Anda di halaman 1dari 6

TEORI AKUNTANSI

ACCOUNTING HISTORY

NAMA KELOMPOK :
KELAS G

NISA RAHMAWATI 15 312 026


LISKA MUTIARA CHANDEA D 15 312 203
AINUN KUSUMAWATI 15 312 515
RIFDA NAFIESAH LUBIS 15 312 519

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017/2018
A. Sejarah Akuntansi sebelum Masehi sampai dengan Zaman Modern
Sejumlah ahli mencoba menguraikan periode sejarah perkembangan akuntansi, dimulai dari
Bangsa Mesir sampai ke Eropa. Periode Mesir dimulai dari 3000 tahun sebelum masehi (SM) sampai
dengan 1000SM, sedangkan periode Eropa dimulai dari abad ke 13 setelah masehi. Simpulan ini
dipertegas oleh Littleton yang mengatakan bahwa sejarah perkembangan akuntansi dimulai dari
bangsa Mesir, Babilionia, Sumeria, Yunani, dan Roma.
1. Periode Mesir
Pada periode Mesir, bukti sejarah menunjukkan gudang-gudang Mesir masa lalu dijadikan
berbagai alasan yang menunjukkan adanya pencatatan atas transaksi-transaksi. Umumnya pada
masa ini, gudang-gudang dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga seperti
emas, gandum, permata, tekstil, bahkan hewan ternak.
2. Periode Babilonia
Pada periode Babilionia, para ilmuan telah melakukan pembongkaran ribuan tablet-tablet
tanah liat Babilionia. Hasil pembongkaran tersebut menunjukkan suatu kesaksian yang besar
tentang sistem pembukuan mereka. Dalam sistem akuntansinya, catatan-catatan umum kebanyakan
ditemukan berupa penerimaan tablet-tablet. Ada juga tablet pengeluaran yang dicatat atas arus kas
keluar dari entitas. Tablet pengeluaran tersebut terdiri dari daftar sejumlah uang dan kekayaan yang
dibelanjakan sebagai hasil dari pengguna internal, pembelian, kerugian dan lain-lainya. Sementara
itu, untuk tabel produksi, tabel produksi terdiri dari daftar sederhana mengenai apa yang dibuat dan
kepada siapa dijual.
3. Periode Yunani
Pada periode Yunani, pemerintah membagi secara adil barang-barang yang mereka terima.
Ketika Mesir merupakan provinsi Yunani di bawa Alexandria yang agung, dokumen menghasilkan
bukti dari akuntansi Yunani abad ke empat sebelum masehi. Zenon merupakan administrator dari
bagian yang luas. Setiap dapartemen bagian di atur oleh seorang supervisor yang meminjamkan
akun sehari-hari dari aktifitas di bawah yurisdiksi. Pengamatan terhadap dokumen-dokumen tertulis
menyajikan setiap transaksi, banyak di antara mereka mengambil bentuk akun untuk meminjamkan
uang dan aktiva lainnya yang diterima oleh kepala dapartemen. Catatan menunjukan bahwa akun ini
terdiri dari daftar kas dan aktiva lainnya.
4. Periode Romawi
Pada periode Romawi, banyak catatan-catatan pembukuan dibuat berdasarkan lilin yang
sangat mudah rusak. Pada periode ini, hanya ada sedikit bukti sejarah dari akuntansi. Catatan-
catatan telah diselamatkan, bersama dengan kesimpulan-kesimpulan yang berkaitan dengan
literature, mengidentifikasikan bahwa beberapa pemilik menjaga dua susunan pembukuan. Ada
sebuah memorandum atau buku harian yang dicatat atas penerimaan dan pengeluaran-pengeluaran,
dan sebuah kode a cade accepti et expensi sama dengan buku kas yang dimasukkan setiap
bulanya dalam buku harian.

