Anda di halaman 1dari 9

Masa perkembangan akuntansi di Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Masa Penjajahan Belanda dan Jepang


Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia akhir abad ke-16 awalnya untuk berdagang, kemudian
Belanda membentuk perserikatan maskapai Belanda yang dikenal dengan Vereenigde Oost Indische
Compagnie (VOC). Pada tahun 1602, terjadi peleburan 14 maskapai yang beroperasi di Hindia Timur,
yang selanjutnya di tahun 1619 membuka cabang di Batavia dan kota-kota lainnya di Indonesia.
Perjalanan VOC ini berakhir pada tahun 1799 dan setelah VOC dibubarkan, kekuasaan diambil alih
oleh Kerajaan Belanda. Sejak masa itulah mulai tumbuh perusahaan-perusahaan Belanda di
Indonesia. Catatan pembukuan saat itu menekankan pada mekanisme debit dan kredit berdasarkan
praktik dagang yang semata-mata untuk kepentingan perusahaan Belanda.
Pada masa ini, sektor us aha kecil dan menengah umumnya dikuasai oieh masyarakat Cina, India,
dan Arab yang praktik akuntansinya menggunakan atau dipengaruhi oieh sistem dari negara mereka
masing-masing. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 sampai 1945, sistem akuntansi tidak
banyak mengalami perubahan, yaitu tetap menggunakan pola Belanda.
2. Masa Kemerdekaan
Sistem akuntansi yang beriaku di Indonesia mengikuti sejarah masa lampau dari masa kolonial
Belanda, maka sistem akuntansinya mengikuti akuntansi Belanda yang dikenal dengan Sistem Tata
Buku. Sistem Tata Buku ini merupakan subsistem akuntansi atau hanya merupakan metode
pencatatan.
Setelah masa penjajahan Belanda berakhir dan masuk ke dalam masa kemerdekaan, banyak
perusahaan milik Belanda yang dirasionalisasi yang diikuti pula dengan masuknya berbagai investor
asing, terutama Amerika Serikat. Para investor tersebut memperkenalkan sistem akuntansi Amerika
Serikat ke Indonesia.
Akuntansi masa kini telah berkembang dalam tahap masa kedewasaan menjadi suatu aspek
integral dari bisnis dan keuangan global. Keputusan yang berasal dari data-data akuntansi,
pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi internasional menjadi sangat penting untuk mendapatkan
interpretasi dan pemahaman yang tepat dalam komunikasi bisnis internasional.
Sejarah akuntansi dan akuntan, memperlihatkan perubahan yang terus menerus secara konsisten.
Pada suatu waktu, akuntansi lebih mirip sistem pencatatan bagi jasa-jasa perbankan tertentu dan
bagi rencana pengumpulan pajak. Kemudian muncul pembukuan double entry untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan usaha perdagangan. Saat ini akuntansi beroperasi dalam lingkungan perilaku,
sektor publik dan Internasional. Akuntansi menyediakan informasi bagi pasar modal-pasar modal
besar, baik domestik maupun internasional.
Perkembangan Akuntansi di Indonesia
Jejak sejarah akuntansi di Indonesia bisa ditelusuri ketika Belanda ‘beroperasi’ di
Indonesia. Sebelum itu, tepatnya zaman kejayaan kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, dan
kerajaan Mataram tidak ada tanda khusus ataupun tulisan yang mensiratkan penerapan
akuntansi. Kendati demikian menurut Sukoharsono (Harahap, 2005:49) menilai bahwa akuntansi
masuk ke Indonesia ketika pedagang Arab mendarat dan mengadakan transaksi di wilayah
Nusantara. Dalam buku Teori Akuntansi-nya Harahap menyatakan ada 2 periodisasi
perkembangan akuntansi di Nusantara, yaitu zaman Penjajahan dan zaman Kemerdekaan.

1. Zaman Kolonial

Sebelum Belanda resmi menjajah Indonesia (1800-1942), perserikatan Maskapai


Belanda yang dikenal dengan nama Vereenigde Oost Indish Compagnie (VOC) telah berdiri pada
tahun 1602. VOC tersebut merupakan peleburan 14 Maskapai yang beroperasi di Hindia Timur.
Pada tahun 1619 VOC membuka cabang di Batavia dan tempat-tempat lain di Indonesia.
Kemudian pada abad ke-18 mengalami kemunduran hingga akhirnya VOC dibubarkan pada
tanggal 31 Desember 1799. Berkaitan dengan transaksi dagang rempah-rempah yang dilakukan
VOC sudah bisa dipastikan Maskapai Belanda tersebut telah melakukan pencacatan.
Sehubungan dengan hal tersebut, Ans Saribanon Sapiie (harahap, 2005: 50) mengemukakan
bahwa menurut Stible dan Stroomberg, bukti otentik mengenai pencatatan pembukuan di
Indonesia paling dilakukan menjelang abad ke-17. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya
sebuah instruksi Gubernur Jenderal VOC pada tahun 1642 yang mengharuskan dilakukan
pengurusan pembukuan atas penerimaan uang, pinjaman-pinjaman, dan jumlah uang yang
diperlukan untuk pengeluaran (ekspoitasi) garnisun-garnisun dan galangan kapal yang ada di
Batavia dan Surabaya. Pada zaman penjajahan Belanda (setelah bubarnya VOC), catatan
pembukuan menekankan pada mekanisme debit kredit, yang dijumpai pada pembukuan
Amphioen Socyteit di Batavia yang bergerak di bidang peredaran candu atau morfin.
Selanjutnya berdiri juga perusahaan-perusahaan Belanda yang membuka perwakilan di
Indonesia. Untuk catatan pembukuannya merupakan modifikasi sistem Venice-Itali, dan tidak
dijumpai adanya kerangka pemikiran konseptual untuk mengembangkan system pencatatan
tersebut. Sedangkan, segmen bisnis menengah ke bawah dikuasai oleh pedagang-pedagang
keturunan antara lain ada Cina, India dan Arab. Sejalan dengan hal tersebut penyelenggaraan
pembukuan dipengaruhi oleh sistem etnis masing-masing. Menurut Hadibroto (Harahap, 2005:
51) mengikhtisarkan pembukuan asal etnis sebagai berikut:
a. Sistem pembukuan Cina terdiri dari lima kelompok, yaitu: Sistem Hokkian (Amoy), system
Kanton, system Hokka, system Tio Tjoe/system swatoe, system gaya baru

b. Sistem pembukuan India atau system Bombay

c. Sistem pembukuan Arab atau Hadramaut

Adapun dalam masa penjahahan Jepang (1942 – 1945) pembukuan tidak mengalami
perubahan yang cukup berarti, tetap menggunakan pola Belanda. Karena banyak orang Belanda
yang ditangkap oleh Jepang, maka tenaga pengajar untuk sistem pembukuan berkurang. Pada
masa tersebut tercatat yang menjadi tenaga pengajar pembukuan adalah J.E de I’duse, Akuntan,
Dr. Abutari, Akuntan, J.D Massie dan R.S. Koesoemoputra. Jepang juga mengajarkan pembukuan
dalam huruf kanji tetapi tidak diajarkan pada orang-orang Indonesia.

2. Zaman Kemerdekaan

Sebagai daerah bekas jajahan Belanda, kondisi praktik pembukuan dan perkembangan
pemikiran akuntansinya sangat dipengaruhi oleh pola Belanda samapi dasawarsa 1960-an.
Sistem tersebut lebih dikenal dengan nama tata buku. Di dunia pendidikan tinggi akuntansi pola
Belanda ini sangat berpengaruh dalam kurikulum pengajarannya sampai dengan pertengahan
dasawarsa tahun 1970-an. Dalam masa itu, untuk memperoleh gelar akuntan harus melalui
sistem panjang dengan lama pendidikan 6 tahun, yaitu 4 tahun untuk studi ekonomi perusahaan
(manajemen) dan 2 tahun untuk studi akuntansinya. Buku yang dipergunakan dalam pengajaran
tersebut adalah buku teks karangan Belanda yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
oleh R. Soemita Adikoesoemah, yaitu antara lain Tata Buku oleh Amaniuli; Tata Buku Lanjutan
(Vooretgezet Boekhouden) oleh Dr. A.J.A. Prange; Administrasi Perusahaan Modern (APM);
Teori Ilmu Biaya dan Neraca oleh Prof. Dr. Mey Jr; Ilmu Biaya dan Harga Pokok oleh Van Der
Schroef; Ilmu Neraca (Bedrijfshuis houndkonde-Balansleer) oleh Dr. O. Bakker; Dasar-Dasar
Organisasi Administrasi oleh J. Van Nimwegen: Pengantar Kontrol bagi Akuntan (Inleiding Tot de
Leer van de Accountantscontrole) oleh J.E. Spinosa Catella dan L.G. Van Der Hoek. Tingkat
pendidikan menengah SMEA dan SLTA/SMU, buku pegangannya adalah Tata Buku-Amaniuli dan
Hitung Dagang saduran Effendi Harahap maupun buku-buku karangan Z.A. Moechtar.
Pengajaran Tata Buku berlangsung hingga dasawarsa 1970-an, ditandai dengan terbitnya Tata
Buku dalam Masa Pembangunan, dan Hitung Dagang karangan Z.A. Moechtar, yang terutama
digunakan lembaga-lembaga kursus Bond A (A1 dan A2), Bond B dan APM. Pada tahun 1905
mulai berdatangan perusahaan-perusahaan asing seperti Shell (Inggris), Caltex, dan Stanvak
(AS). Sejalan dengan itu, penerapan akuntansi di Indonesia mulai dipengaruhi oleh perusahaan
asing tersebut, khususnya Amerika Serikat. Pola Amerika Serikat ini semakin kuat menggeser
pola Belanda setelah Indonesia memutus hubungan diplomasi dengan Belanda terkait masalah
konfrontasi Irian Jaya pada tahun 1957. Pada tanggal 23 Desember 1957 Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI) berdiri di Jakarta. IAI berhasil menyusun dan Menerbitkan Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) pada tahun 1973, dengan maksud antara lain: menghimpun prinsip-prinsip yang
lazim berlaku di Indonesia dan sebagai prasarana bagi terbentuknya pasar uang dan modal di
Indonesia. Ketika itu bagi perusahaan yang akan go public harus menyusun laporan keuangan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia. Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973
adalah hasil kerja panitia penghimpun bahan-bahan dan striktur dari Generally Accepted
Accounting Principles dan Generally Acceptes Auditing Standard yang terdiri dari dewan
penasihat panitia kerja. Pengkodifikasian prinsip akuntansi tersebut disahkan pada konggres III
tanggal 2 Desember 1973, yaitu menjelang adanya pasar uang dan modal. Adapun bahan-bahan
yang digunakan menghimpun Prinsip Akuntansi 1973 adalah sebagai berikut:

a. Buku prinsip-prinsip akuntansi yang diterbitkan Direktorat Akuntan Negara, Direktorat


Jenderal Pengawasan keuangan Negara (DJPKN), Departemen Keuangan RI yang sekarang
bernama BPKP.

b. Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprise, oleh Paul
Grady, diterbitkan oleh AICPA

c. Opinions of Accounting Principles Board, diterbitkan oleh AICPA

d. Kumpulan dari Accounting Research Bulletin (ARBs), diterbitkan oleh AICPA

e. A Statement of Australian Accounting Principles, diterbitkan oleh Accounting and Auditing


