Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia bahkan dunia terus menyoroti upaya Indonesia dalam


mencegah dan memberantas korupsi. Masyarakat dan bangsa Indonesia harus mengakui,
bahwa hal tersebut merupakan sebuah prestasi, dan juga harus jujur mengatakan, bahwa
prestasi tersebut, tidak terlepas dari kiprah KPK sebagai lokomotif pemberantasan dan
pencegahan korupsi di Indonesia. Berbagai upaya pemberantasan korupsi, pada
umumnya masyarakat masih dinilai belum menggambarkan upaya sunguh-sunguh dari
pemerintah dalam pemberantasan korupsi di Indonesia. Berbagai sorotan kritis dari
publik menjadi ukuran bahwa masih belum lancarnya laju pemberantasan korupsi di
Indonesia. Masyarakat menduga masih ada praktek tebang pilih dalam pemberantasan
korupsi di Indonesia.

Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai bentuk
kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan segala daya dan
strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi dapat lebih cepat, dan selamat
tercapai. Selain itu, diperlukan dukungan yang besar dari segenap kalangan akademis
untuk membangun budaya anti korupsi sebagai komponen masyarakat berpendidikan
tinggi.

Sesungguhnya korupsi dapat dipandang sebagai fenomena politik, fenomena


sosial, fenomena budaya, fenomena ekonomi, dan sebagai fenomena pembangunan.
Karena itu pula upaya penanganan korupsi harus dilakukan secara komprehensif melalui
startegi atau pendekatan negara/politik, pendekatan pembangunan, ekonomi, sosial dan
budaya. Berdasarkan pengertian, korupsi di Indonesia dipahami sebagai perilaku pejabat
dan atau organisasi (negara) yang melakukan pelanggaran, dan penyimpangan terhadap
norma-norma atau peraturan-peraturan yang ada. Korupsi dipahami sebagai kejahatan
negara (state corruption). Korupsi terjadi karena monopoli kekuasaan, ditambah
kewenangan bertindak, ditambah adanya kesempatan, dikurangi pertangungjawaban.

1
B. TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian korupsi.
2. Mahasiswa mampu menyebutkan jenis-jenis korupsi.
3. Mahasiswa mampu memahami sejarah korupsi.
4. Mahasiswa mampu menyebutkan ciri-ciri korupsi.
5. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab korupsi.
6. Mahasiswa mampu menyebutkan dampak korupsi.
7. Mahasiswa mampu menyebutkan KUHP/UU yang dilanggar.
8. Mahasiswa mampu menyebutkan nilai-nilai anti korupsi yang dilanggar.
9. Mahasiswa mampu menyebutkan upaya pencegahan korupsi.
10. Mahasiswa mampu menyebutkan peran mahasiswa dalam memberantas korupsi.
11. Mahasiswa mampu membandingkan antara kasus dengan teori.

C. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan penulis dalam penulisan makalah maka makalah ini disusun
secara sistematis. Penyusunan makalah ini terdiri dari 4 (empat) bab pokok pembahasan,
dan daftar pustaka.
Bab I Pendahuluan meliputi latar belakang, tujuan penulisan makalah, serta
sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Teori meliputi Pengertian korupsi, jenis-jenis korupsi, sejarah
korupsi, ciri-ciri korupsi, penyebab korupsi, dampak korupsi, KUHP/UU korupsi, nilai-
nilai anti korupsi, upaya pencegahan korupsi dan peran mahasiswa dalam memberantas
korupsi.
Bab III Tinjauan Kasus meliputi kasus korupsi di bidang kesehatan, serta
perbandingan antara teori dengan kasus.
Bab VI Penutup meliputi kesimpulan yang berkaitan dengan isi makalah.
Daftar pustaka

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Korupsi
Dilihat dari segi peristilahan, kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin corruptio
atau menurut Webster Student Dictionary adalah corruptus. Selanjutnya disebutkan
bahwa corruptio itu berasal pula dari kata asal corrumpere, suatu kata latin yang lebih
tua. Dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa di Eropa seperti Inggris: corruption,
corrupt, Prancis: corruptio dan Belanda: corruptie (koruptie). Dapat diduga istilah
korupsi berasal dari bahasa Belanda ini yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa
Indonesia: korupsi.
Menurut Pengertian Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi mengartikan bahwa Korupsi adalah Setiap orang yang
dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.”
Menurut Asyumardi Mazhar Pengertian korupsi adalah berbagai tindakan gelap
dan tidak sah (illicit or illegal activities) untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau
kelompok.
Arti harfiah dari kata itu ialah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak jujuran,
dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang
menghina atau memfitnah. Dalam arti yang luas, definisi korupsi adalah penyalahgunaan
kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi atau privat yang merugikan publik dengan
cara-cara bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.
B. Jenis-Jenis Korupsi
1. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan negara
Dalam Undang-Undang yang dimaksud dengan Keuangan Negara adalah semua hak
dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik Negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
2. Korupsi yang terkait dengan Suap-menyuap
Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan sejumlah
pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan

3
tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan sebagai suap tidak harus berupa
uang, tapi bisa berupa barang berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan
ataupun janji tindakan, suara atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan publik.
3. Korupsi yang terkait dengan Penggelapan, pemalsuan atau penggelembungan dalam
jabatan
Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan pencurian uang,
properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk menjaga dan
mengurus uang, properti atau barang berharga tersebut. Penggelembungan menyatu
kepada praktik penggunaan informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara
suka rela.
4. Korupsi yang terkait dengan Perbuatan pemerasan
Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan informasi yang
menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal ini
pemangku jabatan dapat menjadi pemeras atau korban pemerasan.
5. Korupsi yang terkait dengan Perbuatan curang
Merupakan bentuk kecurangan dengan menyembunyikan informasi keuangan,
mengatur laporan keuangan dan mengubah laporan keuangan dengan tujuan
mengelabui pembaca laporan keuangan untuk kepentingan pribadi atau perusahaan.
Sepert contoh perusahaan mengatur laporan keuangannya agar harga sahamnya
meningkat.
6. Korupsi yang terkait dengan Benturan kepentingan dalam pengadaan
Istilah dalam bahasa Inggrisnya adalah conflict of interest. Seorang pejabat negara
mengalami benturan kepentingan antara amanah jabatan yang diembannya dan
peluang untuk menguntungkan dirinya sendiri, keluarga, atau pun kenalannya.
Misalnya proyek pengadaan seragam PNS yang ditangani oleh perusahaan konveksi
milik pejabat tertentu tanpa proses penawaran dan seleksi yang ketat, langsung tunjuk
saja perusahaan si pejabat.
7. Korupsi yang terkait dengan Grativikasi
Gratifikasi adalah Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut
baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan
menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.

4
C. Sejarah Korupsi di Indonesia
1. Pada Zaman Kerajaan
Pada zaman kerajaan praktek korupsi hanya terjadi pada perebutan kekuasaan
dimana hal ini juga dilakukan untuk memperkaya diri dan keluarga serta untuk
memperluas wilayah kekuasaannya. Pada era Indonesia Merdeka dan pada era
setelah Indonesia merdeka. Didalam era tersebut yang masih di bawah pimpinan
presiden Ir.Soekarno terlihat jelas bahwa telah dua kali di bentuk Badan
Pemberantas Korupsi yaitu Paran dan Operasi Budhi. Kedua badan tersebut dibentuk
untuk mengawasi praktek-praktek korupsi yang terjadi pada era tersebut dimana
salah satunya dengan cara mengisi formulir yang zaman sekarang dikenal dengan
daftar kekayaan pejabat negara. Sedangkan Operasi Budhi sendiri kebanyakan
bergerak di perusahaanperusahaan negara yang dimana dianggap rawan akan
praktek korupsi.
2. Pada Era Orde Baru
Pada masa orde baru sendiri juga terlihat akan adanya praktek-praktek korupsi
dengan dibentuknya suatu badan khusus yang menangani akan hal ini, yaitu komite
empat dan juga Opstib (Operasi tertib).
3. Pada Era Reformasi
Di dalam orde reformasi praktek korupsi telah menjalar kemana-mana seperti virus
yang menjangkit seluruh elemen penyelenggara negara. Pada orde tersebut pimpinan
Negara Indonesia adalah Presiden BJ Habibie. Pada waktu kepemimpinannya
Presiden membuat suatu rumusan undang-undang yaitu Undang-undang No.28
tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari KKN dan
juga pembentukan berbagai komisi atau badan baru seperti KPKPN,KPPU, atau
lembaga Ombudsman. Serta dilanjutkan juga oleh presiden selanjutnya yaitu
Presiden berikutnya, Abdurrahman Wahid membentuk Tim Gabungan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK).
4. Pada Era Demokrasi
Beralih ke zaman sekarang, yaitu Demokrasi adanya badan yang mengurus tentang
Tindak Pidana Korusi yang dimana telah kita ketahui yaitu KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) dimana KPK di bantu oleh lembaga-lembaga hukum yang
ada di Indonesia dalam misi pemberantasan Korupsi. KPK adalah lembaga
independen yang berdiri sendiri dan bebas dari pengaruh kekuasaan apapun. Tugas
dan wewenang KPK telah terurai jelas di dalam Undang-undang No.30 tahun 2002.

