Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENATAUSAHAAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN


PADA PERGURUAN TINGGI

OLEH:

KELOMPOK 3

Chikko Cikal Kurnia Baan (A031191010)

Angel Constanty Asrul (A031191009)

Inez Meilani Simatupang (A031191007)

Euodia Belinda Patabang (A031191092)

Putri Noviyanti Khairunnisa (A031191109)

Nurafni Hamzah (A031191149)

Muh. Berkah Heriyansyah (A031191173)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2021
PENDAHULUAN

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan diatas pendidikan menengah


yang mencakup diploma, sarjana, pascasarjana, magister, doctor, dan profesi yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan Indonesia.
Lembaga Pendidikan Tinggi bersifat nirlaba, sehingga memiliki karakteristik yang
berbeda dengan karakteristik akuntansi bisnis. Oleh karena itu, laporan keuangan
yang disusun memperhatikan karakteristik yang spesifik pada akuntansi untuk
organisasi nirlaba, khususnya yang berlaku bagi organisasi pemerintah sehingga
penyusunan laporan keuangan mengacu pada sistem akuntansi pemerintah serta
sistem akuntansi yang diterapkan pada lembaga pendidikan yang bersangkutan
dan memperhatikan standar akuntansi keuangan Indonesia.

Sebagai lembaga yang bersifat nirlaba, pelaporan keuangan disusun


berdasarkan PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Peraturan Menteri Keuangan No.222/PMK. 05/2016 Tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan No.177/PMK.05/2015 Tentang Pedoman
Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga

DE ISAK 35 yang diterbitkano leh DSAK IAI mengatur tentang penyajian


laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba. DSAK IAI tidak memberikan
definisi atau criteria untuk membedakan entitas berorientasi nonlaba dari
entitas bisnis berorientasi laba karena perundang-undangan di Indonesia yang
mengatur secara spesifik mengenai definisi dan ruang lingkup entitas berorientasi
nonlaba tidak ditemukan.
DE ISAK 35 merupakan interpretasi dari PSAK 1 paragraf 05 yang
memberikan contoh bagaimana entitas berorientasi nonlaba membuat penyesuaian
baik: (i) penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos dalam laporan
keuangan; dan (ii) penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk laporan keuangan
itu sendiri. DE ini dilengkapi dengan dasar kesimpulan dan contoh ilustratif
yang bukan merupakan bagian dari DE ISAK 35. Contoh ilustratif memberikan
contoh sederhana penyajian laporan keuangan yang mencakup laporan posisi
keuangan, laporan penghasilan komprehensif, laporan perubahan aset neto,
laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Selanjutnya, pengaturan
penyajian laporan keuangan entitas non laba yang sebelumnya diatur dalam
PSAK 45 dicabut oleh DE PPSAK 13: Pencabutan PSAK 45: Pelaporan
Keuangan Entitas Nirlaba
Pencabutan PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba dilandasi
alasan sebagai dampak dari konvergensi International Financial
Reporting Standards (IFRS) yang mengakibatkan Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) berbasis industry harus dicabut karena sudah diatur dalam SAK lain.
PSAK 45 mengatur mengenai pelaporan keuangan entitas nirlaba. Pencabutan
PSAK 45 seiring dengan penerbitan DE ISAK 35: Penyajian Laporan Keuangan
Entitas Berorientasi Non labayang memberikan pedoman penyajian laporan
keuangan untuk entitas berorientasi nonlaba.
Adapun perbedaan PSAK 45 dengan ISAK 35 PSAK 45, yakni.

Perbedaan
PSAK 45 ISAK 35
Menjelaskan tentang Pelaporan Keuangan Menjelaskan tentang Penyajian Laporan
Entitas Nirlaba telah disahkan oleh Dewan Keuangan Entitas Berorientasi Nonlaba
Standar Akuntansi Keuangan pada tanggal
8April 2011

Istilaht erjemahan atas kata “Not-for- Istilah terjemahaan kata “Not-for-Profit”


Profit” sebelumnya dalam PSAK 45 dirubah oleh DSAK IAI dalam ISAK 35
diterjemahkan sebagai “Nirlaba” menjadi Non Laba dengan dasar bahwa
sesungguhnya aktivitias utamanya tidak
berorientasi mencari bukan berarti tidak
menghasilkan laba (nirlaba)
Merevisi PSAK 45 tentang Pelaporan ISAK 35 yang diterbitkan oleh DSAK IAI
Keuangan Organisasi Nirlaba yang telah merupakan interpretasi dari PSAK 1:
dikeluarkan pada tanggal 23 Desember Penyajian Laporan Keuangan paragraf 05
1997 yang memberikan contoh bagaimana entitas
berorientasi non laba membuat penyesuaian
AKUNTANSI PERGURUAN TINGGI

1. Pengertian Organisasi Nonlaba Privat Perguruan Tinggi dan Universitas


(Privat NFP Colleges and Universities)

Organisasi non laba non pemerintahan adalah organisasi yang bukan


merupakan badan-badan pemerintahan (baik itu pemerintah pusat, daerah, dan
unit-unit kerja), melainkan organisasi nonlaba nonpemerintah meliputi organisasi
sukarelawan, rumah sakit, sekolah tinggi, dan universitas, serta organisasi-
organisasi lainnya (yayasan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi keagamaan,
organisasi politik dan lain sebagainya).

Akuntansi universitas adalah proses yang terdiri dari identifikasi,


pengukuran dan pelaporan informasi ekonomi universitas yang berguna dalam
penilaian dan pengambilan keputusan mengenai usaha atau kegiatan universitas.
Kegiatan akuntansi universitas meliputi pengidentifikasian dan pengukuran data
yang relevan untuk suatu pengambilan keputusan, pemrosesan data yang
bersangkutan kemudian pelaporan informasi yang dihasilkan, dan
pengkomunikasian informasi kepada pemakai laporan.

Dalam peraturannya, universitas dikelompokkan nenjadi dua yaitu:

a. Universitas yang dikelola pihak swasta (Private University). Dalam hal ini
pelaksanaan akuntansinya dilaksanakan berdasr standar akuntansi yang
dikembangkan oleh Financial Accounting Standards Board – FASB
(Dewan Standar Akuntansi Keuangan) khususnya dalam pernyataan
(FASB Statement) No. 117 tentang Laporan Keuangan untuk Organisasi
Nirlaba.
b. Universitas yang dikelola Pihak Pemerintah (Public University). Dalam
hal ini pelaksanaan akuntansinya dilaksanakan berdasar standar akuntansi
yang dikembangkan oleh Govermental Accounting Standars Board –
GASB (Dewan Standar Akuntansi Pemerintahan) khusunya dalam
pernyataan (GASB Statement) khusunya dalam pernyataan (GASB
Statement) No. 15 tentang “Model Pelaporan Keuangan untuk
Universitas”.
2. Pendapatan

Pendapatan diklasifikasikan sebagai pendapatan akademik dan


nonakademik. Pendapatan akademik adalah pendapatan yang diterima dari
aktivitas tridharma perguman tinggi.

Pendapatan nonakademik adalah pendapatan yang diterima di luar dari


aktivitas akademik. Pendapatan akademik yang diperoleh dari mahasiswa diakui
secara pro¬porsional pada saat realisasi jasa. Sedangkan pendapatan yang berasal
dari sumbangan dan hibah diakui pada saat penerimaan sumbangan dan hibah.
Pendapatan nonakademik yang berasal dari jasa pelatihan dan konsultasi diakui
pada saat realisasi jasa telah terpenuhi sesuai nilai kontrak atau perjan¬jian
dengan pihak ketiga.

Pengeluaran Merupakan penurunan ekonomi di masa depan yang


berkaitan dengan penurunan aktiva ataupeningkatan kewajiban yang telah terjadi
dan dapat diukur dengan andal. Pengeluaran diklasifikasikan sebagai pengeluaran
akademik dan nonakademik. Pengeluaran akademik adalah pengeluaran yang
timbul dari aktivitas di luar aktivitas akademik. Pengeluaran non akademik adalah
pengeluaran yang aktivitas di luar aktivitas akademik.