Research Committee dari Accountancy Research Foundation

f. Wet op de Jaarekening van Ondernemingen, diterbitkan oleh NIVRA

g. Beberapa Literatur lainnya. Prinsip Akuntansi 1973 disempurnakan kembali dengan adanya
Prinsip Akuntansi 1984. Dalam Prinsip baru ini prinsip-prinsip yang memerlukan penjabaran
lebih lanjut diatur dengan “pernyataaan” tersendiri. Sehubungan dengan hal itu, komite PAI-PAI
mulai tahun 1986 menerbitkan serangkaian Pernyataan PAI dan Interpretasi PAI untuk
mengambangkan, menambah, mengubah serta menjelaskan standard keuangan yang berlaku,
yang merupakan bagian yang terpisahkan dari prinsip Akuntansi 1984. Prinsip Akuntansi 1984
kemudian diganti dengan Prinsip Akuntansi 1994 yang mengadopsi pernyataan resmi
(Pronouncements) International Accounting Standard Committee (IASC). Kemudian IAI
menerbitkan dua buku, yaitu Standar Akuntansi Keuangan 1994, yang berisi Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dan Seperangkat Standar Akuntansi Keuangan,
terdiri 35 pernyataan yang setaraf standar internasional. Kerangka dasar dan seperangkat
penyusunan terebut, merupakan landasan yang dianggap kokoh untuk penegmbangan labih
lanjut. Berlaku untuk penyusunan laporan keuangan mencakup periode laporan yang dimulai
atau setelah tanggal 1 Januari 1995.
Revolusi Industri.

Pada pertengahan abad ke 18 sampai 19, terjadi revolusi industri di Inggris, sehingga
mendorong perkembangan akuntansi karena para manager pabrik ingin mengetahui biaya
produksinya.
Revolusi industri menciptakan suatu permintaan modal yang besar untuk membangun
pabrik dan membeli mesin-mesin. Hal ini menyebabkan perusahaan harus membangun
suatu bentuk organisasi dan hal inilah yang menyebabkan akuntansi semakin berkembang.

Prof. Robert Sterling ahli akuntansi dari Amerika membagi perkembanagan akuntansi
menjadi 3 tahap:

1. Tahap Pertama

Tahap ini ruang lingkup perusahaan masih kecil, pemiliknya sekaligus menjadi manajer
perusahaan. Dan segala pencatatan perusahaan dilakukan sendiri.

2. Tahap Kedua

Perusahaan yang dkelola sudah makin besar,sehingga semua urusan perusahaan tidak
mungkin dikelola sendiri. Pencatatan akuntansi mulai diserahkan kepada orang lain yang
mengerti akuntansi.

3. Tahap Ketiga

Pada tahap ini sudah terjadi pemisahan fungsi secara tegas antara pemilik dan perusahaan.
Pencatatan akuntansi mulai berkembang, sehingga timbul kebutuhan akan pertanggung
jawaban perusahaan kepada pemilik perusahaan yang disebut dengan laporan keuangan.

Perkembangan Akuntansi Indonesia

Akuntansi berbeda dengan tata buku yang dulu pada mulanya pernah dikenal di Indonesia.
• Tata buku : menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dari proses
pencatatan, peringkasan, penggolongan, dan aktivitas-aktivitas lain yang bertujuan untuk
menciptakaninformasi akuntansi yang berdasar pada data.
• Akuntansi : menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dan analitikal, seperti
kegiatan analisis dan interpretasi berdasarkan informasi akuntansi.

Perkembanagan selanjutnya tata buku semakin ditinggalkan dan system akuntansi Anglo
Saxon semakin banyak diterapkan.
Anglo Saxon merupakan system akuntansi dengan cakupan yang luas, meliputi
perencanaan system pencatatan, pencatatan transaksi dengan double entry, penyusunan
laporan berdasarkan data yang telah dicatat dan penyampaian laporan yang telah dibuat,
serta penyampaian interpretasi laporan tersebut.
Menurut Glautier dan Underdown (1986 : 3-8) perkembangan akuntansi dalam peranan
sosialnya terdiri dari empat tahapan, yaitu :
 Stewardship Accounting
Stewardship Accounting dimulai sejak masa awal akuntansi yaitu sekitar 4500 SM hingga
abad XVI. Tujuan utama akuntansi pada saat itu adalah menyediakan informasi tentang
kekayaan pemilik. Pencatatan dipegang secara rahasia dan pelaporan kekayaannya tidak
dipengaruhi oleh pihak luar, artinya, metode perhitungan, perlakuan akuntansi, serta
penyajiannya disesuaikan dengan keinginan pemilik dan tingkat ketelitian dan keseragaman
pelaporannya diragukan. Karena tidak seragam, maka laporan akuntansi antara pemilik yang
berbeda tidak dapat dibandingkan, bahkan kemungkinan terjadi perbedaan perlakuan
akuntansi pada periode yang berbeda dari pemilik yang sama. Laporan akuntansi dianggap
sebagai catatan pribadi pemilik. Praktek akuntansi semakin berkembang di Italia pada awal
masa Renaissance dan pada saat itu muncul metode pembukuan berpasangan (double-entry
bookeeping) yang dikemukakan oleh Luca Pacioli dalam bukunya yang berjudul ”Summa de
Arithmetica, Geometrica, Proportioni et Proportionalita” yang diterbitkan di Venice pada
tahun 1494.

 Financial Accounting
Revolusi Industri pada tahun 1760 melihat perubahan untuk perkembangan akuntansi.
Berdirinya pabrik-pabrik membuat para pemilik perusahaan membutuhkan modal yang besar
sehingga diterbitkan saham-saham oleh perusahaan yang memungkinkan publik menanamkan
modalnya ke perusahaan. Pemilik perusahaan hanya menyetorkan modalnya pada
perusahaan, dan kemudian memperoleh bagian dari laba perusahaan sebesar penyertaannya.
Manajer yang mengelola pelaksanaan bisnis perusahaan dan memperoleh gaji sebagai
imbalan jasanya pada perusahaan. Sehingga diperlukan suatu penyusunan laporan keuangan
yang memberikan informasi kepada pemilik atau pemegang saham tentang
pertanggungjawaban manajer dalam mengelola modal yang disetor para pemegang saham
kepada perusahaan. Berbagai usaha dilakukan untuk menyajikan informasi yang akurat bagi
para investor agar terhindar dari kesalahan investasi yang dilakukan pada masa itu.
 Management Accounting
Revolusi Industri memberikan peluang bagi pengembangan akuntansi sebagai alat bagi
manajemen industri. Akuntansi manajemen mengubah fokus akuntansi dari proses pencatatan
dan penganalisaan transaksi ke arah penggunaan informasi bagi manajemen untuk
kepentingan pengembangan perusahaan.

 The Social Welfare Viewpoint of Accounting


Tahap ini merupakan tahap baru dari perkembangan akuntansi karena adanya revolusi sosial
yang terjadi di dunia barat pada tahun-tahun belakangan ini. Teknologi yang berkembang
dengan cepat dan berlebihan terkadang membuat kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
kegiatan operasional perusahaan. Masyarakat menuntut untuk terpenuhinya kebutuhan akan
barang dan jasa dan mereka juga menuntut perusahaan untuk mempertanggungjawabkan
masalah-masalah lingkungan dan kemanusiaan dalam setiap operasinya. Akuntansi
pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan dari lingkup akuntansi, karena selain
mempertimbangkan dampak ekonomi dari bisnis juga mempertimbangkan aspek sosialnya.
Pihak manajemen diharapkan selain bertanggung jawab untuk memperoleh laba yang besar,
juga dituntut untuk bertanggung jawab terhadap dampak sosial yang diakibatkan oleh
aktivitas ekonomi perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa telah terjadi perubahan
peranan akuntansi dalam masyarakat. Dari yang hanya memberikan informasi kepada pemilik
tentang kekayaannya (stewardship accounting) hingga berperan untuk memberikan informasi
atas dampak sosial yang diakibatkan oleh aktivitas ekonomi perusahaan (the social welfare
viewpoint of accounting). Hal ini terjadi karena pada dasarnya akuntansi berkembang sejalan
dengan perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai