Anda di halaman 1dari 7

Perkembangan Ilmu Akuntansi

Akuntansi sejak saat itu terus berkembang sejalan dengan perkembangan ekonomi dan
semakin timbulnya pemisahan antara pemilik perusahaan dengan manajemen. Timbulnya
revolusi industri pada tahun 1776 juga menimbulkan efek positif terhadap perkembangan
akuntansi. Pada tahun 1845 undang-undang perusahaan yang pertama di Inggris dikeluarkan
untuk mengatur tentang organisasi dan status perusahaan. Dalam undang-undang itu diatur
tentang kemungkinan perusahaan meminjam uang, mengeluarkan saham, membayar uang,
dan dapat bertindak sebagaimana halnya perorangan. Perusahaan dapat dibentuk oleh
kumpulan beberapa orang yang bekerja sama-sama dalam satu badan. Keadaan inilah yang
menimbulkan perlunya laporan mengenai informasi maupun sebagai pertanggungjawaban.
Perkembangan ekonomi di Inggris ini juga menular ke USA termasuk juga mengenai bentuk
perusahaannya.
Beberapa masalah yang menimbulkan diperlukannya akuntansi adalah perkembangan ilmu
yang berjalan sedemikian cepat, kegiatan ekonomi pun berkembang demikian cepat dan
menimbulkan berbagai teknik dan penerapan sistem akuntansi di antara perusahaanperusahaan sehingga masalah perbandingan dan kebenaran (kewajaran) laporan keuangan
menjadi permasalahan. Keadaan ini menimbulkan prasangka negatif bahwa manajemen dapat
menyusun laporan keuangan sesuai dengan kehendak dan kepentingannya. Sehingga dia
dapat memanipulasi laporan keuangan dan akibatnya laporan keuangan dianggap kurang
bernilai dan sampai puncaknya tahun 1930 pada amsa depresi berat di USA. Akhirnya USA
membentuk SEC (Security Exchange Commission) sebagai salah satu lembaga yang banyak
mendorong tercapainya suatu prinsip akuntansi yang baku. Dari lembaga ini dan dari
lembaga lainnya muncullah konsep, teori, dan perumusan-perumusan yang sistematis tentang
teori akuntansi.
Dari sejak awal ilmu akuntansi tentu terus berkembang baik akuntansi yang dimaksudkan
untuk kepentingan internal, pribadi atau manajemen sampai pada akuntansi keuangan untuk
kepentingan publik. Pemicu perkembangan pesat ilmu akuntansi ini dapat dianggap
disebabkan karena munculnya gelombang scientific management dan bertambah meluasnya
kepemilikan dan keterlibatan berbagai pihak dalam manajemen perusahaan.
Perusahaan yang dimiliki oleh pribadi dan tidak banyak berhubungan dengan pihak luar tentu
tidak perlu memerlukan standar yang umum untuk pencatatan atau penyusunan laporan
keuangan. Namun, setelah dunia bisnis berkembang baik karena size-nya yang semakin besar
dan semakin memerlukan pengelolaan yang bersifat ilmiah juga memerlukan keterlibatan
berbagai pihak dalam kehidupan perusahaan baik pegawai (Labor force, union), banker,
partner, pajak LSM atau pemerintah (stakeholder).
Belum banyak kajian yang membahas perkembangan ini, namun seorang penulis Leo Herbert
dalam artikelnya di The GAO Review (Fall 1972, p 31) dengan judul Growth of
Accountability Knowledge 1775-1975 menjelaskan perkembangan akuntansi sebagai berikut.
Tahun 1775: Pada tahun ini mulai dikenal pembukuan baik single entry maupun yang double
entry.
Tahun 1800: Pada tahun ini dan sampai tahun 1875 masyarakat menjadikan neraca sebagai
laporan yang terutama dipergunakan dalam menilai perusahaan.
Tahun 1825: Pada periode ini mulai dikenal pemeriksaan keuangan (Financial Accounting).

Tahun 1850: Pada tahun ini laporan Laba Rugi menggantikan posisi Neraca sebagai laporan
yang dianggap lebih penting. Pada periode ini perkembangan ilmu auditing semakin cepat
dan audit dilakukan atas catatan pembukuan dan laporan.
Tahun 1900: Di USA mulai diperkenalkan Sertifikasi Profesi yang dilakukan melalui ujian
yang dilaksanakan secara nasional. Kemudian dalam periode ini juga akuntansi sudah
dianggap dapat memberikan laporan tentang pajak. Cost Accounting mulai dikenal termasuk
laporan dan statistik biaya dan produksi.
Tahun 1925: Banyak perkembangan yang terjadi tahun ini antara lain sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Mulai dikenal Akuntansi Pemerintahan serta pengawasan dana pemerintah.


