BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dalam menapaki kemerdekaannya sejak tahun 1945 sampai
saat ini, mengalami pasang surut dalam melaksanakan pembangunan. Dimana
pembangunan itu sendiri merupakan suatu proses menuju pada perbaikan yang
lebih baik. Proses pembangunan itu sendiri dapat menimbulkan kemajuan bagi peri
kehidupan bangsa dan dapat mengakibatkan perubahan kondisi social masyarakat
dari masyarakat yang tradisional menjadi masyarakat modern sesuai dengan
perkembangan zaman. Perbuhan ini membawa dampak sosial baik positif maupun
negative. Dampat negative yang dapat mersahkan masyarakat adalah berbagai
macam tindak pidana, dari tindak pidana pencurian kecil-kecilan sampai dengan
tindak pidana perampokan disertai pembunuhan,termasuk didalamnya adalah
tindak pidana korupsi. Tindak pidana yang satu ini sangat fenomenal dan melanda
semua negara di berbagai belahan dunia, terutama di Negara-negara yang sedang
berkembang.
Dampak yang dapat ditimbul dari korupsi ini dapat menyentuh berbagai segi
kehidupan dari suatu bangsa dan negara di dunia ini. Korupsi menjadi masalah
yang sangat serius karena dapat membahayan pembangunan sosial ekonomi, dan
juga politik, serta dapat merusak moral bangsa dan sendi-sndi kehidupan dari
suatu bangsa.
Namun pembangunan yang dilaksanakan pemerintah bersama-sama masyarakat
belum menghasilkan perbaikan yang diharapkan bangsa Indonesia. Hal ini antara
lain disebabkan tingginya tindak pidana korupsi, terutama yang dilakukan oleh
pegawai negeri atau penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas-tugas
pemerintahan baikeksekutif, yudikatif maupun legislatif..
Hal ini dapat dilihat dari hasil survey Transparancy International Indonesia (TII),
menunjukan, Indonesia merupakan negara paling korup no. 6 dari 133 negara.
Nilai indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia saat ini 2,3 yang ternyata lebih
rendah darI pada negara-negara tetangga, seperti Vietnam, Philipina, Malaysia,
Bangladesh dan Myanmar.
2
Korupsi di Indonesia sudah sampai pada taraf kejahatan korupsi politik. Evi
Hartanti dalam bukunya Tindak Pidana Korupsi (Hal 3), mengatakan Korupsi politik
dilakukan oleh orang atau instansi yang memiliki kekuatan politik, atau konglomerat
yang melaklukan hubungan transaksional kolutif dengan pemegang kekuasaan.
B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini membahas tentang pengertian tindak pidana korupsi,peraturan
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, tindkan/kebijakan yang dianggap
tindak pidana korupsi, komisi pemberantasan korupsi, dan percepatan
pemberantasan korupsi.
C. Manfaat Hanjar
Materi bahan pembelajaran ini sangat bermanfaat sebagai sarana sumber belajar
untuk lebih mudah memahami upaya pemerintah dalam percepatan
pemberantasan korupsi. Dengan memahami materi percepatan pemberantasan
korupsi ini, akan sangat membantu peserta diklat dalam berpartisipasi dalam
upaya-upaya percepatan pemberantasan korupsi, mencegah terjadinya tindakan
korupsi di instansinya, menigkatkan motivasi untuk lebih prestasi kerja, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja instansinya.
3
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar :
Setelah mengikuti pembelajaran percepatan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi ini, peserta diklat di harapkan memahami Tindak Pidana Korupsi yang
dapat terjadi di unit kerjanya.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat :
a. Menguraikan pengertian dan unsur-unsur tindak pidana korupsi.
b. Mengidentifikasi tindakan-tindakan pegawai negeri atau
penyelenggara negara yang merupakan tindak korupsi.
c. Menjelaskan dan melaksanakan peran masyarakat dalam penceghan
dan pemberantasan korupsi.
d. Memberikan latihan tata cara menganalisis suatu kejadian/ feit
sebagai tindak pidana korupsi.
E. Pokok Bahasan
1. Pengertian Tindak Pidana Korupsi.
2. Peraturan-Peraturan Tentang Tindak pidana Korupsi.
3. Tindakan/Kebijakan Yang Dianggap Tindak Pidana Korupsi.
4. Komisi Pemberantasan Korupsi
5. Percepatan Pemberantasan Korupsi.
F. Petunjuk Belajar
Dalam mempelajari Bahan Pembelajaran ini peserta diklat diharapkan memulainya
dengan membaca tujuan pembelajaran yang terdiri dari kompetensi dasar dan
indikator keberhasilan, kemudian dilanjutkan dengan membaca uaraian setiap bab
yang ada serta secara individual atau dalam kelompok belajar mengerjakan latihan
yang telah tersedia. Dengan mempelajarai bahan pembelajaran ini secara
berurutan seperti yang disarankan, diharapkan peserta diklat dapat memiliki
gambaran secara keseluruhan dari usaha Pemerintah dalam pemberantasan
korupsi yang diuraikan dalam bahan pembelajaran ini. Sangat dianjurkan bahwa
sebelum tatap muka di dalam kelas peserta diklat telah membaca bahan
pembelajaran ini, sehingga akan lebih siap berinteraksi di dalam kelas secara lebih
efektif.
4
BAB II
PENGERTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI
1. Prof. Muljatno.
Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hokum, larangan yang mana
disertai sansi berupa pidana tertentu bagai barang siapa yang melanggar
atuaran tersebut. Dapat juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah
perbuatan yang dilarang hokum dan diancam pidana asal saja dalam hal itu
diingat bahwa larangan ditunjukan kepada perbuatan (yaitu kejadian atau
keadaan yang ditumbulkan oleh kelakuan orang), sedangkan ancaman
pidananya ditunjukan pada orang yang menimbulkan kejahatan.
Untuk adanya perbuatan pidana harus ada unsur-unsur :
a) Perbuatan manusia.
b) Memenuhi rumusan dalam undang-undang (syarat formil).
c) Bersifat melawan hokum (syarat materiil).
Syarat formil harus ada karena asas legalitas ( Pasal 1 ayat (1) KUHP.
(Tindak Pidana Korupsi, Evi Hartanti, Hal 7)
2. E. Utrecht
5
3. Simon
Tindakan melanggar hokum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun
tidak dengan sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan
atas tindakannya dan oleh udang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan
yang dapat dihukum (Tindak Pidana, Evi Hartanti hal 5).
Unsur Subjektif
1. Setiap orang
Orang perorangan atau termasuk korporasi.
( Pasal 1 angka 3 UUPTPK )
2. Penyelenggaraan Negara
Pejabat negara yang menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif,
dan pejabat lain fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan
penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 1 UU No. 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN)
Penyelenggaraan Negara
a) Pejabat Negara dalam Lembaga Negara.
b) Menteri
c) Gubernur atau wakil pemerintah pusat di Daerah
d) Hakim, di semua tingkat pengadilan
e) Pejabat Negara yang lain : Dubes, Wk Gubernur, dan Bupati/
Walikota, dan
f) Pejabat yang memiliki fungsi strategis
g) ( yang rawan praktek KKN ): Direktur/ KOmisaris, dan pejabat
structural lainnya di BUMN/ BUMD,Pimpinan BI, Pimpinan Perguruan
Tinggi, Pejabat Eselon I, Jaksa, Panitera Pengadilan, dan Pimpinan,
Bendaharawan Proyek
( Pasal 2 UU No. 28 Tahun 1999 )
3. Pegawai Negeri Meliputi :
a) Pegawai negeri sebagaimana dimaksud
Dalam UU Tentang Kepegawaian.
6
Unsur Objektif
a. Janji
b. Kesempatan
c. Kemudahan
d. Kekayaan Milik Negara
e. Uang
f. Daftar
g. Surat, Akta
7
h. Barang
C. Pengertian Korupsi
1. Menurut Fockema Andreae kata korupsi dari bahasa Latin corruption
atau corruptus (Webster Student Dictionary, 1960). Selajutnya disebutkan
bahwa corruption itu berasal dari kata asal corrumpere, yaitu suatu kata lain
yang lebih tua.
Dari bahasa latin inilah diserap kedalam banyak bahasa dinegara-negara
Eropa, seperti Inggris yaitu Corruption, corrupt, Perancis yaitu Corruption,
dan Belanda Corruptie (korruptie). Dari bahasa Belanda inilah kita
menerjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia korupsi
D. Rangkuman
Tindak pidana mempunyai arti perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum,
larangan yang mana disertai sanksi berupa pidana tertentu bagi tindakan
melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan
sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggung jawabkan atas tindakannya dan
oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum.
2. Unsur Objektif
a). Janji
b). Kesempatan
c). Kemudahan
d). Kekayaan milik Negara
- Uang
- Daftar
- Surat, Akta
- Barang
E. Latihan
1. Siapa sajakah yang dapat menjadi subjek tindak pidana korupsi
sebagaimana ditentukan dalam UU PTPK, uraikan dengan jelas.
2. Apakah objek dari korupsi, jelaskan dengan singkat.
3. Aapakah yang dimaksud dengan setiap orang dalam ketentuan
UUPTPK.
=====
9
BAB III
PERATURAN PEMBERANTASAN KORUPSI
Setelah mengikuti pembelajaran bab III ini peserta diklat diharapkan dapat
menjelaskan empat masa peraturan pemberantasan korupsi di Indonesia
Bahwa tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya
merugikan keuangan negara tetapi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak
sosial dan ekonomi masyarakat secara luas sehingga tindak pidana korupsi perlu
di golongkan sebagai kejahatan yang pemberantasnya harus dilakukan secara luar
biasa
Pencegahan dan Pemberantas Tindak Pidana Korupsi, Impres no. 5 Tahun 2004
Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
B. Rangkuman
C. Latihan
1. Apakah yang menjadi dasar pemikiran penguasa perang di tahun
1957, mengeluarkan peraturan tentang pemberantasan korupsi.
2. Undang-Undang no. 31 tahun 1971 Tentang pemberantasan Korupsi
dirasakan tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman dan rasa keadilan
serta kepastian hukum. Apakah yang saudara ketahui tentang hal tersebut.
===========
14
BAB IV
TINDAKAN/ KEBIJAKAN YANG DIANGGAP
TINDAK PIDANA KORUPSI
Definisi Korupsi secara gamblang telah diuraikan dengan jelas dalam 13 buah pasal
dalam Undang-Undang no. 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang no. 20 Tahun 2011.
berdasarkan pasal-pasal tersebut korupsi dirumuskan dalam 30 (tiga puluh) bentuk/ jenis
tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut mnerangkan dengan rinci mengenai
perbuatan/ tindakan/ kebijakan yang bisa dikenakan pidana mati, pidana penjara, dan
pidana denda karena korupsi.
Ketiga puluh pasal tersebut tersebar dalam padal 2 sampai dengan pasal 13 Undang-
Undang no. 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana lain yang berkaitan dengan perkara korupsi.
Ketiga puluh (30) bentuk/ jenis detik tindak pidana korupsi ( dua (2) jenis delik mengatur
tentang peraturan yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
sedangkan 28 jenis lainnya mengatur tentang perilaku penyelenggara delik tersebut dapat
dikelompokkan dalam 7 (tujuh) kelompok, sebagai berikut :
1. Kerugian Keuangan Negara
2. Suap Menyuap
3. Penggelapan Dalam Jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan Curang
6. Benturan Kepentingan Dalam Pengadaan
7. Gratifikasi
15
Sedangkan ke 6 (enam) tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
terdisi atas :
1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi.
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar.
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka.
4. Saksi atau akhli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
palsu.
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberi keterangan palsu.
6. Saksi yang membuka identitas pelapor
1 2 3 4
2 Menerima pemberian
atau janji
3 Sebagaimana di maksud
dalam pasal 5 ayat (1)
huruf a atau huruf b
Kesimpulan :
h. Menyuap Hakim
Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PTPK :
1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah) setiap orang yang memberi atau menjajikan
sesuatu kepada hakim dengan atau maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk di adili.
1 2 3 4
24
i. Menyuap Advokat
Pasal 6 ayat (1) huruf b UU PTPK :
1) Dipidana dengan pidana denda paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 750.000.000,00 (tujuh ratus lima
puluh juta rupiah
a) ..
b) Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang
yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri siding pengadilan
dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat
yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang
diserahkan kepada pengadilan untuk diadili.
2) bertentangan dengan kewajibannya.
1 2 3
4 Dengan maksud
mempengaruhi nasihat
25
(dua ratus juta rupiah) dan apling banyak Rp. 1.00.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
1) ..
2) Hakim yang menerima janji, padahal diketahuinya atau patut
diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili.
Fakta
Alat bukti
Unsur Tindak perbuatan yang
No. yang
Pidana dilakukan dan
mendukung
kejadian
1 Pegawai Negeri
atau orang selain
pegawai negeri
yang ditugaskan
menjalankan suatu
jabatan umum
secara terus
menerus atau untuk
sementara waktu
2 Dengan sengaja
3 Menggelapkan atau
membiarkan orang
lain mengambil
atau membiarkan
orang lain
menggelapkan atau
membantu dalm
melakukan
perbuatan itu.
4 Uang atau surat
berharga
5 Yang disimpan
karena jabatannya
Kesimpulan :
puluh juta rupiah) pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri
yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus-
menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu
buku-buku atau daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrsi.
kejadian
1 Pegawai Negeri
atau orang selain
pegawai negeri
yang ditugaskan
menjalankan suatu
jabatan umum
secara terus
menerus atau
untuk sementara
waktu
1 2 3 4
2 Dengan sengaja
3 Menggelapkan ,
menghancurkan,
merusakkan atau
membuat tidak
dapat dipakai.
4 Barang akta, surat,
dan daftar yang
digunakan untuk
menyakinkan atau
membuktikan di
muka pejabat yang
berwenang
5 Yang dikuasai
karena jabatannya
Kesimpulan :
1 2 3 4
2 Dengan sengaja
3 Membiarkan orang lain,
menghilangkan,
menghancurkan,
merusakan, atau
membuat tidak dapat
dipakai.
4 Barang, akta, surat atau
daftar sebagaimana
tersebut pada pasal 10
huruf a
Kesimpulan :
1 2 3 4
3 Barang, akta, surat atau
daftar sebagaimana
tersebut pada pasal 10
huruf a
Kesimpulan :
Alat bukti
Fakta perbuatan
Unsur Tindak yang
No. yang dilakukan
Pidana mendukun
dan kejadian
g
1 Pegawai Negeri
atau penyelenggara
negara.
2 Pada waktu
menjalankan tugas
3 Meminta waktu
menerim pekerjaan
atau penyerahan
barang.
4 Seolah-olah
merupakan utang
kepada dirinya.
34
5 Diketahuinya
bahwa hal tersebut
bukan merupakan
utang
Kesimpulan :
Ala
Fakta perbuatan yang
No. Unsur Tindak Pidana y
dilakukan dan kejadian
mend
1 Pengawas bangunan atau
pengawas penyerahan
bahan bangunan
1 2 3
2 Membiarkan dilakukannya
perbuatan curang pada
waktu membuat bangunan
atau menyerahkan bahan
bangunan.
3 Dilakukan dengan sengaja
4 Sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7 ayat (1)
huruf a
Kesimpulan :
Alat b
Fakta perbuatan yang
No. Unsur Tindak Pidana yan
dilakukan dan kejadian
mendu
1 Setiap orang
2 Melakukan perbuatan
37
curang
3 Pada waktu menyerahkan
barang kepeluan TNI dan
POLRI
4 Dapat membahayakan
keselamatan negara dalam
keadaan perang.
Kesimpulan :
Alat bukti
Fakta perbuatan
Unsur Tindak yang
No. yang dilakukan
Pidana mendukun
dan kejadian
g
1 Pegawai Negeri
atau penyelenggara
negara.
1 2 3 4
2 Pada waktu
menjalankan tugas
menggunakan
tanah negara yang
diatasnya ada hak
pakai
3 Seolah-olah sesuai
dengan peraturan
perundang-
undangan
4 Telah merugikan
yang berhak
5 Diketahuinya
bahwa perbuatan
tersebut
bertentangan
dengan peraturan
perundang-
undangan
Kesimpulan :
Pasal 12 C UU PTPK :
1) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal
12 B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan
gratifikasi yang diterimanya kepada komisi pemberantas
korupsi.
2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan
gratifikasi paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitumh sejak tanggal fratifikasi tersebut diterima.
3) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sjak
tanggal menerima laporan wajib menetapkan gratifikasi
dapat milik penerima atau milik negara.
1 2 3 4
4 Penerimaan gratifikasi
tersebut tidak dilaporkan
ke KPK dalam jangka
waktu 30 hari sejak
diterimanya gratifikasi.
Kesimpulan :
Alat bukti
Fakta perbuatan
yang
No. Unsur Tindak Pidana yang dilakukan
mendukun
dan kejadian
g
43
1 Setiap orang.
2 Dengan sengaja
3 Mencegah,
merintangi atau
menggagalkan
4 Secara langsung
atau tidak langsung
5 Penyidikan,
penuntunan, dan
pemeriksaan di siding
terdakwa maupun
saksi
Kesimpulan :
Pasal 29 UU PTPK :
1) Untuk kepentingan penyidikan, penuntutan, atau pemeriksaan
di siding pengedalian, penyidik, penuntut umum, atau hakim
berwenang memintakeapada bank tentang keadaan keuangan
tersangka atau terdakwa.
3 Tidak memberikan
keterangan atau
memberikan keterangan
palsu tentang keadaan
keuangan tersangka
atau terdakwa
Kesimpulan :
4. Saksi atau ak
Pasal 35 UU PTPK :
1) Setiap orang wajib memberikan keterangan sebagai saksi atau akhli
kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung, istri atau suami anak dan
cucu dari terdakwa.
2) Orang yang dibebaskan ayat(1) dapat dperiksa sebagai saksi apabila
mereka dikehendaki dan disetujui secara tegas oleh terdakwa.
46
3 Tidak memberikan
keterangan atau
memberikan keterangan
yang isinya palsu.
Kesimpulan :
3 Tidak memberikan
keterangan atau
memberikan keterangan
yang isinya palsu.
Kesimpulan :
Pasal 31 UU PTPK :
1) Dalam penyidikan dan pemeriksaan di siding pengadilan, saksi
dan orang lain yang bersangkutan degan tindak pidana korupsi
dilarang menyebut nama atau alamat pelapor, atau hal-hal lain yang
memberikan kemungkinan diketahuinya identitas pelapor.
diketahuinya identitas
pelapor.
Kesimpulan :
D. RANGKUMAN
Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo. UU no. 20 Tahun 2001 memberikan
ketentuan subjek dan objek tindak pidana korupsi. Undang-Undang ini juga
merumuskan definisi korupsi secara gamblang yang telah dijelaskan dalam pasal-
pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut korupsi dirumuskan dalam 30 (tiga
puluh) bentuk/ jeni delik tindak pidana korupsi, yang dikelompokkan dalam 7 (tujuh)
kelompok.
E. LATIHAN
1. Ada berapakah delik tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam
UU PTPK, uraikan secara singkat.
2. sebutkan macam-macam gratifikasi yang dapat diterima subjek tindak
pidana korupsi.
3. bagaimanakah pendapat saudara dalam melaksanakan peran serta
masyarakat, dalam pencegahan dan pembrantasan tindak pidana korupsi.
===========
51
BAB V
KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI
Tindak pidana korupsi yang makin meningkat dan meluas dalam masyarakat dari tahun ke
tahun, baik dari jumlah kasus maupun dari kerugian keuangan negara, dan juga dari segi
kualitas tindak pidana yang dilakukan secara sistimatis, dan memasuki seluruh aspek
kehidupan masyarakat, mengancam peri kehidupan dalam masyarakat dan negara.
Tindak pidana korupsi juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak
ekonomi masyarakat, oleh karena itu tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan
sebagai tindak kejahatan biasa melainkan telah menjadi tindak kejahatan luar biasa.
Usaha-usaha untuk memberantas korupsi sudah menjadi masalah dunia, masalah global,
tidak hanya sekedar masalah nasional atau regional, karena sesunggunya gejala korupsi
ada pada setiap negara, terutama negara sedang membangun, sudah hamper menjadi
condition sine qua non (prof. Dr. jur Andi hamzah, Hal v : 2005)
C. Komite Empat
Dasar Hukum : Keppres No. 12 Tahun 1970 Tanggal 31 Januari 1970
Pelaksana : Wilopo, S.H. ( Ketua Merangkap anggota), IJ. Kasimo, A. Anwar
Tjokroaminoto dan Prof Johanes.
Tugas :
a. Menghubungi pejabat, atau instansi swasta sipil, atau militer.
b. Memeriksa administrasi pemerintah dan swasta.
c. Meminta bantuan aparatur pemerintah pusat dan daerah
D. Obstib
Dasar Hukum : Inpres No. 9 tahun 1977
Pelaksana : Koordinator Pelaksana Tingkat Pusat, Men PAN, Pelaksana Operasi
Tertib, pangkopkamtib
Katua I : Kapolri
Ketua II : Jaksa Agung dan para Irjen Tingkat daerah pelaksana Operasional :
Laksusda
Katua I : Kapolda
Ketua II : Kajati dan Irwilda
Tugas :
53
F. KPKPN
Dasar Hukum : Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 dan Keppres No. 27 Tahun
1998 Tentang Komisi Pemeriksanan Kekayan Negara.
Pelaksana : Adi Andojo Soetjipto, S.H, didukung oleh 25 anggota Polisi,
Kejaksaan aktivis kemasyarakatan.
Tugas : mengungkapkan kasus-kasus korupsi yang sulit ditangani
Kejaksaan Agung.
Undang-Undang No. 31 tahun 1999 jo. Undang-Undang No. 20 tahun 2001 dalam
pasal 43 memerintahkan dibentuknya badan khusus yang disebut dengan Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang mempunyai tugas dan wewenang
melakukan koordinasi dan supervesi, termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan
dan penentuan sesuai dengan ketentuan perturan perundang-undangan yang
berlaku.
Tugas Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai mana diatur dalam Pasal 6 Undang-
Undang No. 30 tahun 2002 sebagai berikut :
1. Melakukan koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan
tindak pidana korupsi
2. melaksanakan supervesi terhadap instansi berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi.
3. Melakukan penyelidikan, pengidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi.
54
Penyelidik, penyidik dan penuntut unum adalah penyelidik, penyidik dan penuntut
umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang diangkat dan diberhentikan oleh
Komisi Pemberantasan Korupsi.
Kewenangan KPK dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan tindak
pidana korupsi meliputi pidana korupsi yang :
1. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang
lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
aparat penegak hukum atau penyelenggara negara.
2. Mendapat perhatian dan yang meresahkan masyarakat, dan
3. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah)
55
G. Rangkuman
Komisi Pemberantasan Korupsi adalah institusi yang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai
pelaksanaan dari pasal 43 UU PTPK. Komisi ini mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan penyelidikan, pemyidikan dan penuntutan atas perkara tindak pidana
korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negra, dan orang
lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum atau penyelenggara negara, yang mendapat perhatian dan
meresahkan masyarakat, dan menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp.
1.000.000.000,00 ( satu miliar rupiah ).
H. Latihan
1. Apakah KPK berwenang menangani tindak pidana korupsi yang ada
pada instansi saudara, jelaskan jawaban saudara.
2. Koordinasi yang bagaimanakah menurut saudara yang harus
dilakukan oleh KPK dengan instansi dimana saudara bekerja
3. Apakah menurut saudara peran institusi PKP, menjadikan instansi
pemerintah pada umumnya menjadi lebih baik dalam menangani
pencegahan kporupsi di instansinya.
56
BAB VI
PERCEPATAN PEMBERANTASAN KORUPSI
Untuk :
1. Seluruh Pejabat Pemerintah termasuk Penyelenggara Negara
menyampaikan laporan harta kekayaannya ke ada komisi Pemberantasan
Korupsi.
2. Membantu KPK dalam rangka penyelenggaraan pelaporan,
pendaftaran, pengumuman dan pemeriksaan. Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggaraan Negara di lingkungannya.
3. Membuat penetapan kinerja dengan pejabat dibawahnya secara
berjenjang.
57
Selanjutnya Inpres ini juga memberi instruksi khusus kepada : Menko Bidang
Ekonomi, Menteri Keuangan, dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Kepala BAPPENAS melakukan kajian-kajian dan uji coba pelaksanaan
system E- Procurement, selain menter-menteri tersebut juga diberikan instruksi
khusus kepada Menteri Keuangan, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
nasional/ Kepala BAPPENAS, Menteri Negara Diknas, Menkominfo, Jaksa Agung
RI, KAPORLI, Gubernur, Bupati/ Walokota, yang ada intinya melaksanakan upaya-
upaya percepatan pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai dengan bidang
masing-masing.
C. Rangkuman
Upaya membrantas korupsi oleh pemetintah Republik Indonesia, telah dimulai
sejak tahun 1956, dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan tentang
pemberantasan korupsi, yang diikuti dengan badan-badan pemberantasan korupsi
sejak tahun 1967 sampai dengan tahun 2002.
D. Latihan
1. Apakah upaya percepatan pemberantasan korupsi di instansi
saudara telah dirasakan kegiatan kedinasan sehari-hari. Berikan jawaban
dengan singkat dan jelas.
2. Kalau sudah ada, apa bentuk upaya percepatan pemberantasan
korupsi.
3. Kalau belum ada, apa upaya-upaya saudara untuk ikut serta dalam
percepatan pemberantasan korupsi.
==========
60
DAFTAR PUSTAKA
1. Chaerudin, S.H, MH, Syaiful Ahmad Dinar, S.H. MH, Syarif Fadilah, S.H. MH,
Tindak Pidana Koperasi, REflika Aditama, 2008
2. Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, 2006
3. Ismantoro Dwi Yuwono, Para Pencuri Uang Rakyat, Daftar 59 Koruptor Versi KPK
2003-2008, Pustaka Timur 2008.
4. Lilik Mulyadi, SH. MH. Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. Normative, Teoritis,
Praktik dan Masalahnya, Penerbit Alimni 2007
5. Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah, Pemberantas Korupsi, Melalui Hukum Pidana Nasional
dan Internasional, Rajawali Press, 2005
6. Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah, perbandingan Pemberantasan Korupsi di berbagai
negara, sinar Grafika
7. Pusat Info data Indonesia, Tindakan/ Kebijakan yang dianggap Korupsi, 2007.
8. Rohim, SH. Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Pena Multi Media, 2008
9. R. Wiyono, SH. Pembahasan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Sinar Grafika, 2006
10. Yudi Kristiana, Independensi Kejaksaan Dalam Penyidikan Korupsi, PT Citra Aditya
bakti, 2006
61