Anda di halaman 1dari 19

A.

PERUBAHAN KEPEMILIKAN PERSEKUTUAN

Perubahan Kepemilikan Persekutuan dan


Likuidasi Persekutuan
13 October 2016 by ginayuputri

PERUBAHAN KEPEMILIKAN PERSEKUTUAN

Perubahan Kepemilikan Persekutuan bisa terjadi karena banyak hal. Diantaranya, yang menjadi
penyebab terjadinya Perubahan Kepemilikan Persekutuan adalah dibubarkannya persekutuan itu
sendiri. Ketika persekutuan secara hukum resmi di disolusi(pembubaran persekutuan TIDAK
diikuti pembubaran perusahaan) baik dengan masuknya sekutu baru atau dengan berhenti atau
meninggalnya sekutu lama. Suatu perjanjian persekutuan baru perlu dibuat untuk kelanjutan
usaha persekutuan.

1. PENYERAHAN KEPEMILIKAN KE PIHAK KETIGA

Persekutuan tidak didisolusi jika sekutu menyerahkan kepemilikannya dalam persekutuan


kepada pihak ketiga karena penyerahan ini sendiri tidak mengubah hubungan antarsekutu.
Apabila si penerima tidak menjadi sekutu, perubahan satu-satunya yang dibutuhkan pada buku
persekutuan adalah transfer modal sekutu yang memberi ke si penerima.

Sebagai penyerahan kepemilikan Mardi sebesar 25% ke Ani pada persekutuan Mardi Ani dicatat
sebagai berikut :

Modal Mardi xxx

Modal Ani xxx

Jumlah modal yang ditransfer sama dengan jumlah yang dicatat untuk modal Marko saat
diserahkan, dan itu juga tidak berhubungan dengan perhitungan yang diterima Marko atas 25%
kepemilikannya.

2. MASUKNYA SEKUTU BARU

Sekutu baru dapat diterima dengan kesepakatan bersama antarsekutu lama. Persekutuan lama
didisolusi dan perjanjian yang baru diperlukan untuk operasi persekutuan selanjutnya. Jika tidak
ada perjanjian yang baru, maka seluruh laba dan rugi dalam persekutuan yang baru dibagi secara
merata.
Seseorang bisa menjadi sekutu dalam sebuah persekutuan yang telah berjalan dengan cara
membeli kepemilikan satu atau lebih sekutu lama dengan persetujuan seluruh sekutu lama yang
lain, atau dengan cara menginvestasikan sejumlah uang atau sumber daya ke dalam persekutuan.
Untuk kedua cara tersebut, buku persekutuan harus ditutup untuk memperbaharui perkiraan
modal sebagai antisipasi perjanjian persekutuan yang baru. Namun, situasi ini berbeda jika
persekutuan tidak menerima sumber daya saat pihak ketiga membeli kepemilikan langsung dari
sekutu lama, tapi ia menerima sumber daya baru saat pihak ketiga menjadi sekutu melalui
investasi langsung dalam persekutuan.

 Membeli Sebagian Hak Seorang Sekutu

Harga merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Transaksi akan dicatat persekutuan
sebesar NILAI BUKU modal yang diperjual belikan. Transaksi tidak mempengaruhi jumlah
maupun komposisi Aktiva dan Utang. Jumlah Modal tidak berubah, yang berubah adalah
komposisinya.

Contoh 2.1.1

Persekutuan ABCD membagi Laba/Rugi dengan Rasio 20:30:30:20

Saldo Modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A: 80.000

Modal B: 120.000

Modal C: 120.000

Modal D: 80.000 +

Jumlah Modal: 400.000

Awal tahun 1991, E diterima sebagai sekutu baru dengan membeli 50% hak B, baik hak atas
modal maupun pembagian Laba/Rugi sebesar 75.000

= 50% x Modal B

= 50% x 120.000

= 60.000

Maka Jurnal:

Modal B Rp. 60.000

Modal E Rp. 60.000


(Mencatat masuknya E kedalan persekutuan dengan membeli setengah kepemilikan B)

 Membeli Seluruh Hak Seorang Sekutu

Harga merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Transaksi akan dicatat persekutuan
sebesar NILAI BUKU modal yang diperjual belikan. Transaksi tidak mempengaruhi jumlah
maupun komposisi Aktiva dan Utang. Jumlah Modal tidak berubah, yang berubah hanya
komposisinya.

Contoh 2.2.1

Persekutuan ABCD membagi Laba/Rugi dengan Rasio 20:30:30:20

Saldo Modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A: 80.000

Modal B: 120.000

Modal C: 120.000

Modal D: 80.000 +

Jumlah Modal: 400.000

Awal tahun 1991, E diterima sebagai sekutu baru dengan membeli 100% hak B, baik hak atas
modal maupun pembagian Laba/Rugi sebesar 125.000

= 100% x Modal B

= 100% x 120.000

= 120.000

Maka Jurnal:

Modal B Rp. 120.000

Modal E Rp. 120.000

(Mencatat masuknya E ke dalam persekutuan dengan membeli seluruh kepemilikan B)

 Membeli Sebagian Hak Beberapa Sekutu

Harga merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Transaksi akan dicatat persekutuan
sebesar NILAI BUKU modal yang diperjual belikan. Transaksi tidak mempengaruhi jumlah
maupun komposisi Aktiva dan Utang. Jumlah Modal tidak berubah, yang berubah hanya
komposisinya.

Contoh 2.3.1

Persekutuan ABCD membagi Laba/Rugi dengan Rasio 20:30:30:20

Saldo Modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A: 80.000

Modal B: 120.000

Modal C: 120.000

Modal D: 80.000 +

Jumlah Modal: 400.000

Awal tahun 1991, E diterima sebagai sekutu baru dengan membeli 25% hak A, B, dan C, baik
hak atas modal maupun pembagian Laba/Rugi sebesar 100.000.

Modal A Modal B Modal C Modal E


80.000 x 25% = 120.000 x 25% = 120.000 x 25% = (80.000+120.000+120.000) x 25% =
20.000 30.000 30.000 80.000

Maka Jurnal:

Modal A Rp. 20.000

Modal B Rp. 30.000

Modal C Rp. 30.000

Modal E Rp. 80.000

(Mencatat masuknya E kw dalam persekutuan dengan membeli setengah kepemilikan A, B, dan


C)

 Membeli Seluruh Hak Beberapa Sekutu

Harga merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Transaksi akan dicatat persekutuan
sebesar NILAI BUKU modal yang diperjual belikan. Transaksi tidak mempengaruhi jumlah
maupun komposisi Aktiva dan Utang. Jumlah Modal tidak berubah, yang berubah hanya
komposisinya.

Contoh 2.4.1

Persekutuan ABCD membagi Laba/Rugi dengan Rasio 20:30:30:20

Saldo Modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A: 80.000

Modal B: 120.000

Modal C: 120.000

Modal D: 80.000 +

Jumlah Modal: 400.000

Awal tahun 1991, E diterima sebagai sekutu baru dengan membeli 100% hak A dan D, baik hak
atas modal maupun pembagian Laba/Rugi sebesar 200.000

Modal A Modal D Modal E


80.000 x 100% = 80.000 80.000 x 100% = 80.000 (80.000+80.000) x 100% = 160.000

Maka Jurnal:

Modal A 80.000

Modal D 80.000

Modal E 160.000

(Mencatat masuknya E ke dalam persekutuan dengan membeli seluruh kepemilikan A, dan D)

 Membeli Sebagian Hak Semua Sekutu

Harga Jual-Beli yang terjadi

Harga Jual-Beli = Nilai Buku

Harga Jual-Beli > Nilai Buku

Harga Jual-Beli < beli =” NILAI” buku =” 100.000″> NILAI BUKU

Transaksi akan dicatat:


 Metode Goodwill
 Metode Bonus

2.5.1 METODE GOODWILL

Transaksi akan dicatat sebesar harga jual

Selisih antara harga jual dengan nilai buku merupakan goodwill

Modal persekutuan akan bertambah sebesar goodwill

Contoh:

Persekutuan ABCD membagi Laba/Rugi dengan Rasio 20:30:30:20

Saldo Modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A: 80.000

Modal B: 120.000

Modal C: 120.000

Modal D: 80.000 +

Jumlah Modal: 400.000

Awal tahun 1991, E diterima sebagai sekutu baru dengan membeli 25% hak semua sekutu, baik

hak atas modal maupun pembagian Laba/Rugi sebesar 125.000

Nilai pasar 25% modal = 125.000

Nilai pasar seluruh modal = 100% x 125.000 = 500.000

25%

Nilai Buku modal = 400.000 –

Goodwill 100.000

Pembagian goodwill diantara sekutu

A = 20% x 100.000 = 20.000

B = 30% x 100.000 = 30.000


C = 30% x 100.000 = 30.000

D = 20% x 100.000 = 20.000


2.5.2 METODE BONUS

Transaksi akan dicatat sebesar NILAI BUKU

Selisih antara harga jual dengan nilai buku merupakan BONUS

Modal persekutuan TIDAK BERUBAH

Contoh:

Persekutuan ABCD membagi Laba/Rugi dengan Rasio 20:30:30:20

Saldo Modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A: 80.000

Modal B: 120.000

Modal C: 120.000

Modal D: 80.000 +

Jumlah Modal: 400.000

Awal tahun 1991, E diterima sebagai sekutu baru dengan membeli 25% hak semua sekutu, baik

hak atas modal maupun pembagian Laba/Rugi sebesar 125.000

Harga Jual = 125.000

Nilai Buku 25% moda l = 25% x 400.000 = 100.000 –

Bonus = 25.000

Pembagian Bonus diantara sekutu

A = 20% x 25.000 = 5.000

B = 30% x 25.000 = 7.500

C = 30% x 25.000 = 7.500

D = 20% x 25.000 = 5.000


 Harga Jual-Beli < Nilai Buku

Transaksi akan dicatat:

 Metode Goodwill Negatif


 Metode Bonus

2.6.1 METODE GOODWILL NEGATIF

Transaksi akan dicatat sebesar HARGA JUAL

Selisih antara harga jual dengan nilai buku merupakan godwill YANG TIDAK BERMANFAAT

Modal persekutuan akan BERKURANG sebesar goodwill

Metode ini cocok jika:

 Persekutuan sudah mengakui goodwill


 Seluruh aktiva berwujud sudah dinilai secara wajar

Contoh:

Persekutuan ABCD membagi Laba/Rugi dengan Rasio 20:30:30:20

Saldo Modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A: 80.000

Modal B: 120.000

Modal C: 120.000

Modal D: 80.000 +

Jumlah Modal: 400.000

Awal tahun 1991, E diterima sebagai sekutu baru dengan membeli 25% hak semua sekutu, baik

hak atas modal maupun pembagian Laba/Rugi sebesar 85.000


Nilai pasar 25% modal = 85.000

Nilai pasar seluruh modal = 100% x 85.000 = 340.000

25%
Nilai Buku modal = 400.000 –

Goodwill yg dihapus (60.000)

Pembebanan penghapusan goodwill diantara sekutu

A = {20/(20=30+30+20} x 60.000 = 12.000

B = {30/(20=30+30+20} x 60.000 = 18.000

C = {30/(20=30+30+20} x 60.000 = 18.000

D = {20/(20=30+30+20} x 60.000 = 12.000

2.6.2 METODE BONUS

Transaksi akan dicatat sebesar NILAI BUKU

Modal persekutuan TIDAK BERUBAH

Contoh:

Persekutuan ABCD membagi Laba/Rugi dengan Rasio 20:30:30:20

Saldo Modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A: 80.000

Modal B: 120.000

Modal C: 120.000

Modal D: 80.000 +

Jumlah Modal: 400.000

Awal tahun 1991, E diterima sebagai sekutu baru dengan membeli 25% hak semua sekutu, baik

hak atas modal maupun pembagian Laba/Rugi sebesar 85.000


LIKUIDASI PERSEKUTUAN

1. LIKUIDASI PERSEKUTUAN

Perbedaan Likuidasi dengan Perubahan Persekutuan:

Likuidasi terjadi apabila semua sekutu mengundurkan diri dan persekutuan dibubarkan, serta
aktiva non-kasnya dijual.

1.1 Perubahan Persekutuan

Perubahan persekutuan terjadi apabila:

1. Sekutu berkurang, hal ini terjadi bila seorang sekutu atau beberapa sekutu mengundurkan
diri.
2. Sekutu bertambah, hal ini terjadi apabila ada seorang sekutu atau beberapa sekutu yang
masuk ke dalam persekutuan.

