Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH RUANG LINGKUP KORUPSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Antikorupsi Antinarkoba dan Deradikalisme
Dosen Pengampu : Kharis Sulaiman Hasri, M.Pd

Di susun oleh :
Sem. II/S1 Pendidikan Guru Madrasa Ibtidaiyah

MUHAMMAD NURZUL ICHROM (2022010104046)


SALIATI (2022010104048)
WULANDARI (2022010104070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FALKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
KENDARI 2023
RUANG LINGKUP KORUPSI
Disusun oleh : Muhammad Nurzul Ichrom, Saliati, Wulandari

Pendahuluan
Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah dilakukan melalui berbagai
cara, namun hingga saat ini masih saja terjadi korupsi dengan berbagai cara yang
dilakukan oleh berbagai lembaga. Terdapat beberapa bahaya sebagai akibat korupsi,
yaitu bahaya terhadap masyarakat dan individu, generasi muda, politik, ekonomi
bangsa dan birokrasi. Terdapat hambatan dalam melakukan pemberantasan korupsi
antara lain berupa hambatan structural, kultural, instrumental, dan manajemen. Oleh
karna itu perlu dilakukan langkah langkah untuk mengatasinya, antara lain,
mendesain dan menata ulang pelayanan public, memperkuat transparansi,
pengawasan dan sangsi, meningkatkan pemberdayaan perangkat penduduk dalam
pencegahan korupsi, dalam undang undang nomor 31 tahun 1999 korupsi di
klasifikasikan kedalam merugukan keuangan Negara, suap menyuap, penggelapan
dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan dalam pengadaan, gratifikasi.
Dalam rangka pemberantasan korupsi perlu dilakukan penegakan secara terintegrasi,
adanya kerja sama internasional dan regulasi yang harmonis.

A. Pengantar
Pada dasarnya, korupsi merupakan suatu tindakan penyimpangan yang
dapat terjadi kapanpun dan dimanapun, sepanjang insentif yang di hasilkan
cukup besar. Penyakit korupsi ini bisa terjadi di sector publik maupun swasta,
bahkan ditingkat masyarakat. Fenomena korupsi juga merupakan masalah besar
yang dihadapi Negara Negara dengan perkembangan ekonomi pesat.
B. Latar Belakang Penulisan Makalah
Rasanya semua orang tidak senang dan tidak setuju dengan korupsi,
dimana salahnya ? seperti biasa, ada banyak pendapat, ada banyak asumsi,
banyak silang sengketa. Ujungnya tidak jelas makna dan penyelesainya. Langka
pertama metodologi hukum rupanya telah melanggar. Orang hendak mengupas
permasalahan hukum pertama tama harus sepatas tentang makna dan pengertian
akan obyek sengketa yang bersangkutan terlebih dahulu. Paling tidak ada yang
menjadi reasoning ataupun penalarangnya tidak jelas. Segenap pengertian
ataupun konsep serta pernyataan ataupun proporsinya perlu di kupas tuntas
terlebih dahulu. Langkah awal ini perlu di ambil demi terbentuknya medan
pembahasaan dengan bahasa yang sama.
Berbicara tentang korupsi yang sedang gencar di cerca dan di upayah
untuk di prantas di sinilah letak kekeliruanya, kalau tidak boleh disebut
kegagalanya. Tidak jelas apa yang dimaksut dengan korupsi itu. Hukum pidana
menegaskan bahwa korupsi ini adalah suatu tindakan yang memperkaya diri atau
orang lain tanpa hak. Namun makna ini rupanya telah bergeser kemana-mana.
Titik berat pemberantasan korupsi tidak lagi bertumpu kepada penyalah gunaan
hak, melainkan bagaimana uang Negara dapat bertambah. Akibatnya, korban
berjatuhan, sementara mereka yang menyalanggunakan hak tetap bebas
berkeliaran.
C. Rumusan Masalah
1. Apasih sih korupsi itu menurut beberapa tokoh?
2. Apasaja ciri ciri korupsi?
3. Apasaja hambatan yang terjadi dalam pencegahan terjadinya korupsi?
4. Apasaja langka langka dalam pemberantasan korupsi?
5. Apasaja klasifikasi perbuatan korupsi dalam undang undang korupsi?