Teknik-teknik analisis biaya juga mulai diperkenalkan.
Laporan keuangan mulai diseragamkan.
Norma Pemeriksaan Akuntansi juga mulai dirumuskan.
Sistem akuntansi yang manual beralih ke sistem EDP dengan mulai dikenalnya Punch
Card Record.
6. Akuntansi untuk perpajakan mulai diperkenalkan.
Tahun 1950 s/d 1975:
Pada tahun ini banyak yang dapat dicatat dalam perkembangan akuntansi, yaitu sebagai
berikut.
1.
2.
3.
4.

Pada periode ini mulai akuntansi menggunakan komputer untuk pengolahan data.
Perumusan Prinsip Akuntansi (GAAP) sudah dilakukan.
Analisis Cost Revenue semakin dikenal.
Jasa-jasa perpajakan seperti Konsultan Pajak dan Perencanaan Pajak mulai
ditawarkan profesi Akuntansi.
5. Management Accounting sebagai bidang akuntan yang khusus untuk kepentingan
manajemen mulai dikenal dan berkembang pesat.
6. Muncul jasa-jasa manajemen seperti Sistem Perencanaan dan Pengawasan.
7. Perencanaan manajemen mulai dikenal demikian juga Management Auditing.
Tahun 1975: Mulai periode ini akuntan semakin berkembang dan meliputi bidang-bidang
lainnya. Perkembangan itu antara lain:
1. Timbulnya Management Science yang mencakup analisis proses manajemen dan
usaha-usaha menemukan dan menyempurnakan kekurangan-kekurangannya.
2. Sistem informasi semakin canggih yang mencakup perkembangan:
a. model-model organisasi;
b. perencanaan organisasi;
c. teori pengambilan keputusan;
d. analisis cost benefit.
3. Metode pengawasan yang menggunakan komputer dan teori cybernetics.
4. Total System Review yang merupakan metode pemeriksaan efektif mulai dikenal.
5. Social Accounting menjadi isu yang membahas pencatatan setiap transaksi
perusahaan yang memengaruhi lingkungan masyarakat.
6. Dalam periode ini muncul:
perencanaan sistem menyeluruh;
penerapan metode interdisipliner;
human behavior (perilaku manusia) menjadi bahan kajian;

nilai-nilai sumber daya manusia menjadi penting;


hubungan antarlembaga pemerintah semakin penting.

Sejarah Akuntansi di Indonesia


Sejarah akuntansi di Indonesia tentu tidak bisa lepas dari perkembangan akuntansi di negara
asal perkembangannya. Dengan perkataan lain, negara luarlah yang membawa akuntansi itu
masuk ke Indonesia kendatipun tidak bisa disangkal bahwa di masyarakat Indonesia sendiri
pasti memiliki sistem akuntansi atau sistem pencatatan pelaporan tersendiri. Misalnya saja
pada zaman keemasan Sriwijaya, Majapahit, Mataram. Zaman tersebut pasti memiliki sistem
akuntansi tersendiri. Sayangnya, sejauh ini penelitian mengenai hal ini masih belum
dilakukan. Namun, Sukoharsono (1997) menilai akuntansi masuk ke Indonesia melalui
pedagang Arab yang melakukan transaksi bisnis di kepulauan Nusantara.
Periodisasi perkembangan akuntansi di Indonesia dapat dibagi atas: zaman kolonial dan
zaman kemerdekaan.

1. Zaman Kolonial
Zaman VOC
Sebelum bangsa Eropa: Portugis, Spanyol, dan Belanda masuk ke Indonesia transaksi
dagang dilakukan secara barter. Cara ini tidak melakukan pencatatan. Pada waktu orangorang Belanda datang ke Indonesia kurang lebih akhir abad ke-16, mereka datang dengan
tujuan untuk berdagang, kemudian mereka membentuk perserikatan Maskapai Belanda yang
dikenal dengan nama Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC), yang didirikan pada
tahun 1602,sebagai peleburan dari 14 maskapai yang beroperasi di Hindia Timur. Selanjutnya
VOC membuka cabangnya di Batavia pada tahun 1619 dan di tempat-tempat lain di
Indonesia. Kemudian dibentuk jabatan Gubernur Jenderal untuk menangani urusan-urusan
VOC. Akhir abad ke-18 VOC mengalami kemunduran dan akhirnya dibubarkan pada 31
Desember 1799.
Dalam kurun waktu itu, VOC memperoleh hak monopoli perdagangan rempah-rempah yang
dilakukan secara paksa di Indonesia, dimana jumlah transaksi dagangnya, baik frekuensi
maupun nilainya terus bertambah dari waktu ke waktu. Pada tahun itu bisa dipastikan
Maskapai Belanda telah melakukan pencatatan atas mutasi transaksi keuangannya.
Dalam hubungan ini, Ans Saribanon Sapiie (1980), mengemukakan bahwa menurut Stible
dan Stroomberg, bukti autentik mengenai catatan pembukuan di Indonesia paling tidak sudah
ada menjelang pertengahan abad ke-17.
Hal itu ditunjukkan dengan adanya sebuah Instruksi Gubernur Jenderal VOC pada tahun
1642 yang mengharuskan dilakukan pengurusan pembukuan atas penerimaan uang,
pinjaman-pinjaman, dan jumlah uang yang diperlukan untuk pengeluaran (eksploitasi)
garnisun-garnisun dan galangan kapal yang ada di Batavia dan Surabaya.

2. Zaman Penjajahan Belanda


Setelah VOC bubar pada tahun 1799, kekuasaannya diambil alih oleh Kerajaan
Belanda, zaman penjajahan Belanda dimulai tahun 1800-1942. Pada waktu itu, catatan
pembukuannya menekankan pada mekanisme debet dan kredit, yang antara lain dijumpai
pada pembukuan Amphioen Socyteit di Batavia. Amphioen Socyteit bergerak dalam
usaha peredaran candu atau morfin (amphioen) yang merupakan usaha monopoli di
Belanda.
Pada abad ke-19 banyak perusahaan Belanda didirikan atau masuk ke Indonesia
dengan membuka cabang atau perwakilan, yang antara lain sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Deli Maatschaappij (perkebunan)


Biliton Maatschaappij (timah)
Bataafche Petroleum Maatschaappij (minyak)
Koninklijke
Paketvaart
Maatschaappij
(pelayaran
nusantara),
setelah
dinasionalisasikan oleh pemerintah RI menjadi perusahaan pelayaran nasional
(PELNI)
Rotterdamsch Lloyd (maskapai atau agen pelayaran internasional), setelah
dinasionalisasikan menjadi Djakarta Lloyd
Koninklijke Nederlands Indische Luhtvaart Matschaappij (penerbangan nusantara),
setelah dinasionalisasikan Garuda Indonesia Airways
Stoomvart Maatschaappij Nederlands
Firma Ruys of de Oost
Nederlands Handels Bank
Algemene Handels Bank

Untuk mengangkut hasil produksi perkebunan dan tambang, dibuka jalan kereta api
dari daerah asal menuju ke pelabuhan. Kereta api yang pertama diadakan pada tahun 1870
yang menghubungkan antara daerah pedalaman Jawa Tengah dengan Semarang,
menyusul dari pedalaman Jawa Barat ke pelabuhan Tanjung Priok, dari pedalaman Jawa
Timur ke pelabuhan Tanjung Perak dan dari pedalaman Sumatra Selatan ke Palembang.
Disamping jalan kereta api juga dibangun dan/atau ditingkatkan ke jalan darat untuk
melancarkan arus produksi perkebunan dan pertambangan ke kota-kota pelabuhan.
Catatan pembukuannya merupakan modifikasi sistem Vanesia-Italia, dan tidak
dijumpai adanya kerangka pemikiran konseptual untuk mengembangkan sistem
pencatatan tersebut karena kondisinya sangat menekankan pada praktik-praktik dagang
yang semata-mata untuk kepentingan perusahaan Belanda. Sedangkan, segmen bisnis
menengah kebawah dikuasai oleh pedagang keturunan, yaitu: Cina, India, dan Arab.
Sejalan dengan itu, ada kebebasan dalam penyelenggaraan pembukuan sehingga praktik
pembukuannya menggunakan atau dipengaruhi oleh sistem asal etnis yang bersangkutan.
Hadibroto (1992) mengikhtisarkan sistem pembukuan asal etnis sebagai berikut.
a. Sistem pembukuan Cina, terdiri dari lima kelompok, yaitu
Sistem Hokkian (Amoy);
Sistem Kanton;
Sistem Hokka;
Sistem Tio atau Sistem Swatow;

Sistem Gaya Baru (New System).

b. Sistem pembukuan India atau Sistem Bombay


c. Sistem pembukuan Arab atau Hadramaut
Pendidikan Akuntansi
Soemardjo (1982) mengemukakan bahwa dunia pendidikan tinggi yang ada hanya
terbatas pada pendidikan hukum (Master in de Rechten), kedokteran dan teknik.
Perguruan-perguruan tinggi yang ada pada waktu itu adalah:
1. Recht Hogeschool, yaitu perguruan tinggi kehakiman dengan lama pendidikannya 4-5
tahun;
2. Gemeeskundige Hogeschool, pendidikan tinggi kedokteran, dengan lama
pendidikannya 7 tahun (5 tahun untuk doktoral-teoretis, 2 tahun untuk art yaitu
dokter);
3. Technische Hogeschool, yaitu perguruan tinggi teknik, menghasilkan Insinyur, dengan
lama pendidikannya 4-5 tahun.
Universitas satu pun tidakada, dan tidak ada kemungkinannya studi untuk meraih
gelar sarjana ekonomi di Indonesia, apalagi untuk menjadi akuntan. Pelajar-pelajar yang
ingin menjadi sarjana ekonomi pada saat itu harus belajar ke negeri Belanda atau negara
lain, diantaranya adalah almarhum Bung Hatta, almarhum Soemitro Djojohadikusumo
memperoleh pelajaran ekonomi di negeri Belanda, begitu pula almarhum Dr. Abutari,
akuntan pertama Indonesia yang meraih gelar di negeri Belanda.
3. Zaman Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942-1945, banyak orang Belanda yang
ditangkap dan dimasukkan kedalam sel-sel oleh tentara Jepang. Hal ini menyebabkan
kekurangan tenaga kerja pada jawatan-jawatan negara termasuk Kementrian Keuangan.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, diadakan latihan pegawai dan kursuskursus pembukuan pola Belanda dengan tenaga pengajarannya antara lain: J.E. de
IDUSE, Akuntan, Dr. Abutari, Akuntan, J.D. Masie dan R.S. Koesoe moputro.
Sejalan dengan itu, kondisi pembukuan pada masa pendudukan Jepang tidak
mengalami perubahan yang berarti, tetap menggunakan pola Belanda. Jepang juga
mengajarkan pembukuan dengan menggunakan huruf Kanji, namun tidak diajarkan pada
oang-orang Indonesia
4. Zama Kemerdekaan
Sistem akuntansi yang berlaku awalnya di Indonesia adalah sistem akuntansi Belanda
yang lebih dikenal dengan sistem tata buku. Sistem ini sebenarnya merupakan subsistem
dari ilmu akuntansi dalam bidang metode pencatatan, jadi bukan seperti disiplin ilmu
akuntansi yang dikenal di Amerika. Karena perusahaan yang bergerak di Indonesia adalah
milik Belanda dan subsidiari dari perusahaan yang berpusat di Netherland, wajar tata
buku ini yang dipakai sehingga kebutuhan pasar adalah mereka yang menguasai tata buku
ini. Tentu pendidikan akuntansinya juga akan melihat pasar, maka tidak heran sistem
pencatatan yang diajarkan di sekolah-sekolah formal maupun disekolah atau kursus-

kursus adalah teknik pembukuan ini. Pendidikan formal yang mengajarkan tata buku ini
adalah SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama), SMEA (Sekolah Menengah
Ekonomi Atas) serta SMA (Sekolah Menengah Atas) jurusan sosial dan seterusnya di
Universitas yang memiliki Fakultas Ekonomi.
Di samping lembaga pendidikan formal banyak lembaga pendidikan informal yang
menyelenggarakan kursus-kursus tata buku. Biasanya peserta khusus ini ingin mengikuti
ujian nasional tata buku yang diselenggarakan atas pengakuan pemerintah jenjangnya
adalah Bond A, Bond B, dan M.B.A. mereka yang telah lulus dari ujian nasional ini
biasanya sangat laku di masyarakat.
Setelah kemerdekaan kebencian kepada Belanda juga memengaruhi eksistensi
perusahaan Belanda sehingga pada tahun 1950-an perusahaan milik Belanda
dinasionalisasikan dan modal asing pun mulai masuk. Modal asing yang masuk ini
umumnya berasal dari perusahaan Amerika. Sebagaimana awalnya maka sudah barang
tentu perusahaan Amerika juga membawa sistem akuntansinya sendiri yang harus diikuti
perusahaan miliknya di Indonesia. Pada saat yang sama, perusahaan yang ada masih tetap
mengikuti sistem akuntansi Belanda yang sudah mapan. Sejak saat ini muncullah
dualisme sistem akuntansi di Indonesia.
Masuknya modal asing di Indonesia serentak dengan masuknya bantuan luar negeri
khususnya dari Amerika dan sekutunya sehingga pemerintah Amerika juga memberikan
bantuan berupa sistem akuntansi di pemerintahan, dosen-dosen tamu yang mengajar di
berbagai universitas di Indonesia, dan memberikan beasiswa kepada dosen Indonesia
untuk belajar di Amerika. Maka muncullah sistem baru, buku-buku teks Akuntansi
Amerika dan menjadi bahan pelajaran di Universitas. Ahli-ahli akuntansi pun semakin
banyak. Keadaan ini semakin meluas sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat
dan hubungan internasional dan ekonomi yang semakin erat. Sistem Akuntansi Amerika
semakin dominan. Salah seorang dosen akuntansi senior Indonesia Dr. S. Hadibroto telah
menulis disertasi tentang dua sistem ini dengan judul yang sudah diterjemahkan: Studi
Perbandingan antara Akuntansi Amerika dan Belanda dan Pengaruhnya terhadap
Profesi di Indonesia. Pada kesimpulan disertasinya beliau menyarankan agar Indonesia
lebih baik memilih sistem akuntansi Amerika dibandingkan dengan sistem akuntansi
Belanda. Beliau menyarankan agar guru-guru tata buku dan ujian tata buku harus
mencakup teknik dan sistem tata buku Amerika pada kurikulumnya.
Pada tahun 1980 pemerintah Indonesia atas bantuan pinjaman dari World
bank
melakukan upaya harmonisasi sistem akuntansi sehingga diupayakan untuk menghapus
dualisme tadi. Upaya yang dilakukan antara lain mendirikan Pusat Pengembangan
Akuntansi (PPA) di empat universitas UI, UGM, UNPAD, dan USU, PPA ini di samping
memberikan beasiswa kepada dosen-dosen perguruan tinggi juga melakukan penataran
akuntansi kepada seluruh guru-guru Tata Buku di SMEA maupun di SMA seluruh
Indonesia. Dengan selesainya proyek itu, maka di SMEA, SMA dan diikuti kemudian
oleh lembaga-lembaga kursus, sistem akuntansi Amerikalah yang diajarkan sehingga
berakhirlah dualisme sistem akuntansi dan pendidikan akuntansi di Indonesia.
5. Pengaruh Pola Belanda
Sebagai daerah bekas jajahan Belanda, kondisi praktik pembukuan dan perkembangan
pemikiran akuntansinya adalah bagian sejarah perkembangan profesi akuntansi Belanda
yang berpengaruh cukup kuat sampai dengan dasawarsa 1960-an.

Profesi akuntansi Belanda memfokuskan pada teori nilai ganti, belum ada usaha
konkret untuk merumuskan standar akuntansi yang berlaku umum, sebagaimana
dilakukan profesi akuntan Amerika. Kebutuhan prinsip atau standar akuntansi sebagai
pedoman dalam praktek pembukuan, didasarkan pada ukuran etika umum yang harus
dipegang teguh oleh para saudagar, yaitu adat kebiasaan dagang yang baik (good
koopmans gebruik).
Dunia pendidikan tinggi kurikulum akuntansinya berpola Belanda masih berpengaruh
kuat sampai dengan pertengahan dasawarsa tahun 1970-an. Dalam masa itu, untuk
memperoleh gelar akuntan harus melalui sistem panjang dengan lama pendidikan 6 tahun,
yaitu 4 tahun untuk studi ekonomi perusahaan (manajemen) ditambah 2 tahun studi
akuntansi, dengan buku teks karangan penulis Belanda yang telah diterjemahkan atas
disadur ke dalam bahasa Indonesia oelh R. Soemita Adikoesoemah, antara lain Tata Buku
Amanuli; Tata Buku Lanjutan (Vooretgezet Boekhouden) oleh Dr. A.J.A. Prange;
Administrasi Perusahaan Modern (APM); Teori Ilmu Biaya dan Neraca oleh Prof. Dr.
Mey Jr; Ilmu Biaya dan Harga Pokok oleh Van Der Schroef; Ilmu Neraca (Bedrijfshuis
houndkonde Balansleer) oleh Prof. Dr. O. Bakker; Dasar-dasar Organisasi Administrasi
oleh J. Van Nimwegen : Pengantar Kontrol bagi Akuntan (Inleiding Totde Leer van de
Accountantscontrole) oleh J.E. Spinosa Catella dan L.G. Van Der Hoek.
Tingkat pendidikan menengah SMEA dan SLTA/SMU, buku pegangannyaadalah Tata
Buku-Amanuli dan Hitung Dagang saduran Effendi Harahap maupun buku-buku
karangan Z.A Moechtar. Pwngajaran tata buku terus

Anda mungkin juga menyukai