5
D. Ciri-Ciri Korupsi
Syed Hussein Alatas memberikan ciri-ciri korupsi, sebagai berikut:
1. Ciri korupsi selalu melibatkan lebih dari dari satu orang. Inilah yang membedakan
antara korupsi dengan pencurian atau penggelapan.
2. Ciri korupsi pada umumnya bersifat rahasia, tertutup terutama motif yang melatar
belakangi perbuan korupsi tersebut.
3. Ciri korupsi yaitu melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
Kewajiban dan keuntungan tersebut tidaklah selalu berbentuk uang.
4. Ciri korupsi yaitu berusaha untuk berlindung dibalik pembenaran hukum.
5. Ciri korupsi yaitu yang terlibat korupsi ialah mereka yang memiliki kekuasaan atau
wewenang serta mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
6. Ciri korupsi yaitu pada setiap tindakan mengandung penipuan, biasanya pada badan
publik atau pada masyarakat umum.
7. Ciri korupsi yaitu setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari
mereka yang melakukan tindakan tersebut.
8. Ciri korupsi yaitu dilandaskan dengan niat kesengajaan untuk menempatkan
kepentingan umum di bawah kepentingan pribadi.

E. Penyebab Korupsi
Faktor penyebab korupsi dibagi menjadi dua. Yaitu diantaranya faktor internal dan faktor
eksternal, yaitu:
1. Faktor Internal.
Terdapat beberapa faktor yang ada dalam faktor internal ini, antara lain ialah:
a. Sifat Tamak/Rakus
Sifat tamak merupakan sifat yang dimiliki manusia, di setiap harinya pasti
manusia meinginkan kebutuhan yang lebih, dan selalu kurang akan sesuatu yang
di dapatkan. Akhirnya munculah sifat tamak ini di dalam diri seseorang untuk
memiliki sesuatu yang lebih dengan cara korupsi.
b. Gaya hidup konsumtif
Gaya hidup konsumtif ini dirasakan oleh manusia manusia di dunia, dimana
manusia pasti memiliki kebutuhan masing-masing dan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut manusia harus mengonsumsi kebutuhan tersebut,dengan
perilaku tersebut tidak bisa di imbangi dengan pendapat yang diperoleh yang
akhirnya terjadilah tindak korupsi.

6
c. Moral yang kurang kuat
Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu akibat moral
manusia yang kurang kuat. Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung lebih
mudah untuk terdorong berbuat korupsi karena adanya godaan. Godaan
terhadap seorang pegawai untuk melakukan korupsi berawal dari atasannya,
teman setingkat, bawahannya atau dari pihak luar yang dilayani.
2. Faktor Eksternal
Penyebab korupsi dari faktor eksternal, faktor faktor tersebut antara lain:
a. Faktor Politik
Faktor politik ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak
korupsi. Di dalam sebuah politik akan ada terjadinya suatu persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Setiap manusia bersaing untuk mendapat kekuasaan
lebih tinggi, dengan berbagai cara mereka lakukan untuk menduduki posisi
tersebut. Akhirnya munculah tindak korupsi atau suap menyuap dalam
mendapatkan kekuasaan.
b. Faktor Hukum
Faktor hukum ini adalah salah satu faktor eksternal dalam terjadinya tindak
korupsi. Dapat kita ketahui di negara kita sendiri bahwa hukum sekarang tumpul
ke atas lancip kebawah. Di hukum sendiri banyak kelemahan dalam mengatasi
suatu masalah. Sudah di terbukti bahwa banyak praktek praktek suap menyuap
lembaga hukum terjadi dalam mengatasi suatu masalah. Sehingga dalam hal
tersebut dapat dilihat bahwa praktek korupsi sangatlah mungkin terjadi karena
banyak nya kelemahan dalam sebuah hukum yang mendiskriminasi sebuah
masalah.
c. Faktor Ekonomi
Sangat jelas faktor ekonomi ini sebagai penyebab terjadinya tindak korupsi.
Manusia hidup pasti memerlukan kebutuhan apalagi dengan kebutuhan ekonomi
itu sangatlah di pentingkan bagi manusia. Bahkan pemimpin ataupun penguasa
berkesempatan jika mereka memiliki kekuasaan sangat lah ingin memenuhi
kekayaan mereka. Di kasus lain banyak pegawai yang pendapatan tidak
mencukupi kebutuhan ekonomi sehingga keterdesakan itu membuka ruang bagi
seseorang untuk mengambil jalan pintas dengan cara korupsi.

7
d. Faktor Organisasi
Faktor organisasi ini adalah faktor eksternal dari penyebab terjadinya korupsi.
Di suatu tempat pasti ada sebuah organisasi yang berdiri, biasanya tindak
korupsi yang terjadi dalam organisasi ini adalah kelemahan struktur organisasi,
aturan-aturan yang dinyatakan kurang baik, kemudian kurang adanya ketegasan
dalam diri seorang pemimpin. Di dalam suatu struktur organisasi akan terjadi
suatu tindak korupsi jika di dalam struktur tersebut belum adanya kejujuran dan
kesadaran diri dari setiap pengurus maupun anggota.

F. Dampak Korupsi
1. Aspek ekonomi
Tindakan korupsi akan menghambat jalannya kegiatan perekonomian di suatu
Negara, karena para pelaku ekonomi akan merasa dirugikan dan enggan melakukan
kegiatan ekonomi. Sehingga akan berdampak pada perkembangan ekonomi suatu
Negara dan menimbulkan banyak permasalahan di sektor perekonomian,
diantaranya:
a. Penurunan produktivitas dan lambatnya pertumbuhan ekonomi.
b. Rendahnya kualitas barang dan jasa produksi bagi publik.
c. Menurunnya tingkat pendapatan suatu Negara.
d. Menurunnya kepercayaan dari para investor.
e. Keterbelakangan perekonomian Negara.
2. Aspek sosial dan kemiskinan masyarakat
Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat tindakan korupsi
terhadap aspek social dan kemiskinan masyarakat, salah satu diantaranya yaitu:
a. Tingginya tingkat pengangguran
Kemiskinan disuatu negara disebabkan karena tingginya tingkat pengangguran.
Dan salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran disuatu negara adalah
berkuasanya para pelaku koruptor.
b. Terhambatnya dalam mengentas kemiskinan
Pada dasarnya pemerintah telah memiliki rancangan dan anggaran dalam
mengatasi masalah kemiskinan. Namun banyaknya pejabat negara yang
melakukan tindakan korupsi , salah satunya yaitu dengan cara menyelewengkan
anggaran pemerintah yang diberikan untuk mengatasi masalah kemiskinan,

8
yang pada akhirnya berakibat pada lambatnya dalam mengentas masalah
kemiskinan.
c. Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
Meluasnya para pelaku koruptor akan berimbas terhadap sulitnya mengakses
informasi bagi masyarakat miskin khususnya dalam masalah pekerjan, Karena
anggaran yang diberikan untuk periklanan telah diselewengkan oleh para
koruptor. Sehingga pada ahirnya masyarakat miskin sulit mendapatkan
pekerjaan dan bahkan dia tidak bekerja.
d. Kurangnya solidaritas sosial
Banyaknya para pelaku koruptor juga mempengaruhi terhadap sifat
kebersamaan, karena para pelaku koruptor hanya mementingkan kepentingan
individu.
3. Aspek politik dan demokrasi
Politik merupakan salah satu sarana dalam melakukan korupsi, karena banyak para
pelaku politik yang melakukan tindakan korupsi. Beberapa dampak dan
permasalahan yang terjadi akibat tindakan korupsi didunia politik, diantaranya yaitu:
a. Hilangnya kepercayaan publik terhadap partai politik
Biaya politik yang tinggi bisa membahayakan terhadap partai politik itu sendiri,
karena hal itu bisa menjadi salah satu pendorong seseorang untuk melakukan
korupsi. Oleh karena itu, apabila partai politik sudah dikenal dengan anggotanya
yang melakukan korupsi maka publik tidak percaya jika partai tersebut menang
dalam suatu pemilihan.
b. Munculnya pemimpin yang korupsi
Politik money merupakan salah satu penyebab para pemimpin melakukan
korupsi, karena banyaknya pengeluaran dana atau uang yang dia gunakan ketika
menjadi calon, berimbas pada bagaimana dana atau uang tersebut kembali.
Sehingga jalan yang dia lakukan adalah dengan korupsi.
c. Hancurnya kedaulatan rakyat
Dengan bayaknya pelaku korupsi khususnya didunia politik menjadikan
kedaulatan negara berada ditangankelompok-kelompok tertentu dengang partai
politiknya masing-masing, yang pada dasarnya kedaulatan tersebut berada di
tangan rakyat. Maka dari sini dapat kita ketahui bahwa partai politik yang
memegang kedaulatan negara dan rakyat tidak mempunyai kuasa terhadap
kedaulatan negara dan bahkan rakyat dibabi buta oleh partai politik.

9
4. Aspek penegakan hukum
Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari tindakan korupsi
terhadap aspek penegakan hukum, diantaranya yaitu:
a. Ketidak percayaan publik terhadap lembaga hukum
Banyaknya para penegak hukum yang melakukan korupsi dan banyaknya berita
yang tersebar dimedia massa terkait hal tersebut, menjadikan publik tidak
percaya terhadap suatu lembaga hukum terkait dengan proses hukum yang akan
dilakukan.
b. Lambatnya proses hukum
Ada beberapa faktor yang memperlambat proses hukum, yaitu:
1) Hukum dapat dibeli.
2) Banyak pelaku penegak hukum yang tidak melakukan hal sewajarnya
terhadap suatu masalah, hal tersebut dipengaruhi karena adanya uang yang
diberikan oleh seseorang yang terjerat dalam suatu masalah kepada para
penegak hukum.
3) Sulit mendapatkan bukti.
4) Terbatasnya saksi dan barang bukti terhadap suatu masalah menjadikan
salah satu penyebab lambatnya proses hukum.
5) Kurangnya solidaritas antara para penegak hukum.
6) Kurangnya kontribusi dari para penegak hukum menjadikan keputusan
yang mereka ambil bertolak belakang.
5. Aspek pertahanan dan keamanan
Beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari tindakan korupsi
terhadap pertahanan dan keamanan suatu negara, diantaranya yaitu:
a. Lemahnya alusista dan SDM
Banyaknya anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk menciptakan alusista
yang canggih tidak menjamin keamanan suatu negara, karena banyaknya
pejabat pemerintah yang korupsi terhadap anggaran tersebut. Sehingga alusista
yang kita miliki terbatas dan terbilang masih belum canggih serta lemahnya
SDM yang dipengaruhi kurangnya dana untuk melakukan latihan.
b. Lemahnya garis batas negara
Ketika alusista yang dimiliki suatu negara itu sudah lemah maka otomatis
pertahan dan keamanan khusususnya diwilayah perbatasan negara akan lemah
pula.

10
c. Menguatnya kekerasan didalam masyarakat
Banyaknya permasalah yang timbul didalam masyarakat menyebabkan
rentannya terjadi kekerasan. Namun banyak masalah yang tidak dapat teratasi
oleh pihak yang berwajib karena alasan finansial yang belum teralokasikan. Hal
tersebut merupakan perilaku dari para pejabat yang tidak bertanggung jawab
yang hanya mementingkan individunya dengan melakukukan korupsi.
6. Aspek lingkungan
Beberapa dampak dan masalah yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap
lingkungan, diantaranya yaitu:
a. Menurunnya kualitas lingkungan
Lingkungan yang baik tercipta karena adanya insfrastruktur yang baik pula.
Namun akibat dari pejabat pemerintah yang melakukan korupsi dengan
menyelewengkan anggaran untuk pembangunan insfrastruktur, maka kualitas
suatu lingkungan akan menurun karena insfrastruktur yang dimiliki lingkungan
tersebut tidak memadai.
b. Menurunnya kualitas hidup
Rusaknya suatu lingkungan juga akan berpengaruh terhadap kualitas hidup
masyarakat, karena sarana dan prasaran yang menunjang kesejahteraan hidup
telah berkurang. Hal tersebut terjadi akibat dari pelaku korupsi yang telah
mengambil hak masyarakat hanya demi kepentingan pribadinya saja.

G. KUHP/UU yang Dilanggar

UU. 31 TAHUN 1999


TINDAK PIDANA KORUPSI
Pasal 2
1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

11
dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan

Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp.1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah).
Pasal 4
Pengembalian kerugian keuangan negara atau perekonomian negara tidak
menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
dan Pasal 3.
Pasal 5
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah).
Pasal 6
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 750.000.000,00
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 7
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 387
atau Pasal 388 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.350.000.000,00
(tida ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 8
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 415

12
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3
(tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp.
150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 750.000.000,00
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 9
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah).
Pasal 10
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 417
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp.
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.350.000.000,00 (tida ratus
lima puluh juta rupiah).
Pasal 11
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418
Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh
juta rupiah).
Pasal 12
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419,
Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 13
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh
pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut,

13
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak
Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 14
Setiap orang yang melanggar ketentuan Undang-undang yang secara tegas menyatakan
bahwa pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang tersebut sebagai tindak pidana
korupsi berlaku ketentuan yang diatur dalam Undang-undang ini.
Pasal 15
Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau permufakatan jahat untuk
melakukan tindak pidana korupsi, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.
Pasal 16
Setiap orang di luar wilayah negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan,
kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya pidana korupsi dipidana dengan
pidana yang sama sebagai pelaku tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.
Pasal 17
Selain dapat dijatuhi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3 Pasal 5
sampai dengan Pasal 14, terdakwa dapat dijatuhi pidana tambahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18.
Pasal 18
1) Selain pidana tambahan sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana, sebagai pidana tambahan adalah :
. a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau
barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana di mana tindak pidana
korupsi dilakukan, begitu pula harga dari barang yang menggantikan barang-
barang tersebut;
b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan
harta benda yang diperoleh dari tindak pidana korupsi;
c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)
tahun;
d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh
atau sebagian keuntungan tertentu, yang telah atau dapat diberikan oleh

14
Pemerintah kepada terpidana.
2) Jika terpidana tidak membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b paling lama dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh
jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut.
3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, maka
dipidana dengan pidana penjara yang lamanya tidak melebihi ancaman maksimum
dari pidana pokoknya sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan
lamanya pidana tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan.
Pasal 19
1) Putusan pengadilan mengenai perampasan barang-barang bukan kepunyaan
terdakwa tidak dijatuhkan, apabila hak-hak pihak ketiga yang beritikad baik akan
dirugikan.
2) Dalam hal putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) termasuk juga
barang pihak ketiga yang mempunyai itikad baik, maka pihak ketiga tersebut dapat
mengajukan surat keberatan kepada pengadilan yang bersangkutan, dalam waktu
paling lama 2 (dua) bulan setelah putusan pengadilan diucapkan di sidang terbuka
untuk umum.
3) Pengajuan surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak
menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan.
4) Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), hakim meminta keterangan
penuntut umum dan pihak yang berkepentingan.
5) Penetapan hakim atas surat keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat
dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung oleh pemohon atau penuntut umum.

Pasal 20
1) Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu korporasi,
maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan terhadap korporasi dan atau
pengurusnya.
2) Tindak pidana korupsi dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut
dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan kerja maupun berdasarkan
hubungan lain, bertindak dalam lingkungan korporasi tersebut baik sendiri maupun

15
bersama-sama.
3) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap suatu korporasi maka korporasi
tersebut diwakili oleh pengurus.
4) Pengurus yang mewakili korporasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat
diwakili oleh orang lain.
5) Hakim dapat memerintahkan supaya pengurus korporasi menghadap sendiri
dipengadilan dan dapat pula memerintahkan supaya pengurus tersebut dibawa ke
sidang pengadilan.
6) Dalam hal tuntutan pidana dilakukan terhadap korporasi, maka panggilan untuk
menghadap dan penyerahan surat panggilan tersebut disampaikan kepada pengurus
di tempat tinggal pengurus atau di tempat pengurus berkantor.
7) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi hanya pidana denda,
dengan ketentuan maksimum pidana ditambah 1/3 (satu pertiga).