2.1 Uang pengajaran dan Uang Kuliah (Tuition and Fees)


Sekolah tinggi dan universitas privat, mengakui penuh menilai jumlah
uang pengajaran dan uang kuliah (bersih dari refunds) dari mahasiswa
sebagai revenue. Uang pengajaran dan uang kuliah. Pembatalan uang
pengajaran dan uang kuliah untuk beasiswa menunjukkan akun lawan
pendapatan, sementara estimasi piutang ragu-ragu dicatat sebagai biaya
support institusi.
2.2 Dana bantuan dari pemerintah (Appropriation from Governments)
Apropriasi yang diterima termasuk dana / asset tak bersyarat untuk
operasi kini, dari legislative atau otoritas pajak. Institusi boleh
mengklasisfikasikan apropriasi bersyarat sebagai tidak bersyarat bila
perubahannyatanpa melalui proses di legislative.
2.3 Bantuan dana mahasiswa, kontribusi dan bantuan lain (students
financial aid, contributions and endowments)
a) Dana untuk mahasiswa/beasiswa (student financial aid)
Universitas sering mendapat dana bantuan dari pihak ketiga yang
direncanakan untuk dipakai oleh mahasiswa untuk menutup biaya
pendidikan.
b) Kontribusi (Contribution) Universitas mencatat kontribusi yang
tidak mempunyai spesifikasi sehubungan dengan periode waktu
atau tujuan penggunaan.
c) Dana Abadi (endowments) Universitas mencatat kontibusi (dana
abadi) dari principal yang harus dipegang dalam waktu yang tidak
terbatas tetapi pendapatannya dapat digunakan untuk tujuan
dibatasi atau tak bersyarat seperti kontribusi special yang disebut
dana abadi. Dana abadi pokok adalah dibatasi permanen,
sementara pendapatan dana abadi boleh diperlakukan tak bersyarat
atau dibatasi.
2.4 Pendapatan lain-lain Pendapatan dari jasa fakultas (auxiliary
enterprices)
termasuk jumlah yang diterima dalam penyediaan fasilitas dan jasa
pada fakultas , staf dan mahasiswa. Termasuk jumlah yang dibebankan
atas gedung pertemuan (residence hall), kantin (food services), atletik
antar universitas (intercollegiate athletics) dan organisasi mahasiswa
(college union), seperti penjualan dan penerimaan dari toko universitas
(college stores), tukang cukur (barber shop), gedung bioskop dan lain
sebagainya.

3. Biaya – biaya dan Pembelian Aset


3.1 Biaya-Biaya (Expenses)
Untuk tujuan laporan keuangan, sekolah tinggi dan universitas
mengklasifikasikan biaya tak bersyarat dengan luas, baik pendidikan dan
umum atau pendapatan, biaya, dan perubahan dalam asset bersih.
Klasifikasi fungsional termasuk berikut ini:
• Instruksi, biaya untuk program instruksi.
• Research, biaya untuk menghasilkan pendapatan riset
• Public service, biaya dalam aktifitas untuk menghasilkan jasa non
instruksional kepada grup eksternal.
• Academic support, biaya untuk menyelenggarakan support
terhadap instruksi, riset dan publikasi
• Students services, jumlah-jumlah yang dibelanjakan untuk
administrasi dan pendaftaran dan jumlah-jumlah yang dibelanjakan
atas emosional mahasiswa social dan kesehatan fisik.
• Institusional support, jumlah yang dibelanjakan untuk administrasi
dan rencana jangka panjang universitas.
• Operation and maintenance of plant, biaya untuk operasional serta
pemeliharaan peralatan perlengkapan
• Student aid, biaya dari restricted or unrestricted funds dalam
bentuk grants, scholarships or fellowships to students.
3.2 Pembelian Peralatan dan Gedung (Purchase of Planet Assets) Property,
plant and equipment yang diperoleh oleh organisasi non laba dengan
sumber dana unrestricted atau restricted saat perolehan di catat sebagai
temporaty restricted, diklasifikasikan sebagai asset bila penyusutannya
diakui. Dasar Pelaksanaan Penataan Akun Penerimaan
1. Pemerintah akan menerapkan uang kuliah tunggal yang akan
berpengaruh terhadap struktur jenis penerimaan di perguruan tinggi
2. Mulai tahun 2012, pemerintah menyediakan bantuan operasional
perguruan tinggi negeri yang memerlukan penyesuaian pada
penerimaan perguruan tinggi
3. Dasar pengalokasian bantuan operasional perguruan tinggi
menggunakan jenis penerimaan diperguruan tinggi. Jenis
penerimaan dapat menjadi sebagai “reward” atau “punishment”
4. Pengelompokan jenis penerimaan menurut bagan akun standar
(BAS) atas penerimaan perguruan tinggi masih memerlukan
perbaikan dan keseragaman
5. Penerimaan perguruan tinggi yang berasal dari mahasiswa harus
berbasis data PDPT.
Penggunaan Kode Akun Pendapatan dan Belanja

Kode Akun Uraian Penjelasan


42322 Pendapatan Jasa II
42329 Pendapatan Jasa Lainnya
423291 Pendapatan Jasa Lainnya Pendapatan jasa yang tidak
termasuk kelompok
pendapatan jasa I dan II
42351 Pendapatan Pendidikan
423511 Pendapatan Uang Pendidikan Uang pendidikan berasal
PTN yang
menyelenggarakan
pendidikan baik di
lingkungan Kementerian
Pendidikan Nasional
maupun di kementerian lain
423512 Pendapatan Uang Uang ujian masuk, kenaikan
Ujian Masuk, tingkat dan akhir pendidikan
Kenaikan Tingkat dan yang berasal dari PTN yang
Akhir Pendidikan menyelenggarakan pendidikan
baik di lingkungan Kementerian
Pendidikan Nasional (BA
023) maupun dikementerian
lain
423513 Pendapatan Uang Uang ujian untuk menjalankan
Ujian untuk praktek yang berasal dari PTN
Menjalankan Praktek yang menyelenggarakan
pendidikan baik di lingkungan
Kementerian Pendidikan
Nasional (BA
023) maupun dikementerian
lain
423514 Pendapatan Uang Pendidikan Uang Pendapatan pendidikan
lainnya
lainnya seperti sumbagan yang
berasal dari PTN yang
menyelenggarakan pendidikan
baik di lingkungan Kementerian
Pendidikan Nasional (BA
023) maupun dikementerian
lain

424 Pendapatan Badan Layanan


Umum
42411 Pendapatan Penyediaan
Barang dan
Jasa ke Masyarakat
424112 Pendapatan Jasa Pelayanan Pendapatan BLU yang
Pendidikan
berasal dari PTN yang
menyelenggarakan
pendidikan
424113 Pendapatan Jasa Pelayanan Pendapatan BLU dari
Tenaga, Pekerjaan, kegiatan bantuan tenaga
Informasi, Pelatihan dan terampil, informasi,
Teknologi pekerjaan, pelatihan dan
teknologi
424114 Pendapatan Jasa Percetakan Pendapatan BLU dari jasa
percetakan dokumen, buku
dan sejenisnya
424119 Pendapatan Jasa Penyediaan Pendaptan BLU yang
Barang dan Jasa Lainnya diperoleh dari
kegiatan diluar
penyediaan barang
dan jasa lainnya
42412 Pendapatan dan Pengelolaan
Wilayah/Kekuasaan Tertentu
424123 Pendapatan Pengelolaan Fasilitas • Pendapatan
Umum Milik Pemerintah Pengeloaan
Fasilitas Umum
Milik Pemerintah

• Pendaptan BLU
dari

hasil
pengelolaan
Fasilitas Umum
Milik
Pemerintah
42421 Pendapatan Hibah Terkait
424211 Pendaptan Hibah Terkait Dalam Pendapatan Hibah terkait
Negeri
Dalam negeri yang
– Perorangan
berasal dari perorangan
424212 Pendapatan Hibah Terkait Dalam Pendapatan Hibah terkait
Negeri – Lembaga/Badan Usaha Dalam Negeri yang
berasal
dari Lembaga/ Badan
Usaha
424216 Pendapatan Hibah Terkait Luar Negeri Pendapatan Hibah terkait
–Negara Dalam Negeri yang
berasal dari Negara
42422 Pendapatan Hibah Tidak Terkait
424221 Pendapatan Hibah Tidak Terika Dalam Pendapatan Hibah Tidak
Negeri – Perorangan Terkait Dalam Negeri
yang berasal dari
Perorangan

424223 Pendapatan Hibah Tidak Terika Dalam Pendapatan Hibah Tidak


Negeri – Pemda Terkait Dalam Negeri
yang
berasal dari Pemda
424229 Pendapatan Hibah Tidak Terikat Pendapatan Hibah Tidak
Lainnya Terkait Dalam/Luar
Negeri yang berasal dari
perorangan,
lembaga/badan
usaha dan pemda
42431 Pendapatan Hasil Kerjasama BLU
424312 Pendapatan Hasil Pendaptan BLU yang
Kerjasama Lembaga/Badan diperoleh dari hasil
Usaha kegiatan kerjasama
dengan pihak
lain” Lembaga/badan
usaha
424313 Pendapatan Hasil Pendapatan BLU yang
Kerjasama Pemerintah diperoleh dari hasil
Daerah kegiatan kerjasama
dengan pihak
lain: Pemda
42491 Pendapatan BLU Lainnya
424911 Pendapatan Jasa Layanan Kode akun ini
Perbankan BLU digunakan untuk
mencatat pendaptan
jasa giro dan layanan
perbankan yang
diterima
oleh Badan Layanan
Umum
4. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Pendidikan

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 48 menyatakan bahwa


pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip keadilan, efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik. Berikut ini dibahas masing-masing prinsip
tersebut, yaitu transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi :

1) Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang pengelolaan
berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Keterbukaan
dalam sumber pemasukan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan
pertanggung jawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-
pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan
diperlukan dalam rangka meningkatkan tingkat kepercayaan stakeholder,
diantaranya orangtua mahasiswa, masyarakat dan pemerintah.
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas di dalam pengelolaan keuangan berarti penggunaan uang
perguruan tinggi dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan perencanaan
yang telah ditetapkan dan peraturan yang berlaku, maka perguruan tinggi
membelanjakan uang secara bertanggung jawab. Pertanggung jawaban
dapat dilakukan kepada orang tua, masyarakat dan pemerintah.
3) Efektivitas
Efektivitas lebih menekankan pada kualitatif outcomes. Pengelolaan
keuangan dapat dikatakan memenuhi prinsip efektivitas bila kegiatan yang
dilakukan dapat membiayai aktivitas-aktivitas yang sudah
direncanakanguna mencapai tujuan lembaga yang telah ditetapkan.
4) Efisiensi
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan
keluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi
tenaga pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat dilihat dari dua
hal:
• Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya Kegiatan
dapat dinyatakan bila penggunaan waktu, tenaga dan biaya
tertentu dapat mencapai hasil yang maksimal.
• Dilihat dari segi hasil Kegiatan dapat dinyatakan bila dengan
penggunaan waktu, tenaga dan biaya tertentu memberikan hasil
sebanyak-banyaknya baik kuantitas maupun kualitasnya.

5. Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi Negeri

Bergesernya sistem pengelolaan keuangan dari tradisional ke sistem


pengelolaan keuangan berbasis kinerja yang dituangkan dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pengeloaan keuangan
berbasis kinerja ini terdapat di dalam pasal 68 dan pasal 69 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004, di mana dalam pasal-pasal tersebut menjelaskan bahwa
instansi pemerintah mempunyai tugas pokok dan fungsi memberi pelayanan
kepada masyarakat(seperti layanan kesehatan, pendidikan, pengelolaan kawasan,
dan lisensi). Dengan tugas pokok dan fungsi ini, instansi pemerintah dapat
mengelola keuangan secara fleksibel dengan memprioritaskan produktivitas,
efisiensi, dan efektivitas. Instansi pemerintah yang menjalankan ketentuan
undang-undang di atas disebut Badan Layanan Umum (BLU).

Salah satu instansi pemerintah yang menjadi BLU iini adalah Perguruan
Tinggi Negeri (PTN). Sudah ada beberapa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang
sudah bisa dikatakan mandiri, lambat laun bisa melepaskan ketergantungannya
terhadap pemerintah. Oleh sebab itu, muncul peraturan pemerintah tentang Badan
Hukum Milik Negara (BHMN), Badan Hukum Pendidikan Milik Negara
(BHPMN), dan Badan Layanan Umum (BLU). Aturan ini menjadi langkah awal
bagi PTN untuk melakukan perbaikan diri. Dengan aturan yang baru ini, otomatis
pengelolaan keuangan akan memunculkan sistem akuntansi yang baru. Penerapan
sistem baru ini memunculkan berbagai permasalahan, diantaranya :

1) Sulitnya beradaptasi terhadap sistem pengelolaan keuangan BLU,


sehingga perlu ada penyesuaian kembali terhadap sumbar daya yang ada;
2) Sumber daya yang mengelola tidak memenuhi persyaratan untuk
menjalankan sistem yang baru. Perlu banyak melakukan sosialisasi dan
pelatihan-pelatihan lebih lanjut.

Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus sebagai Badan Layanan Umum


menerapkan sistem pengelolaan keuangan yang lebih fleksibel. Perubahan sistem
akuntansi ini mencakup perubahan dari traditional budgeting menjadi
performance based budgeting dan dari cash basis menjadi accrual basis. Dengan
demikian penilaian kinerja terhadap lembaga atau organisasi tidak hanya berlaku
pada lembaga atau organisasi yang berorientasi profit saja, melainkan juga perlu
dilakukan pada lembaga atau organisasi non komersial. Pengukuran kinerja ini
dimaksudkan untuk :

1) Membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan


untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran
program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik.
2) Pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.
3) Mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi
kelembagaan.

6. Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi Swasta

Perguruan tinggi swasta biasanya dikelola oleh yayasan. Sejak berlakunya


UU No. 16 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004
tentang Yayasan, menjadikan eksistensi yayasan di Indonesia sebagai badan
hukum semakin kokoh. Undang-undang menegaskan bahwa yayasan adalah
badan hukum yang mempunyai maksud dan tujuan bersifat sosial, keagamaan dan
kemanusiaan. Undang-undang tersebut adalah instrumen hukum bagi masyarakat
untuk memahami dengan benar mengenai yayasan, menjamin kepastian dan
ketertiban hukumnya.Berikut adalah pokok-pokok penting UU No. 16 Tahun
2001 jo UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan ditinjau dari aspek keuangan,
yaitu :
1) Yayasan wajib menyusun laporan tahunan selambat-lambatnya 5 (lima)
bulan setelah berakhirnya tahun buku, yang memuat sekurang-kurangnya
laporan keadaan dan kegiatan serta hasil yang telah dicapai, dan laporan
keuangan terdiri dari (Pasal 49 UU No. 21 Tahun 2001):
a) Laporan posisi keuangan;
b) Laporan aktivitas;
c) Laporan arus kas;
d) Catatan atas laporan keuangan.
2) Ikhtisar lapotan tahunan yayasan diumumkan pada papan pengumuman di
kantor yayasan.
3) Apabila yayasan memperoleh bantuan negara, bantuan luar negeri atau
pihak lain sebesar Rp 500 juta atau lebih, atau kekayaan yayasan diluar
wakaf berjumlah Rp 20 miliar atau lebih, maka:
a) Ikhtisar laporan tahunan wajib diumumkan dalam surat kabar;
b) Laporan keuangan yayasan wajib diaudit oleh Akuntan Publik.
Hasil audit disampaikan kepada Pembina dan Menteri Hukum dan
HAM;
c) Bentuk laporan tahunan yayasan disusun sesuai dengan standar
akuntansi keuangan.

Dengan transparansi ini, selayaknya pengurus yayasan melakukan


pembenahan dalam aspek keuangan, diantaranya:

1) Membenahi sistem administrasi keuangan dan sistem akuntansi agar


seluruh transaksi yayasan dapat dipertanggungjawabkan dan laporan
keuangan dapat diterbitkan tepat waktu;
2) Meningkatkan sistem pengendalian intern atas penerimaan dan
pengeluaran dana serta kekayaan yayasan.

Contoh Jurnal Transaksi

1. Transaksi Pendapatan

Transaksi Pendapatan Perguruan Tinggi Satker Non BLU


Transaksi pendapatan ditandai dengan adanya SSP atau SSBP. Terhadap
dokumen sumber tersebut satuan kerja cukup merekam satu kali saja dan setelah
dilakukan validasi dan posting maka akan terbentuk jurnal sebagai berikut.

