Anda di halaman 1dari 16

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Korupsi

a. Pengertian Korupsi

Korupsi sudah menyebar merata di negara ini, tindakan korupsi

tidak hanya merugikan negara, namun juga dapat menghambat

kesejahteraan masyarakat. Wijayanti (2016:1) menyatakan bahwa

korupsi atau rasuah (bahasa Latin : corruption dari kata kerja

corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar

balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik, baik politis maupun

pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang

secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan

publik yang dikuasakan kepada pejabat publik untuk mendapatkan

keuntungan sepihak. Wibowo (2013:22) menjelaskan bahwa korupsi

merupakan penyalahgunaan wewenang yang ada pada seseorang

khususnya pejabat atau pegawai negeri, demi keuntungan pribadi,

keluarga, rekanan, dan teman atau kelompoknya. Berdasarkan uraian

mengenai korupsi oleh dua para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa

korupsi adalah tindakansangat merugikan bagi negara, menjadikan

masyarakat miskin serta menghambat kesejahteraan masyarakat.

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


10

b. Jenis-Jenis Korupsi

Tindakan korupsi sudah terjadi sejak dahulu, mulai dari

kalangan bawah sampai kalangan atas. Tindakan korupsi dimulai dari

tindakan kecil seperti datang tidak tepat waktu, berbohong, menerima

hadiah. Tindakan yang berawal kecil kemudian menjadi sebuah

kebiasaan yang sering dilakukan, hal tersebut akan berdampak buruk.

Alatas dalam Chaerudin, dkk (2008:2) menjelaskan jenis-jenis korupsi

sebagai berikut:

1) Korupsi Transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas


kesepakatan diantara seorang donor dengan resipien untuk
keuntungan kedua belah pihak.
2) Korupsi Ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan
penekananan dan pemaksaan untuk menghindari bahaya bagi
mereka yang terlibat atau orang-orang yang dekat dengan
pelaku korupsi.
3) Korupsi Investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran
yang merupakan investasi untuk mengantisipasi adanya
keuntungan di masa datang.
4) Korupsi Nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena
perlakuan khusus baik dalam pengangkatan kantor publik
maupun pemberian proyek-proyek bagi keluarga dekat.
5) Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang
pejabat mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan
sebagai orang dalam (insiders information) tentang berbagai
kebijakan publik yang seharusnya dirahasiakan.
6) Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi
yang menjadi intrik kekuasaan bahkan kekerasan.
7) Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka
mempertahankan diri dari pemerasan.
Tidakan korupsi beranekaragam yang dapat merugikan sesama

manusia. Pawiroputro, dkk (2011: 12) menyebutkan jenis tindak

pidana korupsi yang lain, diantaranya:

1) Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan).


2) Penggelapan dalam jabatan.
3) Pemerasan dalam jabatan.

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


11

4) Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/


penyelenggara negara).
5) Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara
negara negeri/penyelenggara negara).

Jenis tindakan korupsi beranekaragam, pada intinya tindakan

korupsi adalah tindakan yang dilakukan tidak jujur untuk mengambil

hak-hak orang lain yang akan merugikan dan menghambat

kesejahteraan masyarakat. Tindakan korupsi yang sering dilakukan di

dunia pendidikan yaitu menyotek saat ujian, datang sekolah selalu

terlambat, membolos sekolah, tidak mengerjakna PR. Tindakan-

tindakan tersebut jika dibiarakan saja maka akan menjadi sebuah

kebiasaan dan di masa depan akan menimbulkan tindakan korupsi,

oleh karena itu diperlukan pendidikan antikorupsi untuk mencegah,

mengurangi bahkan memberantas tindakan korupsi.

c. Penyebab Korupsi

Tindakan korupsi dilakukan oleh seseorang dapat disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya faktor sosial, ekonomi, politik,

hukum dan pendidikan. Penyebab utama melakukan tindakan korupsi

karena ada faktor dalam diri seseorang yang mendorong, seperti sifat

yang tidak pernah merasa puas, merasa iri pada orang lain bahkan

karena kebutuhan yang sangat mendesak. Hartanti (2005: 11)

menyatakan bahwa penyebab terjadinya korupsi adalah sebagai

berikut:

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


12

1) Lemahnya pendidikan agama dan etika.