Pembahasan

A. Pengertian Korupsi
Menurut Prof. Dr. H. Andi Hamza, SH, menyatakan bahwa korupsi
berasal dari bahasa latin “Corruptio” atau “Corrptus”, yang kemudian muncul
dibanyak bahasa Eropah. Inggris, prancis “Corruption”, bahasa belanda
“Corruptie” yang kemudian muncul pula dalam bahasa Indonesia “Korupsi”,
jika kita merujuk kepada kamus kamus besar bahasa Indonesia-inggris maupun
yang inggris-indonesia, akan di dapati bahwa arti kata korupsi itu iyalah busuk,
buruk, bejat, dapat di sogok, suka di suap. Adapun menurut pendapat lain seperti,
world bank menyatakan bahwa definisi paling sederhana dari korupsi adalah
penyelanggunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi atau kelompok.
Berdasarkan pandangan hukum, dikatakan korupsi apa bila memenuhi unsur
unsur perbuatan yang melawan hukum, penyelangunaan kewenangan,
kesempatan atau sarana, memperkaya diri sendiri, orang lain atau korporasi, dan
merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara. Nawatmi (2014),
menyatakan bahwa suatu perbuatan dikatakan sebagai tindakan korupsi
diantaranya apa bila memberi atau menerima hadiah atau janji dan penyuapan,
penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikutserta dalam pengadaan
dan menerima gratifikasi bagi pegawai negeri atau penyelenggara Negara. Secara
umum korupsi adalah penyelanggunaan jabatan resmi untuk kepentingan pribadi.

B. Ciri Ciri Korupsi Menurut Tokoh


Bentuk atau perwujudan utama korupsi menurut Amundsen dalam andvig
et al (2000) menyebutkan bahwa terdapat 6 karakteristik dasar korupsi yaitu:
1. Suap (bribery) adalah pembayaran dalam bentuk uang atau barang yang
diberikan atau diambil dalam hubungan korupsi. Suap merupakan jumlah
yang tetap, persentase dari sebuah kontrak, atau bantuan dalam bentuk uang
apapun. Biasanya dibayar kepada pejabat Negara yang dapat membuat
perjanjian atas nama Negara atau mendistribusikan keuangan kepada
perusahaan atau perorangan.
2. Penggelapan (Embezzlement) adalah pencurian sumberdaya oleh pejabat yang
di ajukan untuk pengolaanya. Penggelapan merupakan suatu tindakan tidak
jujur dengan menyembunyikan barang/harta orang lain oleh suatu orang atau
lebih tampa sepengetahuan pemilik barang dengan tujuan untuk mengalih
milik, menguasai, atau digunakan untuk tujuan lain. Penggelapan bisa juga
berupa penipuan keuangan.
3. Penipuan (frand) adalah kejahatan ekonomi yang melibatkan jenis tipu daya,
penipuan atau kebohongan. Penipuan melibatkan manipulasi atau distorsi
informasi oleh pejabat public. Penipuan terjadi ketika pejabat pemerintah
mendapat tanggung jawab untuk melaksanakan perintah. Dalam artian
manipulasi disini adalah memanipulasi aliran informasi untuk keuntungan
pribadi.
4. Pemerasan (Extortion) adalah sumber yang diekstrasi dengan menggunakan
paksaan, kekerasan atau ancaman. Pemerasan adalah transaksi korupsi dimana
uang diextraksi oleh mereka yang memiliki kekuatan untuk melakukanya.
5. Favoritisme adalah kecenderungan diri dari pejabat Negara atau politisi yang
memiliki akses sember daya negara dan kekuasaan untuk memutuskan
pendistribusian sumber daya tersebut. Favoritisme juga memberikan
perlakuan istimewa kepada kelompok tertentu. Selain itu, favoritisme juga
mengembangkan mekanisme penelanggunaan kekuasaan secara privatisasi.
6. Nepotisme adalah bentuk khusus dari Favoritisme, mengalokasikan kontrak
berdasarkan kekerabatan atau persahabatan.

C. Bahaya Bahaya Korupsi Yang Menghambat Perkembangan Suatu Negara


a. Bahaya korupsi terhadap masyarakat dan individu
Jika korupsi dalam suatu masyarakat telah merajalela dan menjadi
makanan masyarakat setiap hari, maka akibatnya akan menjadikan masyarakat
tersebut sebagai masyarakat yang kacau, tidak ada sistem sosial yan dapat
berlaku dengan baik. Setiap individu dalam masyarakat hanya akan
mementingkan diri sendiri (self interenst), bahkan selfishness. Tidak akan ada
kerja sama dan persudaraan yang tulus.
Fakta empiric dari hasil penelitian di banyak Negara dan dukungan
teoritik oleh para saintis sosial menunjukan bahwa korupsi berpengaruh
negative terhadap rasa keadilan sosial dan kesetaraan sosial. Korupsi
menyebabkan perbedaan yang tajam di antara kelompok sosial dan individu
baikdalam hal perdapatan, prestis, kekuasaan dan lain lain.
Korupsi juga membahayakan terhadap standar moral dan intelektual
masyarakat. Ketuka korupsi merajalela, maka tidak ada nilai utama atau
kemulyaan dalam masyarakat. Theobald menyatakan bahwa korupsi
menimbulkan iklim ketamakan, selfishness, dan sinisisme. Chandra muzaffar
menyatakan bahwa korupsi menyebabkan sikap individu menempatkan
kepentingan diri sendiri di atas segala sesuatu yang lain dan hanya akan
berfikir tentang diri semata. Jika suasana iklim masyarakat telah tercipta
demikian itu, keinginan public untuk berkorban demi kebaikan dan
perkembangan masyarakat akan terus menurun dan makin akan hilang
b. Bahaya korupsi terhadap generasi muda
Salah satu efek negative yang paling berbahaya dari korupsi pada
jangka panjang adalah rusaknya generasi muda. Dalam masyarakat yang
korupsi telah menjadi makanan sehari hari, anak tumbuh dengan pribadi anti
sosial, selanjutnya generasi muda akan menganggap bahwa korupsi sebagai
hal biasa (atau bahkan budaya), sehingga perkembangan pribadinya menjadi
terbiasa dengan sifat tidak jujurdan tidak bertanggung jawab. Jika generasi
muda suatu bangsa keadaanya seperti itu, bisa di bayangkan betapa suramnya
masa depan bangsa tersebut.
c. Bahaya korupsi terhadap politik
Kekuasaan politik yang dicapai dengan korupsi akan menghasilkan
pemerintahan dan pemimpin masyarakat yang tidak legitimate di mata public.
Jika demikian keadaanya, maka masyarakat tidak akan percaya kepada
pemerintah dan pemimpin tersebut, akibatnya mereka tidak akan patuh dan
tunduk pada otoritas mereka. Praktik korupsi yang meluas di dalam politik
seperti pemilu yang curang, kekerasan dalam pemilu, money politics dan lain
lain juga dapat menyebabkan rusaknya demokrasi, karna untuk
mempertahankan kekuasaan, penguasa korup itu akan menggunakan
kekerasan (otoriter) atau menyebarkan korupsi lebih luas lagi di masyarakat.
Disamping itu, keadaan yang demikian itu akan memicu terjadinya
instabilitas sosial politik dan integrasi sosial, karna terjadi pertentangan antara
penguasa dan rakyat. Bahkan dalam banyak kasus, hal ini menyebabkan
jatuhnya kekuasaan pemerintahan secara tidak terhormat, seperti yang terjadi
Indonesia.
d. Bahaya korupsi bagi ekonomi bangsa
Korupsi merusak perkembangan ekonomi suatu bangsa. Jika suatu
projek ekonomi di jalankan sarat dan unsur unsur korupsi (penyuapan untuk
kelulusan projek, nepotisme dalam penunjukan pelaksanaan projek,
penggelapan dalam pelaksanaannya dan lain lain bentuk korupsi dalam
projek), maka pertumbuhan ekonomi yang di harapkan dari projek tersebut
tidak akan tercapai.
Penelitian emprik oleh transparency international menunjukan bahwa
korupsi mengakibatkan berkurangnya investasi dari modal dalam negri
maupun luar negri, karna para investor akan berfikir dua kali untuk membayar
biaya yang lebih tinggi dari semestinya dalam berinvestasi (seperti untuk
penyuapan pejabat agar dapat izin, biaya keamanan kepada pihak keamanan
agar investasinya aman dan lain lain biaya yang tidak perlu). Sejak tahun
1997, investor dari Negara Negara maju (amerika, inggris dan lain lain)
cenderung lebih suka menginvestasikan dananya dalam bentuk foreign direct
investment (FDI) kepada Negara yang tingkat korupsinya kecil.
e. Bahaya korupsi bagi birokrasi
Korupsi juga menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan
meningkatnya biaya administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah di
kungkungi oleh korupsi dengan berbagai bentuknya, maka prinsip dasar
birokrasi yang rasional, efisien, dan berkualias tidak akan perna terlaksana.
Kualitas layanan pasti sangat jelek dan mengecewakan public. Hanya orang
yang berpunya saja yang akan dapat layanan baik karna mampu menyuap.
Keadaan ini dapat menyebabkan meluasnya keresahan sosial, ketidak setaraan
sosial dan selanjutna mungkin kemarahan sosial yang menyebabkan jatuhnya
para birokrat.

D. Hambatan Pemberantasan Korupsi


a. Hambatan struktural
Yaitu hambatan yang bersumber dari praktik prktik penyelenggaraan
Negara dan pemerintahan yang membuat penanganan tindak pidana korupsi
tudak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk di dalam kelompok ini
di antaranya: egoisme sektoral dan institusional yang menjurus pada
pengajuan dana sebanyak banyaknya untuk sector dan instasinya tampa
memperhatikan kebutuhan nasional secara keseluruhan serta berupaya
menutup nutupi penyimpangan yang terdapat di sector dan instansi yang
bersangkutan, belum berfungsinya fungsi pengawasan secara efektif,
lemahnya koordinasi antara aparat pengawasan dan aparat penegak hukum,
serta lemahnya sistem pengandalian intern yang memiliki korelasi positif
dengan berbagai penyimpangan dan inefesiensi dalam pengolaan kekayaan
Negara dan rendahnya kualitas pelayanan public.
b. Hambatan kultural
Yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negative yang
berkembang di masyarakat. Yang termasuk di dalam kolempok ini
diantaranya: masih adanya sikap sungkan dan toleran diantara aparatur
pemerintahan yang dapat menghambat penangan tindak pidana korupsi,
kurang terbukanya pimpinan instansi sehingga sering terkesan toleran dan
melindungi pelaku korupsi, campur tangan eksekutif, legislative dan
yudikatif dalam penaganan tindak pidana korupsi, rendahnya komitmen
untuk menangani korupsi secara tegas dan tuntas, serta sikat permisif (masa
bodoh) sebagian besar masyarakat terhadap upaya pemberantasan korupsi.
c. Hambatan instrumental
Yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya instrument
pendukung dalam bentuk perundang undangan yang membuat penaganan
tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk
dalam kelompok ini diantaranya: masih terdapat peraturan perundang
undangan yang tumpang tindih sehingga menimbulkan tindakan koruptif
berupa penggelembungan dana di lingkungan instansi pemerintah, belum
adanya single identification number atau seatu identifikasi yang berlaku
untuk semua keperluan masyarakat (SIM, pajak, bank dll) yang mampu
mengurangi pluang penyalahgunaan oleh setiap anggota masyarakat,
lemahnya penegakan hukum penanganan korupsi, serta sulitnya pembuktian
terhadap tindakan pidana korupsi.
d. Hambatan manajemen\
Yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau tidak
diterapkanya prinsip prinsip manajemen yang baik (komitmen yang tinggi
dilaksanakan secara adil, transparan dan akuntabel) yang membuat
penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang
termasuk dalam kelompok ini diantaranya: kurang komitmennya manajemen
(pemerintah) menindak lanjuti hasil pengawasan, lemahnya koordinasi baik
diantara aparat pengawasan maupun diantara aparat pengawasanlainya dan
aparat penegak hukum, kurangnya dukungan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, tidak independenya organisasi pengawasan,
kurang profesionalnya sebagian besar aparat pengawasan, kurang adanya
dukungan sistem dan prosedur pengawasan dalam penaganan korupsi, serta
tidak memadainya sistem pengawasan di antaranya sistem rekrutmen,
rendahnya gaji formal PNS, penilaian kinerja dan reward and punishment.
E. Langkah Pemberantasan Korupsi
Untuk mengatasi berbagai hambata tersebut, telah dan sedang
dilaksanakannya langka langka sebagai berikut:
1. Mendesain ulang pelayanan public. Seperti (a) penyempurnaan sistem
pelayanan public, (b) peningkatan kinerja aparat pelayanan public, (c)
peningkatan kinerja lembaga pelayanan public, (d) peningkatan pengawasan
terhadap pelayanan public.
2. Memperkuat transparasi. Seperti (a) penyempurnaan sistem manajemen
keuangan Negara, (b) penyempurnaan sistem procurement/pengadaan
barang dan jasa pemerintah, dan (c) penyempurnaan sistem manajemen
SDM aparatur Negara.
3. Meningkatkan pemberdayaan perangkat perangkat pendukung dalam
pencegahan korupsi. Seperti (a) pengkatan kesadaran dan partisipasi
masyarakat, dan (b) penyempurnaan materi hukum pendukung.
4. Tampaknya memasukan ke lembaga pemasyarakatan (penjara) bagi koruptor
bukan merupakan cara yang menjerakan atau cara yang paling efektif untuk
memberantas korupsi. Apalagi dalam praktik lembaga pemasyarakatan justru
menjadi tempat yang tidak ada bedanya dengan tempat di luar lembaga
pemasyarakatan asal nara pidan korupsi bisa membayar sejumlah uang untuk
mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang tidak beda dengan pelayanan dan
fasilitas di luar lembaga pemasyarakatan. Oleh karena itu, muncul istilah
lembaga pemasyarakatan dengan fasiltas dan pelayanan mewah. Melihat
pada kondisi seperti ini, maka perlu dipikirkan cara lain agar orang merasa
malu dan berpikir panjang untuk melakukan korupsi.
Cara yang dapat dilakukan antara lain adanya ketentuan untuk
mengumumkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atas
kasus korupsi melalui media masa. Ketentuan ini selain untuk memberikan
informasi kepada publik juga sekaligus sebagai sanksi moral kepada pelaku
tindak pidana korupsi. Selain itu, perlu juga ditambah sanksi pencabutan hak
kepada terdakwa kasus korupsi. Hal ini sangat penting untuk memberikan
pembelajaran bahwa pengemban jabatan publik adalah pribadi yang
bermoral dan berintegritas tinggi.
5. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan
secara terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas
korupsi. SDM penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan
mempunyai integritas tinggi. Sudah saatnya diakhiri terjadinya ego sektoral
atau ego institusional di antara lembaga penegak hukum. Negara juga perlu
memikirkan bagaimana agar tingkat kesejahteraan bagi para penegak hukum
itu baik, tidak berkekurangan dan menjadi penegak hukum yang bersih.
Bagaimana bisa bersih, kalau sapu yang digunakan untuk membersihkan
adalah sapu kotor.