Jurnal Kas Dr Cr Jurnal Akrual Dr Cr

Utang Kepada KUN xx Diterima dari Entitas Lain xx


• Pendapatan Pendidikan • Pendapatan Pendidikan
Lainnya Lainnya
• Pendapatan Sewa Benda- • Pendapatan Sewa
benda Bergerak xx Benda- benda xx
• Pendapatan Uang Bergerak
Pendidikan
• Pendapatan Uang Ujian • Pendapatan Uang
untuk Menjalankan Pendidikan
Praktek
• Pendapatan Uang
Ujian untuk
Menjalankan
Praktek
Transaksi Pendapatan Perguruan Tinggi BLU

Jurnal Kas Dr Cr Jurnal Akrual Dr Cr

Utang Kepada Kas BLU xx Kas BLU xx


• Pendapatan Jasa • Pendapatan Jasa
Pelayanan Pendidikan Pelayanan Pendidikan
• Pendapatan Hasil Kerja • Pendapatan Hasil Kerja
Sama Lembaga/Badan Sama Lembaga/Badan
Usaha Usaha
• Pendapatan Jasa • Pendapatan Jasa
Penyediaan Barang dan Jasa xx Penyediaan Barang dan Jasa xx
Lainnya Lainnya
• Pendapatan Jasa Layanan • Pendapatan Jasa Layanan
Perbankan BLU Perbankan BLU
• dll • dll

2. Transaksi Belanja Operasional

Transaksi Belanja Operasional ditandai dengan adanya SPM dan SP2D. Terhadap
dokumen sumber tersebut satuan kerja cukup merekam satu kali saja dan setelah
dilakukan validasi dan posting maka secara umum akan terbentuk jurnal sebagai
berikut:
Transaksi Belanja Operasional Perguruan Tinggi Satker Non BLU

Jurnal Kas Dr Cr Jurnal Akrual D


Cr
r
• Belanja Pegawai • Belanja Pegawai
• Belanja Barang xx • Belanja Barang x
• Belanja Hibah • Belanja Hibah x

Piutang Dari KUN xx Ditagihkan ke Entitas Lain xx


Contoh Laporan Keuangan

Laporan Realisasi Anggaran Perguruan tinggi satuan kerja non BLU

LAPORAN REALISASI ANGGARAN


Laporan Keuangan T.A. 2018 (dalam rupiah)

KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA : (xxx) KEMENTERIAN xxx


UNIT ORGANISASI/ESELON I : (xxx) xxx
WILAYAH /PROVINSI : (xxx) xxx
SATUAN KERJA : (xxx) UNIVERSITAS xxx
JENIS KEWENANGAN : (xx) xxx

31 Desember 2018 TA 2017

Catata %
Uraian Realisasi
n
Anggaran Realisasi terhadap Realisasi
Anggara
n

PENDAPATAN
1
Penerimaan Negara Bukan Pajak B.1 xxxx xxxx xxxx xxxx
.
2
Hibah B.2 xxxx xxxx xxxx xxxx
.

Jumlah Pendapatan xxxx xxxx xxxx xxxx

BELANJA

Belanja Operasi
1
Belanja Pegawai B.3 xxxx xxxx xxxx xxxx
.
2
Belanja Barang B.4 xxxx xxxx xxxx xxxx
.
3
Belanja Bantuan Soasial B.5 xxxx xxxx xxxx xxxx
.
Jumlah Belanja Operasional xxxx xxxx xxxx xxxx

Belanja Modal
1
Belanja Tanah B.6 xxxx xxxx xxxx xxxx
.
2 Belanja Peralatan dan Mesin
B.7 xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
xxxx xxxx
xxxx xxxx
B.8 xxxx xxxx
B.10
B.11
B.12
B.13
.

3 Belanja Gedung danBangunan

.
5 Belanja Modal Jalan dan Jembatan

6 Belanja Modal Jaringan


.
7 Belanja Modal Lainnya
.
8 Belanja Penambahan Nilai Gedung
. dan Bangunan

Jumlah Belanja Modal xxxx xxxx xxxx xxxx

Jumlah Belanja xxxx xxxx xxxx xxxx


DAFTAR PUSTAKA

Pratama, Ramanda Yogi. 2020. Perbedaan ISAK 35 Dengan PSAK 45


Berdasarkan PSAK 45 dan DE ISAK 45.
https://www.academia.edu/42642379/Perbedaan_ISAK_35_dengan_PSA
K_45. diaksespada 01 Juni 2021

Abida Muttaqiena, DKK, Makalah Akuntansi Pendidikan, studi dokumentasi


UGM dan UNNES

Indra Bastian. 2006. Akuntansi Pendidikan. Jogjakarta: Erlangga.

Nordiawan, deddi. Akuntansi Sektor Publik. New ed. Yokyakarta: Salemba


Empat Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai