PERKEMBANGAN
PROFESI
AKUNTAN
04 05
Abstract Kompetensi
perkembangan akuntansi sejalan Mahasiswa memiliki kemampuan
dengan perkembangan dunia usaha. memahami dan mengidentifikasi
Pemutakhiran kode etik untuk konsep dasar etika profesi dan
meningkatkan profesi akuntan publik membandingkan beberapa kode
di Indonesia etik profesi.
Buku tersebut merupakan tonggak sejarah dalam bidang akuntansi. Di dalamnya memuat
cara-cara pembukuan yang sampai kini masih banyak dianut.
Peran Romawi sebagai gelanggang percaturan politik dunia surut pada akhir abad ke-15.
Ditambah dengan penemuan belahan dunia dan jalur perdagangan baru, pusat
perdagangan berpindah ke Spanyol dan Portugal, kemudian ke Belanda.
Seiring dengan perpindahan pusat perdagangan tersebut, sistem akuntansi Romawi (yang
telah dikembangkan sebelumnya) juga ikut pindah ke negara-negara yang telah disebutkan
di atas. Kemajuan mencolok dalam bidang akuntansi sejak perpindahan tersebut adalah
mulai dibuatnya perhitungan laba rugi tahunan.
Untuk mengetahui laba atau rugi, pedagang-pedagang dari Genoa -- pada pertengahan
abad ke-14 -- cukup menghitung harta yang ada pada akhir suatu pelayaran dan
membandingkannya dengan harta yang dibawa pada waktu berangkat berlayar. Jadi,
perhitungan laba rugi hanya dibuat pada akhir suatu pelayaran.
Kemudian, pada akhir abad ke-15, atau tepatnya pada tahun 1494, keluar buku pertama
yang berbicara mengenai akuntansi. Buku itu berjudul "Summa De Arithmatica, Geometrica,
Hal ini kemudian mendorong dikembangkannya penyusunan neraca pada setiap saat
setelah jangka waktu tertentu. Pada tahun 1673, Prancis mengharuskan kepada setiap
perusahaan di negaranya untuk membuat neraca perdagangan paling tidak sekali dalam
dua tahun.
Selanjutnya, pada abad ke-19 ditandai dengan kejadian-kejadian ekonomi penting, yang
akibatnya juga terasa di bidang akuntansi. Dalam abad ini, revolusi industri berkecamuk di
daratan Eropa.
Dampak langsung dari perubahan teknologi industri tersebut adalah berkembangnya bidang
akuntansi biaya dan munculnya konsep penyusutan. Di abad ke-20 perkembangan besar
terjadi pada tahun 1930.
Pada saat itu, untuk pertama kalinya diadakan pembahasan antara New York Stock
Exchange dengan American Institute of Certified Public Accountant guna menetapkan
prinsip-prinsip akuntansi yang harus diikuti oleh perusahaan yang saham-sahamnya
terdaftar di bursa. Sebelumnya, pada tahun 1925, Inggris telah mengeluarkan undang-
undang yang mengatur sistem pelaporan keuangan. Sejak saat ini, perkembangan banyak
berkisar pada perkembangan praktik-praktik akuntansi, termasuk digunakannya komputer
setelah perang dunia ke-2.
Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak tahun 1642, tetapi jejak yang jelas baru
ditemui pada pembukuan Amphion Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747.
Perkembangan akuntansi yang mencolok baru muncul setelah undang-undang mengenai
tanam paksa dihapuskan pada tahun 1870.
Sistem pembukuan yang dianut oleh para pengusaha Belanda ini persis seperti yang
diajarkan Luca Pacioli. Pada tahun 1850, orang Belanda menemukan metode pembukuan
baru yang lebih efisien.
Selama periode 1850-1900 terjadi semacam dualisme antara yang menggunakan metode
lama dan yang menggunakan metode baru. Baru pada awal abad ke-20, metode
pembukuan lama hilang dari sejarah akuntansi Belanda.
Perkembangan ini juga dibawa ke Indonesia. Sedangkan bidang-bidang usaha yang besar
dikuasai oleh Belanda, dan beberapa bidang usaha yang kecil dibiarkan dikuasai oleh
kelompok timur asing, seperti Cina, Arab, India, dan lain-lain (Soemarso, 2002: 13).
Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1907, yaitu dengan
dikirimnya Van Schagen, seorang anggota NIVA (Nederlands Institute Van Accountants).
Tugas pokoknya adalah menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan.
Pengiriman Van Schagen ini merupakan cikal bakal dibukanya jawatan Akuntan Negara
(Government Accountant Dienst/GAD) yang resmi didirikan pada tahun 1915. Akuntan
publik pertama adalah Frese & Hogeweg, yang mendirikan kantornya di Indonesia pada
tahun 1918.
Akuntan internal yang pertama kali datang ke Indonesia adalah J.W. Labrijn yang sudah ada
di Indonesia pada tahun 1896. Pada zaman penjajahan Belanda tidak banyak orang
Indonesia yang terjun dalam bidang akuntansi.
Di sepanjang periode ini, atas prakarsa Mr. Slamet, maka didirikan kursus-kursus untuk
mengisi kekosongan jabatan tadi dengan tenaga-tenaga Indonesia. Pada masa itu dikenal
Kursus A, B, C, dan D.
Para pengikut kursus-kursus inilah yang nantinya merupakan cikal bakal tenaga-tenaga
akuntan di Indonesia. Mengenai sistem akuntansinya, tidak banyak terjadi perubahan
selama zaman Jepang ini.
Di dalam negeri sendiri, pendidikan akuntan mulai dirintis dengan dibukanya jurusan
akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1952. Pembukaan ini
kemudian diikuti oleh fakultas-fakultas ekonomi di Universitas Padjadjaran (1961),
Universitas Sumatera Utara (1962), Universitas Airlangga (1962) dan Universitas Gajah
Mada (1964).
Adapun Institut Ilmu Keuangan (sekarang dikenal Sekolah Tinggi Akuntansi Negara)
membuka jurusan akuntansi pada tahun 1960. Dewasa ini, fakultas ekonomi universitas-
universitas negeri yang mempunyai jurusan akuntansi terdapat di Universitas Andalas,
Universitas Hasanuddin, Universitas Diponegoro, Universitas Sebelas Maret, Universitas
Syiah Kuala, Universitas Riau, Universitas Udayana dan masih ada beberapa lainnya
(Soemarso, 2002: 14).
Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan di Indonesia berdiri pada tanggal 23
Desember 1957. Organisasi ini, yang diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), didirikan
oleh lima akuntan Indonesia. Anggotanya pada waktu itu baru sebelas orang.
Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1978, berdiri Ikatan Akuntan
Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. Tahun 1986 berdiri Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Manajemen dan Kompartemen Akuntan Pendidik.
Mulai dikeluarkannya Undang-undang Penanaman Modal Asing dalam tahun itu, yang
kemudian disusul dengan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri, tahun 1968,
merupakan pendorong berkembangnya profesi akuntansi. Tumbuhnya perusahaan-
perusahaan baru, baik yang didirikan dalam rangka kedua undang-undang tersebut maupun
yang bukan, sebagai akibatnya maki jayalah iklim investasi di Indonesia yang pada
gilirannya meningkatkan kebutuhan akan tenaga akuntansi.
Akuntansi keuangan yaitu akuntansi yang sasaran (objek) kegiatannya adalah transaksi
keuangan yang menyangkut perubahan harta, hutang dan modal suatu perusahaan.
Akuntansi keuangan bertujuan menyajikan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern
perusahaan (manajemen) dan pihak-pihak ekstern, misalnya bank, investor, pemerintah dan
masyarakat umum.
Akuntasi biaya yaitu akuntansi yang sasaran kegiatannya adalah transaksi keuangan yang
berhubungan dengan biaya-biaya, misalnya biaya-biaya yang berhubungan dengan proses
pembuatan produk. Akuntansi biaya bertujuan menyediakan informasi biaya yang diperlukan
untuk kepentingan intern (pimpinan perusahaan), yaitu untuk menilai pelaksanaan operasi
perusahaan dan menentukan rencana kegiatan masa mendatang.
Sistem Akuntansi merupakan bidang akuntansi yang bertugas melaksanakan suatu kegiatan
dengan merencanakan terlebih dahulu cara untuk melakukan pencatatan akuntansi agar
aman, efektif dan efisien yang di mulai dari mengorganisir suatu dokumen , formulir –
formulir yang ada dan juga menyusun suatu prosedur pencatatan nya.
Akuntansi pendidikan atau education accounting merupakan bidang akuntansi yang memiliki
bidang khusus yaitu yang akan diarahkan di bidang pendidikan. Akuntansi pendidikan ini
biasanya mengajar akuntansi, memberi pengetahuan tentang akuntansi, Cara penyusunan
kurikulum pendidikan, atau hal lain yang masih berhubungan dengan ilmu akuntansi.
Bagian – bagian akuntansi seperti akuntansi internasional merupakan bagian yang akan
mencakup suatu masalah – masalah yang sedang terjadi dalam suatu transaksi
perdagangan internasional atau lintas negara yang sering terjadi di perusahaan –
perusahaan yang sudah multi nasional. Akuntansi internasional ini meliputi dua aspek dalam
pembahasan utama yaitu deskripsi, pembandingan akuntansi dan dimensi akuntansi dari
transaksi – transaksi internasional.
Sedangkan bagian bagian akuntansi yang termasuk kedalam akuntansi sosial merupakan
bidang akuntansi yang memiliki kegiatan untuk pengarahan suatu masalah yang sering
terjadi di masyarakat. Sehingga bisa di contoh kan dalam bidang akuntansi sosial ini adalah
pengarahan tentang menyediakan suatu informasi yang masih berkaitan dengan kondisi
ekonomi masyarakat secara makro, dan juga memberikan informasi tentang kepadatan
penduduk yang dikaitkan dengan penghasilan suatu penduduk.
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas
yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak
lain.
5. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional.
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis.
Menimbang :
Pasal 1
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan gaji resmi mengenai berbagai
jabatan pada Jawatan Akuntan Negeri dan Jawatan Akuntan Pajak, hak memakai
gelar "akuntan" ("accountant") dengan penjelasan atau tambahan maupun tidak,
hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai ijazah akuntan sesuai dengan
ketentuan dan berdasarkan undang-undang ini.
Pasal 2
Dengan ijazah tersebut dalam pasal 1 dimaksud: a. ijazah yang diberikan oleh
sesuatu universitas Negeri atau badan perguruan tinggi lain yang dibentuk menurut
undang- undang atau diakui Pemerintah, sebagai tanda bahwa pendidikan untuk
akuntan pada badan perguruan tinggi tersebut telah selesai dengan hasil baik; b.
ijazah yang diterima sesudah lulus dalam sesuatu ujian lain yang menurut pendapat
Panitia Ahli termaksud dalam pasal 3, guna menjalankan pekerjaan akuntan dapat
disamakan dengan ijazah tersebut pada huruf a pasal ini.
Pasal 3
(1) Menteri Pemdidikan, Pengajaran dan Kebudayaan mengangkat Panitia Ahli, yang
bertugas mempertimbangkan apakah sesuatu ijazah bagi menjalankan pekerjaan
akuntan dapat disamakan dengan ijazah tersebut pada pasal 2 huruf a.
(3) Menteri Keuangan berhak memberi tugas lain kepada panitia tersebut dalam ayat
1 untuk menjamin kesempurnaan urusan akuntansi c.q. untuk mengatur lebih lanjut
urusan akuntansi.
(4) Tiap-tiap akuntan berijazah mendaftarkan nama untuk dimuat dalam suatu
register negara.
IFAC adalah organisasi global untuk profesi akuntansi yang didedikasikan untuk melayani
kepentingan publik dengan memperkuat profesi dan memberikan kontribusi bagi
perkembangan ekonomi internasional yang kuat. IFAC berkomitmen untuk melindungi
kepentingan umum dengan mengembangkan standar internasional menjadi berkualitas
tinggi, mempromosikan nilai-nilai etika secara intensive, mendorong kualitas prakteknya dan
mendukung pembangunan di segala bidang profesi di seluruh dunia. IFAC menyatakan
secara tersirat bahwa ada kelompok-kelompok professional lainnya yang akan diberikan
kepercayaan untuk melayani masyarakat jika terdapat kelompok akuntan professional
terbukti tidak dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas ini.
Integritas : Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam
semua hubungan bisnis dan profesionalnya.
Objektivitas : Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan
terjadinya bias, konflik kepentingan, atau dibawah penguruh orang lain sehingga
mengesampingkan pertimbangan bisnis dan professional.
Tujuan pemutakhiran kode etik ini untuk meningkatkan profesi akuntan publik di Indonesia,
terutama dalam meningkatkan kompetensi, kualitas, daya saing, dan profesionalisme
akuntan publik, sehingga profesi akuntan publik di Indonesia dapat selalu mengikuti dan
memenuhi tuntutan perkembangan zaman,” katanya.
KEPAP 2018 harus dipatuhi oleh seluruh pemegang sertifikat CPA dan akuntan publik yang
memuat tiga bagian, yaitu bagian A yang mengatur prinsip dasar etika profesi bagi seluruh
CPA, bagian B yang mengatur penerapan prinsip dasar etika profesi bagi setiap CPA yang
berpraktik melayani publik seperti akuntan publik dan KAP, serta bagian C yang mengatur
penerapan prinsip dasar etika profesi bagi CPA yang bekerja di perusahaan.
Prinsip dasar etika profesi termuat dalam bagian A dari KEPAP 2018 meliputi prinsip
integritas, prinsip objektivitas, prinsip kehati-hatian dan kompetensi profesional, prinsip
kerahasiaan, dan prinsip perilaku profesional. Kelima prinsip dasar etika tersebut harus
dipatuhi dan diterapkan oleh setiap anggota IAPI, baik akuntan publik maupun para CPA
yang bekerja di perusahaan atau instansi lainnya.
Profesi akuntan manajemen sebagai salah satu profesi penting yang menunjang proses
menghasilkan nilai tambah dalam aktivitas bisnis dituntut memiliki kompetensi yang tinggi
sehingga mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
lingkungan kerja nyata (real working environment). Untuk itu seorang akuntan manajemen
dituntut memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude)
profesionalisme yang tinggi dalam bidang terkait seperti bidang akuntansi manajemen,
manajemen keuangan, bisnis dan manajemen informasi.
1. Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung tinggi
kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga sifat dapat
dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan
oleh auditor ketika memunculkan keunggulan personal ketika memberikan layanan
profesional kepada instansi tempat auditor bekerja dan kepada auditannya.
2. Obyektivitas
Auditor yang obyektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi profesinya
dapat dipertahankan. Dalam mengambil keputusan atau tindakan, ia tidak boleh bertindak
atas dasar prasangka atau bias, pertentangan kepentingan, atau pengaruh dari pihak lain.
Obyektivitas ini dipraktikkan ketika auditor mengambil keputusan-keputusan dalam kegiatan
auditnya. Auditor yang obyektif adalah auditor yang mengambil keputusan berdasarkan
seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau berdasarkan pendapat
atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Agar dapat memberikan layanan audit yang berkualitas, auditor harus memiliki dan
mempertahankan kompetensi dan ketekunan. Untuk itu auditor harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa instansi tempat ia bekerja atau auditan dapat menerima manfaat dari layanan
profesinya berdasarkan pengembangan praktik, ketentuan, dan teknik-teknik yang terbaru.
Berdasarkan prinsip dasar ini, auditor hanya dapat melakukan suatu audit apabila ia
memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan bantuan tenaga ahli yang
kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara memuaskan.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan secara
terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik auditan, untuk itu auditor
harus memperoleh persetujuan khusus apabila akan mengungkapkannya, kecuali adanya
kewajiban pengungkapan karena peraturan perundang-undangan. Kerahasiaan ini harus
dijaga sampai kapanpun bahkan ketika auditor telah berhenti bekerja pada instansinya.
Dalam prinsip kerahasiaan ini juga, auditor dilarang untuk