2) Kolonialisme. Suatu pemerintah asing tidak menggugah
kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung
korupsi.
3) Kurangnya pendidikan. Namun kenyataannya sekarang
kasus-kasus korupsi di lakukan oleh para koruptor yang
memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, terpelajar, dan
terpandang sehingga alasan ini dapat dikatakan kurang tepat.
4) Kemiskinan. Pada kasus korupsi yang merebak di Indonesia,
para pelakunya bukan didasari oleh kemiskinan melainkan
keserahkahan, sebab mereka bukanlah dari kalangan yang
tidak mampu melainkan para konglomerat.
5) Tidak adanya sanksi yang keras.
6) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi.
7) Struktur pemerintahan.
8) Perubahan radikal. Pada saat sistem nilai mengalami
perubahan radikal, korupsi mucul sebagai suatu penyakit
transisional.
9) Keadaan masyarakat. Korupsi dalam suatu birokasi bisa
mencerminkan keadaan masyarakat secara keseluruhan.
Penyebab dari tindakan korupsi yang dilakukan oleh seseorang

berbeda-beda. Merican dalam Wibowo (2013:31-33), menyatakan

bahwa korupsi di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di

antaranya:

1) Warisan dari pemerintah kolonial Belanda.


2) Korupsi disebabkan oleh kemiskinan, ketidaksamaan dan
ketidakmerataan.
3) Gaji yang rendah.
4) Persepsi yang popular bahwa korupsi itu sudah dilakukan
banyak orang, sementara pelakunya hanya mendapatkan
sangsi ringan.
5) Pengaturan yang bertele-tele.
6) Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Penyebab dari tindakan korupsi yang telah diuraikan diatas

terdapat kesaamaan dari kedua ahli yaitu kurangnya pengetahuan,

kemiskinan, hukum yang tidak tegas, dan kolonialisme. Macam-

macam penyebab korupsi yang telah dijelaskan merupakan penyebab

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


13

yang sangat kompleks, yang seharusnya dapat dicegah agar

mengurangi bahkan memberantas tindakan korupsi. Korupsi

merupakan salah satu penyakit sosial yang menyebabkan kerusakan

moral pada diri seseorang.

d. Upaya Mengatasi Korupsi

Sebagai warga negara yang bertanggungjawab dan peduli

dengan bangsa dan negara memiliki kewajiban untuk mencegah,

mengurangi dan membunuh tindakan korupsi, agar bangsa dan negara

ini bersih dari tindakan korupsi. Pasal 13 Undang-Undang Dasar No

30 tahun 2002 menjelaskan penyelenggaran program pendidikan

antikorupsi pada setiap jenjang pendidikan. Lisdiana dan Saputro

(2014:147) menyatakan bahwa upaya mengatasi korupsi Upaya

pemberantasan korupsi terdiri dari tiga unsur pembentuk yaitu:

1) Pencegahan (preventif).

2) Penindakan (reprseif).

3) Peran serta masyarakat.

2. Pendidikan Antikorupsi

a. Pengertian Pendidikan Antikorupsi

Melihat dampak negatif yang disebabkan oleh tindakan korupsi

maka pemerintah melakukan integrasi pendidikan antikorupsi pada

mata pelajaran yang ada di sekolah dasar sampai perguruan tinggi.

Pendidikan antikorupsi bertujuan untuk membentuk kesadaran pada

masyarakat terhadap dampak negatif dari tindakan korupsi. Wibowo

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


14

(2013: 38) menyatakan bahwa pendidikan anti korupsi adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan proses belajar mengajar yang

kritis terhadap nilai-nilai antikorupsi. Wijaya (2014: 24) menyatakan

bahwa pendidikan antikorupsi adalah usaha sadar untuk memberikan

pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang

dilakukan melalui pendidikan formal di sekolah, pendidikan formal di

keluarga, serta pendidikan formal di masyarakat. Pendidikan

antikorupsi diterapkan di sekolah dasar bahkan sampai perguruan

tinggi adalah untuk mencegah, mengurangi memberantas tindakan

korupsi serta mengupayakan agar generasi muda tidak menerima,

tidak memaafkan, serta menolak melakukan tindakan korupsi yang

sangat merugikan dan menghambat kesejahteraan bagi masyarakat.

b. Nilai-Nilai Pendidikan Antikorupsi

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan nilai-nilai yang

diinternalisasikan dalam pendidikan antikorupsi yaitu:

Tabel 2.1 Nilai-Nilai dalam Pendidikan Antikorupsi


No Nilai Deskripsi
1. Kejujuran Perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang
selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan.
2. Kepedulian Sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
3. Kemandirian Sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
4. Kedisiplinan Tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


15

No Nilai Deskripsi
5. Tanggungjawab Sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yang seharusnya dia lakukan, terhadap
dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa.
6. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan tugas,
serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.
7. Kesederhanaan Bersahaja, sikap, dan perilaku yang tidak
berlebihan, tidak banyak seluk-beluknya,
tidak banyak pernik, lugas, apa adanya,
hemat, sesuai kebutuhan, dan rendah hati.
8. Keberaniaan Mempunyai hati yang mantap dan rasa
percaya diri yang besar dalam
menghadapi bahaya, kesulitan, dan
sebagainya. (tidak takut, gentar, kecut)
dan pantang mundur.
9. Keadilan Sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak/ tidak pilih kasih, berpihak/
berpegang kepada kebenaran, sepatutnya,
tidak sewenag-wenang, seimbang, netral,
objektif dan proporsional.
(Wibowo, 2013: 45-46)
Nilai-nilai pendidikan antikorupsi seperti tanggungjawabharus

ada dalam diri siswa. Siswa yang memiliki sifat tanggungjawab dalam

diri akan terhindar dari tindakan korupsi, yang semakin marak di

bangsa dan negara ini. Harapan penanaman sikap tanggungjawab pada

siswa agar mampu membangun dan membentuk sikap antikorupsi

pada diri siswa.

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


16

c. Akhlak

Akhlak merupakan bentuk tingkah laku sesorang yang tertanam

dalam dirinya dan akan mucul secara spontan tanpa memerlukan

pertimbangan lebih dahulu serta dorongan dari orang lain. Imam Al-

Ghazali dalam Anwar (2010:11) menjelaskan bahwa akhlak adalah

daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong

perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan

pikiran. Abdul Karim Zaidan dalam Iiyas (1999 : 2) menyatakan

bahwa akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam

jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai

perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan

atau meninggalkannya. Akhlak mengacu pada perbuatan, tingkah

laku, sifat manusia. Allah SWT berfirman : (Q.S Asy-Syams [91) 9)

﴾٩﴿ ‫ ْفل ح زكا ها‬Rَ‫قَد أ‬


‫من‬
Artinya: ―Sungguh beruntung orang yang menyucikannya

(jiwa itu).‖Pengembangan akhlak diperlukan pendidikan, pembiasaan,

dan keteladanan serta dukungan dari lingkungan.

d. Nilai Tanggungjawab

Sikap tanggungjawab perlu ditanamkan pada diri siswa, karena

mengarah pada kewajiban-kewajiban sebagai warga negara yang baik.

Lickona (2013: 95) menjelaskan bahwa tanggungjawab adalah sisi

aktif moralitas. Tanggungjawab meliputi peduli terhadap diri sendiri

dan orang lain, memenuhi kewajiban, memberikan kontribusi terhadap

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


17

masyarakat, meringankan penderitaan orang lain, dan menciptakan

dunia yang lebih baik. Salah satu nilai karakter yang diterapkan dalam

diri siswa adalah tanggungjawab. Penerapan sikap tanggungjawab

pada diri siswa agar dapat bertanggungjawab sebagai siswa di sekolah.

Siswa yang memiliki kesadaran untuk menjalankan

kewajibannya dapat dikatakan seseorang yang bertanggung jawab.

