Nim : 43220110153
Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri
dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi
penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari
akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep lainnya
mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi berulang-
ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi keuangan dan
pelaporan.
Tujuan Dan Ruang Lingkup
Tujuan rerangka konseptual tersebut pada intinya sejalan dengan tujuan rerangka konseptual
milik FASB. Tujuan rerangka konseptual (konsep dasar) adalah untuk membantu berbagai
pihak dalam mencapai tujuan berkaitan dengan masalah akuntansi yang muncul. Rerangka
konseptual dapat digunakan sebagi acuan berbagai pihak yaitu :
1. Komite penyusun standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya;
2. Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah-masalah akuntansi yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan;
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Asumsi Dasar
1. Dasar akrual. Atas dasar asumsi ini, pengaruh pristiwa atau transaksi diukur dan
diakui/dicatat dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, bukan pada saat diterima atau
dikeluarkannya kas.
2. Kelangsungan hidup. Atas dasar asumsi ini perusahaan akan hidup terus dan akan
melanjutkan usahanya di masa mendatang atau dengan kata lain, perusahaan dianggap tidak
bermaksud melikuidasi usahanya dan memperkecil atau mengurangi secara material skala
usahanya.
7. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak bergantung pada kebutuhan
dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan.
8. Pertimbangan Sehat
Penyusunan laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidak pastian suatu peristiwa dan
keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik
serta peralatan, dengan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Namun
demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya: pembentukan
cadangan tersembunyi atau penyisihan, berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau
penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi
sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu tidak memilki kualitas yang
handal.
9. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan,informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya.
Unsur-unsur Laporan Keuangan
Laporan Penghitungan Laba Rugi Laporan penghitungan laba rugi merupakan ringkasan
pendapatan (revenue) dan beban (expenses) dari suatu kesatuan usaha untuk periode waktu
tertentu. Penyajian laporan laba rugi adalah sebagai berikut.
1. Memuat secara rinci unsur-unsur pendapatan dan beban.
Menyusun unsur-unsur tersebut dalam bentuk urutan ke bawah.
Memisahkan antara pendapatan utama dengan pendapatan usaha lainnya serta pos luar biasa.
Soal
1. Apa yang dimaksud dengan kerangka konseptual?
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang
terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi
landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta
batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
5. Apa asumsi dasar laporan keuangan dalam kerangka konseptual akuntansi keuangan?
1. Dasar akrual. Atas dasar asumsi ini, pengaruh pristiwa atau transaksi diukur dan
diakui/dicatat dalam laporan keuangan pada saat terjadinya, bukan pada saat diterima
atau dikeluarkannya kas.
2. Kelangsungan hidup. Atas dasar asumsi ini perusahaan akan hidup terus dan akan
melanjutkan usahanya di masa mendatang atau dengan kata lain, perusahaan dianggap
tidak bermaksud melikuidasi usahanya dan memperkecil atau mengurangi secara
material skala usahanya.