Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI INDONESIA & PENGARUH

KUALITAS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP INVESTOR

Teori Akuntansi

Disusun oleh:

Shindy Novita Sari 43220110153

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2022/2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa dilepaskan.
Dengan melihat sejarah kita bisa memahami masa sekarang dan masa depan dengan lebih
baik lagi. Hal tersebut juga berlaku bagi akuntansi. Akuntansi yang ada saat ini bisa kita
pahami melalui pembacaan sejarah akuntansi di masa yang lalu. Riset tentang sejarah
akuntansi di Indonesia memang tidak seramai penelitian lain yang membahas tentang isu-isu
kontemporer dalam akuntansi. Walaupun demikian, penelitian sejarah akuntansi mulai
mengalami geliat perkembangan. Beberapa penelitian tentang sejarah akuntansi telah
dilakukan. Jika menilik penelitian sejarah akuntansi di jurnal-jurnal internasional, kita akan
menemukan bahwa ada dua sudut pandang dalam menelaah sejarah akuntansi di masa yang
lalu.

Padahal bila dilihat lebih jauh, akuntansi secara sosiologis saat ini telah mengalami
perubahan besar. Akuntansi tidak hanya dipandang sebagai bagian dari pencatatan dan
pelaporan keuangan perusahaan.Akuntansi telah dipahami sebagai sesuatu yang tidak bebas
nilai, tetapi dipengaruhi nilai-nilai yang melingkupinya. Bahkan akuntansi tidak hanya
dipengaruhi, tetapi juga mempengaruhi lingkungannya.Ketika akuntansi tidak bebas nilai
tetapi dengan syarat nilai, otomatis akuntansi konvensional yang saat ini masih didominasi
oleh sudut pandang Barat maka karakteristik akuntansi pasti kapitalistik, sekuler, egois.
Ketika akuntansi memiliki kepentingan ekonomi-politik MNC’s (Multi National Company’s)
untuk program neoliberalisme ekonomi, maka akuntansi yang diajarkan dan dipraktikkan
tanpa proses penyaringan, jelas berorientasi pada kepentingan neoliberalisme ekonomi pula
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh relevansi laporan keuangan terhadap investor, kreditur, dan


pihak lain yang terkait?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia

2. Menganalisis pengaruh kualitas laporan keuangan terhadap investor, kreditur, dan


pihak lain yang terkait
BAB II

PEMBAHASAN

Dilihat dari sisi ilmu pengetahuan, akuntansi adalah ilmu yang mencoba
mengkonverensi bukti dan data menjadi informasi dengan cara melakukan pengukuran atas
berbagai transaksi dan dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos keuangan. Sejarah
akuntansi diperkenalkan oleh Luca Pacioli pada tahun 1494, dengan mempublikasikan buku
yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica Proortioni et Propotionallia yang
didalamnya menggambarkan pembukuan (Sa’adah, 2012). Akuntansi sebenarnya sudah ada
sejak manusia itu mulai bisa menghitung dan membuat suatu catatan, yang pada awalnya
dengan menggunakan batu, kayu, bahkan menurut tingkat kebudayaan manusia pada saat itu.

Pada awal abad ke 17, telah terjadi ekspansi perdagangan Belanda secara massif.
Dampak dari adanya ekspansi tersebut adalah dikirimnya banyak kapal dagang Belanda
termasuk ke Kawasan East Indies ( Kepulauan Indonesia) yang dipercaya oleh Belanda
sebagai sumber kekayaan tersembunyi seperti rempahrempah, emas, perak kayu dan kapas.
Untuk mempermudah koordinasi perdagangan di wilayah Indonesia, pemerintah belanda
kemudian membentuk perusahaan yang dinamakan sebagai VOC yang merupakan singkatan
dari Verenidge Oostindische Compagnie. Tugas VOC di Indonesia adalah untuk membentuk
suatu monopoli perdagangan dan mengintervensi urusan perpolitikan guna mempermudah
bisnis VOC. Pada awal kedatangan VOC di Indonesia, beberapa perubahan bisa diamati
diantaranya dibentuknya pusat perdagangan di Banten pada tahun 1609.

Selain pusat perdagangan, VOC juga membentuk pusat militer yang digunakan
untuk melakukan perlawanan kepada siapa saja yang menentang VOC dan memantapkan
posisi monopoli perdagangan di Indonesia. Hal tersebut kemudian memicu adanya
ketidakstabilan kondisi ekononomi, sosial dan politik di wilayah nusantara karena
pemerintah Belanda kemudian sedikit demi sedikit menghapus sistem pemerintahan yang
berbasis kerajaan menjadi sistem pemerintahan berbasis kolonial. Perhatian utama Belanda
selanjutnya adalah dengan menyuntikkan sistem perdagangan moneter dengan
menggunakan mata uang Belanda sebagai alat tukarnya. Hal tersebut dilakukan oleh
belanda agar dapat memudahkan mereka dalam urusan perdagangan karena sebelum
kedatangan VOC di Indonesia alat tukar yang digunakan untuk kepentingan perdagangan
tidaklah sama antar wilayah nusantara. Dengan standardisasi uang yang dilakukan oleh
pemerintah belanda, maka hal tersebut mempermudah aktivitas perdagangan yang
berdampak pada menungkatnya kompleksitas dan kebutuhan untuk melakukan pencatatan
atas transaksi ekonomi yang dilakukan. Dengan semakin kompleksnya aktivitas ekonomi
tersebut, hal tersebut tentu saja memberikan dampak bagi VOC. Hal yang paling dominan
adalah bertambahnya kekayaan VOC karena aktivitas perdagangan yang semakin ramai
yang menimbulkan masalah administrasi keuangan dan pengelolaan kekayaan. Dari titik
inilah kemudian pembukuan akuntansi sangat diperlukan untuk menangani permasalahan
tersebut. Pembukuan sendiri digunakan untuk melakukan perencanaan pendapatan dan
pengeluaran yang tepat, kepentingan akuntabilitas atau pertanggungjelasan pengelolaan
sumberdaya perusahaan dan untuk fungsi pelaporan kepada anggota VOC.

Sistem pembukuan yang pertama kali dilakukan oleh VOC bukanlah suatu sistem
pembukuan yang kompleks namun sistem yang sangat sederhana dengan menggunakan
single entry bookkeepingyang digunakan untuk melakukan pengorganisasian untuk mengatur
pengeluaran terkait dengan masalah penggajian personel militer VOC. Dalam
perkembanganya kemudian muncullah pembukuan dengan menggunakan double entry
bookkeeping. Awal dari perkembangan double entry bookkeeping ini muncul karena ada
perubahan kebijakan mengenai tata laksana administrasi dan keuangan. Untuk memperlancar
kebijakan ini, pemerintah belanda kemudian menunjuk Gubernur Jendral Pieter sebagai
penanggungjawab. Pieter kemudian mendirikan kantor akuntan di Banten. Bersamaan
dengan itu, sistem pembukuan double entry bookkeeping mulai digunakan untuk kepentingan
pelaporan keuangan perusahaan.

Akuntansi Indonesia mengalami pasang surut perkembangannya. Praktik akuntansi di


Indonesia dapat ditelusuri pada era penjajahan Belanda sekitar 17 (ADB 2003) atau sektar
tahun 1642 . Jejak yang jelas berkaitan dengan praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui
pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang dilaksanakan Amphioen Socitetyt yang
berkedudukan di Jakarta. Pada era ini Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan
(double-entry bookkeeping) sebagaimana yang dikembangkan Lucas Pacioli. Perusahaan
VOC milik Belanda, yang merupakan organisasi komersial utama selama penjajahan
memainkan peran penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini (Ghozali, 2007).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an awal tahun
1900an. Hal ini ditandai dengan dihapusnya tanam paksa sehingga pengusaha Belanda
banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia.

Penelitian sejarah akuntansi selanjutnya dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan
oleh Widhianningrum et al. (2019) dengan judul Social Accounting and Ancient Javanese
Society: The Case of Borobudur Temple yang bercerita mengenai akuntansi sosial pada
masyarakat jawa kuno dilihat melalui kasus candi Borobudur. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dan interpretatif. Kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
diinterpretasikan untuk mengetahui gambaran umum akuntansi sosial yang terdapat di dalam
relief karmavibhangga. Disebutkan pemandangan relief tersebut menampakkan keadaan
kerajaan Mataram saat itu memiliki tanah yang subur yang memungkinkan rakyatnya bekerja
sebagai petani. Mataram kuno dikenal sebagai kerajaan agraris yang bertumpu pada pertanian
yang melimpah dan didukung kegiatan perdagangan untuk menunjang perekonomiannya.
Sebagai bentuk interaksi manusia dengan lingkungan, perdagangan berjalan melalui pasar
sebagai sarana penunjang dengan sistem satu siklus sepasar dimana artinya kegiatan
perdanganan di pasar terjadi minimal lima hari sekali. Seiring dengan meningkatnya aktivitas
dan sentra perdagangan di beberapa kawasan, kerajaan Mataram mengatur pertumbuhan
kekayaan dengan mendirikan sima. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi banyakanya
pergeseran pola produksi dan konsumsi di Jawa yang berdampak panjang pada masyarakat
Jawa. Pada masa ini juga pajak telah dikenalkan dimana pajak tersebut dikeluarkan oleh raja
untuk rakyatnya sebagai bentuk mendukung hubungan baik satu sama lain. Pajak tersebut
akan digunakan sebagai pembiayaan infrastruktur, pembiayaan kesejahteraan dan
keselamatan masyarakat, serta pembiayaan umum lainnya. Berdasarkan ajaran moral umat
Buddha, keuntungan tidak dianggap sebagai keinginan untuk memenuhi kepentingan diri
sendiri, melainkan sebagai kebutuhan untuk sesama. Kualitas perekonomian tidak hanya
dilihat dari besarnya keuntungan tetapi juga dari cara perolehan dan pendistribusiannya.
Akuntansi sosial pada jaman Jawa kuno diartikan sebagai perwujudan perjalanan spiritual
manusia untuk membebaskan dirinya dari keinginan duniawi dalam pencarian tertinggi.
Akuntansi sosial akhirnya hadir sebagai bentuk kontrol ekonomi dan mediator konflik antar
manusia, kebutuhannya, dan lingkungannya.

Pendidikan formal akuntansi pertama dilakukan di Universitas Indonesia tahun 1952.


Akuntansi yang sistematis diajrakan untuk memenuhi persyaratan standar komunitas bisnis.
Melalui universitas, program komprehesif dari kursus akuntansi dapat dimungkinkan
diterapkan pengetahuan umum tentang ekonomi, keterampilan akuntansi dengan Teknik
khusus, praktik audit, dan lainnya yang berkaitan dengan akuntansi. Tak hanya Universitas
Indonesia, perguruan tinggi lainnya juga telah mengajarkan Pendidikan formal akuntansi,
seperti Universitas Padjajaran, Universitas Sumatera Utara, Universitas Airlangga,
Universitas Gadjah Mada, Universitas Sriwijaya. Gelar sarjana yang didapat setelah lulus
dalam Pendidikan akuntansi di perguruan tinggi diberikan dan memenuhi syarat untuk
mendaftar sebagai akuntan setelah menyelesaikan 3 tahun bekerja di kantor pemerintah.
Dalam perkembangannya, perguruan tinggi menjadi institusi dominan dalam menghasilkan
akuntan. Pengembangan kebijakan nasional terjadi signifikan tentang Pendidikan akuntansi
yang merupakan kebijakan dari pemerintah tentang keseragaman Pendidikan akuntansi di
perguruan tinggi pada tahun 1975. Tujuannya untuk memastikan keseragaman akuntan yang
lulus dari standar kurikulum yang sama. Perhatian pemerintah terkait Pendidikan akuntansi
sangat tinggi hingga melakukan beberapa Kerjasama dengan institusi luar negeri untuk
meningkatkan kualitas akuntansi di perguruan tinggi. Pendidikan akuntan untuk pemerintah
dilaksanakan oleh Sekolah Negeri untuk Auditor Pemerintah

Fenomena akuntabilitas perpajakan juga menjadi bukti salah satu bentuk praktik
akuntansi pada jaman Bali kuno dapat di kaji dan di telusuri dari temukannya berbagai
prasasti yang di keluarkan oleh raja-raja masa itu yang mengungkapkan tentang kehidupan
sosial maupun budaya masyarakat setempat berkaitan dengan perpajakan (Budiasih, 2014).
Adanya berbagai pencatatan dan pelaporan serta pertanggungjawaban perpajakan dari
masyarakat kepada kerajaan dan sebaliknya yang diukur dengan nilai uang pada masa itu
mengidentifikasikan bahwa aktivitas tersebut mengandung nilai akuntansi. Selain adanya
perkembangan akuntansi perpajak, di Indonesia juga mengalami perkembangan terkait
perdagangan. 500 tahun Sebelum Masehi, pedagang Nusantara (Indonesia) mulai berlayar
hingga ke India, Afrika Barat, dan juga Pantai Afrika Timur. Rempah rempah yang mereka
bawa nantinya akan di tukar dengan besi, manik-manik, gelas dan karnelia serta kain. Jalur
pedagangan laut pada awal abad Masehi bermula dari Romawi kemudian menuju ke Arab,
Indonesia dan kemudian ke Cina. Awal abad Masehi para pedagang Nusantara semakin
sering berlayar dan tinggal di India dan afrika Timur.

Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya percepatan perkembangan akuntansi


hingga sekarang diantaranya adalah :

1. Adanya motivasi awal yang memaksa orang untuk mendapatkan keuntungan


besar (maksimalisasi laba = jiwa kapitalis). Dengan adanya laba maka perlu
pencatatan, pengelompokkan, dan pengikhtisaran dengan cara sistematis dan
dalam ukuran moneter atas transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dan
menjelaskan hasilnya
2. Pengakuan usaha akan pentingnya aspek sosial yang berkaitan dengan persoalan
maksimalisasi laba. Dalam hal ini, pemimpin perusahaan harus membuat
keputusan yang menjaga keseimbangan antara keinginan perusahaan, pegawai,
langganan, supplier, dan masyarakat umum.
3. Bisnis dilakukan dengan peranan untuk mencapai laba sebagai alat untuk menapai
tujuan bukan “akhir suatu tujuan”. Dengan pernyataan lain, laba bukanlah tujuan
akhir dri suatu aktivitas bisnis. Akan tetapi bisnis dilakukan untuk memperluas
kesejahteraan sosial. Dengan demikian, akuntansi akan memberikan informasi
yang secara potensial berguna untuk membuat keputusan ekinomi da jika itu
diberikan akan memberikan perluasan kesejahteraan sosial.
BAB III

CONCEPTUAL FRAMEWORK

A. Kerangka Kerja Konseptual

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) serupa dengan konstitusi


(constitution): suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan dan konsep fundamental
yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang
konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batasbatas dari akuntansi keuangan dan
laporan keuangan.

B. Kerangka kerja konseptual terbagi ke dalam tiga tingkatan

1. First Level = Basic Objectives

Tujuan pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi (1) yang


berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis
dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi dan kredit; (2) untuk membantu
investor yang ada dan potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu,
dan ketidakpastian arua kas masa depan; dan (3) tentang sumber daya ekonomi, klaim
terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.

1. Second Level = Qualitative Characteristics and Basic Elements

Bagaimana seseorang menentukan apakah laporan keuangan harus menyediakan


informasi tentang biaya perolehan aktiva perusahaan (dasar biaya historis) ataukah
berupa nilai berjalannya. Pemilihan metode akuntansi yang tepat, jumlah, dan jenis
informasi yang harus diungkapkan, serta format penyajiannya melibatkan penentuan
alternatif mana yang menyediakan informasi paling bermanfaat untuk tujuan
pengambilan keputusan

2. Third Level = Recognition and Measurement Concepts

Terdiri-dari konsep-konsep yang dipakai untuk mengimplementasikan tujuan


dasar dari tingkat pertama. Konsep ini menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana unsur-
unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh sistem
akuntansi.
BAB IV

HASIL BUKTI PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra & Damayanthi (2019), dalam judul
penelitiannya “Pengaruh Kualitas Laporan Keuangan Terhadap Efisiensi Investasi”,
menunjukkan bahwa kualitas laporan keuangan berpengaruh negatif terhadap kondisi
underinvestment. Perusahaan dengan nilai kualitas laporan keuangan yang tinggi akan
menyebabkan menurunnya probabilitas perusahaan yang mengalami kondisi
underinvestment dibandingkan dengan probabilitas perusahaan dalam kondisi investasi
normal. Kualitas informasi akuntansi yang baik akan dapat membantu mengurangi adanya
asimetri informasi antara pemegang saham sebagai principal dan manajer sebagai agent.
Kualitas laporan keuangan yang tinggi akan dapat mencegah perusahaan mengalami kondisi
underinvestment.

Kualitas laporan keuangan berpengaruh negatif juga terhadap kondisi


overinvestment. Dapat dikatakan bahwa kualitas dari laporan keuangan dapat mempengaruhi
kondisi investasi perusahaan berupa overinvestment. Ditemukan bahwa kualitas laporan yang
baik berhubungan dengan probabilitas perusahaan mengalami kondisi overinvestment di
perusahaan sektor pertambangan terdaftar BEI pada tahun 2017. Dalam penelitian ini,
ternyata kualitas laporan keuangan yang baik dapat meningkatkan fungsi monitoring bagi
pemegang saham dalam mengawasi keputusan investasi yang dibuat oleh manajer. Hal
tersebut disebabkan oleh kondisi investasi di sektor pertambangan pada tahun 2017 yang
meningkat dari tahun sebelumnya. Ini disebabkan karena adanya perang dagang antara Cina
dan Amerika yang telah dijelaskan dalam latar belakang penelitian ini.

Dengan kondisi tersebut, kemungkinan investor tertarik untuk berinvestasi di sektor


pertambangan pada tahun 2017. Suntikan dana yang didapat oleh perusahaan akan
berdampak pada kondisi investasinya. Perusahaan kemungkinan akan mengalami kondisi
overinvestment karena dengan kondisi tersebut, perusahaan kemungkinan akan cenderung
menggunakan dana tersebut untuk berinvestasi. Manajer akan lebih memilih menggunakan
dana arus kas bebas (free cash flow) untuk dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk
deviden daripada menggunakan dananya untuk berinvestasi di proyek-proyek yang kurang
menguntungkan. Ini bertujuan agar pemegang saham tetap ingin berinvestasi pada
perusahaan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian dari Hariyanto et al (2020), dalam judul penelitiannya


“Dampak Kualitas Laporan Keuangan Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Terhadap
Efisiensi Investasi”, menunjukkan bahwa kualitas laporan keuangan tidak berpengaruh
terhadap over/under investment pada BUMN baik listed dan nonlisted periode 2015-2018.
Dalam penelitian ini, kualitas laporan keuangan yang baik tidak dapat meningkatkan fungsi
monitoring bagi pemegang saham dalam mengawasi keputusan investasi yang dibuat oleh
manajer. Adanya upaya yang dilakukan manajer untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan dengan menyajikan informasi laporan keuangan tidak dapat memberikan
pandangan kepada investor bahwa manajer telah memberikan informasi yang berkualitas
sehingga beberapa investorpun tidak bereaksi dan ini menandakan tidak adanya pengaruh
terhadap over/under investment.
BAB V

PENUTUP

Paper ini bertujuan untuk menganalisis sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia, serta
memberikan bukti empiris mengenai pengaruh kualitas laporan keuangan terhadap
keputusan investor. Hasil pembahasan paper ini memberikan bukti bahwa kualitas laporan
keuangan berpengaruh terhadap keputusan investor. Dalam paper ini, perusahaan dengan
kualitas informasi yang baik merupakan poin penting untuk menjembatani asimetri
informasi antara pihak manajemen perusahaan dan pemilik perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, A. (2017). Perkembangan Akuntansi Syariah Di Indonesia. Jurnal Warta


Dharmawangsa 53, 7-8

Hariyanto, N. S., Suganda, T. R., & Lembut, P. I. (2020). Dampak Kualitas Laporan
Keuangan Perusahaan Badan Usaha Milik Negara Terhadap Efisiensi
Investasi. Jurnal Akuntansi, 12(2), 337-349. https://doi.org/10.28932/jam.v12i2.2525

Nawangsari, A. T., & Hanun, N. R. (2020). The Development of New Accounting History
Research in Indonesia. Journal of Accounting Science, 4(2), 57-69.
https://doi.org/10.21070/jas.v4i2.894

Putra, G., & Damayanthi, I. (2019). Pengaruh Kualitas Laporan Keuangan Terhadap Efisiensi
Investasi. E-Jurnal Akuntansi, 28(2), 828 - 851. doi:10.24843/EJA.2019.v28.i02.p02

Setiyaningrum, D. (2019). Akuntansi Zaman Dinasti Syailendra (Studi Etnoarkeologi


Pada Candi Borobudur). Universitas Muhammadiyah Magelang, 12-14

Widhianningrum, P., Sukoharsono, E., & Rosidi, R. (2019). Social accounting and ancient
javanese society: the case of Borobudur Temple. De Computis - Revista Española de
Historia de la Contabilidad, 16(2), 143-159. doi:http://dx.doi.org/10.26784/issn.1886-
1881.v16i2.356

Anda mungkin juga menyukai