Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

PERKEMBANGAN
PROFESI
AKUNTAN

Mata Kuliah ini membahas konsep-


konsep dan teknik penyelesaian
masalah dalam bidang Etika Profesi.
Pembahasan meliputi Perkembangan
Profesi Akuntansi, Regulasi dan Etika
Profesi Akuntansi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi Bisnis Akuntansi 19.01.1.1.0. Tim Dosen

04 05

Abstract Kompetensi
perkembangan akuntansi sejalan Mahasiswa memiliki kemampuan
dengan perkembangan dunia usaha. memahami dan mengidentifikasi
Pemutakhiran kode etik untuk konsep dasar etika profesi dan
meningkatkan profesi akuntan publik membandingkan beberapa kode
di Indonesia etik profesi.

Perkembangan Profesi Akuntansi


4.1 Perkembangan Profesi Akuntansi
Perkembangan profesi akuntansi sejalan dengan jenis jasa yang diminta oleh masyarakat
yang makin lama makin kompleks. Sementara jenis jasa yang diminta sangat dipengaruhi
oleh perkembangan dunia usaha. Dengan kata lain, perkembangan akuntansi sejalan
dengan perkembangan dunia usaha (Soemarso, 2002: 11).
Untuk mengetahui laba atau rugi, pedagang-pedagang dari Genoa -- pada pertengahan
abad ke-14 -- cukup menghitung harta yang ada pada akhir suatu pelayaran dan
membandingkannya dengan harta yang dibawa pada waktu berangkat berlayar. Jadi,
perhitungan laba rugi hanya dibuat pada akhir suatu pelayaran.
Kemudian, pada akhir abad ke-15, atau tepatnya pada tahun 1494, keluar buku pertama
yang berbicara mengenai akuntansi. Buku itu berjudul "Summa De Arithmatica, Geometrica,
Proportioni et Proportionalita" yang dikarang oleh Luca Pacioli (Soemarso, 2002: 12).

Buku tersebut merupakan tonggak sejarah dalam bidang akuntansi. Di dalamnya memuat
cara-cara pembukuan yang sampai kini masih banyak dianut.
Peran Romawi sebagai gelanggang percaturan politik dunia surut pada akhir abad ke-15.
Ditambah dengan penemuan belahan dunia dan jalur perdagangan baru, pusat
perdagangan berpindah ke Spanyol dan Portugal, kemudian ke Belanda.
Seiring dengan perpindahan pusat perdagangan tersebut, sistem akuntansi Romawi (yang
telah dikembangkan sebelumnya) juga ikut pindah ke negara-negara yang telah disebutkan
di atas. Kemajuan mencolok dalam bidang akuntansi sejak perpindahan tersebut adalah
mulai dibuatnya perhitungan laba rugi tahunan.
Untuk mengetahui laba atau rugi, pedagang-pedagang dari Genoa -- pada pertengahan
abad ke-14 -- cukup menghitung harta yang ada pada akhir suatu pelayaran dan
membandingkannya dengan harta yang dibawa pada waktu berangkat berlayar. Jadi,
perhitungan laba rugi hanya dibuat pada akhir suatu pelayaran.
Kemudian, pada akhir abad ke-15, atau tepatnya pada tahun 1494, keluar buku pertama
yang berbicara mengenai akuntansi. Buku itu berjudul "Summa De Arithmatica, Geometrica,

‘20 Akuntan Publik


2 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Proportioni et Proportionalita" yang dikarang oleh Luca Pacioli (Soemarso, 2002: 12).

Hal ini kemudian mendorong dikembangkannya penyusunan neraca pada setiap saat
setelah jangka waktu tertentu. Pada tahun 1673, Prancis mengharuskan kepada setiap
perusahaan di negaranya untuk membuat neraca perdagangan paling tidak sekali dalam
dua tahun.

Selanjutnya, pada abad ke-19 ditandai dengan kejadian-kejadian ekonomi penting, yang
akibatnya juga terasa di bidang akuntansi. Dalam abad ini, revolusi industri berkecamuk di
daratan Eropa.

Dampak langsung dari perubahan teknologi industri tersebut adalah berkembangnya bidang
akuntansi biaya dan munculnya konsep penyusutan. Di abad ke-20 perkembangan besar
terjadi pada tahun 1930.

Pada saat itu, untuk pertama kalinya diadakan pembahasan antara New York Stock
Exchange dengan American Institute of Certified Public Accountant guna menetapkan
prinsip-prinsip akuntansi yang harus diikuti oleh perusahaan yang saham-sahamnya
terdaftar di bursa. Sebelumnya, pada tahun 1925, Inggris telah mengeluarkan undang-
undang yang mengatur sistem pelaporan keuangan. Sejak saat ini, perkembangan banyak
berkisar pada perkembangan praktik-praktik akuntansi, termasuk digunakannya komputer
setelah perang dunia ke-2.

Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak tahun 1642, tetapi jejak yang jelas baru
ditemui pada pembukuan Amphion Society yang berdiri di Jakarta sejak tahun 1747.
Perkembangan akuntansi yang mencolok baru muncul setelah undang-undang mengenai
tanam paksa dihapuskan pada tahun 1870.

Dengan dihapuskannya tanam paksa, kaum pengusaha swasta Belanda banyak


bermunculan di Indonesia untuk menanamkan modalnya. Dunia usaha pun berkembang,
demikian pula kebutuhan akan akuntansi.

Sistem pembukuan yang dianut oleh para pengusaha Belanda ini persis seperti yang
diajarkan Luca Pacioli. Pada tahun 1850, orang Belanda menemukan metode pembukuan
baru yang lebih efisien.

Selama periode 1850-1900 terjadi semacam dualisme antara yang menggunakan metode
lama dan yang menggunakan metode baru. Baru pada awal abad ke-20, metode
pembukuan lama hilang dari sejarah akuntansi Belanda.

Perkembangan ini juga dibawa ke Indonesia. Sedangkan bidang-bidang usaha yang besar
dikuasai oleh Belanda, dan beberapa bidang usaha yang kecil dibiarkan dikuasai oleh
kelompok timur asing, seperti Cina, Arab, India, dan lain-lain (Soemarso, 2002: 13).

Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai dikenalkan di Indonesia sejak tahun 1907, yaitu dengan
dikirimnya Van Schagen, seorang anggota NIVA (Nederlands Institute Van Accountants).
Tugas pokoknya adalah menyusun dan mengontrol pembukuan perusahaan.

Pengiriman Van Schagen ini merupakan cikal bakal dibukanya jawatan Akuntan Negara
(Government Accountant Dienst/GAD) yang resmi didirikan pada tahun 1915. Akuntan
publik pertama adalah Frese & Hogeweg, yang mendirikan kantornya di Indonesia pada
tahun 1918.

‘20 Akuntan Publik


3 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Dua tahun kemudian, yakni 1920, kantor akuntan H.Y. Voerens pun berdiri. Kemudian, pada
tahun berikutnya (1921) didirikan Jawatan Akuntan Pajak (Belasting Accountant
Dienst/BAD).

Akuntan internal yang pertama kali datang ke Indonesia adalah J.W. Labrijn yang sudah ada
di Indonesia pada tahun 1896. Pada zaman penjajahan Belanda tidak banyak orang
Indonesia yang terjun dalam bidang akuntansi.

Kalaupun ada, mereka hanya merupakan tenaga-tenaga pelaksana. Orang Indonesia


pertama yang bekerja di bidang akuntansi tercatat JD. Massie, yang diangkat sebagai
pemegang buku untuk Jawatan Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929.

Dalam masa pendudukan Jepang, Indonesia sangat kekurangan tenaga di bidang


akuntansi. Jabatan-jabatan pimpinan di Jawatan Keuangan yang 90 persen dipegang oleh
bangsa Belanda menjadi kosong.

Di sepanjang periode ini, atas prakarsa Mr. Slamet, maka didirikan kursus-kursus untuk
mengisi kekosongan jabatan tadi dengan tenaga-tenaga Indonesia. Pada masa itu dikenal
Kursus A, B, C, dan D.

Para pengikut kursus-kursus inilah yang nantinya merupakan cikal bakal tenaga-tenaga
akuntan di Indonesia. Mengenai sistem akuntansinya, tidak banyak terjadi perubahan
selama zaman Jepang ini.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, 17 Agustus 1945, kekurangan


tenaga akuntan sangat terasa. Pada tahun 1947, hanya ada seorang akuntan berbangsa
Indonesia, yaitu Prof. Dr. Abutari.

Dalam masa perang kemerdekaan (1945-1950), kursus-kursus untuk mendidik tenaga-


tenaga di bidang akuntansi dilanjutkan. Setelah pengakuan kedaulatan oleh Belanda,
pemerintah RI (Republik Indonesia) baru mempunyai kesempatan untuk mengirim putra-
putranya keluar negeri untuk belajar akuntansi.

Di dalam negeri sendiri, pendidikan akuntan mulai dirintis dengan dibukanya jurusan
akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada tahun 1952. Pembukaan ini
kemudian diikuti oleh fakultas-fakultas ekonomi di Universitas Padjadjaran (1961),
Universitas Sumatera Utara (1962), Universitas Airlangga (1962) dan Universitas Gajah
Mada (1964).

Adapun Institut Ilmu Keuangan (sekarang dikenal Sekolah Tinggi Akuntansi Negara)
membuka jurusan akuntansi pada tahun 1960. Dewasa ini, fakultas ekonomi universitas-
universitas negeri yang mempunyai jurusan akuntansi terdapat di Universitas Andalas,
Universitas Hasanuddin, Universitas Diponegoro, Universitas Sebelas Maret, Universitas
Syiah Kuala, Universitas Riau, Universitas Udayana dan masih ada beberapa lainnya
(Soemarso, 2002: 14).

Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan di Indonesia berdiri pada tanggal 23
Desember 1957. Organisasi ini, yang diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), didirikan
oleh lima akuntan Indonesia. Anggotanya pada waktu itu baru sebelas orang.

Selang beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1978, berdiri Ikatan Akuntan
Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. Tahun 1986 berdiri Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Manajemen dan Kompartemen Akuntan Pendidik.

‘20 Akuntan Publik


4 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Perkembangan ini terus berlanjut hingga tahun 2001, yang ditandai dengan berdirinya
Kompartemen Akuntan Pemerintah. Sebenarnya, profesi akuntansi ini mulai berkembang
dengan pesat sejak tahun 1967.

Mulai dikeluarkannya Undang-undang Penanaman Modal Asing dalam tahun itu, yang
kemudian disusul dengan Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri, tahun 1968,
merupakan pendorong berkembangnya profesi akuntansi. Tumbuhnya perusahaan-
perusahaan baru, baik yang didirikan dalam rangka kedua undang-undang tersebut maupun
yang bukan, sebagai akibatnya maki jayalah iklim investasi di Indonesia yang pada
gilirannya meningkatkan kebutuhan akan tenaga akuntansi.

Sementara itu, di sektor pemerintah, bertambahnya proyek-proyek pembangunan yang


harus dikelola, baik melalui dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)
maupun non APBN, semakin disadarinya sistem pertanggungjawaban yang auditable dan
accountable. Hal ini telah mendorong lajunya perkembangan profesi akuntansi.
Pemerintah sangat berperan dalam mendorong perkembangan profesi ini, di antaranya
dengan membentuk Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi yang dibentuk pada tahun
1985. Pasar modal yang mulai marak sejak tahun 1987 menambah lajunya perkembangan
akuntansi. Demikian juga reformasi perpajakan yang dilakukan pada tahun 1984.

4.2 Bidang-bidang Profesi Akuntansi


Bidang-bidang Profesi Akuntansi

Bidang kegiatan akuntansi, antara lain adalah sebagai berikut:

Akuntansi Keuangan (Financial Accounting)

Akuntansi keuangan yaitu akuntansi yang sasaran (objek) kegiatannya adalah transaksi
keuangan yang menyangkut perubahan harta, hutang dan modal suatu perusahaan.
Akuntansi keuangan bertujuan menyajikan laporan keuangan untuk kepentingan pihak intern
perusahaan (manajemen) dan pihak-pihak ekstern, misalnya bank, investor, pemerintah dan
masyarakat umum.

Akuntansi Biaya (Cost Accounting)

Akuntasi biaya yaitu akuntansi yang sasaran kegiatannya adalah transaksi keuangan yang
berhubungan dengan biaya-biaya, misalnya biaya-biaya yang berhubungan dengan proses
pembuatan produk. Akuntansi biaya bertujuan menyediakan informasi biaya yang diperlukan
untuk kepentingan intern (pimpinan perusahaan), yaitu untuk menilai pelaksanaan operasi
perusahaan dan menentukan rencana kegiatan masa mendatang.

Akuntansi Perpajakan (Tax Accounting)

Akuntansi perpajakan adalah akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan penentuan


objek pajak yang menjadi beban perusahaan, serta perhitungannya untuk kepentingan
penyusanan laporan pajak. Kegiatan akuntansi perpajakan berfungsi membantu manajemen
dalam menentukan pilihan-pilihan transaksi yang akan terjadi, sehubungan dengan
pertimbangan-pertimbangan perpajakan. Oleh karena itu, akuntansi yang bekerja dalam
bidang ini harus mengetahui benar tentang undang-undang perpajakan yang berlaku.

‘20 Akuntan Publik


5 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Akuntansi Anggaran (Budgetary Accounting)

Akuntansi anggaran adalah akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan pengumpulan


dan pengolahan data operasi keuangan yang sudah terjadi, serta taksiran kemungkinan
yang akan terjadi, untuk kepentingan penetapan rencana operasi keuangan operasi
keuangan perusahaan(anggaran) dalam suatu periode tertentu.

Akuntansi Pemeriksaan (Auditing)

Akuntansi pemeriksaan adalah akuntansi yang kegiatannya berhubungan dengan


pemeriksaan terhadap catatan-catatan hasil kegiatan akuntansi keuangan yaitu untuk
menguji kelayakan laporan keuangan yang dihasilkannya. Akuntansi pemeriksaan besifat
independen (tidak memihak) sehingga hasil pemeriksaan akuntan dapat dijamin
kebenarannya (obyektif).

Akuntansi Pemerintahan (Govermental Accounting)

Akuntansi pemerintahan adalah bidang-bidang akuntansi yang kegiatannya berhubungan


dengan masalah pemeriksaan keuangan negara, atau sering juga disebut dengan istilah
administrasi keuangan negara.

Akuntansi Manajemen (Management Accounting)

Akuntansi Manajemen (Manajemen Accounting) merupakan bidang akuntansi yang memiliki


tujuan untuk memberikan suatu informasi yang berkaitan kepada manajemen dalam
menjalankan suatu usahanya. Banyak hal yang terdapat dalam akuntansi biaya yang semua
data – datanya bisa dimanfaatkan oleh akuntansi manajemen. Akuntansi dan Akuntansi
manajemen memang berbeda dalam pencapaian suatu tujuan tetapi dalam melakukan
pelaksanaannya bisa dilakukan dengan cara bersamaan.

Sistem Akuntansi (Accounting System)

Sistem Akuntansi merupakan bidang akuntansi yang bertugas melaksanakan suatu kegiatan
dengan merencanakan terlebih dahulu cara untuk melakukan pencatatan akuntansi agar
aman, efektif dan efisien yang di mulai dari mengorganisir suatu dokumen , formulir –
formulir yang ada dan juga menyusun suatu prosedur pencatatan nya.

Akuntansi Pendidikan (Education Accounting)

Akuntansi pendidikan atau education accounting merupakan bidang akuntansi yang memiliki
bidang khusus yaitu yang akan diarahkan di bidang pendidikan. Akuntansi pendidikan ini
biasanya mengajar akuntansi, memberi pengetahuan tentang akuntansi, Cara penyusunan
kurikulum pendidikan, atau hal lain yang masih berhubungan dengan ilmu akuntansi.

Akuntansi Internasional (International Accounting)

Bagian – bagian akuntansi seperti akuntansi internasional merupakan bagian yang akan
mencakup suatu masalah – masalah yang sedang terjadi dalam suatu transaksi
perdagangan internasional atau lintas negara yang sering terjadi di perusahaan –
perusahaan yang sudah multi nasional. Akuntansi internasional ini meliputi dua aspek dalam
pembahasan utama yaitu deskripsi, pembandingan akuntansi dan dimensi akuntansi dari
transaksi – transaksi internasional.

‘20 Akuntan Publik


6 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Akuntansi Sosial (Social Accounting)

Sedangkan bagian bagian akuntansi yang termasuk kedalam akuntansi sosial merupakan
bidang akuntansi yang memiliki kegiatan untuk pengarahan suatu masalah yang sering
terjadi di masyarakat. Sehingga bisa di contoh kan dalam bidang akuntansi sosial ini adalah
pengarahan tentang menyediakan suatu informasi yang masih berkaitan dengan kondisi
ekonomi masyarakat secara makro, dan juga memberikan informasi tentang kepadatan
penduduk yang dikaitkan dengan penghasilan suatu penduduk.

4.3 ETIKA PROFESI AKUNTANSI


Prinsip Etika Profesi Akuntan dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan
pengakuan profesi akan tanggungjawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan
rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya dan
merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip ini meminta
komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan pengorbanan keuntungan pribadi.
Adapun prinsip – prinsip tersebut adalah :
1. Tanggung Jawab Profesi.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting
dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung
jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu
bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif
semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik.

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan


kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung
jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat,
dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,
pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya
bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara
berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan tanggung
jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan
sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan

‘20 Akuntan Publik


7 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan
negara.
3. Integritas.

Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan


profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang
diambilnya.Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap
jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat
yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas.

Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas
yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak
lain.
5. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati – hati,


kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa
profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik –
baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan
konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik.
6. Kerahasiaan.

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama


melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa
standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat
panduan mengenai sifat – sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai
berbagai keadaan dimana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa

‘20 Akuntan Publik


8 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
profesional dapat atau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk
menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh
melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan
setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional.

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis.

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar


teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan
berhati – hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari
penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of
Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang – undangan yang
relevan.Etika profesi akuntan diatas dibuat untuk menjadi panduan bersama dan
mengharumkan nama baik akuntan sebagai jasa yang profesional. Penyimpangan
yang dilakukan oleh oknum akuntan yang tidak bertanggungjawab dikhawatirkan
akan mempengaruhi citra baik kredibilitas akuntan dimata publik. Jadi, bagi Anda
seorang pengusaha yang membutuhkan jasa akuntan ada baiknya juga mengetahui
etika profesi akuntan ini agar menjadi standar Anda ketika bekerjasama dengan
seorang akuntan.
4.4 Regulasi Profesi Akuntansi

4.4.1. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1954


TENTANG PEMAKAIAN GELAR "AKUNTAN" ("ACCONTANT") Presiden Republik
Indonesia,

Menimbang :

a. bahwa perlu menetapkan ketentuan-ketentuan untuk mengatur urusan akuntansi;


b. bahwa dirasa perlu memperlindungi gelar "akuntan" ("accountan") dengan
undang-undang;

‘20 Akuntan Publik


9 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Mengingat : pasal 89 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia; Dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat; MEMUTUSKAN : Menetapkan: UNDANG-
UNDANG TENTANG PEMAKAIAN GELAR "AKUNTAN" ("ACCOUNTANT").

Pasal 1

Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan gaji resmi mengenai berbagai
jabatan pada Jawatan Akuntan Negeri dan Jawatan Akuntan Pajak, hak memakai
gelar "akuntan" ("accountant") dengan penjelasan atau tambahan maupun tidak,
hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai ijazah akuntan sesuai dengan
ketentuan dan berdasarkan undang-undang ini.

Pasal 2

Dengan ijazah tersebut dalam pasal 1 dimaksud: a. ijazah yang diberikan oleh
sesuatu universitas Negeri atau badan perguruan tinggi lain yang dibentuk menurut
undang- undang atau diakui Pemerintah, sebagai tanda bahwa pendidikan untuk
akuntan pada badan perguruan tinggi tersebut telah selesai dengan hasil baik; b.
ijazah yang diterima sesudah lulus dalam sesuatu ujian lain yang menurut pendapat
Panitia Ahli termaksud dalam pasal 3, guna menjalankan pekerjaan akuntan dapat
disamakan dengan ijazah tersebut pada huruf a pasal ini.

Pasal 3

(1) Menteri Pemdidikan, Pengajaran dan Kebudayaan mengangkat Panitia Ahli, yang
bertugas mempertimbangkan apakah sesuatu ijazah bagi menjalankan pekerjaan
akuntan dapat disamakan dengan ijazah tersebut pada pasal 2 huruf a.

(2) Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan bersama Menteri Keuangan


mengatur susunan dan cara kerja panitia itu.

(3) Menteri Keuangan berhak memberi tugas lain kepada panitia tersebut dalam ayat
1 untuk menjamin kesempurnaan urusan akuntansi c.q. untuk mengatur lebih lanjut
urusan akuntansi.

(4) Tiap-tiap akuntan berijazah mendaftarkan nama untuk dimuat dalam suatu
register negara.

4.4.2. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 5 TAHUN


2011TENTANG AKUNTAN PUBLIK.

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untuk


memberikan jasasebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Akuntan Publik Asing adalah warga negara asing yang telah
memperoleh izin berdasarkan hukum di negara yang bersangkutan
untuk memberikan jasa sekurang-kurangnya jasa audit atas informasi
keuangan historis.

‘20 Akuntan Publik


10 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
3. Asosiasi Profesi Akuntan Publik adalah organisasi profesi Akuntan
Publik yang bersifat nasional.
4. Asosiasi Profesi Akuntan adalah organisasi profesi Akuntan yang
bersifat nasional.
5. Kantor Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat KAP, adalah badan
usaha yang didirikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mendapatkan izin usaha berdasarkan Undang-Undang
ini.
6. Organisasi Audit Indonesia, yang selanjutnya disingkat OAI, adalah
organisasi di Indonesia yang merupakan jaringan kerja sama antar-
KAP.
7. Kantor Akuntan Publik Asing, yang selanjutnya disingkat KAPA, adalah
badan usaha yang didirikan berdasarkan hukum negara tempat KAPA
berkedudukan dan melakukan kegiatan usaha sekurang-kurangnya di
bidang jasa audit atas informasi keuangan historis.
8. Organisasi Audit Asing, yang selanjutnya disingkat OAA, adalah
organisasi di luar negeri yang didirikan berdasarkan peraturan
perundang-undangan di negara yang bersangkutan, yang anggotanya
terdiri dari badan usaha jasa profesi yang melakukan kegiatan usaha
sekurang-kurangnya di bidang jasa audit atas informasi keuangan
historis.
9. Pihak Terasosiasi adalah Rekan KAPyang tidak menandatangani
laporan pemberian jasa, pegawai KAPyang terlibat dalam pemberian
jasa, atau pihak lain yang terlibat langsung dalam pemberian jasa.
10. Rekan adalah sekutu pada KAPyang berbentuk usaha persekutuan.
11. Standar Profesional Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat SPAP,
adalah acuan yang ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib
dipatuhi oleh Akuntan Publik dalam pemberian jasanya.
12. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
keuangan.

4.4.3. Kode Etik IFAC :

IFAC adalah organisasi global untuk profesi akuntansi yang didedikasikan untuk melayani
kepentingan publik dengan memperkuat profesi dan memberikan kontribusi bagi
perkembangan ekonomi internasional yang kuat. IFAC berkomitmen untuk melindungi
kepentingan umum dengan mengembangkan standar internasional menjadi berkualitas
tinggi, mempromosikan nilai-nilai etika secara intensive, mendorong kualitas prakteknya dan
mendukung pembangunan di segala bidang profesi di seluruh dunia. IFAC menyatakan
secara tersirat bahwa ada kelompok-kelompok professional lainnya yang akan diberikan
kepercayaan untuk melayani masyarakat jika terdapat kelompok akuntan professional
terbukti tidak dapat diandalkan dalam melaksanakan tugas ini.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC :

 Integritas : Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam
semua hubungan bisnis dan profesionalnya.
 Objektivitas : Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan
terjadinya bias, konflik kepentingan, atau dibawah penguruh orang lain sehingga
mengesampingkan pertimbangan bisnis dan professional.

‘20 Akuntan Publik


11 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
 Kompetensi profesional dan kehati-hatian : Seorang akuntan professional
mempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan keterampilan
profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang dipelukan untuk menjamin
seorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten yang
didasarkan atas perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini. Seorang
akuntan profesional harus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar
profesional harus bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar
professional dan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa profesional.
 Kerahasiaan : Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaan
informasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis
serta tidak boleh mengungkapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa
izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau terdapat
hak profesional untuk mengungkapkannya.
 Perilaku Profesional : Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan
perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.

4.4.4. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia


Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bersama Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan Institut
Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) didukung oleh Pusat Pembinaan Profesi Keuangan
(PPPK) Kementerian Keuangan, telah menerbitkan Kode Etik Akuntan Indonesia.
Kode Etik Akuntan Indonesia ini diadopsi dari Handbook of International Code of Ethics for
Professional Accountans edition 2018 yang diterbitkan oleh International Ethics Standard
Board For Accountants (IESBA) dari International Federation of Accountants (IFAC).
Sebagai salah satu pendiri dan anggota IFAC, maka IAI berkewajiban intuk mematuhi Kode
Etik tersebut sebagai bagian dari kepatuhannya (statements of membership of obligation
(SMO) IFAC).
Dalam proses penyusunan Kode Etik Akuntan Indonesia ini, IAI berkolaborasi dengan IAPI
dan IAMI sesuai dengan Nota Kesepahaman antara IAI, IAPI, dan IAMI tentang Kerjasama
Pengembangan Profesi Akuntan di Indonesia yang didukung oleh PPPK Kementerian
Keuangan. Tujuannya supaya terjadi sinergi antar organisasi profesi akuntan dan
menciptakan keseragaman ketentuan etika bagi seluruh akuntan di Indonesia.
Sebelumnya, tiga asosiasi ini bekerja sendiri-sendiri menyusun Kode Etik yang berlaku
untuk anggotanya saja. Sangat mungkin terjadi suatu individu menjadi anggota lebih dari
satu asosiasi. Dengan berlakunya Kode Etik yang sama, maka ketiga asosiasi ini dapat
bersinergi untuk mendorong anggotanya menjadi Akuntan Profesional yang menjunjung
tinggi Etika ke profesiannya. Dengan demikian diharapkan kepercayaan publik terhadap
profesi Akuntan akan semakin meningkat.

4.4.5. Kode Etik Ikatan Akuntan Publik Indonesia

‘20 Akuntan Publik


12 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) telah memutakhirkan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik (KEPAP) yang diadopsi dari Handbook Code of Ethics for Professional Accountants
2016 yang diterbitkan oleh International Federation of Accountants (IFAC).
Kode etik untuk profesi akuntan publik ini sebetulnya sudah disiapkan sejak dua tahun lalu.
Sejak 2017 saat dimulai proses adaptasi dari Handbook IFAC 2016. Kemudian ditranslasi ke
bahasa Indonesia dan dianalisis apakah sudah sejalan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Proses ini rampung pada 2018. Dan akhirnya, KEPAP ini
mulai berlaku efektif pada 1 Juli 2019.

Tujuan pemutakhiran kode etik ini untuk meningkatkan profesi akuntan publik di Indonesia,
terutama dalam meningkatkan kompetensi, kualitas, daya saing, dan profesionalisme
akuntan publik, sehingga profesi akuntan publik di Indonesia dapat selalu mengikuti dan
memenuhi tuntutan perkembangan zaman,” katanya.

KEPAP 2018 harus dipatuhi oleh seluruh pemegang sertifikat CPA dan akuntan publik yang
memuat tiga bagian, yaitu bagian A yang mengatur prinsip dasar etika profesi bagi seluruh
CPA, bagian B yang mengatur penerapan prinsip dasar etika profesi bagi setiap CPA yang
berpraktik melayani publik seperti akuntan publik dan KAP, serta bagian C yang mengatur
penerapan prinsip dasar etika profesi bagi CPA yang bekerja di perusahaan.

Prinsip dasar etika profesi termuat dalam bagian A dari KEPAP 2018 meliputi prinsip
integritas, prinsip objektivitas, prinsip kehati-hatian dan kompetensi profesional, prinsip
kerahasiaan, dan prinsip perilaku profesional. Kelima prinsip dasar etika tersebut harus
dipatuhi dan diterapkan oleh setiap anggota IAPI, baik akuntan publik maupun para CPA
yang bekerja di perusahaan atau instansi lainnya.

4.4.6. Kode Etik Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia

Landasan Hukum berupa ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN


MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016 dan ANGGARAN DASAR INSTITUT AKUNTAN
MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

Profesi akuntan manajemen sebagai salah satu profesi penting yang menunjang proses
menghasilkan nilai tambah dalam aktivitas bisnis dituntut memiliki kompetensi yang tinggi
sehingga mampu melakukan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam
lingkungan kerja nyata (real working environment). Untuk itu seorang akuntan manajemen
dituntut memiliki pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap (attitude)
profesionalisme yang tinggi dalam bidang terkait seperti bidang akuntansi manajemen,
manajemen keuangan, bisnis dan manajemen informasi.

Anggota Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI) adalah perseorangan yang


memenuhi persyaratan keanggotaan dan mengikat dirinya dengan IAMI.

4.4.7. Kode Etik IAI KASP

‘20 Akuntan Publik


13 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Aturan etika IAI-KASP memuat tujuh prinsip-prinsip dasar perilaku etis auditor dan empat
panduan umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut. Ketujuh prinsip dasar IAI
tersebut adalah:

1. Integritas

Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung tinggi
kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga sifat dapat
dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya. Hal ini ditunjukkan
oleh auditor ketika memunculkan keunggulan personal ketika memberikan layanan
profesional kepada instansi tempat auditor bekerja dan kepada auditannya.

2. Obyektivitas
Auditor yang obyektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi profesinya
dapat dipertahankan. Dalam mengambil keputusan atau tindakan, ia tidak boleh bertindak
atas dasar prasangka atau bias, pertentangan kepentingan, atau pengaruh dari pihak lain.
Obyektivitas ini dipraktikkan ketika auditor mengambil keputusan-keputusan dalam kegiatan
auditnya. Auditor yang obyektif adalah auditor yang mengambil keputusan berdasarkan
seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau berdasarkan pendapat
atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Agar dapat memberikan layanan audit yang berkualitas, auditor harus memiliki dan
mempertahankan kompetensi dan ketekunan. Untuk itu auditor harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa instansi tempat ia bekerja atau auditan dapat menerima manfaat dari layanan
profesinya berdasarkan pengembangan praktik, ketentuan, dan teknik-teknik yang terbaru.
Berdasarkan prinsip dasar ini, auditor hanya dapat melakukan suatu audit apabila ia
memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan bantuan tenaga ahli yang
kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara memuaskan.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan secara
terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik auditan, untuk itu auditor
harus memperoleh persetujuan khusus apabila akan mengungkapkannya, kecuali adanya
kewajiban pengungkapan karena peraturan perundang-undangan. Kerahasiaan ini harus
dijaga sampai kapanpun bahkan ketika auditor telah berhenti bekerja pada instansinya.
Dalam prinsip kerahasiaan ini juga, auditor dilarang untuk

‘20 Akuntan Publik


14 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
menggunakan informasi yang dimilikinya untuk kepentingan pribadinya, misalnya untuk
memperoleh keuntungan finansial.
5. Prinsip kerahasiaan tidak berlaku dalam situasi-situasi berikut:
Pengungkapan yang diijinkan oleh pihak yang berwenang, seperti auditan dan instansi
tempat ia bekerja. Dalam melakukan pengungkapan ini, auditor harus mempertimbangkan
kepentingan seluruh pihak, tidak hanya dirinya, auditan, instansinya saja, tetapi juga
termasuk pihak-pihak lain yang mungkin terkena dampak dari pengungkapan informasi ini.
4.4.8. Kode Etik Profesi dalam Asosiasi Akuntansi Lainnya.
Auditor APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah) adalah pegawai negeri yang
mendapat tugas antara lain untuk melakukan audit, karena itu auditor pemerintah dapat
diibaratkan sebagai seseorang yang kaki tangannya teriat pada ketentuan-ketentuan
sebagai pegawai negeri sedangkan kaki kirinya terikat pada ketentuan-ketentuan profesinya.
Auditor APIP yang meliputi auditor auditor di lingkungan BPKP Inspektorat Jenderal
Departemen, unit pengawasan LPND dan Inspektorat Provinsi,Kabupaten dan Kota dalam
menjalankan tugas auditnya wajib mentaati kode etik APIP yang berkaitan dengan statusnya
sebagai pegawai negeri dan standar audit APIP sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. Per/04/M.PAN/03/2008 dan
No.PER/05/M.PAN/03/20008 tanggal 31 Maret 2008.
4.4.9. Sarbox (Sarbanes Oxley Act).
Sarbanes Oxley Act (Sarbox/SOX) lahir tahun 2002, tepatnya 30 Juli 2002. Sarbox lebih
dikenal sebagai Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act atau
Corporate and Auditing Accountability and Responsibility Act. Sarbox lahir sebagai standar
baru untuk semua perusahaan publik dan KAP. Munculnya sarbox diakibatkan oleh
runtuhnya perusahaan raksasa seperti enron, tyco internasional, adelphia, peregrine
systems dan worldcom.
4.4.10. PMK No. 17/PMK.01/2008
Berikut ini beberapa point perubahan mendasar PMK No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa
Akuntan Publik dibandingkan dengan KMK No. 423/KMK.06/2002 dan KMK No.
359/KMK.06/2003
1. Pembatasan Masa Pemberian Jasa KAP dari sebelumnya 5 (lima) tahun buku berturut-
turut menjadi 6 (enam) tahun buku berturut-turut
2. Akuntan Publik yang telah selesai dikenakan sanksi pembekuan izin dan akan
memberikan jasa kembali, wajib mengajukan permohonan kepada Sekretaris Jenderal
u/p Kepala Pusat dengan memenuhi persyaratan diantaranya : (1) menyerahkan bukti
mengikuti PPL paling sedikit 30 SKP, (2) berdomisili di wilayah Indonesia, (3) tidak
pernah mengundurkan diri dari keanggotaan IAPI. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur.
3. Persyaratan ijin usaha KAP ditambah memiliki auditor yang paling sedikit 1 (satu)
diantaranya beregister negara untuk akuntan. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur.

‘20 Akuntan Publik


15 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
4. Persyaratan ijin pembukaan cabang KAP ditambah : (1) memiliki NPWP cabang,
(2) memiliki auditor tetap yang salah satunya memiliki register negara untuk
akuntan. Dalam KMK sebelumnya tidak diatur.
5. Ketentuan lainnya mengenai pembukaan cabang KAP yang sebelumnya tidak
diatur adalah : Cabang KAP yang tidak mempunyai Pemimpin Cabang selama 6
(enam) bulan dicabut ijin pembukaan cabangnya. Selain itu, Penggantian
Pemimpin Cabang wajib dilaporkan.
6. Beberapa ketentuan berkaitan dengan kerjasaman KAP dengan KAPA/OAA
yang sebelumnya tidak diatur antara lain : (1) Perjanjian kerjasama KAP dengan
KAPA/OAA harus disahkan oleh notaries, (2) OAA yang diperbolehkan
melakukan kerjasama dengan KAP paling sedikit harus memiliki keanggotaan di
20 (dua puluh) negara, (3) Penulisan huruf nama KAPA/OAA yang melakukan
kerjasama dengan KAP dilarang melebihi besarnya huruf nama KAP, (4) KAP
yang tidak melaporkan bubarnya dan/atau putusnya hubungan dengan
KAPA/OAA dalam jangka waktu paling lama 6 bulan, dikenakan sanksi
pembekuan ijin.
7. Laporan Auditor Independen (LAI) harus diberi nomor secara urut berdasarkan
tanggal penerbitannya. Hal ini terutama untuk tujuan tertib administrasi LAI.
Selain itu, juga sebagai control terhadap LAI dan membantu untuk mendeteksi
adanya LAI yang dipalsukan. Ketentuan mengenai hal ini sebelumnya tidak
diatur.
8. Akuntan Publik harus menjadi anggota IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia),
sebelumnya Akuntan Publik harus menjadi anggota IA dan IAI-Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP). Dalam peraturan baru ini juga diatur bahwa Asosiasi
Akuntan Publik yang diakui adalah IAPI.
9. Mengenai Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) diatur bahwa USAP
diselenggarakan oleh IAPI, sebelumnya USAP diselenggarakan oleh IAI.
Berkaitan dengan pengalihan ini, diberikan masa transisi selama 6 bulan bagi IAI
untuk tetap dapat melaksanakan USAP sebelum dialihkan sepenuhnya kepada
IAPI. Selain itu, juga diatur bahwa Menteri Keuangan dapat melakukan
pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan USAP (sebelumnya tidak
diatur).
10. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) ditetapkan oleh IAPI, sebelumnya
SPAP ditetapkan oleh IAI-KAP. Disamping itu, juga diatur bahwa Menteri
Keuangan memantau dan mengevaluasi SPAP (sebelumnya tidak diatur).
11. Berkaitan dengan pembekuan ijin KAP/AP terdapat beberapa tambahan
pengaturan diantaranya : (1) AP/KAP/Cabang KAP yang memberikan jasa ketika
belum mendapatkan persetujuan pengaktifan ijin kembali setelah dikenakan
sanksi pembekuan ijin, dikenakan Sanksi Pembekuan Ijin, (2) KAP berbentuk
usaha persekutuan dibekukan ijin usahanya ketika seluruh rekan AP-nya
dikenakan sanksi pembekuan ijin, (3) Setelah sanksi pembekuan ijin berakhir,
AP, KAP, dan Cabang KAP jika masih ingin memberikan jasa wajib mengajukan
permohonan pengaktifan ijin kembali, (4) Sanksi pembekuan ijin diberikan paling
banyak 2 kali (dalam peraturan sebelumnya sanksi pembekuan ijin diberikan
paling banyak 1 kali).

‘20 Akuntan Publik


16 Dr. Dyah Purnamasari, S.E., M.Si., Ak., CA
Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai