Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

PAPER SEMINAR AKUNTANSI

KERANGKA KONSEPTUAL/KERANGKA DASAR LAPORAN


KEUANGAN

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK B, dengan anggota:
No. Urut
No Nama Mahasiswa NPM Daftar Paraf
Hadir
1 Alexander F. Asisi 1401160139 2
2 Darhasani 1401160157 6
3 Dwi Purnomo 1401160094 10
4 Haidul Firman Sitorus 1401160087 14
4 Moh. Erwan Khasbulloh 1401160011 18

KELAS 7-A
PRODI D-IV AKUNTANSI
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
BULAN SEPTEMBER 2016
KERANGKA KONSEPTUAL/KERANGKA DASAR LAPORAN
KEUANGAN

A. Pengertian Kerangka Dasar


Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Kerangka
dasar ini bukan standar akuntansi keuangan dan karenanya tidak
mendefinisikan standar untuk permasalahan pengukuran atau pengungkapan
tertentu. Dalam hal terdapat pertentangan antara kerangka dasar dan standar
akuntansi keuangan, maka ketentuan standar akuntansi keuangan yang
harus diunggulkan relatif terhadap kerangka dasar ini.
Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
1. komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya;
2. laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar akuntansi keuangan;
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum; dan
4. para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kerangka dasar meliputi:
1. tujuan laporan keuangan;
2. karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan
keuangan;
3. definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan
keuangan; dan
4. konsep modal serta pemeliharaan modal (asumsi, prinsip dan biaya).

C. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa
yang telah dilakukan manajemen atau dengan kata lain sebagai
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Pemakai laporan keuangan antara lain investor, karyawan,
pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan,
pemerintah, dan masyarakat.
D. Asumsi Dasar
1. Dasar Akrual, laporan keuangan disusun atas dasar akrual untuk mencapai
tujuannya. Transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian, bukan saat
kas atau asset diterima dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan
dalam laporan keuangan pada periode bersangkutan.
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha
entitas dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Entitas diasumsikan
tidak bermaksud untuk melikuidasi atau mengurangi secara material skala
usahanya.

E. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik
kualitatif laporan keuangan dalam PSAK yaitu:
1. Dapat dipahami (understandability), laporan keuangan yang disajikan
dipahami oleh pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang
memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk
mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
2. Relevan (relevance), informasi yang disajikan memiliki kualitas relevan kalau
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan,
atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3 ciri relevan adalah :
a. peramalan (predictive)
b. penegasan (confirmatory)
c. material (materiality), informasi dipandang material kalau kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan
keuangan
3. Keandalan (reliable)
a. Penyajian Jujur, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
dapat diharapkan untuk disajikan. Informasi keuangan pada umumnya tidak
luput dari risiko penyajian yang dianggap kurang jujur dari apa yang
seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena
kesengajaan untuk menyesatkan tetapi merupakan kesulitan yang melekat
dalam mengidentifikasi transaksi serta peristiwa yang dilaporkan. Dalam hal
tertentu, pengukuran dampak keuangan dari suatu pos sangat tidak pasti
sehingga entitas pada umumnya tidak mengakuinya dalam laporan keuangan.
b. Substansi Mengungguli Bentuk, setiap peristiwa dan transaksi perlu dicatat
dn disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomik dan bukan hanya
bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu
konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
c. Netralitas, informasi diarahkan pada kebutuhan umum pengguna dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh
menyajikan informasi keuangan yang menguntungkan salah satu atau
beberapa pihak.
d. Pertimbangan Sehat, ada kalanya dalam penyusunan laporan keuangan
menghadapi ketidakpastian. Ketidakpastian itu tetap harus diakui dan
diungkapkan dengan menggunakan sebuah pertimbangan yang sehat.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
perkiraan dalam kondisi ketidakpastian.
e. Kelengkapan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam
batasan materialitas dan biaya. Apabila ada transaksi atau peristiwa yang
disembunyikan mengakibatkan informasi menjadi tidak benar dan
menyesatkan.
4. Dapat diperbandingkan (comparability), pemakai harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

F. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal


1. Tepat Waktu (Timeliness), jika terdapat penundaan yang tidak semestinya
dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya.
Untuk menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum
seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi
keandalan informasi.
2. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat, manfaat yang dihasilkan informasi
seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
3. Keseimbangan di antara Karakteristik Kualitatif, dalam praktek
keseimbangan atau trade-off di antara berbagai karakteristik kualitatif sering
terjadi.

G. Unsur-Unsur Laporan Keuangan (Elements of Financial Reporting)


Secara umum, laporan keuangan terdiri dari dua kategori, yaitu sebagai
berikut.
1. Unsur Laporan Keuangan Berkaitan dengan Posisi Keuangan
a. Aktiva, adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh perusahaan. Aktiva perusahaan berasal
dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di masa lalu. Perusahaan
biasanya memperoleh aktiva melalui pembelian atau produksi sendiri,
tetapi transaksi atau peristiwa lain juga dapat menghasilkan aktiva;
misalnya properti yang diterima perusahaan dari pemerintah sebagai
bagian dari program untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dalam
suatu wilayah.
b. Liabilitas, merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus
keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi.
c. Ekuitas, adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi
semua kewajiban.
2. Unsur Laporan Keuangan Berkaitan dengan Pengukuran Kinerja
a. Penghasilan, Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenues)
maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang
berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti
dan sewa. Keuntungan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi
penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa.
b. Beban, mencakupi baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi, misalnya, beban
pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Kerugian mencerminkan pos lain
yang memenuhi definisi beban yang mungkin timbul atau mungkin tidak
timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa. Kerugian dapat timbul,
misalnya dari bencana kebakaran, banjir, seperti juga yang timbul dari
pelepasan aktiva tidak lancar.

H. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan


Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos
yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan. Kriteria pengakuan
ada 2 yaitu sesuatu diakui jika kemungkinan bahwa manfaat yang berkaitan
dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan dan jika
pos tersebut memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Unsur Laporan Keuangan Pengakuan
Aktiva besar kemungkinan manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh
dan mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal

Kewajiban besar kemungkinan pengeluaran


sumber daya akan dilakukan untuk
menyelesaikan kewajiban {obligation)
sekarang dan jumlahnya dapat diukur
dengan andal

Penghasilan terdapat kenaikan aset atau penurunan


liabilitas dari aktivitas entitas

Beban terdapat penurunan aset atau kenaikan


liabilitas dari aktivitas entitas

I. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


Pengukuran adalah proses penetapan nilai jumlah uang atau nominal
untuk mengakui dan
memasukkan setiap unsur ke dalam laporan keuangan. Secara umum terdapat 4
dasar pengukuran yaitu :
1. Biaya Historis (Historical cost), Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas
(atau setara kas) yang dibayar atau sebesar nilai wajar dari imbalan
(consideration) yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat
perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar
dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang
normal.
2. Biaya Kini (Current Cost), Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas)
yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh
sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan diperlukan untuk
menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
3. Nilai Realisasi/Penyeleaian (Realisable atau sattlement value), Aktiva
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh
sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal (orderly disposal).
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas (atau
setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk
memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
4. Nilai Sekarang (Present Value), Aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk
bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang
diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.

J. Konsep Pemeliharaan Modal


Konsep pemeliharaan modal beraitan dengan bagaimana perusahaan
mendefinisikan modal yang ingin dipelihara (dipertahankan). Pemilihan dasar
pengukuran dan konsep pemeliharaan modal akan menentukan model
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Sebagian
entitas memilih konsep modal keuangan dalam penyusunan laporan
keuangannya.

Konsep pemeliharaan modal ada 2 yaitu :


1. Konsep modal keuangan, seperti uang atau daya beli yang diinvestasikan.
Pemeliharaan modal keuangan yaitu laba diperoleh kalau jumlah finansial dari
aktiva bersih pada suatu akhir periode melebihi jumlah finansial dari aktiva
bersih pada awal periode.
2. Konsep modal fisik, seperti kemampuan usaha, modal dipandang sebagai
kapasitas produktif perusahaan. Pemeliharaan modal fisik yaitu laba diperoleh
kalau kapasitas produktif fisik atau kemampuan usaha pada akhir periode
melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode.
K. Sesuatu yang Baru dalam Penyusunan Kerangka Konseptual
1. Historical Cost vs Fair Value based
IFRS menganggap pentingnya penilaian kembali suatu aset (untuk mengetahui
apakah ada penurunan nilai atas suatu aset) pada suatu tanggal pelaporan.
Dengan kata lain, IFRS lebih detail dalam menyajikan laporan keuangan.
Sedangkan bagi US GAAP memasukkan biaya dan manfaat sebagai kendala.
2. Tujuan Laporan Keuangan
US GAAP lebih difokuskan ke pengguna internal. Sedangkan IFRS ditujukan
kepada investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha
lainnya, dan menyebutkan juga pihak eksternal seperti pelanggan, pemerintah,
dan masyarakat.
3. Karakteristik Kualitatif
IFRS lebih mengarah pada suatu kepastian. Penyajiannya jujur, lengkap, netral,
dan bebas kesalahan akan memberikan suatu kepastian. Namun prosesnya lebih
rumit. US GAAP menggunakan dasar cek ulang akan laporan keuangan yang
dibuat. Prosesnya lebih sederhana.
4. Element Laporan Keuangan
US GAAP menggunakan prinsip laba/rugi konservatif. Terdapat pos luar biasa.
IFRS menggunakan prinsip laba/rugi yang komprehensif. Terdapat pos
pendapatan komprehensif lainnya. Hal ini utamanya disebabkan banyaknya
perusahaan multinasional.
5. KDPPLK 1994 vs KDPPLK 2014
Penambahan tujuan kerangka dasar, yakni digunakan pihak lain yang tertarik
dengan pekerjaan dari komite penyusun standar akuntansi keuangan sebagai
pengguna kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Dalam
ruang lingkup laporan keuangan, mengatur bahwa laporan keuangan tidak
mencakup laporan manajemen dan laporan serupa. Contoh yang masuk Laporan
Keuangan adalah pengaruh perubahan harga.

L. Penyusunan Standar Akuntansi


Penyusunan dan pencabutan standar akuntansi keuangan/standar akuntansi
keuangan syariah sebagai berikut (Pasal 26 Peraturan Organisasi IAI Tahun 2013) :
1. identifikasi isu;
2. konsultasi isu dengan DKS (Dewan Konsultatif Standar) dalam hal diperlukan;
3. melakukan riset terbatas;
4. pembahasan materi standar akuntansi keuangan / standar akuntansi
keuangan syariah;
5. pengesahan dan publikasi exposure draft;
6. pelaksanaan public hearing;
7. pelaksanaan limited hearing (jika diperlukan);
8. pembahasan masukan publik; dan
9. pengesahan standar akuntansi keuangan / standar akuntansi keuangan
syariah.
Sedangkan untuk penyusunan buletin teknis dan annual improvements tidak
wajib mengikuti keseluruhan tahapan sebagaimana pada penyusunan standar
akuntansi.
M. Sesuatu yang Spesial dari Standar Akuntansi Keuangan
Pada Standar Akuntansi Keuangan, Kerangka Konseptual dinyatakan bukan
merupakan suatu standar, sehingga tidak mengikat untuk dilaksanakan. Apabila
kerangka konseptual berbeda dengan standar yang dinyatakan di PSAK lain, maka
standarlah yang harus dilaksanakan. Hal ini menjadi pertanyaan ketika standar yang
bersifat rule-based, lebih diutamakan ketimbang kerangka konseptual yang bersifat
principal-based. Dapat dikatakan bahwa perlakuan ini menunjukkan asas form over
substance. Perlakuan semacam ini dipandang dapat menyebabkan tujuan utama
atau karakteristik kualitatif suatu laporan keuangan dapat saja tidak tercapai. Hal ini
menarik jika menyangkut jiwa dari penerapan IFRS, rujukan penyusunan PSAK,
yang menekankan penyusunan laporan keuangan dibuat dengan berpatokan pada
tujuan dan karakteristik kualitatif laporan keuangan.
Namun ada alasan dibalik perlakuan semacam ini. Kerangka konseptual lebih
bersifat panduan cara untuk memperlakukan suatu permasalahan akuntansi.
Diperlukan penafsiran dalam mengaplikasikan kerangka konseptual ke suatu
permasalahan akuntansi sehingga ada kemungkinan perbedaan penafsiran karena
latar belakang pengguna yang berbeda. Perbedaan-perbedaan penafsiran semacam
ini dapat saja dimanfaatkan untuk mengakali standar yang ada dengan dalih
kesesuaian dengan kerangka konseptual. Selain itu akan timbul inkonsistensi dalam
penerapan PSAK dalam menyusun laporan keuangan.
Berdasarkan hal tersebut maka dipandang penting untuk tetap mengutamakan
standar daripada kerangka konseptual dalam hal terjadi perbedaan. Namun
perbedaan-perbedaan tersebut tentu akan dibahas kembali oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan sebagai masukan untuk merevisi PSAK.
CONTOH KASUS
Pada contoh kasus Laporan Keuangan Perusahaan, kami mengambil sampel Laporan
Keuangan Konsolidasian pada PT Chitose Internasional Tbk dan Entitas Anak untuk tahun
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015.

