Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

AKUNTANSI SYARI’AH
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN SYARI’AH

Dosen Pengampu:

Disusun Oleh Kelompok 2:


M. Nur Nama Arep P A C ( )
Ahmad Watsiqul Hilal ( )
Iif Ainul Lathifah ( )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
A. Tujuan Kerangka Dasar
B. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
C. Paradigma Transaksi Syari’ah
D. Asas Transaksi Syari’ah
E. Karakteristik Transaksi Syari’ah
F. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada entitas syari'ah mempunyai tujuan utama untuk
memberikan informasi yang relevan mengenai situasi keuangan, kinerja, dan
perubahan dalam situasi keuangan mereka, dengan tujuan memberikan manfaat
kepada banyak pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan
ekonomi.. Beberapa tujuan lainnya adalah:
1. Meningkatkan Kepatuhan terhadap prinsip syari’ah dalam semua transaksi dan
kegitan usaha.
2. Informasi kepatuhan entitas syari’ah terhadap prinsip syari’ah, serta informasi
aset, liabilitas, pendapatan, danbeban yang tidak sesuai dengan prinsip syari’ah
bila ada dan bagaimana perlehan dan penggunannya.
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syari’ah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak.
4. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal
dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai pemenuhan
kewajiban (obligation) fungsi sosial entitas syari’ah termasuk pengelolaan dan
penyaluran zakat, infaq, sedekah, wakaf.
Laporan keuangan ini diharapkan memenuhi kebutuhan pemakai dan digunakan
sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dikelolanya.

G. Bentuk Laporan Keuangan


Laporan keuagan entitas syari’ah terdiri dari:
1. Posisi Keuangan Entitas Syari’ah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini
menyajikan informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan,
likuiditas dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan di
masa yang akan datang.
2. Informasi Kinerja Entitas Syari’ah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini
diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang
mungkin dikendalikan di masa depan.
3. Informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syari’ah, yang dapat disusun
berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, aset
likuid atau kas. Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik. Akan
tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan
operasi selama periode pelaporan.
4. Informasi Lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial entitas
syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tetapi relevan bagi
pengambilan keputusan sebagian besar pengguna laporan keuangan.
5. Catatan dan Skedul Tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan
yang relevan termasuk pengungkapan tentang risiko dan ketidakpastian yang
memengaruhi entitas. Informasi tentang segmen industri dan geografi serta
pengaruh perubahan harga terhadap entitas juga dapat disajikan.

H. Asumsi Dasar
1. Dasar Akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, artinya bahwa transaksi dan
peristiwa diakui saat mereka terjadi, bukan hanya saat uang masuk atau keluar.
Informasi ini kemudian dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun dengan prinsip akrual memberikan informasi
lebih lengkap kepada pemakai. Ini tidak hanya mencakup transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran uang tunai, tetapi juga mencakup
kewajiban pembayaran uang tunai di masa depan dan sumber daya yang mewakili
uang tunai yang akan diterima di masa depan.
Namun, ada pengecualian dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan
pembagian hasil usaha. Dalam kasus ini, prinsip yang digunakan adalah dasar kas.
Ini karena pembagian hasil usaha didasarkan pada keuntungan kotor (gross profit)
yang diperoleh dari transaksi kas. Dengan kata lain, pendapatan yang digunakan
untuk menghitung pembagian hasil usaha adalah pendapatan yang sebenarnya
telah diterima dalam bentuk uang tunai, bukan yang diakui secara akrual.
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan entitas syariah biasanya disusun dengan asumsi bahwa entitas
tersebut akan terus beroperasi di masa depan. Ini berarti entitas syariah
diasumsikan tidak memiliki niat atau keinginan untuk menghentikan atau
mengurangi secara signifikan skala usahanya. Namun, jika entitas syariah
memiliki niat atau keinginan untuk menghentikan operasinya atau mengurangi
skala usahanya secara material, maka laporan keuangan harus disusun dengan
dasar yang berbeda. Dalam situasi ini, dasar yang digunakan untuk menyusun
laporan keuangan harus diungkapkan secara jelas dalam laporan tersebut.
Asumsi kelangsungan usaha ini penting karena membantu pemakai laporan
keuangan untuk mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan asumsi bahwa
entitas syariah akan terus beroperasi di masa depan. Jika ada perubahan dalam
asumsi ini, informasi tersebut harus diungkapkan agar pemakai laporan keuangan
dapat memahami dampaknya pada penilaian entitas syariah.

I. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik kualitatif dalam laporan keuangan adalah sifat-sifat penting yang
membuat informasi dalam laporan tersebut berguna bagi pengguna. Terdapat empat
karakteristik kualitatif utama, yaitu:
1. Kemudahan Pemahaman: Informasi dalam laporan keuangan harus mudah
dipahami oleh pengguna. Namun, pengguna dianggap memiliki pengetahuan yang
memadai tentang ekonomi, bisnis, dan akuntansi. Meskipun begitu, informasi
yang kompleks tidak boleh dihilangkan hanya karena dianggap sulit dipahami
oleh beberapa pengguna.
2. Relevansi: Informasi harus relevan untuk membantu pengguna dalam mengambil
keputusan ekonomi. Informasi dikatakan relevan jika dapat memengaruhi
keputusan pengguna, baik untuk mengevaluasi peristiwa masa lalu, saat ini, atau
masa depan, serta untuk mengonfirmasi atau mengoreksi evaluasi yang telah
dilakukan di masa lalu.
3. Keandalan: Informasi harus dapat diandalkan, artinya bebas dari kesalahan
material dan tidak menyesatkan. Informasi yang relevan tetapi tidak dapat
diandalkan dapat menjadi sumber kesalahan. Oleh karena itu, informasi harus
menggambarkan transaksi dan peristiwa secara jujur, sesuai dengan substansi dan
realitas ekonomi, serta memenuhi kriteria pengakuan.
4. Dapat Dibandingkan: Pengguna harus membandingkan laporan keuangan dari
periode ke periode atau antar-entitas untuk mengidentifikasi tren dan perubahan.
Untuk itu, entitas perlu menyajikan informasi secara konsisten dan
mengungkapkan kebijakan akuntansi serta perubahan dalam kebijakan tersebut.
Semua karakteristik ini bertujuan untuk memastikan bahwa informasi dalam laporan
keuangan bermanfaat, akurat, dan dapat membantu pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi.

J. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal


Kendala informasi yang relevan dan andal terdapat dalam hal sebagai berikut:
1. Tepat waktu
Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka
informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin
perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan
ketentuan informasi andal. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi
dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang
menentukan.
2. Keseimbangan antara biaya dan manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan suatu kendala yang
dapat terjadi (pervasive) dari suatu karakteristik kualitatif. Manfaat yang
dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun
demikian, secara substansi, evaluasi biaya dan manfaat merupakan suatu proses
pertimbangan (judgement process). Biaya tidak harus dipikul oleh mereka yang
menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain di
samping oleh mereka yang menjadi tujuan (target) penyampaian informasi.
Oleh karena itu, kita akan sulit mengaplikasikan uji biaya-manfaat pada kasus
tertentu, sehingga perlu disadari dan dijadikan pertimbangan oleh juga para penyusun
dan pemakai laporan keuangan. Dalam praktik, keseimbangan atau trade-off di antara
berbagai karakteristik kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya, tujuan untuk
mencapai suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai karakteristik adalah untuk
memenuhi tujuan laporan keuangan. I Pada akhirnya, kepentingan relatif dari berbagai
karakteristik dalam berbagai kasus yang berbeda, akan diselesaikan melalui
pertimbangan profesional (professional judgment).
Dalam ciri karakteristik kualitatif, tidak dijelaskan mengenai konsep khusus tentang
penyajian wajar. Namun, dalam penerapan, muara dari karakteristik kualitatif pokok
dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya akan terlihat pada laporan
keuangan yang menggambarkan apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu
pandangan yang wajar dari atau menyajikan dengan wajar.

K. Unsur-Unsur Laporan Keuangan


Sesuai karakteristik, laporan keuangan entitas syariah meliputi:
 Laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial terdiri atas laporan
posisi keuangan, lap. laba rugi, dan lap. perubahan ekuitas. Unsur yang
berkaitan dengan posisi keuangan yakni aset, kewajiban, dana syirkah
temporer dan ekuitas. Unsur yang berkaitan dengan laba yakni penghasilan
dan beban.
 Laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan
sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan
dana kebijakan.
 Laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung jawab
khusus entitas syariah.

L. Pengukur Unsur Laporan Keuangan


Terdapat perbedaan dasar pengukuran derajat dan kombinasi yang digunakan yakni:
 Biaya Historis (historical cost)
Aset dicatat sebesar pengeluaran kas dibayar dari imbalan yang diberikan
untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang
diterima sebagai penukar dari kewajiban (obligation).
 Biaya Kini (current cost)
Aset dinilai dalam jumlah kas yang seharusnya dibayar saat aset diperoleh
sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas yang tidak didiskontokan
untuk menyelesaikan kewajiban (obliation) sekarang.
 Nilai realisasi/penyelesaian (realizable/settlement value)
Aset dinyatakan dalam jumlah kas yang diperoleh sekarang dengan menjual
aset dalam pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai
penyelesaian (jumlah kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi keajiban dalam pelaksanaan usaha normal.

M. Laporan Keuangan Entitas Syari’ah (PSAK 101(Revisi 2016))


Penyajian laporan keuangan syariah diatur dalam PSAK 101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah. PSAK 101 menjadi pedoman bagi entitas syariah agar
dapat menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, standar
ini ditujukan untuk mengatur penyajian dan pengungkapan laporan keuangan untuk
tujuan umum untuk entitas syariah agar dapat dibandingkan baik dengan laporan
keuangan entitas syariah periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan
entitas syariah lain (Rahmanida, 2015).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah
(selanjutnya disebut PSAK 101) menetapkan dasar penyajian laporan keuangan
bertujuan umum untuk entitas syariah. Pernyataan ini mengatur persyaratan penyajian
laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimal isi laporan
keuangan atas transaksi syariah.

PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan
syariah, antara lain terkait:
 Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK
 Dasar akrual
 Materialitas dan penggabungan
 Saling hapus
 Frekuensi pelaporan
 Informasi komparatif; dan Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga berisi penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan syariah,
mencakup:
 Laporan Posisi Keuangan
 Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
 Laporan Perubahan Ekuitas
 Laporan Arus Kas
 Catatan atas Laporan Keuangan
N. Laporan Keuangan Bank Syari’ah (PSAK 101(Revisi 2016))
Laporan keuangan bank syariah disusun berdasarkan pada standar akuntansi syariah.
Standar tersebut mengacu pada sebuah kerangka dasar, yaitu Kerangka Dasar
Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLKS). Dalam
KDPPLKS transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar, yakni alam semesta
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-
falah). Asas transaksi syariah pada KDPPLKS meliputi prinsip persaudaraan,
keadilan, kemaslahatan, keseimbangan, dan universalisme. Prinsip tersebut harus
dijaga dan diimplementasikan agar setiap transaksi yang dilaksanakan tidak
menyimpang dari syariat.

KDPPLKS menjadi pondasi dalam penyusunan kebijakan dan ketentuan mengenai


akuntansi syariah yang dinyatakan dalam PSAK Syariah. Bank syariah merupakan
diwajibkan menyusun laporan keuangan berdasarkan prinsip syariah sebagaimana
diatur dalam PSAK 101. Hal tersebut bertujuan mewujudkan salah satu tujuan
akuntansi perbankan syariah, yaitu meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah
dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.

Komponen laporan keuangan bank syariah yang lengkap berdasarkan PSAK 101
terdiri dari:
 Laporan posisi keuangan
 Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
 Laporan perubahan ekuitas
 Laporan arus kas
 Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
 Laporan sumber dan penyaluran dana zakat
 Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
 Catatan atas laporan keuangan

Menurut PSAK 101, entitas syariah menyajikan laporan keuangan secara wajar
apabila memenuhi ketentuan terhadap SAK yang relevan. Apabila terdapat suatu
transaksi maupun kondisi tertentu yang belum diatur oleh PSAK syariah, entitas
syariah dapat mengacu pada SAK umum selama ketentuan tersebut tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Dalam PSAK 101, laporan keuangan bank syariah disusun
dengan dasar akrual, kecuali untuk laporan arus kas dan penghitungan pendapatan
tersedia untuk bagi hasil pada laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil.
Referensi:
Nia Azizah Razak. 2022. “PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
DI INDONESIA: SUDAH SESUAI DENGAN PSAK 101?”. Journal of Islamic Economics,
Finance and Banking. Vol.5 No.2.10.35448/jiec.v5i2.10290

Ikatan Akuntansi Indonesia. PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.


http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sas-64-psak-syariah-101.
Diakses pada 4 September 2023

Anda mungkin juga menyukai