AKUNTANSI SYARI’AH
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN SYARI’AH
Dosen Pengampu:
H. Asumsi Dasar
1. Dasar Akrual
Laporan keuangan disajikan atas dasar akrual, artinya bahwa transaksi dan
peristiwa diakui saat mereka terjadi, bukan hanya saat uang masuk atau keluar.
Informasi ini kemudian dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam
laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.
Laporan keuangan yang disusun dengan prinsip akrual memberikan informasi
lebih lengkap kepada pemakai. Ini tidak hanya mencakup transaksi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran uang tunai, tetapi juga mencakup
kewajiban pembayaran uang tunai di masa depan dan sumber daya yang mewakili
uang tunai yang akan diterima di masa depan.
Namun, ada pengecualian dalam penghitungan pendapatan untuk tujuan
pembagian hasil usaha. Dalam kasus ini, prinsip yang digunakan adalah dasar kas.
Ini karena pembagian hasil usaha didasarkan pada keuntungan kotor (gross profit)
yang diperoleh dari transaksi kas. Dengan kata lain, pendapatan yang digunakan
untuk menghitung pembagian hasil usaha adalah pendapatan yang sebenarnya
telah diterima dalam bentuk uang tunai, bukan yang diakui secara akrual.
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan entitas syariah biasanya disusun dengan asumsi bahwa entitas
tersebut akan terus beroperasi di masa depan. Ini berarti entitas syariah
diasumsikan tidak memiliki niat atau keinginan untuk menghentikan atau
mengurangi secara signifikan skala usahanya. Namun, jika entitas syariah
memiliki niat atau keinginan untuk menghentikan operasinya atau mengurangi
skala usahanya secara material, maka laporan keuangan harus disusun dengan
dasar yang berbeda. Dalam situasi ini, dasar yang digunakan untuk menyusun
laporan keuangan harus diungkapkan secara jelas dalam laporan tersebut.
Asumsi kelangsungan usaha ini penting karena membantu pemakai laporan
keuangan untuk mengambil keputusan yang lebih baik berdasarkan asumsi bahwa
entitas syariah akan terus beroperasi di masa depan. Jika ada perubahan dalam
asumsi ini, informasi tersebut harus diungkapkan agar pemakai laporan keuangan
dapat memahami dampaknya pada penilaian entitas syariah.
PSAK 101 memberikan penjelasan atas karakteristik umum pada laporan keuangan
syariah, antara lain terkait:
Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap SAK
Dasar akrual
Materialitas dan penggabungan
Saling hapus
Frekuensi pelaporan
Informasi komparatif; dan Konsistensi Penyajian
PSAK 101 juga berisi penjabaran struktur dan isi pada laporan keuangan syariah,
mencakup:
Laporan Posisi Keuangan
Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Arus Kas
Catatan atas Laporan Keuangan
N. Laporan Keuangan Bank Syari’ah (PSAK 101(Revisi 2016))
Laporan keuangan bank syariah disusun berdasarkan pada standar akuntansi syariah.
Standar tersebut mengacu pada sebuah kerangka dasar, yaitu Kerangka Dasar
Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah (KDPPLKS). Dalam
KDPPLKS transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar, yakni alam semesta
diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah dan sarana kebahagiaan hidup bagi seluruh
umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual (al-
falah). Asas transaksi syariah pada KDPPLKS meliputi prinsip persaudaraan,
keadilan, kemaslahatan, keseimbangan, dan universalisme. Prinsip tersebut harus
dijaga dan diimplementasikan agar setiap transaksi yang dilaksanakan tidak
menyimpang dari syariat.
Komponen laporan keuangan bank syariah yang lengkap berdasarkan PSAK 101
terdiri dari:
Laporan posisi keuangan
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
Laporan perubahan ekuitas
Laporan arus kas
Laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil
Laporan sumber dan penyaluran dana zakat
Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
Catatan atas laporan keuangan
Menurut PSAK 101, entitas syariah menyajikan laporan keuangan secara wajar
apabila memenuhi ketentuan terhadap SAK yang relevan. Apabila terdapat suatu
transaksi maupun kondisi tertentu yang belum diatur oleh PSAK syariah, entitas
syariah dapat mengacu pada SAK umum selama ketentuan tersebut tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Dalam PSAK 101, laporan keuangan bank syariah disusun
dengan dasar akrual, kecuali untuk laporan arus kas dan penghitungan pendapatan
tersedia untuk bagi hasil pada laporan rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil.
Referensi:
Nia Azizah Razak. 2022. “PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
DI INDONESIA: SUDAH SESUAI DENGAN PSAK 101?”. Journal of Islamic Economics,
Finance and Banking. Vol.5 No.2.10.35448/jiec.v5i2.10290