SEKTOR PUBLIK
Oleh :
Kerangka konseptual akuntansi sektor publik disusun dengan berbagai tujuan, yaitu acuan
bagi :
Kerangka konseptual ini bukan merupakan standar akuntansi keuangan sector publik.
Kerangka konseptual ini sebagai acuan bagi komite penyusun standar akuntansi keuangan
sector public dalam pengembangan standar akuntansi keuangan sector public dimasa depan,
dan dalam peninjauan kembali terhadap standar akuntansi keuangan sector public yang
berlaku, akan mengurangi konflik tersebut.
Sebagai sebuah siklus, akuntansi sector public terangkai dari proses perencanaan,
penganggaran, pengadaan barang dan jasa, realisasi anggaran, pelaporan, audit serta
pertanggungjawaban. Dengan demikian, pembahasan tentang kerangka konseptual akuntansi
sektor publik ini akan meliputi:
1. Perencanaan publik
2. Penganggaran publik
3. Realisasi anggaran publik
4. Pengadaan barang dan jasa publik
5. Pelaporan sektor publik
6. Audit sektor publik
7. Pertanggungjawaban public
4. Asumsi Dasar
a. Dasar Akrual
Laporan keuangan sektor publik meliputi berbagai transaksi masa lalu dan peristiwa
terkait yang mempengaruhi pengambilan keputusan secara ekonomi.
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan sektor publik disusun atas dasar kelangsungan usaha entitas saat
sekarang dan masa depan.
3. Kendala pengukuran
Kriteria pengakuan suatu pos yang kedua adalah ada tidaknya biaya atau nilai yang dapat
diukur dgn tingkat keandalan tertentu. Suatu pos dapat memenuhi syarat untuk di akui di
masa depan sebagai akibat dari peristiwa atau keadaan yang terjadi kemudian.
4. Pengakuan aktiva
Aktiva diakui dalam laporan posisi keuangan jika kemungkinan besar msanfaat ekonominya
di masa depan atau jasa potensialnya akan diperoleh entitas dan aktiva tersebut mempunyai
nilai dan dapat diukur dgn andal. Aktiva tidak diakui , bila pengeluaran terjadi dan manfaat
ekonominya tidak mungkin mengalir ke dalam entitasnya setelah periode akuntasi berjalan.
5. Pengakuan kewajiban
Kewajiban diakui dalam laporan posisi keuangan jika kemungkinan besar pengeluaran
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan
kewajiban sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dgn andal.
6. Pengakuan pendapatan
Pendapatan diakui kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa depan yang terkait dgn
peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal
7. Pengakuan biaya
Biaya diakui kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan telah terjadi dapat diukur dgn
andal. Biaya diakui atas dasar hubungan langsung antara biaya yang timbul dan pos
pendapatan tertentu yang diperoleh.
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukan setiap
unsur laporan keuangan sektor publik dalam posisi keuangan dan laporan kinerja keuangan.
Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu.
Karakteristik kualitatif adalah ciri-ciri khusus dari sebuah mutu. Jika diimplementasikan
pada akuntansi sektor publik, karakteristik kualitatif akuntansi sektor publik adalah ciri khas
informasi akuntansi dalam organisasi sektor publik yang berkontribusi pada penentuan
kualitas produk setiap unsur akuntansi sektor publik. Adapun Karakteristik Kualitatif
Akuntansi Sektor Publik ini yaitu:
1. Relevan
2. Keandalan/Reliabilitas
Keandalan mengacu pada kualitas informasi yang sesuai dengan kebutuhan
para penggunanya. Keandalan/reliabilitas informasi ini bergantung pada derajat
kejujuran ketika menyajikan kejadian. Unsur kualitas yang terdapat pada reliabilitas
ini adalah unsur teruji, netralitas, dan menggambarkan kejujuran.
3. Pertimbangan Biaya dan Manfaat
Pertimbangan biaya dan memanfaat dikenal dengan keterbatasan parpasif.
Informasi akuntansi keuangan akan dicari jika manfaat yang diperoleh dari informasi
tersebut melebihi biayanya. Oleh karnanya, sebelum mempersiapkan dan
mendeseminasikan informasi keuangan, manfaat serta biaya penyiapan informasi itu
harus dibandingkan.
4. Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan yang harus diberikan atau tidak tentang
informasi yang signifikan dan berdampak besar pada keputusan yang diambil.
Dua karakteristik kualitatif dari kualitas output realisasi anggaran publik yaitu
dapat dipahami dan terandalkan.
Karakteristik kualitaif kualitas output audit sektor publik ini adalah Dapat
dipahami, Relevan, Keandalan, Dapat dibandingkan.
G. Kualitas pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban tahunan mencerminkan misi utam
organisasi,inisiatif utama untuk mmebwa misi dan kinerja pelaksanaan yang menjadi
tanggung jawabnya.
1. Basis Akuntansi
Pada prinsip Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), basis akuntansi digunakan dalam laporan
keuangan pemerintah dalam bentuk basis laporan operasional, akrual, untuk pengakuan
pendapatan, beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundang-undangan
mewajibkan agar basis akuntansi disajikan bersama laporan keuangan dengan basis kas.
Basis akrual untuk laporan operasional sebagai petunjuk bagi pendapatan yang diakui ketika
hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi meskipun kas belum diterima pada
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
Nilai historis dapat berupa aset yang dicatat sebesar pengeluaran kas dan setara dengan kas
yang dibayar. Aset yang dicatat juga bisa sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration)
untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Nilai historis lebih dapat diandalkan
daripada penilaian yang lain karena lebih objektif dan dapat diverifikasi dengan mudah.
3. Realisasi (Realization)
Pendapatan basis kas tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran pemerintah pada
suatu periode akuntansi dapat digunakan untuk berbagai kepentingan. Biasanya digunakan
untuk membayar utang dan melakukan belanja dalam periode tersebut. Mengingat Laporan
Realisasi Anggaran (LRA)adalah laporan yang wajib disusun, maka pendapatan basis kas
harus diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah maupun mengurangi
kas.
Prinsip ini sebagai Informasi yang dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka dari itu, segala bentuk harus dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya
saja. Jika substansi transaksi tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka harus
diungkapkan dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
5. Periodisitas (Periodicity)
Agar kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki dapat ditentukan,
maka kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan harus dibagi menjadi
beberapa periode pelaporan. Periode utama yang digunakan adalah tahunan, meskipun
dikehendaki pula periode bulanan, triwulan, dan semester.
6. Konsistensi (Consistency)
Konsistensi bisa berupa perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa
dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan. Keadaan tersebut bukan berarti tidak
boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain, namun
metode akuntansi yang dipakai dapat diganti dengan syarat. Adapun syarat tersebut adalah
metode yang baru diterapkan harus mampu memberikan informasi yang lebih baik daripada
metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode tersebut diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap segala informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna. Selain itu pengungkapan informasi harus dapat ditempatkan pada lembar muka
laporan keuangan atau Catatan atas Laporan Keuangan.
8. Penyajian Wajar (Fair Presentation)
Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat sangat diperlukan bagi
penyusun laporan keuangan dan manajemen keuangan ketika menghadapi ketidakpastian
pada peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidakpastian tersebut diakui dengan mengungkapkan
hakikat dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.
Pertimbangan sehat tersebut dapat mengandung unsur kehati-hatian sehingga dalam laporan
keuangan aset tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah.
Akuntansi dasar merupakan faktor lahirnya Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Maka dari
itu, perlu dipahami bahwa adanya pencatatan akuntansi yang baik akan memudahkan
pengolahan dan pelaporan bagi keperluan pemerintah maupun dalam membantu UKM dalam
merapihkan pembukuan bisnisnya.
Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti pendapatan diakui pada saat kas di
terima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui
pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan
(PP No.71 tahun 2010).
Basis Akrual untuk neraca berarti aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada
saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah, tanpa memerhatikan saat kas atau setara kas di terima atau di bayar
(PP No.71 tahun 2010).
SAP berbasis akrual di terapkan dalam lingkungan pemerintah yaitu pemerintah pusat,
pemerintah daerah, dan satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan (PP No.71 Tahun 2010).
Kronologi Anggaran Lem Aibon: Dibongkar PSI hingga Bikin Menkeu Turun
Tangan
Jakarta - Rencana anggaran 2020 DKI Jakarta belakangan ini jadi sorotan. Salah satu
yang menyita perhatian munculnya anggaran lem Aibon untuk sekolah senilai Rp 82 miliar.
Dirangkum detikcom, Rabu (6/11/2019), anggaran lem Aibon ini pertama kali
dibongkar anggota Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta William Aditya Sarana. Wiliam mem-
posting tangkapan layar apbd.jakarta.go.id. Di dalam anggaran itu ditulis Suku Dinas
Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat menganggarkan lem Aibon untuk kegiatan Biaya
Operasional Pendidikan Sekolah Dasar Negeri. Total anggarannya senilai Rp 82,8 miliar.
Anggaran yang dilampirkan di website APBD DKI itu sempat hilang dan tidak bisa
lagi diakses oleh siapa pun. "Ditemukan anggaran aneh pembelian lem Aibon 82 miliar lebih
oleh Dinas Pendidikan. Ternyata Dinas Pendidikan mensuplai 2 kaleng lem Aibon per murid
setiap bulanya. Buat apa?" tulis William dalam akunnya, Selasa (29/10/2019).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan buka suara. Dia merasa sistem anggaran DKI
Jakarta saat ini sudah digital tapi tidak smart. Akibatnya masih ada masalah penganggaran
selama bertahun-tahun.
"Iya, jadi sistemnya sekarang ini sudah digital, but not a smart system. Itu hanya
digital aja, mengandalkan orang untuk me-review. Itu sudah berjalan bertahun tahun. Karena
itu ini akan diubah, tidak akan dibiarkan begitu saja. Let's do it in a smart way," ucap Anies
Baswedan kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (30/10/2019).
Menurut Anies, sistem yang smart bisa mengoreksi kesalahan memasukkan data.
Dengan demikian, kemungkinan munculnya anggaran yang aneh akan bisa dikurangi.
"Kalau smart system dia bisa melakukan pengecekan, verifikasi. Dia bisa menguji. Ini
sistem digital tetapi masih mengandalkan manual," ucap Anies.
Keanehan anggaran ini tak cuma lem Aibon senilai Rp 82 miliar di Suku Dinas
Pendidikan Wilayah I Jakarta Barat. Ada pula anggaran ballpoint Rp 124 miliar jadi
pertanyaan PSI. Selain ballpoint, ada juga anggaran kertas Rp 213 miliar, tinta printer Rp 400
miliar, stabilo Rp 3 miliar, penghapus Rp 31 miliar dan Rp 31 miliar kalkulator.
Kontroversi anggaran ini menyita perhatian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Saat ditanyakan mengenai kejanggalan anggaran lem Aibon, dia mengatakan akan
menggandeng Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk meningkat kualitas dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
"Kita nanti akan bekerja sama dengan Kementerian Dalam Negeri di dalam
meningkatkan kualitas dari APBD tentunya," katanya di Kementerian Keuangan Jakarta,
Jumat (1/11/2019).
Dia menambahkan, berbagai hal akan dikoordinasikan untuk menunjang hal tersebut.
"Bapak William Aditya Sarana diduga melanggar kode etik karena mengunggah
rencana KUA-PPAS (Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara) ke
media sosial. Sedangkan rencana KUA-PPAS itu belum dibahas di forum DPRD atau masih
dalam pembahasan dalam rapat-rapat komisi atau rapat Banggar DKI Jakarta," ucap
Sugiyanto saat dalam keterangannya, Senin (4/11) kemarin.
Dana APBN yang digunakan hanya untuk bantuan perlengkapan sekolah atau siswa
tersebut sangat tidak efektif. Penggunaan dana yang tidak wajar tersebut seharusnya dapat
digunakan lebih efektif seperti digunakan untuk membangun sekolah baru, merenovasi
sekolah, meningkatkan gaji guru hingga beasiswa. Untuk masalah sistem tersebut sudah
seharusnya ditingkatkan, sistem digital seharusnya dapat membantu kegiatan administrasi
dengan mempercepat proses kerja. Bila sistem ini masih ditinggali tentu memperlambat
perkembangan daerah hingga negara
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/29536573/KERANGKA_KONSEPTUAL_AKUNTANSI
_SEKTOR_PUBLIK
https://www.harmony.co.id/blog/standar-akuntansi-pemerintah-pengertian-dan-
prinsip-yang-diterapkan
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-akuntansi-dan-standar-akuntansi-
pemerintah/#:~:text=Standar%20Akuntansi%20Pemerintahan%20(SAP)
%20adalah,Keuangan%20Permerintah%20Daerah%20(LKPD).
http://parlinsetiabudi.blogspot.com/2015/10/ukuntansi-sektor-publik-semester-5.html
https://feriyanto16.wordpress.com/2013/10/30/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor-
publik/
http://efsir.blogspot.com/2013/03/kerangka-konseptual-akuntansi-sektor.html
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4774768/kronologi-anggaran-lem-
aibon-dibongkar-psi-hingga-bikin-menkeu-turun-tangan