitungan penentuan jumlah
modal saham PT EVS yang harus dikeluarkan dalam penggabungan PT Dahlia
dan PT Wijaya serta alokasinya kepada masing – masing pihak yaitu :
Dilihat dari segi akuntansi, apabila dua atau lebih badan usaha
diselenggarakan bersama atau digabungkan, dengan tujuan untuk melanjutkan
usaha – usahanya terdahulu, sebagai akibat adanya kombinasi tersebut dibedaka
dalam 2 cara pencatatan, yaitu :
Contoh 5 :
Pada saat posisi keuangan masing – masing seperti tersebut di atas para pemegang
saham bersepakat untuk mengadakan penggabungan badan usaha. PT Danny yang
akan tetap meneruskan usaha – usahanya bersedia membeli kekayaan bersih PT
Hanny dan PT Sanny. Sebagai alat pembayaran PT Danny akan mengeluarkan
modal sahamnya yang pada tanggal tersebut mempunyai harga pasar @ Rp
50.000/lembar. Penilaian kembali terhadap harta kekayaan PT Hanny dan PT
Sanny sesuai dengan persetujuan bersama mengakibatkan kenaikan kekayaan
bersih PT Hanny sebesar Rp 11.250.000 dan kekayaan bersih PT Sanny sebesar
Rp 7.500.000
Jurnal untuk mencatat pemilikan aktiva dan pengakuan hutang PT Hanny dan PT
Sanny serta pengeluaran 2.625 lembar saham oleh PT Danny dan penerimaan
modal saham serta pembagiannya kepada para pemegang saham PT Hanny dan
PT Sanny, menurut penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai by
purchase sebagai berikut :
PT Danny
Aktiva
Hutang 112.500.000
225.000.000
contoh 6 :
Banyaknya saham yang harus dikeluarkan oleh PT Satria dan alokasi kepada
masing – masing perusahaan yang terdahulu :
Pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, di mana pemegang-
pemegang dari bagian penting atas pemilikan masing-masing badan usaha itu
menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian memiliki harta kekayaan dan
usaha-usaha dari perusahaan yang bergabung, baik secara langsung atau melalui
satu atau lebih anak perusahaan.
Faktor lain yang merupakan petunjuk adanya penggabungan badan usaha yang
bersifat penyatuan kepentingan:
a) Badan usaha yang tunggal itu dapat berupa satu diantara perusahaan yang
bergabung atau badan usaha yang tunggal itu dapat berupa suatu badan
usaha yang dibentuk sama sekali baru.
b) Sesudah kombinasi usaha dilakukan, kekayaan bersih dari semua badan
usaha yang bergabung (pada umumnya) akan dipegang oleh badan usaha
tunggal tersebut.
Prosedur akuntansi – Penggabungan Badan Usaha atas dasar “Penyatuan
Kepentingan” (pooling of interest)
Apabila kombinasi usaha dianggap sebagai suatu “pooling of interest” maka tidak
diperlukan dasar-dasar baru tentang accountabilitynya. Menurut konsep ini, badan
usaha yang baru dianggap sebagai kelanjutan dari semua badan usaha yang
bergabung, baik dalam bentuk suatu badan usaha yang tunggal maupun sebagai
induk perusahaan dengan satu atau beberapa anak perusahaan. Oleh sebab itu
apabila ada satu atau lebih dari badan usaha yang bergabung itu tetap melanjutkan
eksistensinya dalam suatu bentuk hubungan afiliasi dan terdapat persyaratan-
persyaratan untuk adanya pooling of interest; maka gabungan saldo laba yang
itdak dibagi di dalam neraca konsolidasi adalah merupakan keharusan. Untuk
memperoleh gambaran yang konkrit tentang prosedur pencataatan dinyatakan
sebagai penyatuan kepentingan, berikut ini diberikan contoh-contoh dengan
menggunakan data yang sama pada contoh-contoh no. 5 dan no. 6.
Contoh 7:
Contoh no 8.
Rp.
150.000.000
Jumlah modal statutair yang baru: (4.500 lembar @ Rp. 45.000 Rp.
202.500.000
Jumlah Modal Statuatir yang lama:
(Rp. 75.000.000 + Rp. 37.500.000 + Rp. 37.500.000) Rp.
150.000.000
Selisih Kurang Rp.
52.500.000
Ditutup dengan:
Kapitalisasi agio saham:
(Rp. 26.250.000 + Rp. 11.250.000
+ Rp. 7.500.000) = Rp. 45.000.000
Kapitalisasi sebagian laba yang ditahan Rp. 7.500.000
Rp.
52.500.
000
0
Dengan demikian saldo laba yang ditahan pada perusahaan yang baru tinggal Rp.
3.750.000
(Rp. 11.250.000 – Rp. 7.500.000) seperti nampak pada jurnal tsb di muka.
B. Pada transaksi B modal stratuatir perusahaan yang baru naik sebesar Rp.
75.000.000 dibanding dengan modal stratuatir sebelumnya. Oleh sebab itu,
kekurangan tsb cukup ditutup dengan hanya sebagaian dari saldo Agio
Saham.
Dengan demikian dalam perusahaan yang baru komponen modalnya akan
terdiri dari
Modal saham, 4.500 lembar nominal @ Rp. 35.000 Rp.
157.500.000
Agio Saham (Rp. 45.000.000 – 7.500.000) Rp.
37.500.000
Laba yg ditahan Rp.
11.250.000
Jumlah Rp.
206.250.000
C. Sedang pada transaksi C di mana terjadi pengurangan modal stratuair
(sebelumnya Rp. 150.000.000 menjadi Rp. 112.500.000 berakibat harus
pula dikurangkannya saldo modal stratuair untuk kemudian ditambahkan
kepada komponen modal lainnya yang berasal dari para pemilik, dalam hal
ini Agio saham. Dengan demikian sesuai pula dengan jurnal pada contoh
no. 7C; saldo hak-hak para pemegang saham dalam perusahaan yang baru
(pt Satria) akan terdiri dari:
Modal Saham Rp.
112.500.000
Agio Modal Saham ( Rp. 45.000.000 + Rp.37.500.000 Rp.
82.500.000
Laba yg ditahan Rp.
11.250.000
Jumlah Rp.
11.250.000