Sekilas Profil Perusahaan 1


PT Chitose Internasional Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan nama PT Chitose Indonesia
Manufacturing Limited berdasarkan Akta Notaris No. 21 tanggal 15 Juni 1978 dari Widyanto
Pranamihardja, S.H., Notaris di Jakarta. Akta Pendirian Perusahaan tersebut telah
memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia (sekarang Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia) melalui Surat Keputusan No.
Y.A.5/109/7 tanggal 20 Maret 1979 dan telah diumumkan dalam Lembaran Berita Negara
Republik Indonesia No. 41, Tambahan No. 70 tanggal 31 Agustus 1979. Perusahaan yang
berkedudukan di Jalan Industri III No. 5 Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota
Cimahi ini telah memulai kegiatan komersialnya sejak tahun 1980. Perusahaan bergerak di
bidang industry dan perdagangan furniture dengan entitas induk utamanya adalah PT Tritirta
Inti Mandiri.
Perusahaan dan anak perusahaan (secara bersama-sama disebut sebagai “Grup”) dengan
622 karyawan tetap (per 31 Desember 2015) ini dipimpin oleh seorang Presiden Direktur
dan empat Direktur dengan dua orang Dewan Komisaris, dengan rincian sebagai berikut:

Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Marcus H. Brotoatmodjo
Komisaris (Indeoenden) : Marusaha Siregar

Direksi
Presiden Direktur : Dedie Suherlan
Direktur : Timatius Jusuf Paulus
Direktur : Fadjar Swatyas
Direktur : Kazuhiko Aminaka
Direktur (Tidak Terafiliasi) : Aan

Perusahaan memiliki kepemilikian langsung pada entitas anak sebagai berikut:


No Entitas Anak dan Asosiasi Domisili Kegiatan Usaha Persentase Tahun
Kepemilikan Akuisisi
Entitas Anak
1 PT Delta Furindotama Tangerang Perdagangan 93% 2013
2 PT Sejahtera Wahana Gemilang Surabaya Perdagangan 75% 2013
3 PT Sinar Sejahtera Mandiri Semarang Perdagangan 95% 2013
4 PT Trijati Primula Bandung Perdagangan 95% 2013
5 PT Sejahtera Bali Furindo Denpasar Perdagangan 51% 2013
6 PT Mega Inti Mandiri Medan Perdagangan 60% 2015
Perusahaan asosiasi
1 PT Okamura Chitose Indonesia Jakarta Perdagangan 67% 2015

1
Laporan Keuangan Konsolidasian PT Chitose Internasional Tbk dan Entitas Anak untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015
Ikhtisar Kebijakan Akuntansi Yang Diterapkan 2

Laporan Keuangan Grup telah disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan
Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) dan peraturan terkait yang dikeluarkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), khususnya Peraturan No. VIII.G.7, Lampiran dari Keputusan
Ketua BAPEPAM-LK No. Kep 347/BL/2012 tanggal 25 Juni 2012 tentang “Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik”.

