Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI DI

INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NADIA FEBRIYANTI

NIM. 18420030

DOSEN PEMBIMBING :

SRI SUTANDI, SE. MBA

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SJAKHYAKIRTI PALEMBANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian transaksi dan


kejadian ekonomi suatu entitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang mana berguna
dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Akuntansi secara umum terdiri atas tiga
aktivitas utama yaitu pencatatan, pengukuran dan pengkomunikasian transaksi keuangan
dalam rangka pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan (Kiesoet al.,
2012). Akuntansi juga diartikan dengan ringkas sebagai sebuah bahasa bisnis (Belkaoui,
2006). Sementara itu, bahasa dan bisnis adalah bagian dari peradaban dan kebudayaan
manusia. Sehingga, akuntansi dapat disimpulkan merupakan bagian dari peradaban dan
kebudayaan manusia pada zamannya. Oleh karena itu, akuntansi senantiasa mengalami
perubahan dan perkembangan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan peradaban
dan kebudayaan manusia.
Akuntansi memiliki ceritanya sendiri (his-story) sebagaimana sejarah dan perkembangan
peradaban manusia.Ketika kita ingin mengenal seseorang lebih baik maka kita akan mencari
tahu terlebih dahulu cerita hidupnya (his-story). Pengetahuan sejarah dan perkembangan
akuntansi berguna dalam memahami apa yang terjadi di masa lalu dan bagaimana proses
perkembangannya sehingga perkembangan itu sampai seperti saat ini (Harahap, 2011). Oleh
karena itu, mengetahui dan memahami sejarah dan perkembangan akuntansi adalah penting
sebagai dasar untuk memahami konsep-konsep dan praktik akuntansi yang ada saat ini dan
juga berguna untuk meramalkan perkembangan akuntansi di masa depan.
Akuntansi berbeda dengan beberapa ilmu lain. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan sosial
atau humanis, kemunculan akuntansi sebagai ilmu diawali terlebih dahulu dari praktiknya
pada kehidupan sosial ekonomi manusia. Para ahli sepakat bahwa fungsi atau praktik
akuntansi dalam hal ini pencatatan kejadian ekonomi sudah dimulai lama, yaitu sejak adanya
kehidupan sosial ekonomi manusia. Oleh karena itu, sejarah akuntansi diawali dengan
kemunculan praktiknya terlebih dahulu dan kemudian diikuti dengan perkembangan ilmu
pengetahuannya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan beberapa rumusan masalahyang
merupakan garis besar pembahasan makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan akuntansi di Indonesia pada masa kolonial ?


2. Bagaimana perkembangan akuntansi saat ini ?

Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami sejarah lahirnya akuntansi di Indonesia.


2. Untuk mengetahui Perkembangan akutansi di Indonesia saat ini.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Perkembangan Akuntansi di indonesia pada masa kolonial


Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia mulai dapat menghitung dan membuat
suatu catatan, dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun. Pada abad ke–15, terjadilah
perkembangan dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang Venesia. Perkembangan
perdagangan ini menyebabkan diperlukannya suatu sistem pencatatan yang lebih baik
sehingga dengan demikian akuntansi mulai berkembang.
Pada akhir abad XV, sejalan dengan menurunnya pengaruh Romawi, pusat
perdagangan bergeser ke Spanyol, Portugis, dan Belanda. Akibatnya, sistem akuntansi yang
telah dikembangkan Romawi juga ikut berpindah dan digunakan di negara-negara tersebut.
Sejak itu perhitungan rugi laba mulai dibuat secara tahunan yang kemudian mendorong
dikembangkannya penyusunan neraca secara rutin pada akhir jangka waktu tertentu.
Pada abad XIX revolusi industri di Eropa mendorong berkembangnya akuntansi biayadan
konsep penyusutan. Pada tahun 1930, New York Slock Exchange dan American Institute of
Certified Public Accountant membahas dan menetapkan prinsip-prinsip akuntansi bagi
perusahaanperusahaan yang sahamnya terdaftar di bursa saham.
Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusur pada era penjajahan Belanda sekitar 17
(ADB 2003) atau sekitar tahun 1642 (Soemarso 1995). Jejak yang jelas berkaitan dengan
praktik akuntansi di Indonesia dapat ditemui pada tahun 1747, yaitu praktik pembukuan yang
dilaksanakan Amphioen Sociteyt yang berkedudukan di Jakarta (Soemarso 1995). Pada era ini
Belanda mengenalkan sistem pembukuan berpasangan (double-entry bookkeeping)
sebagaimana yang dikembangkan oleh Luca Pacioli. Sistem ini diperkenalkan oleh Luca
Pacioli bersama Leonardo da Vinci, dan sudah dipakai untuk melakukan pencatatan upah
sejak zaman Babilonia. Sistem Kontinetal merupakan pencatatan semua transaksi ke dalam
dua bagian, yaitu debit dan kredit secara seimbang dan menghasilkan pembukuan yang
sistematis serta laporan keuangan yang terpadu. Dengan menggunakan sistem ini perusahaan
mendapatkan gambaran tentang laba rugi usaha, kekayaan perusahaan, serta hak pemilik.
Perusahaan VOC milik Belanda-yang merupakan organisasi komersial utama selama masa
penjajahan memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di Indonesia selama era ini
(Diga dan Yunus 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama tahun 1800an dan
awal tahun 1900an. Hal ini ditandai dengan dihapuskannya tanam paksa sehingga
pengusaha Belanda banyak yang menanamkan modalnya di Indonesia. Peningkatan
kegiatan ekonomi mendorong munculnya permintaan akan tenaga akuntan dan juru buku
yang terlatih. Akibatnya, fungsi auditing mulai dikenalkan di Indonesia pada tahun 1907
(Soemarso 1995). Peluang terhadap kebutuhan audit ini akhirnya diambil oleh akuntan
Belanda dan Inggris yang masuk ke Indonesia untuk membantu kegiatan administrasi di
perusahaan tekstil dan perusahaan manufaktur (Yunus 1990).
Internal auditor yang pertama kali datang di Indonesia adalah J.W Labrijn-yang sudah
berada di Indonesia pada tahun 1896 dan orang pertama yang melaksanakan pekerjaan
audit (menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan) adalah Van Schagen yang dikirim
ke Indonesia pada tahun 1907 (Soemarso 1995).
Pengiriman Van Schagen merupakan titik tolak berdirinya Jawatan Akuntan Negara-
Government Accountant Dienst yang terbentuk pada tahun 1915 (Soermarso 1995).
Akuntan publik yang pertama adalah Frese & Hogeweg yang mendirikan kantor di Indonesia
pada tahun 1918. Pendirian kantor ini diikuti kantor akuntan yang lain yaitu kantor akuntan
H.Y.Voerens pada tahun 1920 dan pendirian Jawatan Akuntan Pajak- Belasting Accountant
Dienst (Soemarso 1995). Pada era penjajahan, tidak ada orang Indonesia yang bekerja
sebagai akuntan publik.
Orang Indonesa pertama yang bekerja di bidang akuntansi adalah JD Massie, yang
diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September
1929 (Soemarso 1995). Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada
tahun 1942-1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia.
Pada tahun 1947 hanya ada satu orang akuntan yang berbangsa Indonesia yaitu Prof.
Dr. Abutari (Soermarso 1995). Praktik akuntansi model Belanda masih digunakan selama era
setelah kemerdekaan (1950an). Pendidikan dan pelatihan akuntansi masih didominasi oleh
sistem akuntansi model Belanda. Nasionalisasi atas perusahaan yang dimiliki Belanda dan
pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia pada tahun 1958 menyebabkan kelangkaan
akuntan dan tenaga ahli (Diga dan Yunus 1997). Atas dasar nasionalisasi dan kelangkaan
akuntan, Indonesia pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika. Namun
demikian, pada era ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur dengan akuntansi
model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah. Makin meningkatnya jumlah
institusi pendidikan tinggi yang menawarkan pendidikan akuntansi-seperti pembukaan
jurusan akuntansi di Universitas Indonesia 1952, Institute Ilmu Keuangan (Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara-STAN) 1990, Univesitas Padjajaran 1961, Universitas Sumatera Utara
1962, Universitas Airlangga 1962 dan Universitas Gadjah Mada 1964 (Soermarso 1995)-telah
mendorong pergantian praktik akuntansi model Belanda dengan model Amerika pada tahun
1960 (ADB 2003).
Selanjutnya, pada tahun 1970 semua lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi
model Amerika (Diga dan Yunus 1997). Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok
tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi.
Kelompok tersebut berusaha untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih
berorientasi pada pasar dengan dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok
tersebut memperoleh dukungan yang kuat dari investor asing dan lembaga-lembaga
internasional (Rosser 1999). Sebelum perbaikan pasar modal dan pengenalan reformasi
akuntansi tahun 1980an dan awal 1990an, dalam praktik banyak ditemui perusahaan yang
memiliki tiga jenis pembukuan-satu untuk menunjukkan gambaran sebenarnya dari
perusahaan dan untuk dasar pengambilan keputusan; satu untuk menunjukkan hasil yang
positif dengan maksud agar dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman/kredit dari bank
domestik dan asing; dan satu lagi yang menjukkan hasil negatif (rugi) untuk tujuan pajak
(Kwik 1994).
Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan
muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi kepercayaan dan perilaku investor.
Skandal pertama adalah kasus Bank Duta (bank swasta yang dimiliki oleh tiga
yayasan yang dikendalikan presiden Suharto). Bank Duta go public pada tahun 1990 tetapi
gagal mengungkapkan kerugian yang jumlah besar (ADB 2003). Bank Duta juga tidak
menginformasi semua informasi kepada Bapepam, auditornya atau underwriternya tentang
masalah tersebut. Celakanya, auditor Bank Duta mengeluarkan opini wajar tanpa
pengecualian. Kasus ini diikuti oleh kasus Plaza Indonesia Realty (pertengahan 1992) dan
Barito Pacific Timber (1993). Rosser (1999) mengatakan bahwa bagi pemerintah Indonesia,
kualitas pelaporan keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan
adanya transformasi pasar modal dari model “ casino ” menjadi model yang dapat
memobilisasi aliran investas jangka panjang.
Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan berwenang
untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan pelaporan keuangan.
Pertama, pada September 1994, pemerintah melalui IAI mengadopsi seperangkat standar
akuntansi keuangan, yang dikenal dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Kedua, Pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia (World Bank) melaksanakan Proyek
Pengembangan Akuntansi yang ditujukan untuk mengembangkan regulasi akuntansi dan
melatih profesi akuntansi. Ketiga, pada tahun 1995, pemerintah membuat berbagai aturan
berkaitan dengan akuntansi dalam Undang Undang Perseroan Terbatas. Keempat, pada
tahun 1995 pemerintah memasukkan aspek akuntansi/pelaporan keuangan kedalam
Undang-Undang Pasar Modal (Rosser 1999).
Jatuhnya nilai rupiah pada tahun 1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada
pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan. Sampai awal 1998,
kebangkrutan konglomarat, collapse nya system perbankan, meningkatnya inflasi dan
pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan IMF dan melakukan negosiasi
atas berbagaai paket penyelamat yang ditawarkan IMF. Pada waktu ini, kesalahan secara
tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik akuntansi dan rendahnya kualitas
keterbukaan informasi (transparency).

A. Perkembangan Akuntansi Di Indonesia


Perkembangan akuntansi di Indonesia, pada mulanya menganut sistem kontinental,
sama seperti yang di pakai Belanda. Sistem kontinental ini, yang di sebut juga Tata Buku
atau Pembukuan, yang sebenarnya tidak sama dengan akuntansi, karena Tata Buku
(Bookkeeping) adalah elemen prosedural dari akuntansi sebagaimana aritmatika adalah
elemen prosedural dari matematika.
Selain itu, terletak perbedaan antara tata buku dengan Akuntansi, yakni :
a. Tata Buku (Bookkeeping): menyangkut kegiatan–kegiatan proses akuntansi
seperti pencatatan, peringkasan, penggolongan, dan aktivitas – aktivitas lain yang
bertujuan untuk menghasilkan informasi akuntansi yang berdasarkan pada data.
b. Akuntansi (Accounting): menyangkut kegiatan–kegiatan analisis dan interprestasi
berdasarkan informasi akuntansi.
Pertengahan abad ke–18, terjadi Revolusi Industri di Inggris yang mendorong pula
perkembangan akuntansi. Pada waktu itu, para manajer pabrik, misalnya ingin mengetahui
biaya produksinya. Dengan mengetahui berapa besar biaya produksi, mereka dapat
mengawasi efektivitas proses produksi dan menetapkan harga jual. Sejalan dengan itu,
berkembanglah akuntansi dalam bidang khusus, yaitu akuntansi biaya yang memfokuskan
diri pada pencatatan biaya produksidan penyediaan informasi bagi manajemen. Revolusi
Industri mengakibatkan perkembangan akuntansi semakin pesat sehingga menyebar sampai
ke Benua Amerika, khususnya di Amerika Serikat dan melahirkan sistem Anglo Saxon.
Seiring perkembangan, selanjutnya tata buku mulai di tinggalkan orang. Di Indonesia, orang
atau perusahaan semakin banyak menerapkan sistem akuntansi Anglo Saxon yang berasal
dari Amerika, dan ini di sebabkan oleh :
a. Pada tahun 1957, Adanya konfrontasi Irian Barat antara Indonesia – Belanda
yang membuat seluruh pelajar Indonesia yang sekolah di Belanda di tarik
kembali dan dapat melanjutkan kembali studinya di berbagai Negara (termasuk
Amerika), terkecuali negara Belanda.
b. Hampir sebagian besar mereka yang berperan dalam kegiatan pengembangan
akuntansi menyelesaikan pendidikannya di Amerika, dan menerapkan system
akuntansi Anglo Saxon di Indonesia. Sehingga sistem ini lebih dominan di
gunakan daripada sistem Kontinental / Tata buku di Indonesia.
c. Dengan adanya sistem akuntansi Anglo Saxon, Penanaman Modal Asing (PMA)
di Indonesia membawa dampak positif terhadap perkembangan akuntansi.
Selain itu, terdapat beberapa perbedaan istilah antara tata buku dan akuntansi, yaitu :
-Istilah ‘perkiraan’, menjadi ‘akun’;
-Istilah ‘neraca laju’, menjadi ‘kertas kerja’ ;
-dan lain – lain.
Di Indonesia, Komite Prinsip Akuntansi (KPA) merumuskan Standar Akuntansi untuk di
sahkan oleh Pengawas Pusat Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) dan berfungsi untuk menyesuaikan dan menyusun laporan keuangan yang
di keluarkan oleh pihak ekstern. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, hubungan dagang
antarnegara pada masa – masa kerajaan di masa lalu seperti Majapahit, Mataram, Sriwijaya,
menjadi pintu masuk akuntansi dari negara lain ke Indonesia.
Meskipun demikian, belum terdapat penelitian yang memadai mengenai sejarah akuntansi
di Indonesia. Masa perkembangan akuntansi di Indonesia secara garis besar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Masa Penjajahan Belanda dan Jepang
Kedatangan bangsa Belanda di Indonesia akhir abad ke-16 awalnya untuk berdagang,
kemudian Belanda membentuk perserikatan maskapai Belanda yang dikenal dengan
Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Pada tahun 1602, terjadi peleburan 14
maskapai yang beroperasi di Hindia Timur, yang selanjutnya di tahun 1619 membuka
cabang di Batavia dan kota-kota lainnya di Indonesia. Perjalanan VOC ini berakhir pada
tahun 1799 dan setelah VOC dibubarkan, kekuasaan diambil alih oleh Kerajaan Belanda.
Sejak masa itulah mulai tumbuh perusahaan - perusahaan Belanda di Indonesia. Catatan
pembukuan saat itu menekankan pada mekanisme debit dan kredit berdasarkan praktik
dagang yang semata-mata untuk kepentingan perusahaan Belanda. Pada masa ini, sektor us
aha kecil dan menengah umumnya dikuasai oieh masyarakat Cina, India, dan Arab yang
praktik akuntansinya menggunakan atau dipengaruhi oieh sistem dari negara mereka
masing-masing. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942 sampai 1945, system akuntansi
tidak banyak mengalami perubahan, yaitu tetap menggunakan pola Belanda.

b. Masa Kemerdekaan

Sistem akuntansi yang beriaku di Indonesia mengikuti sejarah masa lampau dari
masa kolonial Belanda, maka sistem akuntansinya mengikuti akuntansi Belanda yang dikenal
dengan Sistem Tata Buku. Sistem Tata Buku ini merupakan subsistem akuntansi atau hanya
merupakan metode pencatatan. Setelah masa penjajahan Belanda berakhir dan masuk ke
dalam masa kemerdekaan, banyak perusahaan milik Belanda yang dirasionalisasi yang
diikuti pula dengan masuknya berbagai investor asing, terutama Amerika Serikat. Para
investor tersebut memperkenalkan system akuntansi Amerika Serikat ke Indonesia.
Berikut ini tabel ringkasan perkembangan akuntansi di Indonesia.

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh


negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala
bidang. Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana
penting untuk mewujudkan transparasi tersebut.
Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana
cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh
karena itu, pengembangan standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan
mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi
di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal-hal
yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika
kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini.
Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada
tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan
standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia
(PAI).” Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite
PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya alam
buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan
akuntansi dengan perkembangan dunia usaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali
melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku ”Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah
memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam
pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi
dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan. Dalam
perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara berkesinambungan,
baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994.
Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1
Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi
Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi
sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis
besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk dapat menghasilkan
standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan
disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya, cikal bakal badan penyusun standar
akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan GAAS
yang dibentuk pada tahun 1973.
Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia PAI) yang bertugas
menyusun dan mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas
selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan
personel yang terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-
1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK
diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan
otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga telah dibentuk
Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
(DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk
menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan akuntansi
transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang anggotanya terdiri atas
profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para pengguna, merupakan mitra
DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di Indonesia.
Ada juga pendapat yang lain mengtakan bahwa perkembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia yang terbaru mengadopsi IFRS ke PSAK, kronologis kejadian dari
tahun ke tahun adalah sebagai berikut :
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi
Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan
Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). (Terjadi pada periode 1973-1984). Komite PAI
melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu
revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan pernyataan-
pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar
tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang
sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
(Terjadi pada periode 1984-1994) Ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini
ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi
Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk
membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan
revisi besar untuk menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten
dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri. (Terjadi
pada periode 1994-2004). Merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai
tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru.
Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999,
1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada
tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi
penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan
semua standar IFRS pada tahun 2008.
Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah
IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar. (terjadi pada
periode 2006-2008).

B. Standar Akuntansi Internasional di Indonesia


Berikut adalah perkembangan standar akuntansi Indonesia mulai dari awal sampai
dengan saat ini yang menuju konvergensi dengan IFRS (Sumber: Ikatan Akuntan Indonesia,
2008) di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar Akuntansi yang
dipakai. Indonesia memakai standar (Sound Business Practices) gaya Belanda sampai Thn.
1955 : Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi / peraturan tentang standar
keuangan.
a. Tahun. 1974 : Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat oleh
IAI yang disebut dengan prinsip Akuntansi.
b. Tahun. 1984 : Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar
Akuntansi.
c. Akhir Tahun 1984 : Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang
bersumber dari IASC (International Accounting Standart Committee)
d. Sejak Tahun. 1994 : IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.
e. Tahun 2008 : diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat diselesaikan.
f. Tahun 2012 : ikut IFRS sepenuhnya?
Asas Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP
(United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal
sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini
sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi). Di era globalisasi saat ini
menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang dapat diberlakukan secara
internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar
akuntansi internasional. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain
nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan system pemerintahan pada tiap-tiap
negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan
nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya
untuk merubah prinsip akuntansi.
Pesatnya teknologi informasi ini merupakan akses bagi banyak investor untuk
memasuki pasar modal di seluruh dunia, Kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi apabila
perusahaan-perusahaan masih memakai prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda.
Amerika memakai FASB dan US GAAP, Indonesia memakai PSAK-nya IAI, uni eropa memakai
IAS dan IASB. Hal tersebut melatarbelakangi perlunya adopsi IFRS saat ini.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik
bertujuan menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi,
persyaratan akan item item pengungkapan akan semakin tinggi sehingga nilai perusahaan
akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam
menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih
relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan
menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas, pendapatan dan beban
perusahaan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi
internasional (IFRS) akan mulai berlaku di Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan
atau full adoption. Diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan
khusus untuk perbankan diharapkan tahun 2010. Dengan pencanangan tersebut timbul
permasalahan mengenai sejauh mana adopsi IFRS dapat diterapkan dalam Laporan
Keuangan di Indonesia, bagaimana sifat adopsi yang cocok apakah adopsi seluruh atau
sebagian (harmonisasi), dan manfaat bagi perusahaan yang mengadopsi khususnya dan bagi
perekonomian Indonesia pada umumnya, serta bagaimana kesiapan Indonesia untuk
mengadopsi IFRS.
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap
kurangnya transparansi informasi keuangan. Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan
keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan
keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
a. Menghasilkan transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan
sepanjang periode yang disajikan.
b. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan
pada IFRS.
c. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.
Saat ini standar akuntansi keuangan nasional sedang dalam proses konvergensi
secara penuh dengan International Financial Reporting Standards(IFRS) yang dikeluarkan
oleh IASB (International Accounting Standards Board). Oleh karena itu, arah penyusunan
dan pengembangan standar akuntansi keuangan ke depan akan selalu mengacu pada
standar akuntansi internasional (IFRS) tersebut.
Peranan dan keuntungan harmonisasi atau adopsi IFRS sebagai standar akuntansi domestik :
Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002) adalah:
1. Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan,
2. Harmonisasi dapat menghemat waktu dan uang,
3. Mempermudah transfer informasi kepada karyawan serta mempermudah
dalam melakukan training pada karyawan,
4. Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju pasar modal
internasional,
5. Mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan operasional yang
berguna untuk menjalankan bisnis serta mempermudah dalam pengelolaan
hubungan baik dengan pelanggan, supplier, dan pihak lain.

Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan bahasa


akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan multinasional dalam
berkomunikasi dengan cabang cabang perusahaannya yang berada dalam negara yang
berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan manajemen dan pengambilan keputusan.
Dengan mengadopsi IFRS juga berarti meningkatkan kepastian dan konsistensi dalam
interpretasi akuntansi, sehingga memudahkan proses akuisisi dan divestasi. Dengan
mengadopsi IFRS kinerja perusahaan dapat diperbandingkan dengan pesaing lainnya secara
global, apalagi dengan semakin meningkatnya persaingan global saat ini. Akan menjadi
suatu kelemahan bagi suatu perusahaan jika tidak dapat diperbandingkan secara global,
yang berarti kurang mampu dalam menarik modal dan menghasilkan keuntungan di masa
depan. Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian,
untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan
pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun
sifatnya baru harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar
internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional tersebut terutama untuk
perusahaan publik. Hal ini dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang
melakukan transaksi bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika ada
perusahaan dari luar negeri ingin menjual saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan
lagi dipersoalkan perbedaan standar akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun
laporan.

C. Faktor Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Pengembangan Akuntansi


Telah banyak yang menyatakan bahwa akuntansi dipengaruhi oleh lingkungannya
dan sebaliknya akuntansi juga mempengaruhi lingkungannya. Pada pokoknya, tesis ini
menyiratkan bahwa inovasi dan perkembangan akuntansi dipicu oleh faktor-faktor non-
akuntansi. Standar-standar akuntansi muncul ke permukaan setelah banyak akuntan
mengalami tuntutan hukum, LIFO ditimbulkan oleh kondisi-kondisi inflasi, dan banyak
pengungkapan-pengungkapan keuangan yang merupakan konsekuensi dari pasar modal
publik.
Kondisi-kondisi lingkungan yang diharapkan mempengaruhi penentuan standar akuntansi,
meiliputi:
1. Relativisme budaya, dengan cara bagaimana konsep-konsep akuntansi yang ada di
setiap negara seunik ciri budaya negara tersebut.
2. Relativisme linguistik, dengan cara bagaimana akuntansi sebagai suatu bahasa
dengan karakteristik leksikal dan gramatikalnya akan mempengaruhi perilaku
linguistik dan non-linguistik dari para penggunanya.
3. Relativisme politik dan sipil, dengan cara bagaimana konsep akuntansi yang ada di
setiap negara didasarkan pada konteks keadaan politik dan sipil negara tersebut.
4. Realtivisme ekonomi dan demografi, dengan cara bagaimana konsep akuntansi
yang ada di setiap negara didasarkan pada konteks ekonomi dan demografi di
negara tersebut.
D. Macam-macam Akuntansi
a. Akuntansi Keuangan
Akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan transaksi keuangan. Hasil akhir akuntansi
keuangan adalah Laporan Laba/rugi, Laporan perubahan modal, neraca, Laporan perubahan
posisi keuangan, catatan atas laporan keuangan. Dalam penyusunan laporan keuangan
harus sesuai dengan prisip akuntansi yang berterima umum.
b. Akuntansi Manajemen
Akuntansi yang memberikan informasi baik keuangan (kuantitatif) maupun bukan keuangan
(kualitatif), untuk kepentingan manajemen. perusahaan. Bidang ini bermanfaat untuk
pengambilan keputusan dan pengendalian operasi perusahaan.
c. Akuntansi Biaya
Akuntansi keuangan yang hanya menyajikan sebagian elemen dari laporan laba atau rugi.
1. Akuntansi pemerintah
Penyajian laporan transaksi yang dilakukan oleh pemerintah.
2. Akuntansi Perpajakan
Akutansi yang mengkhususkan pada penyiapan data yang diperlukan untuk perhitungan
pajak.
3. Akuntansi Anggaran
Akuntansi yang berhubungan dengan penyusunan rencana pengeluaran perusahaan dan
membandingkannya dengan pengeluaran aktual.Profesi di bidang akuntansi di sebut
akuntan. Macam-macam akuntan dan tugasnya, menurut UU No.34 th. 1945 :
a. Akuntan Privat/Intern/Manajemen
Adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan/organisasi tertentu, bertugas
menjalankan fungsi akuntansi keuangan maupun akuntansi manajemen.
b. Akuntan Publik (Extern)
Adalah akuntan yang menjalankan fungsi pemeriksaan secara bebas (indepeden)
terhadap laporan keuangan perusahaan dan organisasi lain. Hasil laporan keuangan
dinyatakan dalam laporan akuntansi yang berisi pendapat tentang kewajaran atau
kelayakan laporan keuangan yang diperiksanya.
Tugas selain pemeriksaan adalah :
- Konsultasi perencanaan dan pelaporan pajak
- Penyusunan anggaran
- Penyusunan system akuntansi
- Penyusunan system akuntansi
- Penyususnan laporan keuangan
c. Akuntan Pemerintah
Adalah akuntan yang bekerja di lembaga pemerintahan, misalnya : di BPK, Dirjen pajak,
BPKP, Departemen keuangan dan lain-lain.
Tugasnya adalah mengawasi keuangan dan kekayaan negara sampai pengelolaan keuangan
dan kekayaayan negara.
d. Akuntan Pendidik
Akuntan yang bekerja di lembaga pendidikan untuk mengajarkan, melakukan riset dan
mengembangakan pengetahuan akuntansi.

E. Pengertian Sistem Akuntansi


Sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mencatat dan melaporkan
informasi keuangan yang disediakan bagi perusahaan atau suatu organisasi bisnis . Sistem
akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan besar sangat kompleks. Kompleksitas sistem
tersebut disebabkan oleh kekhususan dari sistem yang dirancang untuk suatu organisasi
bisnis sebagai akibat dari adanya perbedaan kebutuhan akan informasi oleh manajer,
bentuk dan jalan transaksi laporan keuangan.
Sistem akuntansi terdiri atas dokumen bukti transaksi, alat-alat pencatatan, laporan dan
prosedur yang digunakan perusahaan untuk mencatat transaksi-transaksi serta melaporkan
hasilnya. Operasi suatu sistem akuntansi meliputi tiga tahapan:
a. Harus mengenal dokumen bukti transaksi yang digunakan oleh perusahaan, baik
mengenai jumlah fisik mupun jumlah rupiahnya , serta data penting lainnya yang
berkaitan dengan transaksi perusahaan.
b. Harus mengelompokkan dan mencatat data yang tercantum dalam dokumen
bukti transaksi kedalam catatan-catatan akuntansi.
c. Harus meringkas informasi yang tercantum dalam catatan-catatan akuntansi
menjadi laporan-laporan untuk manajemen dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
F. Desain system
Sistem akuntansi harus dirancang untuk memenuhi spesifikasi informasi yang
dibutuhkan oleh perusahaan, asalkan informasi tersebut tidak terlalu mahal. Dengan
demikian, pertimbangan utama dalam merancang system akuntansi adalah keseimbangan
antara manfaat dan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh informasi tersebut.
Agar efektif, laporan yang disajikan oleh sistem akuntansi harus dibuat secara tepat
waktu, jelas dan konsisten. Laporan yang disajikan dengan pengetahuan dan kebutuhan
pemakai agar dapat digunakan sebagai pertimbangan di dalam pengambilan keputusan.
Desainer (perancang) sistem harus memiliki pengetahuan untuk membedakan
sistem akuntansi dan metode pemrosesan data baik pemrosesan data secara manual
maupun dengan menggunakan komputerisasi. Kemampuan untuk membedakan
pemrosesan transaksi secara manual dan komputer cukup penting, karena pada organisasi
bisnis tertentu tidak semua transaksi dapat di proses dengan komputer dan kemampuan
desainer sistem dalam mengevaluasi alternatif-alternatif yang dipertimbangkan
pengetahuan akan prinsip-prinsip dasar sistem akuntansi. Singkatnya, prinsip dasar yang
terkandung dalam system akuntansi yang baik kemungkinan besar sistem yang dirancang
pada perusahaan tertentu akan mengalami kesulitan ketika diterapkan.
G. Implementasi system
Implementasi sistem bukan hanya merupakan tanggung jawab personel yang ada
pada bagian tertentu, tetapi semua personel harus bertanggung jawab terhadap
pengoperasian sistem. Pengoperasian sistem harus secara hati-hati dan selalu dilakukan
supervisi atas system tersebut sebelum dioperasikan sepenuhnya.
Buku Besar Pembantu
Buku ini biasa juga disebut buku tambahan. Buku pembantu ini disediakan untuk
rekening-rekening buku besar yang membutuhkan perincian, misalnya: piutang dagang,
utang dagang dan persediaan barang dagangan. Dari buku pembantu ini dapat disusun
daftar mengenai rekening yang bersangkutan pada setiap tanggal yang dikehendaki
(biasanya akhir bulan atau akhir tahun ).
Jurnal Khusus
Sesuai dengan namanya, jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan khusus untuk
mencatat kelompok transaksi - transaksi yang sejenis. Pengelompokkan transaksi - transaksi
yang sejenis bergantung pada aktivitas perusahaan yang bersangkutan. Meskipun telah
disediakan jurnal-jurnal khusus, perusahaan tetap membutuhkan jurnal
umum yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi yang tidak dapat dicatat di dalam
jurnal khusus, dan juga untuk keperluan membuat jurnal penyesuaian, jurnal
penutupan dan koreksi pembukuan. Format dan cara pemakaian jurnal-jurnal khusus
berbeda dengan jurnal umum. Perubahan tersebut dimaksudkan agar pengerjaan
jurnal dan pembukuan dari jurnal ke buku besar dapat dilakukan secara lebih efisien. Berikut
adalah beberapa jurnal khusus yang biasa digunakan:
a. Jurnal Penjualan merupakan jurnal yang khusus digunakan untuk mencatat transaksi-
transaksi yang dilakukan secara kredit. Penjualan secara tunai biasanya tidak
dimasukkan dalam jurnal ini karena dalam transaksi penjualan tunai terjadi
penerimaan kas, sehingga penjualan tunai biasanya dicatat dalam jurnal penerimaan
kas.
b. Jurnal Penerimaan Kas merupakan jurnal yang disediakan khusus untuk mencatat
transaksi penerimaan kas. Untuk menghemat waktu pencatatan, maka jurnal ini
dirancang dengan meanyediakan sejumlah kolom dan hanya total setiap rupiah yang
dibukukan kedalam buku besar.
Jurnal Umum digunakan untuk mencatat penyesuaian pembukuan, penutupan pembukuan,
koreksi dan transaksi - transaksi lainnya yang tidak dapat dicatat di dalam jurnal khusus.
H. Sistem Ekonomi
Kelangkaan timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara keinginan manusia
untuk mendapatkan barang dan jasa dengan kemampuan faktorfaktor produksi
menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi keinginan tersebut.
Hal tersebut menjadi masalah pokok ekonomi di setiap negara. Para ahli ekonomi
membagi masalah pokok ekonomi yang dihadapi masyarakat ke dalam tiga persoalan, yaitu
mengenai hal-hal berikut ini.
a. Apakah barang dan jasa yang harus diproduksi? (What).
b. Bagaimanakah caranya memproduksi barang dan jasa tersebut? (How).
c. Untuk siapakah barang dan jasa tersebut diproduksi? (For Whom).
Sistem ekonomi adalah suatu aturan dan tata cara untuk mengoordinasikan perilaku
masyarakat (konsumen, produsen, pemerintah, dan sebagainya) dalam menjalankan
kegiatan ekonomi untuk mencapai suatu tujuan.
Setiap negara mempunyai sistem perekonomian yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi
selain oleh ideologi suatu bangsa juga dikarenakan perbedaan budaya dan pandangan
politik di setiap negara. Sistem perekonomian yang dianut bangsa Indonesia berbeda
dengan sistem perekonomian yang dianut negara Malaysia, Thailand, Australia, Inggris, Italia
dan negara-negara di Afrika. Perbedaan-perbedaan sistem ekonomi tersebut, pada dasarnya
mengarah pada tujuan-tujuan yang sama berikut ini.
a. Mencapai tingkat kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
c. Mencapai kestabilan ekonomi dengan kesempatan kerja yang luas.
d. Mengurangi jumlah pengangguran.
e. Pemerataan pendapatan diantara berbagai golongan dan lapisan masyarakat
I. Macam-macam Sistem Ekonomi
Ada 3 sistem ekonomi yang dianut di negara kita yaitu sistem ekonomi liberal, sistem
ekonomi sosialis dan sistem ekonomi campuran.
a. Sistem ekonomi liberal
sistem ekonomi liberal adalah suatu sistem ekonomi yang memberikan kebebasan
dalam segala bidang perekonomian kepada masing-masing individu untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Gambaran secara menyeluruh mengenai sistem
ekonomi liberal, dapat kita perhatikan ciri-ciri sistem ekonomi liberal berikut ini:
 Setiap orang bebas memiliki alat-alat produksi.
 Adanya kebebasan berusaha dan kebebasan bersaing.
 Campur tangan pemerintah dibatasi.
 Para produsen bebas menentukan apa dan berapa yang akan diproduksikan.
 Harga-harga dibentuk di pasar bebas.
 Produksi dilaksanakan dengan tujuan mendapatkan laba serta semua kegiatan
ekonomi didorong oleh prinsip laba.
Berdasarkan ciri-ciri di atas, sistem ekonomi liberal memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan sistem ekonomi liberal:
 Setiap individu diberi kebebasan memiliki kekayaan dan sumber daya produksi.
 Individu bebas memilih lapangan pekerjaan dan bidang usaha sendiri.
 Adanya persaingan menyebabkan kreativitas dari setiap individu dapat berkembang.
 Produksi barang dan jasa didasarkan pada kebutuhan masyarakat.
Kekurangan sistem ekonomi liberal:
 Muncul kesenjangan yang besar antara yang kaya dan yang miskin.
 Mengakibatkan munculnya monopoli dalam masyarakat.
 Kebebasan mudah disalahgunakan oleh yang kuat untuk memeas pihak yang lemah.
 Sulit terjadi pemerataan pendapatan.
f. Sistem ekonomi sosialis
Sistem ekonomi ini disebut juga sistem ekonomi terpusat. Mengapa hal demikian
dikatakan sistem ekonomi terpusat karena segala sesuatu harus diatur oleh negara serta
dikomandokan dari pusat.
Sistem ekonomi sosialis mempunyai ciri-ciri berikut ini.
a. Semua sumber daya ekonomi dimiliki dan dikuasai oleh negara.
b. Seluruh kegiatan ekonomi harus diusahakan bersama. Semua perusahaan milik
negara sehingga tidak ada perusahaan swasta.
c. Segala keputusan mengenai jumlah dan jenis barang ditentukan oleh
pemerintah.
d. Harga-harga dan penyaluran barang dikendalian oleh negara.
e. Semua warga masyarakat adalah karyawan bagi negara.
Seperti halnya sistem ekonomi kapitalis, sistem ekonomi sosialis juga mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan sistem ekonomi sosialis, yaitu :
1. Semua kegiatan dan masalah ekonomi dikendalikan pemerintah sehingga
pemerintah mudah melakukan pengawasan terhadap jalannya
perekonomian.
2. Tidak ada kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin, karena
distribusi pemerintah dapat dilakukan dengan merata.
3. Pemerintah bisa lebih mudah melakukan pengaturan terhadap barang dan
jasa yang akan diproduksi sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
4. Pemerintah lebih mudah ikut campur dalam pembentukan harga.
Kekurangan sistem ekonomi sosialis.
1. Mematikan kreativitas dan inovasi setiap individu.
2. Tidak ada kebebasan untuk memiliki sumber daya.
3. Kurang adanya variasi dalam memproduksi barang, karena hanya terbatas
pada ketentuan pemerintah.
2. Perkembangan Akuntansi Saat Ini

Kata akuntansi sudah tidak asing lagi di telinga kita. Penggunaan kata akuntansi
banyak kita jumpai di beberapa media, seperti nama jurusan kuliah, buku, terlebih dalam
bidang keuangan. Karena seringnya bergelut di bidang akuntansi, para akuntan mungkin
menganggapnya seperti makanan pokok. Akuntansi merupakan ilmu yang dapat di
aplikasikan langsung pada kehidupan sehari-hari. Selain itu ilmu akuntansi juga memiliki
prospek yang sangat bagus untuk masa depan. Hampir semua perusahaan, baik yang profit
oriented maupun non profit oriented dalam skala besar maupun kecil membutuhkan ilmu
akuntansi untuk membantu mereka dalam membuat laporan keuangan. Karena itu,
kesempatan untuk berkarir di dunia akuntansi juga sangat diminati. Sehingga persaingan
untuk bekerja di bidang akuntansi juga ketat.

Adolf J.H. Ethoven (1995) dalam Accounting Research Monograph No.5 yang
berjudul “Mega Accounting Trends” , bedasarkan mega Trend 2000-nya Naisbitt, ia
merefleksikan megatrend akuntansi akan menghadapi persoalan sebagai berikut  :
1. Perlunya akuntansi memberikan pengukuran efisiensi dan produktivitas.
2. Perlunya keterpaduan akuntansi dengan bidang dan disiplin lainnya.
3. Perlunya mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi yang lebih relevan.
Terlebih di era digital seperti sekarang ini, perusahaan akan mencari kandidat terbaik
untuk bekerja di perusahaan mereka. Karyawan yang dicari bukan hanya mereka yang
memiliki keunggulan, tetapi juga mereka yang tanggap, peka terhadap perubahan yang
dinamis. Ada banyak tantangan besar yang harus dihadapi. Mulai dari konsep pemahaman
umum, perubahan standar ataupun peraturan, dan juga penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi informasi akuntansi pada saat ini berpengaruh besar
terhadap sistem informasi akuntansi (SIA) dalam suatu perusahaan. Perubahan proses dalam
SIA akan mempengaruhi proses audit karena audit merupakan suatu bidang praktik yang
menggunakan laporan keuangan (produk akuntansi) sebagai objeknya.
Saat ini, kita sudah banyak melihat munculnya istilah enterprise systems, e-business,
business intelligence, conforming to assurance and compliance standards, IT governance,
business continuity management, privacy management, business process improvement,
mobile and remote computing, XBRL, dan knowledge management yang menunjukkan
bahwa dunia akuntansi akan semakin kompleks di masa depan. Perkembangan ini tidak lantas
membuat akuntansi menjadi semakin rumit dipelajari, tetapi membuat dunia akuntansi lebih
menarik.
Namun itu bukan masalah yang besar, jika Anda menguasai akuntansi dan beberapa
aplikasi internet yang berhubungan akuntansi. Untuk membantu Anda, berikut ini kami
berikan tips belajar akuntansi dengan cepat dan mudah di era digital:
- Membuat Mind Map
Kita harus membuat mind map yang berisikan mengenai :
a. Pengertian dasar-dasar akuntansi
b. Tujuan akuntansi
c. Fungsi akuntansi
d. Manfaat akuntansi
e. Rumus dasar akuntansi
f. Materi dasar akuntansi
g. Dasar akuntansi biaya
h. Akuntansi dasar laporan keuangan untuk pemakai informasi akuntansi
i. Bidang-bidang akuntansi
j. Profesi akuntansi
Hal ini sangat berguna untuk memahami akuntansi keuangan dengan lebih
mudah,praktis, dan aplikatif. Dan pada saat lupa akuntansi,kita bisa langsyung melihat mind
map yang kita buat,dan jangan lupa membuat mind mapnya berwarna supaya kita semangat
belajar.
- Perbanyak Latihan
Satu hal lagi yang paling perlu diingat untuk belajar dan menguasai, akuntansi adalah
sebuah proses yang harus terus dilatih dan terbiasa. Sehingga diperlukan latihan yang banyak,
terlebih akuntansi merupakan praktik bukan hanya teori. Selain banyak latihan, sering
membaca kasus-kasus akuntansi juga akan membuat Anda semakin paham tentang akuntansi.
Dengan begitu Anda akan terbiasa menyelesaikan masalah akuntansi. Jangan pernah
menyerah untuk belajar akuntansi, akuntansi merupakan hal yang mudah dan menyenangkan.
Dengan memahami akuntansi, Anda akan lebih mudah untuk menyukai dan mencintai dunia
akuntansi.
- Nama dan Nomor Akun Beserta Saldo Normalnya
Akuntansi terdiri dari banyak nama akun. Di mana, masing-masing nama akun memiliki
nomor akun beserta saldo normalnya. Fungsi akun adalah untuk memudahkan dalam
menyusun laporan keuangan secara sistematis. Sedang saldo normal adalah saldo yang
menempatkan sebuah akun berada di posisi debit atau kredit. Akun-akun yang wajib dihapal
adalah sebagai berikut.:
Nama Akun Nomor Awalan Akun Saldo Normal

Aset 1 Debit

Utang 2 Kredit

Modal 3 Kredit

Pendapatan 4 Kredit

Biaya atau Beban 5 Debit


 
Nomor-nomor akun di atas akan berkembang menyesuaikan dengan jenis transaksi dan
kebutuhan perusahaan. Misalnya akun ‘Kas’ yang merupakan bagian dari aset, perusahaan A
memberi nomor akun ‘101’, atau akun ‘Pendapatan Sewa’, perusahaan B menetapkan ‘405’
sebagai nomor akun pendapatan tersebut. Pada umumnya nomor akun tersebut dibagi seperti
berikut:
– Akun Aset umumnya bernomor akun 100 hingga 199.
– Akun Utang umumnya bernomor akun 200 hingga 299.
– Akun Modal umumnya bernomor akun 300 hingga 399.
– Akun Pendapatan umumnya bernomor akun 400 hingga 499.
– Akun Biaya atau Beban umumnya bernomor akun 500 hingga 599.
- Memahami Alur Siklus Akuntansi
Setelah logika akuntansi, selanjutnya adalah memahami alur siklus akuntansi. Siklus
akuntansi adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk bisa menghasilkan informasi
akuntansi berupa laporan keuangan yang benar dan sistematis. Siklus akuntansi memiliki
pengertian sebagai proses penyusunan laporan keuangan yang bisa dipertanggungjawabkan
dan dapat diterima umum mencakup ruang lingkup akuntansi pada periode tertentu.
Siklus akuntansi ini mencakup 3 kelompok tahapan yaitu :
1. Tahap Pencatatan dan Penggolongan
2. Tahap Pembuatan Ikhtisar Laporan Keuangan
3. Tahap Pembuatan dan Penyajian Laporan Keuangan
Siklus akuntansi ini penting dan harus dilaksanakan berurutan dari tahap 1 hingga
tahap 3 agar laporan keuangan yang sistematis sebagai produk akhir dari akuntansi dapat
tersaji dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
- Temukan Aplikasi atau Software Akuntansi Online
Jika Anda sudah memahami pengertian akuntansi, konsep, persamaan dasar, dan
proses dari akuntansi, maka saatnya mencoba menjalankan proses akuntansi dengan
menggunakan aplikasi atau software. Ada berbagai macam aplikasi atau software akuntansi
online yang bisa digunakan, salah satunya adalah Jurnal. Jurnal merupakan software
akuntansi online yang memberikan kemudahan dalam mengelola laporan keuangan secara
instan dan realtime. Jurnal juga dapat diakses di mana pun dan kapan pun dengan
menggunakan koneksi Internet.

Anda mungkin juga menyukai