H. Nilai – nilai yang Dilanggar


1. Pancasila
a. Pelaku yang melakukan korupsi sudah tidak memiliki sifat Ketuhanan Yang
Maha Esa karena telah melanggar aturan Tuhan untuk tidak mengambil hak
milik orang lain.
b. Melanggar sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dimana orang yang
melakukan korupsi akan berakibat menyengsarakan orang lain karena
mengambil hak-hak orang lain secara sengaja untuk kebutuhan pribadi.
c. Melanggar sila ketiga, Persatuan Indonesia karena korupsi umumnya dilakukan
secara terorganisir atau kelompok namun apabila salah satu dari mereka
tertangkap bisa berakibat memecah belah antar individu atau kelompok dengan
saling menyalahkan.
d. Melanggar sila keempat yakni nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan dimana korupsi yang
dilakukan seorang pejabat pemerintahan jelas telah mengkhianati amanat rakyat
dengan mencuri harta kekayaan negara untuk keperluan pribadi dengan
memanfaatkan jabatan yang dimilikinya sehingga membuat kesejahteraan
rakyat dan pembangunan nasional mengalami kemunduran dan hambatan.

16
e. Melanggar sila ke lima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia karena
korupsi itu menggerogoti kekayaan negara yang ujung-ujungnya adalah
memiskinkan negara dan juga rakyat.
2. Nilai material
a. Nilai material, yakni meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang
berguna bagi jasmani manusia.
b. Nilai vital, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala
sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yakni meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan
segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia: nilai
kebenaran, yakni yang bersumber pada akal manusia (cipta), nilai keindahan,
yakni yang bersumber pada unsur perasaan (estetika), nilai moral, yakni yang
bersumber pada unsur kehendak (karsa), dan nilai keagamaan (religiusitas),
yakni nilai yang bersumber pada revelasi (wahyu) dari Tuhan.
d. Nilai individual – nilai sosial, yakni seorang individu mungkin memiliki nilai-
nilai yang berbeda, bahkan bertentangan dengan individu-individu lain dalam
masyarakatnya. Nilai yang dianut oleh seorang individu dan berbeda dengan
nilai yang dianut oleh sebagaian besar anggota masyarakat dapat disebut sebagai
nilai individual. Sedangkan nilai-nilai yang dianut oleh sebagian besar anggota
masyarakat disebut nilai sosial.

I. Hukuman Untuk Koruptor


Berdasarkan ketentuan undang-undang nomor 31 Tahun 1999 jo undang-undang nomor
20 tahun 2001, jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap terdakwa
tindak pidana korupsi adalah sebagai berikut.
Terhadap Orang yang melakukan Tindak Pidana Korupsi:
1. Pidana Mati
Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara melawan hukum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo Undang-
undang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, yang
dilakukan dalam keadaan tertentu.

17
2. Pidana Penjara
a. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan Negara atau perkonomian Negara. (Pasal 2 ayat 1)
b. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak satu Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang
yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara
atau perekonomian Negara (Pasal 3)
c. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta) bagi setiap orang yang
dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau
tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan
terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi.
(Pasal 21)
d. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, pasal 29, pasal 35, dan pasal 36.
3. Pidana Tambahan
a. Perampasan barang bergerak yang berwujud atau yang tidak berwujud atau
barang tidak bergerak yang digunakan untuk atau yang diperoleh dari tindak
pidana korupsi, termasuk perusahaan milik terpidana dimana tindak pidana
korupsi dilakukan, begitu pula dari barang yang menggantikan barang-barang
tersebut.
b. Pembayaran uang pengganti yang jumlahnya sebanyak-banyaknya sama dengan
harta yang diperoleh dari tindak pidana korupsi.

18
c. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan untuk waktu paling lama 1 (satu)
tahun.
d. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau penghapusan seluruh atau
sebagian keuntungan tertentu yang telah atau dapat diberikan oleh pemerintah
kepada terpidana.
e. Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1 (satu)
bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut.
f. Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi untuk
membayar uang pengganti maka terpidana dengan pidana penjara yang lamanya
tidak memenuhi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai ketentuan
undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo undang-undang nomor 20 tahun 2001
tentang pemberantasan tindak pidana korupsi dan lamanya pidana tersebut sudah
ditentukan dalam putusan pengadilan.

J. Upaya Pencegahan dalam Tindak Korupsi


Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan pemberantasan
korupsi adalah melalui tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan
agar masyarakat memiliki benteng diri yang kuat guna terhindar dari perbuatan yang
mencerminkan tindakan korupsi di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Upaya
pencegahan tindakan korupsi dilakukan oleh permerintah berdasarkan nilai-nilai dasar
Pancasila agar dalam tindakan pencegahannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai dari
Pancasila itu sendiri. Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka melakukan upaya pemberantasan korupsi di wilayah negara Indonesia
diantaranya:
1. Penanaman Semangat Nasional
Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh pemerintah Indonesia
dalam bentuk penyuluhan atau diskusi umum terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai
kepribadian bangsa Indonesia. Kepribadian yang berdasarkan Pancasila merupakan
kepribadian yang menjunjung tinggi semangat nasional dalam penerapan Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya penanaman semangat nasional
Pancasila dalam diri masyarakat, kesadaran masyarakat akan dampak korupsi bagi
negara dan masyarakat akan bertambah. Hal ini akan mendorong masyarakat

19
Indonesia untuk menghindari berbagai macam bentuk perbuatan korupsi dalam
kehidupan sehari-hari demi kelangsungan hidup bangsa dan negaranya.
2. Melakukan Penerimaan Pegawai Secara Jujur dan Terbuka
Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan
oleh pemerintah dapat dilakukan melalui penerimaan aparatur Negara secara jujur
dan terbuka. Kejujuran dan keterbukaan dalam penerimaan pegawai yang dilakukan
oleh pemerintah menunjukkan usaha pemerintah yang serius untuk memberantas
tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan suap menyuap dalam penerimaan
pegawai. Pemerintah yang sudah berupaya melakukan tindakan pencegahan dalam
penerimaan pegawai perlu disambut baik oleh masyarakat terutama dalam
mendukung upaya pemerintah tersebut.
Jika pemerintah telah berupaya sedemikian rupa melakukan tindakan pencegahan
korupsi dalam penemerimaan aparatur negara tapi masyarakat masih memberikan
peluang terjadinya korupsi, usaha pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah dapat
menjadi sia-sia.Selain itu, jika perilaku masyarakat yang memberikan peluang
terjadinya tindakan korupsi dalam penerimaan pegawai diteruskan, maka tidak dapat
dipungkiri praktik tindakan korupsi akan berlangsung hingga dapat menimbulkan
konflik diantara masyarakat maupun oknum pemerintah.
3. Himbauan Kepada Masyarakat
Himbauan kepada masyarakat juga dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
melakukan pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi di kalangan
masyarakat. Himbauan biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan-
kegiatan penyuluhan di lingkup masyarakat kecil dan menekankan bahaya laten
adanya korupsi di negara Indonesia. Selain itu, himbauan yang dilakukan oleh
pemerintah kepada masyarakat menekankan pada apa saja yang dapat memicu
terjadinya korupsi di kalangan masyarakat hingga pada elite pemerintahan.
4. Pengusahaan Kesejahteraan Masyarakat
Upaya pemerintah dalam memberantas korupsi juga dilakukan melalui upaya
pencegahan berupa pengusahaan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan
pemerintah. Pemerintah berupa mensejahterakan masyarakat melalui pemberian
fasilitas umum dan penetapan kebijakan yang mengatur tentang kesejahteraan
rakyat. Kesejahteraan rakyat yang diupayakan oleh pemerintah tidak hanya
kesejahteraan secara fisik saja melaikan juga secara lahir batin. Harapannya, melalui
pengupayaan kesejahteraan masyarakat yang dapat meningkatkan kesejahteraan

20
hidup dapat memberikan penguatan kepada masyarakat untuk meminimalisir
terjadinya perbuatan korupsi di lingkungan masyarakat sehingga dapat mewujudkan
masyakarat yang madani yang bersih dari tindakan korupsi dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Pencatatan Ulang Aset
Pencatan ulang aset dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memantau sirkulasi
aset yang dimiliki oleh masyarakat. Pada tahun 2017 ini, pemerintah menetapkan
suatu kebijakan kepada masyarakatnya untuk melaporkan aset yang dimilikinya
sebagai bentuk upaya pencegahan tindakan korupsi yang dapat terjadi di masyarakat.
Pencatatan aset yang dimiliki oleh masyarakat tidak hanya berupa aset tunai yang
disimpan di bank, tetapi juga terhadap aset kepemilikan lain berupa barang atau
tanah. Selain itu, pemerintah juga melakukan penelusuran asal aset yang dimiliki
oleh masyarakat untuk mengetahui apakah aset yang dimiliki oleh masyarakat
tersebut mengindikasikan tindak pidana korupsi atau tidak.

K. Peran Mahasiswa dalam Memberantas Korupsi


1. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu
menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan
tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana, misalnya terlambat datang
ke kampus, menitipkan absen kepada teman jika tidak masuk atau memberikan uang
suap kepada para pihak pengurus beasiswa dan macam-macam tindakan lainnya.
Memang hal tersebut kelihatan sepele tetapi berdampak fatal pada pola pikir dan
dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan bahkan yang lebih parah adalah menjadi
sebuah karakter.
Selain kesadaran pada masing-masing mahasiswa maka mereka juga harus
memperhatikan kebijakan internal kampus agar dikritisi sehingga tidak memberikan
peluang kepada pihak-pihak yang ingin mendapatkan keuntungan melalui korupsi.
Misalnya ketika penerimaan mahasiswa baru mengenai biaya yang diestimasikan
dari pihak kampus kepada calon mahasiswa maka perlu bagi mahasiswa untuk
mempertanyakan dan menuntut sebuah transparasi dan jaminan yang jelas dan hal
lainnya. Jadi posisi mahasiswa di sini adalah sebagai pengontrol kebijakan internal
universitas.

21
Dengan adanya kesadaran serta komitmen dari diri sendiri dan sebagai pihak
pengontrol kebijakan internal kampus maka bisa menekan jumlah pelaku korupsi.
Upaya lain untuk menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di lingkungan kampus
adalah mahasiswa bisa membuat koperasi atau kantin jujur. Tindakan ini diharapkan
agar lebih mengetahui secara jelas signifikansi resiko korupsi di lingkungan kampus.
Mahasiswa juga bisa berinisiatif membentuk organisasi atau komunitas intra kampus
yang berprinsip pada upaya memberantas tindakan korupsi. Organisasi atau
komunitas tersebut diharapkan bisa menjadi wadah mengadakan diskusi atau
seminar mengenai bahaya korupsi. Selain itu organisasi atau komunitas ini mampu
menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan internal kampus.
2. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan
mengancam dan merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau agar
masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam memberantas
tindakan korupsi yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selain itu, masyarakat
dituntut lebih kritis terhadap kebijakan pemerintah yang dirasa kurang relevan.
Maka masyarakat sadar bahwa korupsi memang harus dilawan dan dimusnahkan
dengan mengerahkan kekuatan secara massif, artinya bukan hanya pemerintah saja
melainakan seluruh lapisan masyarakat.
3. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen
pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol
dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada
keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi
masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau
melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
4. Sebagai kontrol sosial
Mahasiswa dapat melakukan peran preventif terhadap korupsi dengan
membantu masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan peraturan yang adil dan
berpihak pada rakyat banyak, sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak adil dan
tidak berpihak pada masyarakat. Kontrol terhadap kebijakan pemerintah tersebut
perlu dilakukan karena banyak sekali peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
yang hanya berpihak pada golongan tertentu saja dan tidak berpihak pada

22
kepentingan masyarakat banyak. Kontrol tersebut bisa berupa tekanan berupa
demonstrasi ataupun dialog dengan pemerintah maupun pihak legislatif.
5. Sebagai edukator
Mahasiswa juga dapat melakukan peran edukatif dengan memberikan
bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat baik pada saat melakukan kuliah
kerja lapangan atau kesempatan yang lain mengenai masalah korupsi dan
mendorong masyarakat berani melaporkan adanya korupsi yang ditemuinya pada
pihak yang berwenang.
Selain itu, mahasiswa juga dapat melakukan strategi investigatif dengan
melakukan pendampingan kepada masyarakat dalam upaya penegakan hukum
terhadap pelaku korupsi serta melakukan tekanan kepada aparat penegak hukum
untuk bertindak tegas terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Tekanan tersebut bisa
berupa demonstrasi ataupun pembentukan opini publik.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. KASUS
Pada tanggal 18 Oktober 2017 pukul 14.45 WIB, Kepala Puskesma Moro yang
bernama dr. Ridwan beserta bendaharanya yang bernama Ade Aguswarman ditahan oleh
Kejaksaan Negeri Cabang Moro dengan dugaan korupsi dana Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui program Kapitasi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
tahun anggaran 2015-2016 dengan kerugian negara sekitar Rp 466juta dari total
anggaran Rp 1,234 miliar. Dari hasil pemeriksaan, yang paling banyak menikmati uang
hasil tindak pidana korupsi ini adalah dokter Ridwan. Dan saat ini uang hasil korupsi
tersebut sudah habis. Keduanya dititipkan di Rutan Kelas II Tanjungbalai Karimun.
Keduanya digelandangkan ke Rutan Karimun dengan pengawalan cukup ketat oleh
Kacabjari Kundur Filpan F.D Laia bersama jaksa lainnya dengan menggunakan jetski
dari Moro ke Karimun. Penahanan yang dilakukan sesuai dengan pertimbangan hukum
yang khawatir tersangka melarikan diri dan menghilangkan barang bukti. Modus yang
dijalankan oleh kedua tersangka untuk mengambil dana kapitasi ini dengan cara
membuat invoice palsu dari Apotek 24 di Batam. Setelah dilakukan pengecekan
langsung ke apotek, invoice tersebut ternyata palsu. Pada saat penggeledahan di rumah
dinas dan ruang kerja keduanya, tim penyidik menyita tiga unit laptop, tiga buah stempel
toko, dua buah flashdisk, 12 bundel SPJ JKN Kapitasi serta beberapa dokumen terkait.
Atas perbuatannya, kedua melanggar Pasal 3 Juncto Pasal 18 UU No. 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan korupsi
Juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP. dr. Ridwan juga dituntut untuk membayar uang
pengganti atas kerugian negara sebesar Rp 458.209.030,84 jika tidak dapat membayar
maka harta benda milik terdakwa akan disita oleh Negera, apabila harta benda miliknya
tidak mencukupi maka akan diganti dengan hukuman 2 tahun penjara. Sedangkan untuk
terdakwa Ade Agus, meminta kepada Majelis Hakim untuk menuntut terdakwa ini
dengan tuntutan 3 tahun dan 6 bulan penjara, serta denda Rp 50 juta subsider 6 bulan
kurungan. Ade Agus juga dituntut untuk membayar uang pengganti atas kerugian negara
sebesar Rp 150 juta jika tidak dapat membayar maka harta benda milik terdakwa akan
disita oleh Negera, apabila harta benda miliknya tidak mencukupi makan akan diganti
dengan hukuman 1 tahun dan 9 bulan penjara.

24
B. BIOGRAFI
Nama : dr Ridwan
Jabatan : Kepala Puskesmas Moro

Nama : Ade Aguswarman


Jabatan : Bendahara di Puskesmas Moro.

C. PERBANDINGAN KASUS DENGAN TEORI


1. Sejarah mengenai dana JKN melalui program Kapitasi BPJS
Sejarah mengenai korupsi dana JKN sebelumnya juga pernah terjadi di
Lampung Timur, tindakan korupsi tersebut dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan
yang bernama dr. Evi Darwati. Kemudian pernah terjadi juga pada Kepala Dinas
Kesehatan Ketapang (HY) beserta sekretarisnya (UI) yang melakukan tindakan
korupsi bantuan dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) periode 2014-
2015 senilai Rp. 13 miliar. Penyidik Kejari Ketapang menemukan adanya
pemotongan mencapai 5 % yang dilakukan Dinas Kesehatan Ketapang dengan alas
an untuk dikelola. Padahal sesuai Peraturan Presiden dana itu 100% hanya
diperuntukan Puskesmas, tidak boleh dikelola pihak lain termasuk Dinkes.

2. Jenis Korupsi yang terjadi dalam kasus


a. Jenis korupsi yang merugikan keuangan Negara dimana dana yang dikeluarkan
oleh pemerintah sebagai dana JKN malah dikorupsi oleh Kepala Puskesmas
Moro untuk keperluan pribadinya.
b. Jenis korupsi pemalsuan dimana Kepala Puskesmas beserta bendaharanya
melakukan pemalsuan dengan cara melakukan rekayasa terhadap kwitansi
pembelian obat-obatan, alat ATK dan Jasa pelayanan.
c. Korupsi yang terkait dengan Perbuatan curang dimana dr Ridwan dana Ade
Agus mengubah invoice pembelian obat.

3. Ciri-Ciri Korupsi yang terjadi dalam kasus


a. Ciri orang korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang dimana korupsi yang
terjadi di Puskesmas Moro dilakukan oleh 2 orang yaitu dr Ridwan dan Ade.

25
b. Ciri orang korupsi yaitu yang terlibat korupsi ia yang memiliki kekuasaan
dimana korupsi yang terjadi di Puskesmas Moro dilakukan oleh dr Ridwan yang
memiliki jabatan sebagai Kepala Puskesmas dan Ade sebagai Bendahara.
c. Ciri korupsi juga umumnya bersifat rahasia dimana korupsi yang di lakukan di
Puskesmas Moro hanya diketahui oleh dr ridwan dan ade, staff lain yang
bekerja di puskesmas tersebut tidak ada yang mengetahuinya.

4. Penyebab Korupsi yang terjadi dalam kasus


a. Faktor Internal
1) Sifat tamak/rakus
Dimana dr Ridwan dan Ade Aguswarman menginginkan kebutuhan lebih
tetapi tidak seimbang dengan pendapatannya.
2) Moral yang kurang kuat
Dimana dr Ridwan dan Ade Aguswarman moralnya tidak kuat sehingga
cenderung lebih mudah untuk terdorong berbuat korupsi karena adanya
godaan.
3) Kebutuhan yang konsumtif
Dimana manusia memiliki kebutuhan masing-masing, tetapi perilaku
tersebut tidak dapat diimbangin dengan pendapatan yang diperoleh.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor ekonomi
Dimana pendapatan dr Ridwan dan Ade Aguswarman tidak dapat
mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya.

5. Dampak korupsi yang terjadi dalam kasus


Dampak yang terjadi pada kasus, lebih berdampak pada masyarakat dimana
masyarakat tidak mendapatkan pelayanan yang baik, serta masyarakat tidak
mendapatkan obat-obatan yang seharusnya bisa didapatkan di puskesmas, alat
kesehatan yang kurang lengkap serta fasilitas yang ada di puskesmas kurang
memadai sehingga dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi.

26
6. KUHP yang dilanggar dalam kasus
Atas perbuatannya, kedua melanggar Pasal 3 Juncto Pasal 18 UU No. 31 tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan korupsi
Juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 KUHP.

7. Nilai yang dilanggar dalam kasus


a. Nilai pancasila
1) Sila pertama
Dimana dr Ridwan dan Ade tidak memiliki sifat ketuhanan yang maha esa
karena telah melanggar aturan tuhan untuk tidak mengambil hak milik
orang lain.
2) Sila Kedua
Dimana dr Ridwan dan Ade melakukan korupsi dapat menyengsarakan
orang lain karena mengambil hak-hak orang lain secara sengaja untuk
kebutuhan pribadi.
3) Sila ketiga
Dimana dr Ridwan dan Ade melalukan korupsi dapat memecah belah antar
individu.
4) Sila keempat
Dimana dr Ridwan dan Ade melakukan korupsi berarti telah mengkhianati
amanat rakyat dengan mencuri harta kekayaan Negara untuk keperluan
pribadi dengan memanfaatkan jabatan yang dimilikinya sehingga membuat
kesejahteraan rakyat terganggu.
5) Sila ke lima
Dimana dr Ridwan dan Ade melakukan korupsi karena berarti telah
menggerogoti kekayaan Negara yang ujung-ujungnya adalah memiskinkan
negara dan juga rakyat.
b. Nilai Kerohanian/Agama
Dimana dr Ridwan dan Ade telah melanggar nilai keagamaan dengan
melakukan tindakan korupsi yang dilanggar oleh agamanya.

8. Hukuman yang didapatkan dalam kasus


Hukuman yang diperoleh oleh dr. Ridwan adalah membayar uang pengganti atas
kerugian negara sebesar Rp 458.209.030,84 jika tidak dapat membayar maka harta

27
benda miliknya akan disita oleh Negera, apabila harta benda miliknya tidak
mencukupi maka akan diganti dengan hukuman 2 tahun penjara. Sedangkan untuk
Ade Agus, Majelis Hakim untuk menuntut terdakwa ini dengan tuntutan 3 tahun dan
6 bulan penjara, serta denda Rp 50 juta subsider 6 bulan kurungan. Ade Agus juga
dituntut untuk membayar uang pengganti atas kerugian negara sebesar Rp 150 juta
jika tidak dapat membayar maka harta benda milik terdakwa akan disita oleh
Negera, apabila harta benda miliknya tidak mencukupi makan akan diganti dengan
hukuman 1 tahun dan 9 bulan penjara.

9. Upaya pencegahan yang dilakukan agar dari kasus


a. Penanaman Semangat Nasional
Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh pemerintah Indonesia
dalam bentuk penyuluhan atau diskusi umum terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai kepribadian bangsa Indonesia.
b. Melakukan Penerimaan Pegawai Secara Jujur dan Terbuka
Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi yang
dilakukan oleh pemerintah dapat dilakukan melalui penerimaan aparatur Negara
secara jujur dan terbuka.
c. Himbauan Kepada Masyarakat
Himbauan biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan-kegiatan
penyuluhan di lingkup masyarakat kecil dan menekankan bahaya laten adanya
korupsi di negara Indonesia.
d. Pengusahaan Kesejahteraan Masyarakat
Upaya pemerintah berupa mensejahterakan masyarakat melalui pemberian
fasilitas umum dan penetapan kebijakan yang mengatur tentang kesejahteraan
rakyat.
e. Pencatatan Ulang Aset
Pencatan ulang aset dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memantau
sirkulasi aset yang dimiliki oleh masyarakat.

10. Peran mahasiswa terhadap kasus


a. Menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus.
Hal ini terutama dimulai dari kesadaran masing-masing mahasiswa yaitu
menanamkan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka tidak boleh melakukan

28
tindakan korupsi walaupun itu hanya tindakan sederhana
b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi.
Upaya mahasiswa ini misalnya memberikan penyuluhan kepada masyarakat
mengenai bahaya melakukan tindakan korupsi karena pada nantinya akan
mengancam dan merugikan kehidupan masyarakat sendiri. Serta menghimbau
agar masyarakat ikut serta dalam menindaklanjuti (berperan aktif) dalam
memberantas tindakan korupsi yang terjadi di sekitar lingkungan mereka.
c. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.
Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa
kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan
kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat.
d. Sebagai kontrol sosial
Mahasiswa dapat melakukan peran preventif terhadap korupsi dengan
membantu masyarakat dalam mewujudkan ketentuan dan peraturan yang adil
dan berpihak pada rakyat banyak, sekaligus mengkritisi peraturan yang tidak
adil dan tidak berpihak pada masyarakat, karena banyak sekali peraturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah yang hanya berpihak pada golongan tertentu saja
dan tidak berpihak pada kepentingan masyarakat banyak.
e. Membuat media massa
Media massa dapat berupa poster, leaflet, banner yang dapat di pasang di sekitar
layanan kesehatan, lingkungan pendidikan, di instansi pemerintah serta di
tempat yang sering dilalui oleh masyarakat. Penggunaan media massa dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap korupsi dan bagaimana
pencegahannya.

29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara. Penyebab korupsi, berasal dari faktor
internal dan faktor eksternal. Jenis-jenis korupsi antara lain kerugian keuangan negara,
suap-menyuap, penggelapan, pemalsuan atau penggelembungan dalam jabatan,
perbuatan pemerasan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan
grativikasi. Sejarah korupsi di Indonesia sudah ada sejak pra kemerdekaan, pasca
kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan era reformasi. Ciri-ciri korupsi diantaranya
adalah melibatkan lebih dari satu orang, rahasia, dan mengandung penipuan. Dampak
korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, aspek ekonomi, sosial, politik,
demokrasi, penegak hukum, pertahanan dan keamanan, lingkungan. Peran mahasiswa
dalam memberantas korupsi adalah dengan menciptakan lingkungan bebas korupsi di
kampus, memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya korupsi, menjadi alat
pengontrol terhadap kebijakan pemerintah.

B. Saran
Sebagai mahasiswa, mempunyai andil yang sangat besar dalam pemberantasan
korupsi. Sebaiknya, mahasiswa sebagai agen perubahan selalu memberikan contoh dan
melaksanakan pencegahan tindakan korupsi agar negara Indonesia semakin
menunjukkan kemajuannya dalam memberantas korupsi. Pemberantasan korupsi, harus
dilakukan dari berbagai tingkat lapisan masyarakat. Kesatuan tindakan tersebut, dapat
mengoptimalkan pemberantasan korupsi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, Andi, 2007. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional. Jakarta: Penerbit PT Raja Grafindo Persada.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami untuk membasmi. Jakarta: Komisi


Pemberantasan Korupsi.

