Anda di halaman 1dari 18

Modul ke

Pancasila Sebagai Paradigma


15 Fakultas
Pembangunan
1.Kampus sebagai Moral Force, pengembangan Hukum dan HAM
2.Tindak Pidana Korupsi

DISESUAIKAN

Program Studi

DISESUAIKAN

Oleh :
Team Dosen
Abstract
• Materi pada perkuliahan ke lima belas ini Mengulanh materi aktualisasi
pancasila agar Mahasiswa dapat lebih Menjelaskan pengertian dan jenis-jenis
aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan kampus, tridharma perguruan
tinggi dan budaya akademik serta.
• kampus/pengembangan hukum dan HAM Mahasiswa mampu Menjelaskan
pengertian dan jenis-jenis aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan
kampus, tridharma perguruan tinggi dan budaya akademik serta
kampus/pengembangan hukum dan HAM.
Kompetensi
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa
Mahasiswa Menjelaskan pengertian dan jenis-jenis aktualisasi pancasila, aktualisasi
dalam kehidupan kampus, tridharma perguruan tinggi dan budaya akademik serta
kampus/pengembangan hukum dan HAM.
Secara khusus, materi ini akan membekal Mahasiswa Mahasiswa Menjelaskan
pengertian dan jenis-jenis aktualisasi pancasila, aktualisasi dalam kehidupan
kampus, tridharma perguruan tinggi dan budaya akademik serta
kampus/pengembangan hukum dan HAM
1.Kampus sebagai Moral Force, pengembangan Hukum dan HAM

1. Kampus sebagai Moral Force Pengembangan Hukum

Dalam bidang hukum, kampus dapat memberikan bekal


pengetahuan dan pengertian hukum secara benar
kepada masyarakat, melelui tiga tingkatan yaitu:

1. Interpretasi, bertujuan untuk mengetahui


pengertian obyektif dari apa yang termaktub dalam
peraturan hukum.

2. Kontruksi, adalah pembentuka juridis, yang terdiri


atas bagian-bagian atau unsur yang tertentu, dengan
tujuan agar apa yang termaktub dalam pembentukan
itu merupakan pengertian yang jelas dan terang.

3. Sistematik, adalah mengadakan sistem dalam suatu


bagian hukum pada khususnya atau seluruh bidang
hukum pada umumnya.
1.Kampus sebagai Moral Force, pengembangan Hukum dan HAM

2. Kampus sebagai Moral Force Pengembangan HAM

Dalam konteks inilah kampus dapat menjadi moral


force pengembangan HAM. Jadi, warga kampus
(kampus) sebagai moral force pengembangan HAM
adalah dengan cara:

1. Inisiator, Sebagai inisiator, warga kampus harus


memiliki pengetahuan yang cukup mengenai HAM
dan program pengembangan dan penegakan HAM di
bidang akademik dan kemahasiswaan, baik ke dalam
maupun keluar kampus
2 Fasilitator, Menyediakan sarana dan prasarana
untuk mendukung dan melaksanakan program HAM,
baik didalam maupun diluar kampus. Dan
Penyambung atau jembatan dari suara-suara yang
berhubungan dengan HAM yang datang dari luar
kampus untuk disampaikan kepada pihak-pihak yang
berwenang dan berkepentingan

3. Pengawas, Pengawas atas program yang telah


direncanakan oleh tim inisiator di dalam kampus.
Dan Pengawas atas program yang telah
direncanakan oleh tim inisiator di dalam kampus.
2.Tindak Pidana Korupsi

Pengertian Tindak Pidana Korupsi Menurut UU No 31 Tahun 1999 Pasal 1 :

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda
paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
2.Tindak Pidana Korupsi

Pengelompokan Tujuh Jenis Tindak Pidana Korupsi (UU No 20 Tahun 2001) :

a. Merugikan keuangan Negara


Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
b. Suap Menyuap
Pasal 5 ayat (1) huruf a, Pasal 5 ayat (1) huruf b, Pasal 13, Pasal 5 ayat (2), Pasal 12 huruf a
Dan b, Pasal 11, Pasal 6 ayat (1) huruf a dan b, Pasal 6 ayat (2), Pasal 12 huruf c dan d
c. Penggelapan Dalam Jabatan
Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 huruf a, Pasal 10 huruf b, Pasal 10 huruf c
d. Pemerasan
Pasal 12 huruf e, Pasal 12 huruf g, Pasal 12 huruf h
e. Perbuatan Curang
Pasal 7 ayat (1) huruf a, Pasal 7 ayat (1) huruf b, Pasal 7 ayat (1) huruf c, Pasal 7 ayat (1) huruf d,
Pasal 7 ayat (2), Pasal 12 huruf h
f. Benturan Kepentingan Dalam Keadaan
Pasal 12 huruf i
g. Gratifikasi
Pasal 12B
MAKNA KORUPSI
KORUPSI MENURUT KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA (KBBI)
ADALAH PENYELEWENGAN ATAU PENYALAHGUNAAN UANG
NEGARA (PERUSAHAAN, ORGANISASI, YAYASAN DAN SEBAGAINYA)
UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI ATAU ORANG LAIN.
KATA “KORUPSI” BERASAL DARI BAHASA LATIN “CORRUPTION”
ATAU “CORRUPTUS”. DARI BAHASA LATIN TERSEBUT KEMUDIAN
DIKENAL ISTILAH “”CORRUPTION, CORRUPT (INGGRIS), “CORRUPTION”
(PERANCIS) DAN “CORRUPTIE / KORRUPTIE” (BELANDA), YANG
BERMAKNA BUSUK, RUSAK, MENGGOYAHKAN, MEMUTARBALIK,
MENYOGOK.
DALAM KAMUS LENGKAP OXFORD (THE OXFORD UNABRIDGED
DICTIONARY) KORUPSI DIDEFINISIKAN SEBAGAI PENYIMPANGAN
ATAU PERUSAKAN INTEGRITAS DALAM PELAKSANAAN TUGAS-
TUGAS PUBLIK DENGAN PENYUAPAN ATAU BALAS JASA.
SEDANGKAN PENGERTIAN RINGKAS YANG DIPERGUNAKAN WORD
BANK, KORUPSI ADALAH PENYALAHGUNAAN JABATAN PUBLIK
UNTUK KEPENTINGAN PRIBADI (THE ABUSE OF PUBLIC OFFICE FOR
PRIVATE GAIN).
Makna
Korupsi

DISIMPULKAN BAHWA KORUPSI SECARA IMPLISIT


ADALAH MENYALAHGUNAKAN KEWENANGAN, JABATAN
ATAU AMANAH SECARA MELAWAN HUKUM UNTUK
MEMPEROLEH KEUNTUNGAN ATAU MANFAAT PRIBADI DAN
ATAU KELOMPOK TERTENTU YANG DAPAT MERUGIKAN
KEPENTINGAN UMUM.
DALAM UU NO. 20 TAHUN 2001 TERDAPAT PENGERTIAN
BAHWA KORUPSI ADALAH TINDAKAN MELAWAN HUKUM
DENGAN MAKSUD MMPERKAYA DIRI SENDIRI, ORANG LAIN,
ATAU KORPORASI YANG BERAKIBAT MERUGIKAN KEUANGAN
NEGARA ATAU PEREKONOMIAN NEGARA.
YANG TERMASUK TINDAK KORUPSI MENURUT UU NO. 20 TAHUN
2002

1 SUAP

2 ILEGAL PROFIT

3 SECRET TRANSACTION

4 HADIAH

5 HIBAH (PEMBERIAN)

6 PENGGELAPAN

7 ILEGAL PROFIT

8 NEPOTISME

9 PENYALAHGUNAAN JABATAN & KEWENANGAN


BENTUK- BENTUK KORUPSI

1 PENYUAPAN

2 PEERASAN

3 PENYALAHGUNAAN / PENYELEWENGAN

4 PERLINDUNGAN
JENIS-JENIS KORUPSI
MENURUT UU NO. 20 TAHUN 2002

1 PERBUATAN MERUGIKAN NEGARA

2 SUAP

3 GRATIFIKASI

4 PENGGELAPAN DALAM JABATAN

5 PEMERASAN

6 PERBUATAN CURANG

7 BENTURAN KEPENTINGAN DALAM JABATAN


PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI

SIFAT RAKUS ATAU TAMAK YANG DIMILIKI


MANUSIA

GAYANHIDUP YANG KONSUMTIF


FAKTOR INTERNAL

MORAL YANG KURANG KUAT


PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI

FAKTOR POLITIK

FAKTOR HUKUM
FAKTOR
EKSTERNAL

FAKTOR EKONOMI

FAKTOR ORGANISASI
Dampak
Korupsi

1 BIDANG OTORITAS PEMERINTAHAN

2 BIDANG SOSIAL KEMISKINAN

3 BIDANG POLITIK DAN DEMOKRASI

4 BIDANG EKONOMI

5 BIDANG PERTAHANAN KEAMANAN


Lembaga Anti
Korupsi

1 UU NO. 30 TAHUN 2002 TTG KPK

2 UU NO. 2 TAHUN 2002 TTG KEPOLISIAN RI

3 UU NO. 1 TAHUN 2004 TTG KEJAKSANAAN

4 UU NO. 8 TAHUN 2010 TTG PPATK

5 UU NO. 15 TAHUN 2006 TTG BPK

6 BPKP
REFRESIF
Melalui strategi represif, KPK menyeret koruptor ke meja
hijau, membacakan tuntutan, serta menghadirkan saksi-saksi
dan alat bukti yang menguatkan.

PERBAIKAN SISTEM
KPK sudah banyak melakukan upaya perbaikan sistem. Dari
berbagai kajian yang dilakukan, KPK memberikan
rekomendasi kepada kementrian/lembaga terkait untuk
melakukan langkah-langkah perbaikan.
CARA MENGATSI
KORUPSI

EDUKASI DAN KAMPANYE


Salah satu hal penting dalam pemberantasan korupsi adalah
kesamaan pemahaman mengenai tindak pidana itu sendiri.
Dengan adanya persepsi yang sama, pemberantasan korupsi
bisa dilakukan secara tepat dan terarah. Itulah sebabnya,
edukasi dan kampanye sangat penting dilakukan. Sebagai
bagian dari pencegahan, edukasi dan kampanye memiliki
peran strategis dalam pemberantasan korupsi.
Terima Kasih Atas Perhatiannya

Team Dosen

Anda mungkin juga menyukai