Anda di halaman 1dari 9

Mata Kuliah

Teori & seminar akuntansi

Disusun oleh :
YUNITA KUMARALO
NIM : 16 043 088
No. Absen : 20
Semester VII A – Akuntansi Keuangan

Materi Tentang :
Sejarah Akuntansi dari awal sampai PSAK sesuai IFRS

POLITEKNIK NEGERI MANADO


JURUSAN AKUNTANSI
PRODI AKUNTANSI KEUANGAN D4
Sejarah Akuntansi dari awal sampai PSAK sesuai IFRS

Sejarah akuntansi dimulai sejak manusia mengenal hitungan uang dan menggunakan
catatan. Pada abad XIV perhitungan rugi laba telah dilakukan pedagang-pedagang Genoa
dengan cara menghitung harta yang ada pada akhir suatu pelayaran dan dibandingkan pada
saat mereka berangkat berdagang.

Akuntansi mulai diterapkan di Indonesia sejak tahun 1642. Akan tetapi bukti yang jelas
terdapat pada pembukuan Amphioen Societeit yang berdiri di Jakarta sejak 1747. Selanjutnya
akuntansi di Indonesia berkembang setelah UU Tanam Paksa dihapuskan pada tahun 1870.
Hal ini mengakibatkan munculnya para pengusaha swasta Belanda yang menanamkan
modalnya di Indonesia, Mereka menerapkan sistem pembukuan seperti yang diajarkan Lucas
Paciólo. Kemudian pada tahun 1907, di Indonesia diperkenalkan sistem pemeriksaan
(auditing) untuk menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan.

Tidak banyak perubahan sistem akuntansi di Indonesia pada masa penjajahan Jepang.
Setelah kemerdekaan pemerintah RI mempunyai kesempatan mengirimkan putra-putrinya
belajar akuntansi ke luar negeri. Sedangkan pendidikan akuntansi di dalam negeri mulai
dirintis pada tahun 1952 oleh Universitas Indonesia yang membuka jurusan Akuntansi di
Fakultas Ekonominya. Langkah ini diikuti oleh perguruan tinggi lainnya. Pada tahun 1954
keluarlah UU No. 34 yang mengatur pemberian gelar Akuntan.
Suatu organisasi profesi yang menghimpun para akuntan di Indonesia berdiri pada 23
Desember 1957 dan diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Organisasi ini mendirikan
seksi Akuntan Publik tahun 1978 dan seksi Akuntan Pendidik tahun 1986.

UU Penanaman Modal Asing dikeluarkan tahun 1967 dan disusul UU Penanaman Modal
Dalam Negeri tahun 1968. Selanjutnya keduanya merangsang berdirinya perusahaan-
perusahaan baru yang mengakibatkan semakin baiknya iklim investasi di Indonesia. Sebagai
konsekuensinya, akuntansi di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat

Perkembangan Akuntansi Di Indonesia


Perkembangan akuntansi di Indonesia, pada mulanya menganut sistem kontinental,
sama seperti yang di pakai Belanda. Sistem kontinental ini, yang di sebut juga Tata Buku atau
Pembukuan, yang sebenarnya tidak sama dengan akuntansi, karena Tata Buku (Bookkeeping)
adalah elemen prosedural dari akuntansi sebagaimana aritmatika adalah elemen prosedural
dari matematika.
Selain itu, terletak perbedaan antara tata buku dengan Akuntansi, yakni :
- Tata Buku (Bookkeeping)
Menyangkut kegiatan–kegiatan proses akuntansi seperti pencatatan, peringkasan,
penggolongan, dan aktivitas – aktivitas lain yang bertujuan untuk menghasilkan
informasi akuntansi yang berdasarkan pada data.
- Akuntansi (Accounting)
Menyangkut kegiatan–kegiatan analisis dan interprestasi berdasarkan informasi
akuntansi.
Pertengahan abad ke–18, terjadi Revolusi Industri di Inggris yang mendorong pula
perkembangan akuntansi. Pada waktu itu, para manajer pabrik, misalnya ingin mengetahui
biaya produksinya. Dengan mengetahui berapa besar biaya produksi, mereka dapat
mengawasi efektivitas proses produksi dan menetapkan harga jual. Sejalan dengan itu,
berkembanglah akuntansi dalam bidang khusus, yaitu akuntansi biaya yang memfokuskan
diri pada pencatatan biaya produksidan penyediaan informasi bagi manajemen. Revolusi
Industri mengakibatkan perkembangan akuntansi semakin pesat sehingga menyebar sampai
ke Benua Amerika, khususnya di Amerika Serikat dan melahirkan sistem Anglo Saxon.
Seiring perkembangan, selanjutnya tata buku mulai di tinggalkan orang. Di Indonesia,
orang atau perusahaan semakin banyak menerapkan sistem akuntansi Anglo Saxon yang
berasal dari Amerika, dan ini di sebabkan oleh :
- Pada tahun 1957, Adanya konfrontasi Irian Barat antara Indonesia – Belanda yang
membuat seluruh pelajar Indonesia yang sekolah di Belanda di tarik kembali dan
dapat melanjutkan kembali studinya di berbagai Negara (termasuk Amerika),
terkecuali negara Belanda.
- Hampir sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan pengembangan
akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika, dan menerapkan system
akuntansi Anglo Saxon di Indonesia. Sehingga sistem ini lebih dominan di gunakan
daripada sistem Kontinental / Tata buku di Indonesia.
Dengan adanya sistem akuntansi Anglo Saxon, Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia
membawa dampak positif terhadap perkembangan akuntansi.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan istilah antara tata buku dan akuntansi, yaitu :
-Istilah ‘perkiraan’, menjadi ‘akun’;
-Istilah ‘neraca laju’, menjadi ‘kertas kerja’ ;
-dan lain – lain.
Di Indonesia, Komite Prinsip Akuntansi (KPA) merumuskan Standar Akuntansi untuk
di sahkan oleh Pengawas Pusat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dan berfungsi untuk menyesuaikan dan menyusun laporan keuangan yang
di keluarkan oleh pihak ekstern. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, hubungan dagang
antarnegara pada masa – masa kerajaan di masa lalu seperti Majapahit, Mataram, Sriwijaya,
menjadi pintu masuk akuntansi dari negara lain ke Indonesia.

Masa Penjajahan Belanda dan Jepang


Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia akhir abad ke-16 awalnya untuk berdagang,
kemudian Belanda membentuk perserikatan maskapai Belanda yang dikenal dengan
Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Pada tahun 1602, terjadi peleburan 14
maskapai yang beroperasi di Hindia Timur, yang selanjutnya di tahun 1619 membuka cabang
di Batavia dan kota-kota lainnya di Indonesia. Perjalanan VOC ini berakhir pada tahun 1799
dan setelah VOC dibubarkan, kekuasaan diambil alih oleh Kerajaan Belanda. Sejak masa
itulah mulai tumbuh perusahaan – perusahaan Belanda di Indonesia. Catatan pembukuan saat
itu menekankan pada mekanisme debit dan kredit berdasarkan praktik dagang yang semata-
mata untuk kepentingan perusahaan Belanda. Pada masa ini, sektor us aha kecil dan
menengah umumnya dikuasai oieh masyarakat Cina, India, dan Arab yang praktik
akuntansinya menggunakan atau dipengaruhi oieh sistem dari negara mereka masing-masing.
Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 sampai 1945, system akuntansi tidak banyak
mengalami perubahan, yaitu tetap menggunakan pola Belanda.
Masa Kemerdekaan
Sistem akuntansi yang beriaku di Indonesia mengikuti sejarah masa lampau dari masa
kolonial Belanda, maka sistem akuntansinya mengikuti akuntansi Belanda yang dikenal
dengan Sistem Tata Buku. Sistem Tata Buku ini merupakan subsistem akuntansi atau hanya
merupakan metode pencatatan. Setelah masa penjajahan Belanda berakhir dan masuk ke
dalam masa kemerdekaan, banyak perusahaan milik Belanda yang dirasionalisasi yang diikuti
pula dengan masuknya berbagai investor asing, terutama Amerika Serikat. Para investor
tersebut memperkenalkan system akuntansi Amerika Serikat ke Indonesia.
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh
negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala
bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting
untuk mewujudkan transparasi tersebut.
Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin
yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena
itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak
diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi
di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal
yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika
kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini.
Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi keuangan
di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada
tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan
standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI).” Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite
PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya alam
buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan
akuntansi dengan perkembangan dunia usaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali
melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah
memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam
pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi
dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan. Dalam
perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan, baik
berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses
revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni
1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi
Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi
sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara
garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk dapat
menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus
dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan
penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari
GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973.
Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia PAI) yang bertugas
menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas
selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan
personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998
nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK
diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan
otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk
Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
(DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk
menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi
transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri
atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan
mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.
Ada juga pendapat yang lain mengtakan bahwa perkembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia yang terbaru mengadopsi IFRS ke PSAK, kronologis kejadian dari
tahun ke tahun adalah sebagai berikut :
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi
Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan
Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). (Terjadi pada periode 1973-1984). Komite PAI
melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu
revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-
pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut.
Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar
harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
(Terjadi pada periode 1984-1994) Ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal
ini ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi
Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk
membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan
revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten
dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri. (Terjadi
pada periode 1994-2004). Merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai
tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses
revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April
2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun
2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh
IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua
standar IFRS pada tahun 2008.
Standar Akuntansi Internasional di Indonesia
Berikut adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai
dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia,
2008) di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang
dipakai. Indonesia memakai standar (Sound Business Practices) gaya Belanda sampai Thn.
1955 : Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan tentang standar
keuangan.
Tahun. 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh IAI
yang disebut dengan prinsip Akuntansi.
Tahun. 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar Akuntansi.
Akhir Tahun 1984:Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang bersumber
dari IASC (International Accounting Standart Committee)
Sejak Tahun. 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.
Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan.
Tahun 2012 : ikut IFRS sepenuhnya?
Asas Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP
(United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah
mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini
sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Di era globalisasi saat ini menuntut
adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di
setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional.
Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme dan budaya tiap-
tiap negara, perbedaan system pemerintahan pada tiap-tiap negara, perbedaan kepentingan
antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi
proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.
Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk
memasuki pasar modal di seluruh dunia, Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila
perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda.
Amerika memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa
memakai IAS dan IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik
bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi,
persyaratan akan item item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan
akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam
menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih
relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan
menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban
perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional
(IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full
adoption. Diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus
untuk perbankan diharapkan tahun 2010. Dengan pencanangan tersebut timbul permasalahan
mengenai sejauh mana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam Laporan Keuangan di Indonesia,
bagaimana sifat adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau sebagian (harmonisasi), dan
manfaat bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi perekonomian Indonesia pada
umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk mengadopsi IFRS.
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap
kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan
keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan
keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang
periode yang disajikan.
Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi secara
penuh dengan International Financial Reporting Standards(IFRS) yang dikeluarkan oleh
IASB (International Accounting Standards Board). Oleh karena itu, arah penyusunan dan
pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada standar
akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar akuntansi
domestik, Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002) adalah:
- Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan,
- Harmonisasi dapat menghemat waktu dan uang,
- Mempermudah transfer informasi kepada karyawan serta mempermudah dalam
melakukan training pada karyawan,
- Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar modal
internasional,
- Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan operasional yang berguna
untuk menjalankan bisnis serta mempermudah dalam pengelolaan hubungan baik
dengan pelanggan, supplier, dan pihak lain.
Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa
akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam
berkomunikasi dengan cabang cabang perusahaannya yang berada dalam negara yang
berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan keputusan. Dengan
mengadopsi IFRS juga berarti meningkatkan kepastian dan konsistensi dalam interpretasi
akuntansi, sehingga memudahkan proses akuisisi dan divestasi. Dengan mengadopsi IFRS
kinerja perusahaan dapat diperbandingkan dengan pesaing lainnya secara global, apalagi
dengan semakin meningkatnya persaingan global saat ini. Akan menjadi suatu kelemahan
bagi suatu perusahaan jika tidak dapat diperbandingkan secara global, yang berarti kurang
mampu dalam menarik modal dan menghasilkan keuntungan di masa depan.
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian,
untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan
pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya
baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar internasional
tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional tersebut terutama untuk perusahaan publik.
Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan transaksi
bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada perusahaan dari luar negeri
ingin menjual saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan
standar akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun laporan.

Anda mungkin juga menyukai