Grup telah mengadopsi dan menerapkan PSAK nomor 1 (Revisi 2013) dalam penyusunan
laporan keuangannya. Dasar pengukuran yang digunakan adalah berdasarkan biaya
historis, kecuali untuk akun tertentu yang diukur berdasarkan pengukuran lain sebagaimana
diuraikan dalam kebijakan akuntansi terkait. PSAK No. 1 (Revisi 2013) memperkenalkan
pengelompokan item yang disajikan dalam pendapatan komprehensif lain. Pos-pos yang
akan direklasifikasi ke laba rugi di masa depan harus disajikan secara terpisah dari item
yang tidak akan direklasifikasi. Perubahan-perubahan ini hanya mempengaruhi penyajian
dan tidak memiliki dampak pada posisi keuangan atau kinerja Grup.

Selain PSAK nomor 1 (Revisi 2013), Grup juga telah menerapkan standar dan interpretasi
baru yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2015, yaitu:
1. PSAK No. 4 (Revisi 2013), "Laporan Keuangan Tersendiri"
2. PSAK No. 15 (Revisi 2013), "Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama"
3. PSAK No. 46 (Revisi 2014), “Pajak Penghasilan”
4. PSAK No. 48 (Revisi 2014), “Penurunan Nilai Aset”
5. PSAK No. 50 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Penyajian”
6. PSAK No. 55 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”
7. PSAK No. 60 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”
8. PSAK No. 66, “Pengaturan Bersama”
9. PSAK No. 67, “Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain”
10. PSAK No. 68, “Pengukuran Nilai Wajar”
11. ISAK No. 26, “Pengukuran Kembali Derivatif Melekat”

Adapun standar baru yang belum berlaku efektif untuk tahun buku 2015, namun baru
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2016 yang masih dalam tahap pembelajaran
terhadap dampak yang mungkin timbul dari penerapan standar baru pada laporan
konsolidasi Grup adalah:
1. PSAK 1 (Revisi 2015), “Penyajian Laporan Keuangan”
2. PSAK No. 4 (Revisi 2015), "Laporan Keuangan Tersendiri"
3. PSAK No. 5 (Revisi 2015), "Segmen Operasi"
4. PSAK No. 7 (Revisi 2015), "Pengungkapan Pihak – pihak Berelasi"
5. PSAK No. 15 (Revisi 2015), "Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama"
6. PSAK No. 16 (Revisi 2015), "Aset Tetap"
7. PSAK No. 19 (Revisi 2015), "Aset Takberwujud"
8. PSAK No. 22 (Revisi 2015), "Kombinasi Bisnis"
9. PSAK 24 (Revisi 2015), “Imbalan Kerja”
10. PSAK No. 25 (Revisi 2015), "Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi
dan Kesalahan"
11. PSAK No. 53 (Revisi 2015), "Pembayaran Berbasis Saham"

2
Laporan Keuangan Konsolidasian PT Chitose Internasional Tbk dan Entitas Anak untuk
tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2015
12. PSAK No. 65 (Revisi 2015), “Laporan Keuangan Konsolidasian”
13. PSAK No. 66 (Revisi 2015), “Pengaturan Bersama”
14. PSAK No. 67 (Revisi 2015), “Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain”
15. PSAK No. 68 (Revisi 2015), “Pengukuran Nilai Wajar”
16. ISAK No. 30 (Revisi 2015), “Pungutan”
17. ISAK 31 (Revisi 2015), “Interpretasi Atas Ruang Lingkup PSAK 13 “Properti
Investasi”

Penerapan PSAK 1 (Revisi 2013)


Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Laporan Keuangan Grup telah menerpakan
PSAK 1 (Revisi 2013) dan penyusunan dan penyajiannya. Berikut diuraikan masing-masing
bagian dari Laporan Keuangan.