B. Munculnya Double-Entry Bookkeeping


Bukti sejarah menunjukkan bahwa double-enty bookkeeping diperkirakan di Florence di
akhir abad 13 SM. Alasannya bahwa hal itu merupakan dasar outcome proses evolusioner dalam
menanggapi kebutuhan pada waktu itu. Beberapa akuntansi percaya tata buku berpasangan
muncul dibagaian kota Italia. Mereka sampai pada simpulan berdasarkan dasar dari variansi dalam
cara buku-buku yang dijaga. Sebagian ahli tidak percaya bahwa variasi dari prinsip double-
entry menjamin kesimpulan terhadap kebebasan merumuskan. Komunikasi informal di antara
perdagang dan para bank di bagian kota telah cukup untuk berbaur pengetahuan tentang double-
entry. Untuk menyimpulkan double-entry pada saat ini dalam sejarah aturan tertentu di kota yang
disebut dengan move. Aturan dibahas berdasarkan istilah dari tiga keutamaan sosial, yaitu:
semangat kapitalis, kejadian-kejadian ekonomi dan politik serta inovasi teknologi. Dalam modern
saat ini, perkembangan akuntansi tidak terlepas dari perkembangan dunia usaha. Sejalan dengan
tingginya tingkat persaingan yang dihadapi perusahaan, sistem pembukuan perusahaan juga
dituntut untuk mampu mengikutinya. Oleh karena itu, pendapat lebih lanjut mengatakan ada
kekuatan utama yang menciptakan tata buku berpasangan tumbuh dalam konsep kesatuan usaha
pada lingkungan perusahaan yang semakin bersaing. Adanya motivasi, ekonomi tertentu, inovasi
teknologi dasar mengembangkan organisasi bisnis yang akhirnya menghasilkan double enty, dapat
diistilahkan dengan kekuatan sosial.
C. Perkembangan Akuntansi Di Indonesia
Dalam buku Teori Akuntansi-nya Harahap menyatakan ada 2 periodisasi perkembangan
akuntansi di Nusantara, yaitu zaman Penjajahan dan zaman Kemerdekaan.
1. Zaman Kolonial Sebelum Belanda resmi menjajah Indonesia (1800-1942), perserikatan
Maskapai Belanda yang dikenal dengan nama Vereenigde Oost Indish Compagnie (VOC)
telah berdiri pada tahun 1602. Berkaitan dengan transaksi dagang rempah-rempah yang
dilakukan VOC sudah bisa dipastikan Maskapai Belanda tersebut telah melakukan
pencacatan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya sebuah instruksi Gubernur Jenderal
VOC pada tahun 1642 yang mengharuskan dilakukan pengurusan pembukuan atas
penerimaan uang, pinjaman-pinjaman, dan jumlah uang yang diperlukan untuk pengeluaran
(ekspoitasi) garnisun-garnisun dan galangan kapal yang ada di Batavia dan Surabaya. Pada
zaman penjajahan Belanda (setelah bubarnya VOC), catatan pembukuan menekankan pada
mekanisme debit kredit, yang dijumpai pada pembukuan Amphioen Socyteit di Batavia yang
bergerak di bidang peredaran candu atau morfin.
Menurut Hadibroto (Harahap, 2005: 51) mengikhtisarkan pembukuan asal etnis sebagai
berikut: a. Sistem pembukuan Cina terdiri dari lima kelompok, yaitu: Sistem Hokkian
(Amoy), system Kanton, system Hokka, system Tio Tjoe/system swatoe, system gaya baru b.
Sistem pembukuan India atau system Bombay c. Sistem pembukuan Arab atau Hadramaut
Adapun dalam masa penjahahan Jepang (1942 1945) pembukuan tidak mengalami
perubahan yang cukup berarti, tetap menggunakan pola Belanda.
2. Zaman Kemerdekaan Sebagai daerah bekas jajahan Belanda, kondisi praktik pembukuan dan
perkembangan pemikiran akuntansinya sangat dipengaruhi oleh pola Belanda sampai
dasawarsa 1960-an. Sistem tersebut lebih dikenal dengan nama tata buku. Pada tahun 1905
mulai berdatangan perusahaan-perusahaan asing seperti Shell (Inggris), Caltex, dan Stanvak
(AS). Sejalan dengan itu, penerapan akuntansi di Indonesia mulai dipengaruhi oleh
perusahaan asing tersebut, khususnya Amerika Serikat. Pola Amerika Serikat ini semakin kuat
menggeser pola Belanda setelah Indonesia memutus hubungan diplomasi dengan Belanda
terkait masalah konfrontasi Irian Jaya pada tahun 1957. Pada tanggal 23 Desember 1957
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berdiri di Jakarta. IAI berhasil menyusun dan Menerbitkan
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) pada tahun 1973, dengan maksud antara lain: menghimpun
prinsip-prinsip yang lazim berlaku di Indonesia dan sebagai prasarana bagi terbentuknya pasar
uang dan modal di Indonesia. Ketika itu bagi perusahaan yang akan go public harus
menyusun laporan keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi Indonesia. Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 adalah hasil kerja panitia penghimpun bahan-bahan dan
striktur dari Generally Accepted Accounting Principles dan Generally Acceptes Auditing
Standard yang terdiri dari dewan penasihat panitia kerja. Pengkodifikasian prinsip akuntansi
tersebut disahkan pada konggres III tanggal 2 Desember 1973, yaitu menjelang adanya pasar
uang dan modal. Prinsip Akuntansi 1973 disempurnakan kembali dengan adanya Prinsip
Akuntansi 1984. Dalam Prinsip baru ini prinsip-prinsip yang memerlukan penjabaran lebih
lanjut diatur dengan pernyataaan tersendiri. Sehubungan dengan hal itu, komite PAI-PAI
mulai tahun 1986 menerbitkan serangkaian Pernyataan PAI dan Interpretasi PAI untuk
mengambangkan, menambah, mengubah serta menjelaskan standard keuangan yang berlaku,
yang merupakan bagian yang terpisahkan dari prinsip Akuntansi 1984. Prinsip Akuntansi
1984 kemudian diganti dengan Prinsip Akuntansi 1994 yang mengadopsi pernyataan resmi
(Pronouncements) International Accounting Standard Committee (IASC). Kemudian IAI
menerbitkan dua buku, yaitu Standar Akuntansi Keuangan 1994, yang berisi Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dan Seperangkat Standar Akuntansi Keuangan,
terdiri 35 pernyataan yang setaraf standar internasional. Kerangka dasar dan seperangkat
penyusunan terebut, merupakan landasan yang dianggap kokoh untuk pengembangan labih
lanjut. Berlaku untuk penyusunan laporan keuangan mencakup periode laporan yang dimulai
atau setelah tanggal 1 Januari 1995.
Sumber:

(n.d.). Retrieved from Sejarah dan Perkembangan Akuntansi: http://riabudiati.blogspot.co.id/2013/06/sejarah-


dan-perkembangan-akuntansi.html

Azizah, A. (2014, November 23). Retrieved September 14, 2017, from SEJARAH AKUNTANSI DI MASA LALU DAN
MASA DEPAN AKUNTANSI: http://aimaazizah.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai