AKUNTANSI
KEUANGAN
Non-Current Liabilities
11
Ekonomi dan Bisnis (FEB) Akuntansi Andina Nur Fathonah, SE., M.Ak., Ak., CA
Abstract Kompetensi
Materi ini menjelaskan mengenai Mahasiswa mampu memahami
Libilitas tidak lancar (Non-Current dan menghitung mengenai
Liabilities) Libilitas tidak lancar (Non-Current
Liabilities) seperti jenis-jenis
Obligasi (bonds) dan Wesel.
PERTEMUAN KE-11
Libailitas Tidak Lancar (Non-Curret Liabilities)
Tujuan Belajar:
Diharapkan setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu memahami dan menghitung
mengenai Libilitas tidak lancar (Non-Current Liabilities) seperti jenis-jenis Obligasi (bonds)
dan Wesel.
Pendahuluan
Setelah membahas mengenai liabilitas lancar ada aspek yang penting juga yaitu mengenai
liabilitas tidak lancar (Non-Current Liabilities) selanjutnya ditulis NCL. NCL membahas
mengenai dasar-dasar obligasi dan juga wesel.
Dasar-Dasar Obligasi
Obligasi (bond) adalah suatu bentuk wesel bayar dengan bunga. Untuk
mendapatkan modal jangka panjang dalam jumlah yang besar, manajemen perusahaan
biasanya harus memutuskan apakah akan menerbitkan saham biasa (pendanaan ekuitas)
atau obligasi.Obligasi menawarkan tiga keuntungan atas saham biasa, seperti dibawah ini:
1. Tidak memengaruhi pengendali pemegang saham
Pemegang obligasi tidak memeliki hak voting sehingga pemikik saat ini (pemegang
saham) memiliki kendali penuh atas perusahaan.
2. Menyebabkan penghematan pajak
Di beberapa negara, bunga obligasi dapat dikurangkan untuk tujuan pajak,
sedangkan pengurangan tersebut tidak berlaku untuk dividen saham.
3. Potensi laba per saham yang mungkin lebih tinggi
Meskipun beban bunga obligasi mengurangi laba neto, laba per saham atas saham
biasa biasanya lebih tinggi ketika menggunakan pendanaan obligasi karena tidak
ada saham tambahan yang diterbitkan.
Rencana A Rencana B
Nilai neto obligasi lebih kecil dibandingkan laba neto saham. Namun, laba per
sahamnya lebih tinggi karena terdapat 200.000 lembar lebih sedikit saham biasa yang
beredar.
Salah satu kelemahan dalam praktik pendanaan melalui obligasi adalah perusahaan
harus membayar bunga secara periodic. Selain itu, perusahaan juga harus membayar
kembali pokok pinjaman pada saat jatuh tempo. Perusahaan dengan pendapatan yang
berfluktuasi dan posisi kas yang relatif lemah mungkin akan mengalami kesulitan dalam
melakukan pembayaran bunga khususnya ketika pendapatan perusahaan sedang rendah.
Tanggal jatuh tempo (maturity date) tanggal di mana pembayaran terakhir yang
sudah tertagih kepada investor dari perusahaan penerbit obligasi.
Sertifikat obligasi memberikan obligasi seperti: nama penerbit, nilai nominal, tingkat
bunga kontrak, dan tanggal jatuh tempo.
Ilutrasi 10-8
Sertifikat Obligasi
Candlestick AG
Statement of Financial Position (partial)
Non-current liabilities
Bonds payable €98,000
Candlestick AG
Statement of Financial Position (partial)
Non-current liabilities
Bonds payable €102.000
Pengguanaan wesel bayar dalam pendanaan utang jangka panjang sangat umum
terjadi. Wesel bayar jangka panjang (long term notes payable) serupa dengan wesel bayar
jangka pendek berbunga, kecuali pada jangka waktu wesel bayar jangka panjang yang bisa
melebihi satu tahun.
Wesel bayar jangka panjang dapat dijaminkan menggunkaan sebuah hipotek
(mortgage) atas asset tertentu sebagai jaminan pinjaman. Banyak orang yang memnfaatkan
wesel bayar ini untuk membeli rumah, serta perusahaan-perusahaan kecil dan beberapa
perusahaan besar menggunakannya untuk mengakuisisi asset pabrik.
LEASE LIABILITIES
Illustration: Assume that Gonzalez Construction decides to lease new equipment. The
lease term is four years. The present value of the lease payments is €190,000. Gonzalez
records the transaction as follows.
ANALISIS
Pemberi pinjaman jangka panjang dan para pemegang saham akan selalu tertarik
pada tingkat solvabilitas jangka panjang perusahaan. Salah satu hal yang membuat investor
tertarik khususnya adalah kemampuan perusahaan untuk membayar bunga saat jatuh
tempo dan mampu melunasi pinjaman sesuai nilai nominalnya pada saat jatuh tempo.
Dalam hal ini, kita akan melihat dua rasio yang memberikan informasi tentang kemampuan
membayar utang dan solvabilitas perusahaan dalam jangka panjang.
1. Rasio utang terhadap total asset (debt to total assets ratio)
Mengukur persentase total asset yang diberikan oleh kreditur. Rasio ini dihitung
dengan membagi total utang (liabilitas lancar maupun tidak lancar) dengan total
asset. Semakin tinggi persentase utang terhadap total asset, semakin besar
pula risiko perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajiban yang jatuh
tempo.
Times Interest Earned Ratio = Income before Income Tax ÷ Interest Expense
John Wiley & Sons, Inc. 2011. Akuntansi Keuangan Edisi IFRS Cetakan Ke-2e.
John Wiley & Sons, Inc. 2019. Financial Accounting IFRS Edition 4th.