Yaumi (2014:114) menyatakan bahwa orang yang memiliki

tanggungjawab dapat menunjukkan karakter sebagai berikut:

1) Selalu mencari tugas dan pekerjaan apa yang harus segera


diselesaikan.
2) Menyelesaikan tugas tanpa diminta atau disuruh untuk
mengerjakannya.
3) Memahami dan menerima konsekuensi dari setiap tindakan
yang dilakukan.
4) Berpikir sebelum dibuat.
5) Melakukan pekerjaan sebaik mungkin dengan hasil yang
maksimal.
6) Membersihkan atau membereskan segala sesuatu yang
digunakan setelah menggunakan sekalipun tanpa ada orang
lain yang melihatnya.
7) Selalu berusaha berbuat sebaik mungkin.
8) Terus berbuat dan tidak berhenti sebelum menyelesaikannya.
9) Ikhlas berbuat karena alasan pengabdian kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Perlunya sikap tanggungjawab diterapkan pada diri siswa, yaitu

agar siswa selalu berusaha dan menyelesaikan apa yang telah menjadi

kewajibannya sebagai siswa. Siswa yang tidak memiliki sikap

tanggungjawab pada dirinya maka siswa tersebut tidak peduli dengan

diri sendiri dan oranglain. Sikap tanggungjawab dapat juga melatih

siswa agar dapat menerima konsekuensi apa yang telah dilakukannya.

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


18

Tabel 2.2 Indikator Sikap Tanggungjawab


No Indikator Sekolah Indikator Kelas
1. Membuat laporan setiap Pelaksanaan tugas piket
kegiatan yang dilakukan dalam secara teratur.
bentuk lisan maupun tertulis.
2. Melakukan tugas tanpa disuruh. Peran serta aktif dalam
kegiatan sekolah.
3. Menunjukkan prakarsa Mengajukan usul
untukmengatasi masalah dalam pemecahan masalah.
lingkup terdekat.
4. Menghindarkan kecurangan
dalam pelaksanaan tugas.
(Kemdiknas, 2010:31)
Tujuan sikap tanggungjawab diterapkan pada diri siswa adalah

agar siswa dapat menghargai waktu, dengan siswa memiliki sikap

tanggungjawab maka akan melaksanakan tugasnya dengan baik,

melakukan kegiatan-kegiatan yang postif, serta melatih siswa untuk

berani menghadapi konsekuensi dan tantangan-tantangan dari pilihan

hidupnya.

e. Berpikir Kritis

Siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dapat

membantu siswa untuk memecahkan masalah, mengambil keputusan

dan memberi nasehat. Johnson (2009: 185) menyatakan bahwa

berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan

siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat

mereka sendiri. Susanto (2013:121) berpendapat bahwa berpikir kritis

adalah suatu kegiatan melalui cara berpikir tentang ide atau gagasan

yang berhubungan dengan konsep yang diberikan atau masalah yang

dipaparkan. Tujuan berpikir kritis adalah membantu memahami

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


19

bagaimana memandang diri sendiri, bagaimana memandang dunia,

dan bagaimana berhubungan dengan oranglain.

Tabel 2.3 Indikator Berpikir Kritis


Indikator Penjelasan
1. Memberikan a. Memfokuskan pertanyaan.
penjelasan b. Menganalisis pertanyaan.
sederhana. c. Bertanya dan menjawab tentang suatu
penjelasan.
2. Membangun a. Mempertimbangkan apakah sumber
keterampilan dapat dipercaya.
dasar. b. Mempertimbangkan suatu laporan hasil
observasi.
3. Menyimpulkan. a. Mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi.
b. Menginduksi dan mempertimbangkan
hasil induksi.
c. Membuat dan menentukan nilai
pertimbangan.
4. Memberikan a. Mendefinisikan istilah dan pertimbangan
penjelasan lanjut. definisi dalam tiga dimensi.
b. Mengidentifikasi asumsi.
5. Mengatur strategi a. Menentukan tindakan.
dan taktik. b. Berinteraksi dengan orang lain.
(Susanto, 2013:125-126)
3. Penerapan Pendidikan Antikorupsi