1. Karakteristik Umum
a. Laporan Keuangan Grup telah patuh pada ketentuan yang diatur dalam PSAK
dan telah diungkapkan secara eksplisit pada bagian Catatan Atas Laporan
Keuangan. Hal ini juga diakui oleh auditornya, yaitu auditor dari Kantor Akuntan
Publik (KAP) Gideon Adi & Rekan yang diungkapkan dalam paragraf opini.
b. Laporan Keuangan Grup telah menerapkan asumsi going concern atau
keberlangsungan usaha.
c. Laporan Keuangan Grup disusun dengan dasar akrual, kecuali untuk laporan
arus kas konsolidasian yang disusun berdasarkan metode langsung dengan
mengelompokkan arus kas atas dasar aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan.
d. Komponen Laporan Keuangan Grup telah lengkap, yaitu:
i. Laporan posisi keuangan
ii. Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
iii. Laporan perubahan ekuitas
iv. Laporan arus kas
v. Catatan atas laporan keuangan
vi. Informasi komparatif
e. Laporan Keuangan telah disusun dengan mengungkapkan hal-hal yang material
dalam penentuan strategi dan pengambilan keputusan Grup.
f. Laporan Keuangan Grup telah disusun satu kali dalam satu tahun anggaran dan
disajikan secara komparatif dengan tahun sebelumnya.
g. Laporan Keuangan Grup konsisten dalam penyajiannya dari tahun ke tahun
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku di tahun tersebut.

2. Penyajian Laporan Posisi Keuangan


Laporan Posisi Keuangan Grup telah disajikan dengan struktur yang sesuai dengan
PSAK, yaitu dengan mengelompokkan Aset menjadi Aset Lancar dan Aset Tidak
Lancar, mengelompokkan Liabilitas menjadi Liabilitas Jangka Pendek dan Liabilitas
Jangka Panjang, dan Ekuitas.

3. Penyajian Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain


Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain Grup telah disajikan dengan
struktur yang sesuai dengan PSAK. Dalam laporan laba rugi tersebut juga telah
memasukkan laba rugi komprehensif dengan digabung menjadi satu laporan. Selain
itu pos luar biasa/extraordinary item juga sudah tidak dimunculkan lagi.
4. Penyajian Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas Grup telah disajikan dengan struktur yang sesuai
dengan PSAK. Dalam laporan ini tampak adanya dampak atas penerapan PSAK 24
“Imbalan Kerja” yang retrospektif pada periode berjalan sesuai dengan ketentuan
transisi yang diterapkan dalam standar revisi; dan PSAK 38 “Kombinasi Bisnis
Entitas Sepengendali” yang sebagai dampak dari akuisisi PT Mega Inti Mandiri
dengan kepemilikan 60% saham.

5. Penyajian Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas Grup telah disajikan dengan struktur yang sesuai dengan PSAK
dengan disusun berdasarkan metode langsung dengan mengelompokkan arus kas
atas dasar aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

6. Penyajian Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK)


Catatan Atas Laporan Keuangan Grup telah disajikan dengan struktur yang sesuai
dengan PSAK, yaitu telah mengungkapkan informasi yang cukup untuk dapat
memahami laporan keuangan.
Dalam CaLK salah satunya diungkapkan mengenai kondisi persediaan yang tidak
hanya berupa barang jadi, namun juga barang baku, pembantu, dan dalam proses.
Hal ini karena Perusahaan selain bergerak di bidang perdagangan, juga bergerak di
bidang manufaktur. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:
Barang jadi 47.410.894.096
Barang baku 20.695.504.797
Barang pembantu 4.444.541.868
Barang dalam proses 7.451.539.068
Jumlah 80.002.479.829

Anda mungkin juga menyukai