1.2 Proses Likuidasi

Proses Likuidasi ada 4 (Empat) tahapan, yaitu:

1. Tahap menghitung dan membagi laba atau rugi persekutuan sampai saat likuidasi (berupa
ratio pembagian laba). Pembagian laba dilakukan sesuai dengan metode pembagian laba.
Tahap ini hanya diperlukan apabila likuidasi tidak dilakukan pada awal atau akhir
periode.
2. Menguangkan (menjual) semua aktiva selain kas. Tahap yang kedua ini disebut Realisasi.
Apabila nilai realisasi aktiva non-kasnya lebih kecil dibanding nilai bukunya maka
kerugian harus ditanggung semua sekutu dengan mengurangkan modalnya. Sebaliknya
bila nilai realisasi aktiva non-kasnya lebih besar dibanding nilai bukunya maka
keuntungkan akan menambah modal semua sekutu sesuai ratio pembagian labanya. Rugi-
laba tersebut diakui sebagai rugi laba realisasi.
3. Melunasi semua hutang persekutuan. Setelah penjualan aktiva non-kas (realisasi) maka
hasilnya akan menambah kas, kemudian kas ini sesuai Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata harus digunakan terlebih dahulu untuk:
4. Melunasi hutang kepada pihak ketiga (bukan sekutu) Hutang pihak ketiga harus
diprioritaskan untuk dilunasi terutama hutang pihak ketiga yang jumlahnya besar terlebih
dahulu.
5. Melunasi hutang sekutu setelah semua utang kepada pihak ketiga dilunasi maka
menyusul pelunasan hutang sekutu yang biasanya bila hanya hutang pada seorang sekutu
maka dilakukan bersama-sama dengan pengembalian modal pada likuidasi sederhana.
Apabila hutang lebih dari satu sekutu maka dilakukan pelunasan dengan prioritas sekutu
yang modalnya lebih besar. Apabila terbukti modalnya tidak cukup untuk melunasi
hutang maka sekutu yang bersangkutan harus membayar hutang dengan harta pribadi.
6. Membagi sisa kas yang masih ada kepada para sekutu. Sisa kas dibagikan setelah hutang
kepada pihak ketiga dan sekutu dilunasi. Tujuan pembagian sisa kas ini adalah:
7. Untuk mengembalikan modal kepada para sekutu sebagai wujud pembagian hak kepada
sekutu. Pengembalian modal ini sebesar modal bersih (modal setelah dikurangi laba-rugi
realisasi dan hutang) masing-masing sekutu.
8. Untuk melindungi kepentingan sekutu dikarenakan tanggung jawab sekutu tidak terbatas
maka apabila kas memungkinkan biasanya pembayaran utang kepada sekutu dilakukan
bersama-sama dengan pengembalian modal kepada sekutu.

Menurut cara pembagian kasnya, likuidasi dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Likuidasi Sekaligus/ Sederhana , yaitu likuidasi yang pembagian kasnya dilakukan


serentak karena realisasi non-aktivanya sekaligus.
2. Likuidasi Bertahap/ Berangsur, yaitu likuidasi yang dilakukan sesuai tersedianya kas
walaupun realisasinya belum tuntas.

2. TUJUAN LIKUIDASI

 Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum dari
realisasi aktiva.
 Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.
 Untuk membagikan uang tunai dan aktiva lain yang tidak dapat dicairkan kepada masing-
masing sekutu dengan cara yang adil.

Tujuan fungsi akuntansi yang terkait dengan likuidasi adalah untuk menyajikan informasi yang
memadai agar aktiva dapat dibagikan secara adil kepada kreditor dan sekutu dengan
memperhatikan perundang-undangan yang berlaku. Dengan demikian terjadi pergeseran dari
pengukuran rugi laba periodik menjadi penentuan realisasi keuntungan dan kerugian.

3. LIKUIDITAS SEDERHANA DENGAN KONDISI SEKUTU SECARA PRIBADI


MASIH MAMPU

Pengertian Likuidasi Sederhana (Simple Liquidation) Likuidasi sekaligus/sederhana sering


disebut sebagai likuidasi serentak karena pembagian kasnya dilakukan serentak untuk semua
sekutunya. Disamping itu sering disebut juga sebagai likuidasi tunggal karena realisasi non
aktivanya hanya sekali saja dan menyeluruh. Pembagian kas dilakukan hanya sekali saja yaitu
setelah semua aktiva non-kasnya terjual dan hutang kepada pihak ketiga maupun kepada sekutu
telah dilunasi. Terdapat 5 kemungkinan yang akan terjadi di dalam likuidasi
sederhana/sekaligus, yaitu:

1. Semua sekutu modalnya bersaldo positif.


2. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif tetapi dapat ditutup dengan utang kepada
sekutu yang bersangkutan.
3. Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun tidak dapat ditutup dengan utang-
piutang sekutu yang bersangkutan.
4. Kondisi Khusus: Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun sekutu yang harus
menyetor modal secara pribadi dalam keadaan tidak mampu.
5. Kondisi Khusus: Kas yang ada tidak cukup untuk melunasi Utang kepada pihak ketiga.

Pada topik 1 akan dibahas likuidasi sederhana dengan 3 kemungkinan diatas dimana semua
sekutu dalam keadaan mampu, kemudian pada topik kedua dibahas mengenai likuidasi sederhana
dalam keadaan khusus yaitu sekutu dalam keadaan tidak mampu dan realisasi yang terlalu kecil
sehingga kas tidak cukup melunasi hutang kepada pihak ketiga.

3.1 Saldo Semua Sekutu Setelah Realisasi Bernilai Positif.

Di dalam kasus normal biasanya nilai realisasi lebih kecil daripada nilai bukunya namun
kerugian akibat realisasi tidak begitu besar sehingga saldo masing-masing sekutu setelah
realisasi bernilai positif semua. Langkah-langkah:

1. Realisasi nilai aktiva non-kas.


2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
4. Pelunasan hutang sekutu dan pembagian kas sekaligus.

 Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi dapat ditutup dengan utang
kepada sekutu yang bersangkutan.

Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu bernilai negatif (defisit)
sesudah realisasi. Apabila persekutuan memiliki hutang kepada salah seorang sekutu tersebut,
maka defisit sekutu tersebut dapat ditutup dengan hutang persekutuan kepada sekutu. Langkah-
langkah:

1. Realisasi nilai aktiva non-kas.


2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
4. Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.
5. Pelunasan hutang sekutu.
6. Pembagian kas.

 Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif akan tetapi tidak dapat ditutup dengan
utang kepada sekutu yang bersangkutan.

Rugi realisasi yang cukup besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu bernilai negatif (defisit)
sesudah realisasi. Apabila defisit lebih besar daripada hutang persekutuan kepada salah seorang
sekutu tersebut, maka defisit sekutu tersebut dapat ditutup dengan sebagian hutang namun
akhirnya harus ditutup sekutu yang defisit tersebut dengan setoran kas. Langkah-langkah:
1. Realisasi nilai aktiva non-kas.
2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
4. Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.
5. Pembagian kas dari selisih antara modal bersih dengan penutupan defisit yang
dibebankan kepada masing-masing sekutu sesuai prosentase yang telah dikurangi
prosentase sekutu tidak mampu.

 Kondisi Khusus: Ada sekutu yang modalnya bersaldo negatif namun sekutu yang
harus menyetor modal secara pribadi dalam keadaan tidak mampu.

Rugi realisasi yang sangat besar dapat menyebabkan saldo milik sekutu bernilai negatif (defisit)
sesudah realisasi. Apabila defisit lebih besar dibanding hutang persekutuan terhadap sekutu
tersebut dan sekutu yang bersangkutan juga tidak mampu menyetor modal maka defisit sekutu
tersebut dapat ditutup dengan modal sekutu lainnya yang masih mampu. Langkah-langkah:

1. Realisasi nilai aktiva non-kas.


2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
3. Pelunasan utang dagang kepada pihak ketiga.
4. Penutupan defisit dengan pembayaran sebagian hutang sekutu.
5. Penutupan defisit yang dibebankan kepada masing-masing sekutu sesuai prosentase yang
telah dikurangi prosentase sekutu tidak mampu.

 Kondisi Khusus: Kas yang ada tidak cukup untuk melunasi Utang kepada pihak
ketiga.

Rugi realisasi yang sangat besar dapat menyebabkan saldo realisasi banyak yang bernilai negatif
dan bahkan kas yang diterima tidak mampu untuk menutup hutang kepada pihak ketiga. Bila hal
ini terjadi maka hutang kepada pihak ketiga dapat ditutup dengan setoran kas sekutu yang
mampu atau ditutup dengan hutang persekutuan kepada salah satu sekutu. Langkah-langkahnya:

1. Realisasi nilai aktiva non-kas.


2. Membagi kerugian realisasi sesuai dengan proporsi rugi-labanya.
3. Pembayaran sebagian utang dagang kepada pihak ketiga.
4. Penutupan defisit dengan transfer dari pelunasan hutang sekutu.
5. Penutupan defisit sekutu yang tidak mampu dengan modal sekutu sesuai prosentase yang
telah dikurangi prosentase sekutu tidak mampu.

4. LIKUIDASI BERANGSUR

Pengertian likuidasi Berangsur yaitu likuidasi yang nilai realisasi non-kasnya diketahui secara
bertahap sehingga realisasinya juga dilakukan secara berangsur. Proses realisasi kadang
memakan waktu lama karena memerlukan prediksi dan proyeksi yang akurat untuk harga
realisasi. Oleh karena itu pembagian kas dapat dilakukan sebelum selesainya realisasi. Setelah
semua hutang kepada pihak ketiga berarti ada sisa kas lagi yang dapat dibagi dan menjadi hak
sekutu.

Kemudian untuk menentukan besarnya pembagian kas ada dua cara, yaitu:

 Membuat perhitungan pembagian kas.

Perhitungan pembagian kas prosedur yang harus dilakukan dalam perhitungan pembagian kas:

1. Menghitung saldo modal bersih masing-masing sekutu setelah pelunasan utang kepada
pihak ketiga.
2. Menghitung rugi potensial yang maksimal. Besarnya rugi potensial maksimal sama
dengan nilai buku aktiva non kas yang belum direalisasi ditambah kas yang disisakan
dalam pembagian.
3. Membagi rugi potensial kepada semua sekutu.
4. Menghitung saldo modal bersih setelah diperhitungkan rugi potensial.
5. Membagi modal bersih sekutu yang defisit.

 Membuat program pembagian kas.

Program Pembagian Kas Prosedur penyusunan rencana (program) pembagian kas adalah sebagai
berikut:

1. Menghitung saldo modal bersih masing-masing sekutu. Besarnya saldo modal bersih
masing-masing sekutu sama dengan:

Saldo awal rekening modal xxxx

Hutang kepada sekutu xxxx +

Jumlah xxxx

Saldo debit rekening prive xxxx

Saldo piutang kepada sekutu xxxx +

Jumlah xxxx –

Modal Bersih xxxx

2. Menghitung kemampuan masing-masing sekutu untuk menanggung rugi persekutuan,


besarnya rugi maksimal sebesar modal bersih dikalikan prosentase rasio pembagian laba
sekutu yang bersangkutan.
3. Menyusun urutan (ranking) kemampuan masing-masing sekutu di dalam menanggung
rugi dan menghitung selisih antar ranking tersebut.
4. Menyusun urutan prioritas pembagian kas dan besarnya bagian kas untuk masing-masing
sekutu:
5. Prioritas pertama, yaitu sekutu yang berada di ranking Satu.
Besarnya bagian kas prioritas pertama = rasio rugi-laba X selisih antara ranking 1 dengan
ranking 2.
6. Prioritas kedua, yaitu sekutu yang berada di ranking satu dan dua.
Besarnya bagian kas prioritas kedua = rasio rugi-laba X selisih antara ranking 2 dengan
ranking 3.
7. Prioritas terakhir, yaitu semua sekutu yang berada di ranking 1 sampai ranking terakhir.
Besarnya bagian kas prioritas terakhir = rasio rugi-laba X kemampuan ranking terakhir.

5. PROSEDUR PERHITUNGAN PEMBAGIAN KAS

Prosedur yang harus dilakukan dalam perhitungan pembagian kas:

1. Mencatat realisasi aktiva non kas yang berhasil dijual.


2. Membebankan laba atau rugi akibat realisasi aktiva non kas kepada modal masing-
masing anggota.
3. Melunasi hutang-hutang dengan menggunakan kas yang ada.
4. Apabila ada sebagian aktiva non kas yang belum berhasil dijual, maka dianggap suatu
kerugian dan membebankan kerugian tersebut kepada para anggota.
5. Apabila ada biaya likuidasi yang timbul , biaya tersebut dibebankan kepada para anggota
sesuai dengan perbandingan pembagian laba rugi.
6. Membagikan kas yang ada sebagai pengembalian modal kepada anggota- anggota yang
mempunyai rekening modal bersaldo kredit ( tidak defisit ).

6. CONTOH SOAL LIKUIDASI PERSEKUTUAN

Persekutuan Tuan A, B, C dan D dinyatakan akan dilikuidasi. Pembagian laba (rugi) di dalam
persekutuan diatur dengan perbandingan sebagai berikut : 30%, 30%, 20%, 20%. Neraca 1 Mei
1980 yang disusun sesaat sebelum likuidasi menunjukan saldo – saldo.

Table 1.1

AKTIVA HUTANG DAN MODAL

Kas ……………………Rp 10.000,00 Hutang Dagang…………..Rp 75.000,00


Aktiva Lain-lain……….Rp 180.000,00 Hutang Kepada Tuan B Rp 6.000,00

Hutang Kepada Tuan D Rp 5.000,00

Modal, A………………Rp 42.000,00

Modal, B………………Rp 31.500,00

Modal, C………………Rp 20.500,00

Modal, D………………Rp 10.000,00

____________

Total Aktiva……………Rp 190.000,00 Total Modal + Hutang…Rp 190.000,00

Dibawah ini diberikan beberapa kemungkinan di dalam pelaksanaan realisasi pengubahan aktiva
lain menjadi uang tunai dan proses likuidasi selanjutnya :

1. Realisasi aktiva lain sebesar Rp 140.000,00. Kerugian dalam realisasi aktiva lain-lain di
bebankan kepada rekening modal masing – masing anggota dengan jumlah yang masih
cukup di tutup oleh saldo modal.
2. Realisasi aktiva lain – lain sebesar Rp 120.000,00. Pembebasan kerugian melampaui
saldo rekening modal beberapa anggota sehingga harus ditutup dengan saldo piutangnya
kepada persekutuan.

Contoh

Nilai buku aktiva lain-lain………………………………………………. Rp 180.000,00

Dijual (direalisasikan) menjadi kas………………………………….. Rp 140.000,00

Rugi dalam realisasi………………………………….. Rp 40.000,00

Kerugian tersebut dibagi diantara anggota masing-masing A, B, C dan D dengan perbandingan :


30%, 30%, 20% dan 20%.

Pembebanan kerugian direalisasi kepada rekening modal masing-masing adalah sebesar:

A = 30% x Rp 40.000,00 = Rp 12.000,00

B = 30% x Rp 40.000,00 = Rp 12.000,00


C = 20% x Rp 40.000,00 = Rp 8.000,00

D = 20% x Rp 40.000,00 = Rp 8.000,00

Pembebanan kerugian tersebut masih cukup ditutup dengan saldo modal dari masing-masing
anggota. Dengan demikian ikhtisar laporan likuidasinya adalah sebagai berikut (table 1.1)

Revaluasi: Prosedur Goodwill


Asumsikan, Abimanyu dan Butet memiliki saldo modal masing-masing Rp.50.000.000,- dan
Rp.40.000.000,- dan mereka membagi hasil usahanya sama rata, dan Charles diterima dalam
persekutuan dengan total pembayaran sebesar Rp.50.000.000,- langsung kepada para sekutu.
Charles akan memiliki bagian 50% atas modal dan laba dari persekutuan di masa mendatang.

Beberapa pertanyaan tambahan mengenai kewajaran timbul sehubungan dengan penilaian total
aktiva persekutuan, pemindahan modal kepada Charles, dan pembagian pembayaran
Rp.50.000.000,- antara Abimanyu dan Butet. Pembayaran Charles sebesar Rp.50.000.000,- untuk
memperoleh bagian 50% atas modal maupun laba menunjukkan bahwa total aktiva persekutuan
dinilai sebesar Rp.100.000.000,- Jika aktiva akan direvaluasi, revaluasi harus dicatat sebelum
masuknya Charles dalam persekutuan. Persekutuan akan mencatat revaluasi tersebut sebagai
berikut:

Goodwill (+A) Rp10.000.000


Modal Abimanyu (+E) Rp5.000.000
Modal Butet (+E) Rp5.000.000
Mencatat goodwill atas revaluasi aktiva persekutuan

Jika aktiva direvaluasi dan akun aktiva teridentifikasi disesuaikan, maka jumlah hasil penyesuaian
tersebut akan diamortisasi atau disusutkan sepanjang sisa umur aktiva tersebut. Walaupun
prosedur revaluasi biasanya disebut sebagai prosedur goodwill, goodwill tidak boleh dicatat
sampai seluruh aktiva teridentifikasi telah disesuaikan ke nilai wajarnya. Pendekatan ini mirip
dengan pendekatan yang digunakan untuk mencatat penggabungan usaha menurut metode
pembelian atau kondisi divisi usaha atau kelompok aktiva.

Ayat jurnal sebelumnya yang mencatat goodwill sebesar Rp.10.000.000,- menambah saldo modal
Abimanyu dan Butet berturut-turut menjadi Rp.55.000.000,- dan Rp.45.000.000,- Apabila kedua
sekutu ini masing-masing memindahkan saldo modal yang sama kepada Charles, maka ayat jurnal
untuk mencatat masuknya Charles ke dalam persekutuan adalah:
Modal Abimanyu (-E) Rp25.000.000
Modal Butet (E) Rp25.000.000
Modal Charles (+E) Rp50.000.000
Mencatat masuknya sekutu Charles ke dalam persekutuan

Alternatif lain, bisa saja saldo modal Abimanyu dan Butet disesuaikan dalam persekutuan baru
sedemikian sehingga keduanya masing-masing akan memiliki 25% bagian atas modal dan laba
persekutuan baru. Dalam kondisi yang sedemikian, persekutuan akan mencatat masuknya Charles
sebagai berikut:

Modal Abimanyu (-E) Rp30.000.000


Modal Butet (E) Rp20.000.000
Modal Charles (+E) Rp50.000.000
Mencatat masuknya sekutu Charles ke dalam persekutuan

1.6.2 Tanpa Revaluasi: Prosedur Bonus


Berdasarkan pada ilustrasi diatas, para sekutu sepakat untuk tidak melakukan revaluasi atas aktiva
persekutuan, namun kedua sekutu masing-masing memindahkan saldo modal yang sama kepada
Charles, maka ayat jurnal untuk mencatat pemindahan ini adalah:

Modal Abimanyu (-E) Rp22.500.000


Modal Butet (E) Rp22.500.000
Modal Charles (+E) Rp50.000.000
Mencatat masuknya sekutu Charles ke dalam persekutuan

Saldo modal yang sama dan bagian yang sama atas laba dimasa mendatang dipindahkan oleh
Abimanyu dan Butet kepada Charles, sehingga masing-masing menerima kas Rp.25.000.000,- dari
Charles dan ini terlihat adil. Dengan demikian, masing-masing sekutu lama menerima kelebihan
Rp.2.500.000,- dari nilai buku modal yang dipindahkan (Rp.25.000.000,- yang diterima dikurangi
Rp.22.500.000,- modal yang dipindahkan).

Seandainya Abimanyu dan Butet menginginkan agar mereka memiliki bagian yang sama (yaitu
25%) atas modal dan laba dalam persekutuan baru, maka Abimanyu akan menerima
Rp.30.000.000,- dari Charles, dan Butet menerima Rp.20.000.000,- Ayat jurnal untuk mencatat
pemindahan modal tersebut akan menjadi seperti berikut:

Modal Abimanyu (-E) Rp27.500.000


Modal Butet (E) Rp17.500.000
Modal Charles (+E) Rp45.000.000

Mencatat masuknya sekutu Charles ke dalam persekutuan

Walaupun bukti pendukung revaluasi tidak selalu meyakinkan, suatu revaluasi yang berdasarkan
harga yang dibayar oleh sekutu baru yang bergabung memang memberikan keuntungan dengan
membentuk saldo modal untuk sekutu tersebut sesuai dengan jumlah investasinya. Misalnya, saldo
modal Charles sama dengan pembayarannya kepada Abimanyu dan Butet sebesar Rp.50.000.000,-
apabila aktiva direvaluasi. Sebaliknya bila tidak direvaluasi, saldo modal Charles hanya
Rp.45.000.000,-. Lagipula nilai modal yang dipindahkan dan alokasi kas lebih mudah ditentukan
apabila aktiva direvaluasi karena laba dan rugi yang terkait dengan persekutuan lama akan dicatat
dalam pembukuan.

Anda mungkin juga menyukai