Penerapan pendidikan antikorupsi pada penelitian ini dibantu

dengan model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching

Learning (CTL). Suprijono (2009:79) menyatakan bahwa pembelajaran

kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) merupakan

konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarkannya dengan situasi dunia nyata yang mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya

dalam kehidupan sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


20

Keunggulan dan kelemahan dari pembelajaran Contextual

Teaching Learning menurut Suyadi (2013: 95) yaitu.

a. Keunggulan pembelajaran Contextual Teaching Learning, yaitu:


a) Pembelajaran konstekstual dapat mendorong siswa menemukan
hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan
nyata.
b) Pembelajaran konstekstual mampu mendorong siswa untuk
menerapkan hasil belajaranya dalam kehidupan nyata.
c) Pembelajaran konstekstual menekankan pada proses keterlibatan
siswa untuk menemukan materi.
b. Kelemahan pembelajaran Contextual Teaching Learning, yaitu:
a) CTL membutuhkan waktu yang lama bagi siswa untuk bisa
memahami semua materi.
b) Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam metode CTL
guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi.
c) Upaya menghubungkan antara materi di kelas dengan realitas di
dalam kehidupan sehari-hari siswa rentan kesalahan.

c. Langkah-Langkah dalam Pembelajaran CTL

Langkah- langkah pembelajaran Contextual Teaching Learning

Menurut Majid (2013:229) penerapan pembelajaran CTL dapat

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna


dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.
3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
4) Ciptakan masyarakat belajar.
5) Hadirkan model sebagai pembelajaran.
6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.
7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Penerapan pendidikan antikorupsi dengan bantuan pembelajaran

kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) diharapkan

guru mampu mentransformasikan nilai-nilai antikorupsi, jika

ditanamkan pada diri peserta didik akan memiliki manfaat bagi

kehidupan di masa depan, salah satunya untuk mencegah serta

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


21

mengurangi tindakan korupsi yang sangat merugikan serta

menyebabkan kemiskinan terhadap bangsa dan negara.

B. Hasil penelitian Relevan

Jurnal penelitian yang relevan adalah referensi untuk menunjukkan

bahwa penelitian ini menarik sebagai penelitian. Penelitian ini tidak ada

kesamaan yang persis dengan jurnal penelitian yang relevan, namun terdapat

variabel yang sama yaitu pendidikan antikorupsi. Sehingga dengan ada

persamaan variabel pendidikan antikorupsi pada jurnal relevan maka dapat

mendukung penelitian ini. Jurnal penelitian yang relevan yang digunakan

sebagai acuan dalam penelitian ini terdapat lima jurnal, yaitu:

Penelitian yang dilakukan oleh Khusna (2016) dengan judul

―Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menumbuhkan Karakter Anti

Korupsi‖. Hasil dari penelitian ini yaitu guru PAI menumbuhkan karakter

antikorupsi dengan melatih sholat lima waktu, menghargai kejujuran,

menggunakan metode untuk melatih antikorupsi, melatih peserta didik

bertanggungjawab, disiplin waktu, belajar di luar kelas dan memberi sanksi.

Penelitian yang dilakukan oleh Harmanto (2012) dengan judul

―Pendidikan Antikorupsi dalam Pembelajaran PKn Sebagai Penguat Karakter

Bangsa‖. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi guru Pendidikan

Kewarganegaraan tentang korupsi dan antikorupsi memberikan andil yang

besar kepada konstruksi siswa, di samping pengaruh dari media massa dan

elektronik.

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


22

Penelitian yang dilakukan Choiriyah, dkk (2017)dengan judul

―Konsep Pembelajaran Pkn dalam Menanamkan Pendidikan AntiKorupsi

Sejak Dini Disekolah Dasar.‖ Pelaksanaan pendidikan Antikorupsi dalam

pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan cara penerapan divisi dan

misi serta budaya sekolah yang meliputi berbagai kegiatan perilaku warga

sekolah, kantin kejujuran dan kedisiplinan serta tanggung jawab.