Muzadi, H. 2004. Menuju Indonesia Baru, Strategi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Malang : Bayumedia Publishing.

Zachrie, Ridwan dan Wijayanto. 2010. Korupsi Mengorupsi di Indonesia: Sebab, Akibat, dan
Prospek Pemberantasan. Jakarta: Gramedia.

Ramadhan, Wahyu Al. 2016. Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi. (Diakses pada tanggal 12
Maret 2018 https://www.kompasiana.com/wahyudi_ramadhan/faktor-penyebab-
terjadinya-korupsi_57ed64e94d7a611e1fe20dfc

Ramadhan, Dzikri. 2016. Pengertian dan Faktor Penyebab Korupsi. (Diakses pada tanggal 12
Maret 2018 https://www.kompasiana.com/dzikriramadhan/pengertian-korupsi-dan-
faktor-penyebab-korupsi_57f693238823bd2d1a4c749e

31
lampiran

NASKAH SKENARIO

A : Rida Nuraida KAPUS : Akbar Gresputra


B : Ika Apriliya W1 : Idzastavia K. I. F.
C : Yessi Areiyanti W2 : Agustina Ria M.
D : Diyah Mardhasanti W3 : Yessi Areiyanti
E : Salvitty Dwi Anjani Petukes1 : Sintiya Yunita
KD : Sintiya Yunita Petukes : Akbar Gresputra

PERAN MAHASISSWA DALAM PENCEGAHAN KORUPSI

Disebuah kampus ternama daerah Riau ada sekelompok mahasiswa yang


sedang berdiskusi mengenai pencegahan korupsi yang terjadi di pelayanan
kesehatan.

A : “Eh teman, kalian semua udah pada ngeliat berita yang ada di tv belum?”

B : “Berita tentang apaan emang ? kan berita banyak”.

C : “Berita tentang korupsi bukan?”

A : “Iya bener, yang ada di Puskesmas Moro dikampung kita”.

D : “Serius?”

C : “Iya, masa lu ga tau?”

A : “Iya, tersangkanya itu yang jadi kepala Puskesmas sama bendaharanya.”

E : “Oh dokter ridwan bukan? Sama bendaharanya yang namanya ade?”

A : “Iya. Masa dia menyalahgunakan dana JKN untuk jalan-jalan sama traktir temannya

minum kopi”.

D : “Beritanya beneran ga tuh? Hoax kali ah. Coba gua browsing dulu beritanya.”

B : “Yaudah coba browsing.”

32
Setelah terbukti kebenaran berita tersebut, B dan D kembali berbincang
dengan temannya mengenai berita tersebut.

D : “Eh iya loh beneran beritanya.”

B : “Iya korupsinya juga besar banget sampe 500-550juta.”

C : “Nah iyaaa benar. 100 buat anda. Kan udah dibilang kalo ada berita korupsi.

Makanya jangan kudet dong jadi mahasiswa.”

E : “Oh pantesan gua denger cerita dari warga kalau fasilitas yang ada di puskesmas

moro kurang lengkap, terus obat-obatannya juga banyak yang kosong jadi warga

harus beli di apotik luar.”

D : “Mungkin korupsinya dari dana untuk fasilitas dan obat kali ya?”

B : “Iya, ini gua juga liat berita di internet juga gitu.”

A : “Tapi pembagian dana hasil korupsinya juga ga rata. Lebih banyak dokter ridwan

dibandingkan bendaharanya. Dokter ridwan dapet 90% sisanya buat

bendaharanya”.

E : “Wah parah itu mah udah ngambil duit masyarakat, terus pembagiannya juga ga

C : “Kalo kaya gitu, berarti kasian sama bendaharanya ya. Udah dapet bagiannya dikit

tapi hukumannya sama.”

B : “Oh berarti kalo kaya gitu kemungkin juga di puskesmas lainnya bisa saja

melakukan korupsi, tetapi belum ketauhan ajah.”

Ketika diskusi sedang berlangsung, E mencetuskan ide untuk melakukan


pencegahan korupsi di pelayanan kesehatan dan di masyarakat.

E : “Kita sebagai mahasiswa tidak bisa tinggal diam. Kita harus melakukan gerakan

pencegahan korupsi. Agar tidak terjadi di pelayanan kesehatan

33
lainnya.”

A : “Widihh ide lu cemerlang juga. Tapi gimana caranya?”

D : “Gimana kalo kita buat poster, lalu di pasang di tempat pelayanan kesehatan agar

masyarakat terhindar dari praktik korupsi”.

E : “Nah bener juga tuh. Tapi jangan cuma buat poster aja. Kita harus memberikan

penyuluhan sehingga terjadi interaksi antara kita dengan masyarakat. Jadinya kan

masyarakat makin paham tentang korupsi.”

B : “Nah setuju. Tapi jangan hanya masyarakat yang diberikan penyuluhan, tetapi

petugasnya juga harus mendapatkan penyuluhannya.”

C : “Iyalah, kalo hanya masyarakatnya saja, nanti petugasnya malah seenaknya

korupsi”.

E : “Oke bagus. Media untuk penyuluhan kita tambah leaflet juga, agar masyarakat

dapat mengerti dan dapat terus di ingat”.

A : “Yaudah. Kapan kita mau bergerak ?”

B : “(sambil menggerakkan badan) udah.”

A : “Yeee bukan itu maksudnya, kapan kita mau buat penyuluhan?”

C : “Minggu depan aja, kita juga harus buat persiapan bikin poster, leafletnya.”

E : “Jangan lupa izin dengan pihak terkait.”

D : “Okee siapp.”

Setelah merencanakan penyuluhan tersebut, E dan D meminta izin kepada


Kepala Desa untuk melakukan penyuluhan.

E : “Assalammualaikum bu.”

KD : “Waalaikumsalam de. Ada yang bisa dibantu?”

34
D : “Perkenalkan bu, saya D dan teman saya E, kami mahasiswa dari kampus X. Disini

kami ingin meminta izin untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakatan tetang

korupsi. Agar masyarakat bisa ikut berperan dalam pemberantasan korupsi.”

KD : “Wah bagus tuh. Saya sangat setuju. Kapan kalian akan melakukan

penyuluhannya?”

E : “Rencana kami minggu depan bu, namun itu juga seizin ibu.”

KD : “Oh silahkan. Nanti saya bantu untuk mengumpulkan masyarakat.”

E : “Terimakasih bu atas bantuan dan izinnya. Kami melakukan penyuluhan ini terkait

adanya kasus korupsi di kampung kita.”

KD : “Iya ibu juga khawatir dengan berita tersebut. Tapi ibu menyarankan agar petugas

kesehatan di puskesmas juga diberikan penyuluhan”.

D : “Iya bu. Kami memang sudah merencanakan untuk melakukan penyuluhan kepada

petugas kesehatan di puskesmas”.

E : “Oh iya bu. Untuk masalah tempat penyuluhan, apakah kita bisa menggunakan balai

desa bu?”

KD : “Oh iya silahkan. Boleh ko. Balai desa kita juga bisa menampung banyak warga”.

E : “Baik bu terimakasih atas waktunya.”

KD : “Sama-sama de.”

Keesokan harinya setelah bersusah payah mencari waktu untuk menemui


kepala puskesmas, A dan B ditemani Kepala Desa datang ke Puskesmas untuk
mengajukan perizinan melakukan penyuluhan kepada para staff di puskesmas
tersebut tentang anti korupsi.

A :”Duh susah banget yaa bu kades kita nemuin KP nya”

KD : “Pak KP nya kan orang sibuk wajar saja kalau kita sulit bertemu, untung saja saya

35
bisa menghubungi langsung beliau jadi kalian bisa bertemu”

B : “Iya bu KD makasi ya bu”

KD : “Iya sama-sama”

Saat diruang Kepala Puskesmas..

KD : “Permisi pak KP”.

KP : “Ehh iyaa bu KD silahkan masuk bu, ini mahasiswa yang mau menemui saya?”

KD : “Iya pak, ini mahasiswa yang sudah saya bicarakan”.