F. Klasifikasi Perbuatan Korupsi Dalam Undang Undang Korupsi


Bentuk bentuk perbuatan korupsi menurut UU No. 31 Tahun 1999
tentang pemberantasan tidakan pidana korupsi sebagimana telah di ubah dengan
UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 31 tahun 1999tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1. Merugikan keuangan Negara
a. Pasal 2 ayat 1
b. Pasal 3
2. Suap menyuap
a. Pasal 5 ayat (1) huruf a
b. Pasal 5 ayat (1) huruf b
c. Pasal 5 ayat (2)
d. Pasal 6 ayat (1) huruf a
e. Pasal 6 ayat (1) huruf b
f. Pasal 6 ayat (2)
g. Pasal 11
h. Pasal 12 huruf a
i. Pasal 12 huruf b
j. Pasal 12 huruf c
k. Pasal 12 huruf d
l. Pasal 13
3. Penggelapan dalam jabatan
a. Pasal 8
b. Pasal 9
c. Pasal 10 huruf a
d. Pasal 10 huruf b
e. Pasal 10 huruf c
4. Pemerasan
a. Pasal 12 huruf e
b. Pasal 12 huruf g
c. Pasal 12 huruf h
5. Perbuatan curang
a. Pasal 7 ayat (1) huruf a
b. Pasal 7 ayat (1) huruf b
c. Pasal 7 ayat (1) huruf c
d. Pasal 7 ayat (1) huruf d
e. Pasal 7 ayat (2)
f. Pasal 12 huruf h
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
a. Pasal 12 huruf i
7. Gratifikasi
a. Pasal 12B
b. Pasal 12C
KESIMPULAN

Korupsi (corruptie) adalah perbuatan yang buruk yang dilakukan oleh orang
dengan cara menyogok, menyuap, menerima sesuatu yang bertentangan dengan
hukum dan merugikan keuangan Negara. Korupsi juga adalah perbuatan bejat yang
menguntungkan satu individu maupun suatu kelompok dengan cara melawan hukum.
Dampaknya sebagaimana yang telah dituangkan di dalam peraturan perundang
undangan tentang tindak pidana korupsi di Indonesia, dan telah meluas sampai
kepada berbagai aspek kehidupan masyarakat, sehingga korupsi sudah merupakan
kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Pemberantasan korupsi di perlukan suatu
pengawasan yang intensif dari berbagai unsur yaitu pengawasan melekat, legislative
dan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Haryani, Happy Febrina, dkk. Analisis Faktor Faktor Yang Memengaruhi Korupsi Di
Kawasan Asia pasifik.Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan. Vol.
5(2), 2016.
Prof. Dr. Jur. Andi Hamzah. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana
Nasional dan Internasional. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005.
Setiadi, Wicipto. Korupsi Di Indonesia (Penyebab, Bahaya,Hambatan,Dan Upaya
Pemberantasan ,Serta Regulasi). Jakarta:Fakultas Hukum Universitas
Pembangunan Nasional, 2018.
Sina, La. Dampak dan Upaya Pemberantasan Serta Pengawasan Korupsi di
Indonesia. Jurnal Hukum Pro JUstitia.Vol.26 (1), 2018.

Anda mungkin juga menyukai