Penelitian yang dilakukan oleh Gitonga (2016) dengan judul

―Combating Corruption and Unethical Conduct through

Education” (Pemberantasan Korupsi dan Perilaku Tidak Etis melalui

Pendidikan). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa:

“To cause cultural and moral re-engineering and to strengthen the


capacity of the public to demand accountability, transparency, responsibility,
uniformity and responsiveness from service providers and to proactively
participate in the governance process, all people must be educated of what
constitutes corruption and what role they can play in combating it”.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah budaya dan moral dibangun

kembali dan untuk memperkuat kapasitas masyarakat untuk menuntut

akuntabilitas, transparansi, tanggungjawab, keseragaman dan responsif dari

penyedia layanan dan secara proaktif berpartisipasi dalam proses

pemerintahan, semua orang harus mengetahui tentang apa yang merupakan

korupsi dan apa peran masyarakat dalam memberantas tindakan korupsi.

Penelitian yang dilakukan oleh Assegaf (2015) dengan judul

―Policy Analysis And Educational Strategy For Anti Corruption In Indonesia

And Singapore‖(Analisis Kebijakan Dan Pendidikan Strategi Untuk Korupsi

Anti Di Indonesia Dan Singapura). Hasil penelitian ini yaitu : first,

Indonesia and

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


23

Singapore have legal basis and foundation prescribed in detailed rules,

including the loading rules in forms of bribes and gratuities. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah pertama, Indonesia dan Singapura memiliki dasar hukum

dan landasan yang ditentukan dalam aturan rinci, termasuk aturan pemuatan

dalam bentuk suap dan gratifikasi.

Berdasarkan penelitian relevan telah dilakukan oleh Khusna tahun

2016, Harmanto tahun 2012, Gitonga tahun 2016, Assegaf tahun 2015 serta

Choiriyah, dkk tahun 2017 maka penelitian ini akan mengintegrasikan

pendidikan antikorupsi dengan mata pelajaranyang ada di sekolah. Tujuan

mengintegrasikan pendidikan antikorupsi dengan mata pelajaran yang lain

supaya anak didik mampu membangun nilai-nilai antikorupsi seperti

tanggungjawab dan jujur, sehingga dapat mencegah, mengurangiserta

memberantas tindakan korupsi agar terbebas dengan tindakan korupsi di masa

depan. Penelitian ini juga tidak ada kesamaan persis dengan penelitian

relevantelah dilakukanoleh Khusna tahun 2016, Harmanto tahun 2012,

Gitonga tahun 2016, Assegaf tahun 2015 serta Choiriyah, dkk tahun

2017namun terdapatvariabel yang sama yaitu pendidikan antikorupsi.

Sehingga dengan ada persamaan variabel pendidikan antikorupsi pada

penelitian relevan yang telah dilakukan maka dapat mendukung penelitian ini

C. Kerangka Pikir

Pembentukan karakter merupakan tugas seorang guru untuk

membentuk kepribadian yang baik pada diri peserta didik, yang merupakan

salah satu tujuan dari pembelajaran. Kepribadian yang baik pada diri peserta

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018


24

didik akan dapat memberikan pengaruh yang baik pada lingkungan sekitar.

Penerapan pendidikan antikorupsi dengan menggunakan model pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), diharapkan dapat memberikan

pengaruh terhadap sikap tanggungjawab dan pengetahuan korupsi di kelas V

SD Negeri 02 Pliken yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan

antikorupsi agar peserta didik memiliki sikap antikorupsi. Kerangka pikir

dirumuskan dengan skema gambar sebagai berikut:


Memberikan pengaruh terhadap sikap tanggungjawan s

Penerapan pendidikan antikorupsi dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learni

Memberikan pengaruh kemampuan berpik

Gambar 2.1Skema Kerangka Pikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian relevan dan kerangka berpikir

diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pendidikan antikorupsi terhadap sikap tanggungjawab

di kelas V SD Negeri 02 Pliken.

2. Terdapat pengaruh pendidikan antikorupsi terhadap kemampuan berpikir

kritis di kelas V SD Negeri 02 Pliken.

Pengaruh Pendidikan Guru..., AISYAH, FKIP UMP 2018

Anda mungkin juga menyukai