A : “Permisi pak KP, perkenalkan saya A dan ini teman saya B kami mahasiswa dari

universitas X, maksud dan tujuan kami kesini untuk mengajukan proposal kepada

bapak soal penyuluhan mengenai anti korupsi”

KP : “Ohh iyaa, bu KD sudah bicara melalui telpon beberapa waktu lalu, coba saya lihat

proposal kalian”

B pun memberikan proposal mereka kepada Kepala Puskesmas dengan


perasaan yang campur aduk, takut-takut Kepala Puskesmas menolak proposal
mereka. Sambil membaca proposal mereka, Kepala Puskesmas terlihat tersenyum.
Setelah itu...

KP : “Oke saya paham dengan isi proposal kalian, jadi sekarang saya mau bertanya sama

kalian, kenapa kalian mau melakukan penyuluhan ini ?”

B : “ Kami membuat penyuluhan ini karena kami peduli pak, kami tidak ingin warga

disini dan petugas kesehatan puskesmas di sekitar kita melakukan korupsi seperti

yang dilakukan oleh Kepala Puskesmas Moro. Dan kami ingin warga atau petugas

kesehatan lainnya melaporkan kepada pihak yang berwajib apabila mereka melihat

tindakan seperti itu.”

KP : “Saya suka gerakan kalian ini, kalian mahasiswa yang aktif yang mau turun ke

36
lapangan untuk mencegah kejahatan korupsi ini, jujur saya juga resah mengenai

masalah yang terjadi dengan puskesmas Moro, saya takut pandangan masyarakat

juga jadi jelek kepada setiap pelayanan kesehatan dipuskesmas-puskesmas lain”.

A : “Iya paa, mungkin kami juga merasa resah, kami mau masyarakat sehat, masyarakat

bisa mendapatkan pelayanan yang baik dan optimal tanpa haknya diambil oleh

oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab”.

KP : “Baiklah kalau begitu saya setuju, tapi kapan waktunya ? Setelah selesai jam kerja

ya?”

B : “Iyaa pak setelah selesai jam kerja, supaya kami juga tidak mengganggu kegiatan

di puskesmas ini. Nanti kita kumpul di balai desa bersama warga juga”.

A : “Kami juga mengucapkan terimakasih kepada bapak karena bapak sudah membantu

kami dalam menjalankan gerakan kami ini”

KD : “Jadi sudah deal ya pa ?”

KP : “Iyaa bu kades sudah deal nih”

Setelah Kepala Puskesmas menyetujui mahasiswa untuk melakukan


penyuluhan, mahasiswa A dan B meminta izin ke Kepala Puskesmas untuk
menempelkan poster di wilayah puskesmas agar seluruh petugas kesehatan yang ada
puskesmas dan pengunjung puskesmas dapat membacanya.

A : “Pak KP, saya minta izin untuk memasang poster di wilayah puskesmas, agar bisa di

baca oleh warga yang datang ke puskesmas dan petugas kesehatan yang ada di

puskesmas”.

KP : “Oh iya silahkan saja.”

Akhirnya A dan B langsung memasang poster di sekitar puskesmas”.

37
Setelah selesai memasang poster, Kepala Puskesmas pun bersalaman dengan A
dan B serta Kepala Desa, kemudian A dan B berpamitan kepada Kepala Puskesmas,
dan mereka pergi meninggalkan puskesmas.

Seminggu kemudian, tepat di hari penyuluhan, semua warga dan petugas


kesehatan di puskesmas sudah berkumpul di balai desa. Mahasiswa pun langsung
melakukan penyuluhan kepada warga dan petugas puskesmas tentang korupsi.

A : “Assalamualaikum ibu dan bapak. Terimakasih atas waktu yang telah diberikan

kepada saya untuk melakukan penyuluhan ini. Sebelum saya mulai penyuluhan ini,

perkenalkan nama saya A dan E, kami mahasiswa kampus X. Disini ada yang udah

tau belum kenapa kita berkumpul di balai desa, dan untuk membahas apa kita

disini?”

W1 : “Kita disini akan mendengarkan penyuluhan dari ade-ade tentang korupsi kan?

Karena sudah ada kasus korupsi yang terjadi di sekitar desa kita.”

E : “Betul sekali ibu. Sebelumnya ibu-ibu dan bapak disini udah tau belum apa sih

korupsi itu?”

W2 : “Korupsi itu yang ngambil uang rakyat kan? Ngambil uang yang bukan miliknya.

Kalo yang terjadi di sini ngambil uang yang seharusnya buat beli obat dan

penyediaan fasilitas.”

E : “Wah ibu sudah paham ya. Baik saya akan berikan penjelasan mengenai pengertian

korupsi yaa bu. Jadi korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk

kepentingan pribadi atau privat yang merugikan publik dengan cara-cara

bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku.”

A : “Bagaimana dengan ciri-ciri korupsi ? Apa ibu-ibu dan bapak sudah tau?”

E : “Adakah yang tau dari ibu-ibu dan bapak disini?”

38
W3 : “Mengambil uang rakyat diem diem, biasanya ngelibatin orang yang punya jabatan.”

A : “Benar bu, kami akan menjelaskan kembali mengenai ciri-ciri korupsi yang lebih

rinci lagi. Jadi ciri-ciri korupsi adalah dilakukan oleh lebih dari satu orang, bersifat

rahasia/tertutup, memeliki kekuasaan atau wewenang dan dilandaskan dengan niat

kesengajaan untuk menempatkan kepentingan umum di bawah kepentingan

pribadi.”

E : “Ibu-ibu dan bapak juga harus mengetahui bahwa ada banyak jenis korupsi. Dan

saya akan menjelaskan jenis-jenis korupsi. Jenis korupsi ada yang merugikan

keuangan negara, korupsi terkait suap menyuap, korupsi terkait pemalsuan atau

penggelapan, korupsi yang terkait dengan perbuatan pemerasan, korupsi yang

terkait dengan perbuatan curang, dan korupsi yang terkait dengan benturan

kepentingan dalam pengadaan, dan grativikasi”

Setelah 20 menit dilakukan penyuluhan mengenai korupsi, akhirnya penyuluhan


di tutup dengan orasi pendek dari mahasiswa yang mengajak warga serta petugas
kesehatan untuk melaporkan apabila warga atau petugas kesehatan menemukan
tindak kecurangan korupsi dan menolak melakukan korupsi.

A : “Nah ibu-ibu atau bapak-bapak jika menemukan tindak kecurangan korupsi, ibu2

harap segera melaporkannya. Serta untuk petugas kesehatan diharapkan untuk tidak

melakukan tindakan kecuranagan seperti itu”.

Petukes: “Ibu-ibu dan bapak-bapak jangan khawatir ya. Saya dan teman-teman saya berusaha

untuk menjaga amanah semua warga untuk tidak melakukan tindakan yang curang

seperti korupsi.”

W1 : “Iya pak. Kami berharap bapak menjadi petugas kesehatan yang jujur tidak seperti

petugas kesehatan yang kemaren ketauan korupsi, karena uang tersebut kan

39
digunakan untuk melengkapi fasilitas di puskesmas dan membeli obat-obatan serta

alat kesehatan.”

W2 : “Benar pak. Jika uangnya di korupsi, kasian warga disini yang mendapatkan

pelayanan tidak optimal”.

Petukes1: “Iya ibu-ibu, terimakasih atas perhatian ibu dan bapak terhadap petugas

kesehatan.”

Petukes2: “Ade-ade mahasiswa, saya perwakilan dari teman-teman petugas kesehatan

berterimakasih karena ade-ade telah mengadakan penyuluhan ini sehingga

meningkatkan kesadaran kami agar selalu ingat untuk tidak melakukan korupsi,

karena korupsi dapat merugikan banyak warga.”

A : “Iya sama-sama pak. Kami juga berterimakasih karena sudah meluangkan waktu

untuk mengikuti penyuluhan yang kami adakan”.

E : “Baiklah ibu-ibu dan bapak-bapak, penyuluhan hari ini sudah selesai. Kami harap

dengan adanya kami disini dapat mengingatkan kembali mengenai korupsi. Mari

kita cegah sebelum terjadinya korupsi. Dan kami akan membagikan leaflet untuk

dibaca sebagai pengingat ketika ibu lupa.”

A : “Terimakasih ya bu atas waktu yang telah diluangkan. Wassalammualaikum wr.wb”.

W1,2,3: “Terimakasih juga ade mahasiswa. Waalaikumsalam wr.wb.”

Dan warga pun beranjak pergi dengan membawa segudang ilmu, dan bertekad
untuk mewujudkan lingkungan disekitarnya bebas dari korupsi, dan berani
berantas korupsi.

-TAMAT-

40

Anda mungkin juga menyukai