Anda di halaman 1dari 16

CASE METHOD ISU-ISU KEWARGANEGARAAN

( KORUPSI E – KTP )
Dosen Pengampu : OKSARI ANASTASYA SIHALOHO, M.Pd

KELOMPOK 2
Ricke Triyani Purba (7213343017)

Virly Amaliya Putri simbolon (721334002)

Tessa Rifka Simarmata (7213343005)

Geby Karisma Ginting (7212443013)

Dormauli Berliyanti sitanggang (7213143019)

Dolse Maria Hutapea (7211143001)

Badty Silaen (7213343001)

Josua Tamba (7213143005)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BISNIS


FAKULTAS SEKONOMI
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
OKTOBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbuatan korupsi merupakan tindakan menyimpang yang tidak sesuai dengan nilai dasar
yang seharusnya tertanam pada diri seorang pegawai negeri sipil (PNS). Dikatakan demikian
karena hal ini tidak hanya membawa dampak ataupun kerugian terhadap masyarakat luas saja
namun juga akan berdampak kepada diri pribadi dan kerabat dekat pelaku korupsi. Dalam
undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, korupsi diklasifikasikan ke dalam merugikan keuangan
negara, Suap menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan
dalam pengadaan juga gratifikasi. Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia sudah dilakukan
dengan berbagai cara, namun hingga saat ini mash saja kasus korupsi di berbagai lembaga di
Indonesia tidak ada habisnya. Terdapat beberapa hambatan dalam usaha pemberantasan korupsi
di tanah air yaitu hambatan struktural, kultural, instrumental dan manajemen. Oleh karena itu
perlu dilakukan langkah-langkah untuk mengatasinya dengan cara mendesain dan menata lang
pelayanan publik yang sat ini terus menunjukkan kemajuan di beberapa lembaga pemerintahan
guna memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi serta meningkatkan pemberdayaan
perangkat pendukung dalam pencegahan korupsi. Dalam rangka pemberantasan korupsi perl
dilakukan penegakan secara terintegrasi, kerjasama internasional dan regulasi yang harmonis.
Ada banyak contoh kasus korupsi di Indonesia, salah satu yang sempat menarik perhatian pada
tahun 2011 dan 2012 yaitu kasus korupsi terhadap pengadaan e-KTP yang mana kasus ini sudah
terjadi dari tahun 2010. Diwali dengan berbagai kejanggalan yang terjadi sejak proses lelang
tender proyek bear e-KTP sehingga membuat pihak seperti Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU), Government Watch, pihak kepolisian, Konsorsium Lints Peruri dan Komisi
Pemberantasan Korupsi menaruh kecurigaan akan terjadinya korupsi ini.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, kami bermaksud merumuskan permasalahan yang berhubungan
dengan nilai-nilai dasar PNS dalam kasus korupsi e-KTP. Maka rumusan permasalahan yang
akan ditarik dalam tulisan in adalah:

1. Faktor apa saja yang menjadi penyebab penyimpangan korupsi pada kasus e-KTP
2. Dampak kasus korupsi e-KTP terhadap lingkungan ?
3. Strategi dan Solusi apa yang akan digunakan untuk memecahkan permasalahan
tersebut?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan penulisan ini yaitu:
1. Mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan pada kasus korupsi e-KTP
2. Mengetahui dampak-dampak dari penyimpangan tersebut.
3. Mengetahui strategi dan solusi apa yang dipergunakan untuk dapat memecahkan
masalah korupsi e-KTP
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Teori Korupsi
Secara etimologis, Kata "korupsi" berasal dari bahasa Latin "corruptio'(Fockema Andrea: 1951)
atau "corruptus" (Webster Student Dictionary: 1960). Dari bahasa Latin tersebut kemudian
dikenal istilah "corruption, corrupt" (Inggris), "corruption" (Perancis) dan "corruptie/ korruptie"
(Belanda). Secara harafiah korupsi mengandung arti: kebusukan, keburukan, ketidakjujuran,
dapat disuap. Kamus Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta "korupsi" diartikan sebagai:
"perbuatan yang buruk seperti: penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya"
Sedangkan menurut Kamus Bear Bahasa Indonesia "korupsi diartikan sebagai penyelewengan
atau penyalahgunaan wang Negara (perusahaan) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Menurut World Bank, korupsi adalah setiap transaksi antara pelaku dari sektor swasta dan sektor
publik melalui utilitas bersama yang secara ilegal ditransformasikan menjadi keuntungan pribadi.
Sedangkan menurut Transparency International, korupsi besar terdiri dari tindakan yang
dilakukan pemerintah yang mendistorsi kebijakan atau fungi utama negara, yang memungkinkan
para pemimpin untuk mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan para pemimpin untuk
mendapatkan keuntungan dengan mengorbankan kepentingan publik. Transparency Intemational
menggunakan Indeks Persepsi Korupsi (CPI) untuk mengukur tingkat korupsi di suatu negara
dalam sektor publik. CPI atau Corruption Perception Index merupakan indikator agregat yang
menggabungkan berbagai sumber informasi tentang korupsi, sehingga memungkinkan untuk
membandingkan tingkat korupsi setiap negara. Bentuk jenis korupsi menurut Syed Husein Alatas
menyebutkan bahwa terdapat 7 jenis korupsi:

1. Korupsi Transaktif adalah korupsi yang menunjukkan adanya kesepakatan timbal balik
antara pemberi dan penerima, demi keuntungan bersama. Kedua pihak sama-sama aktif
menjalankan perbuatan tersebut.
2. Korupsi Ekstroaktif adalah korupsi yang menyertakan bentuk-bentuk koersi (tekanan)
tertentu di mana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian yang
mengancam diri, kepentingan, orang-orangnya, atau hal-hal yang dihargai.
3. Korupsi Investif adalah korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau jasa tapa
adanya pertalian langsung dengan keuntungan bagi pemberi. Keuntungan diharapkan
akan diperoleh di masa yang akan datang
4. Korupsi Nepotistik adalah korupsi berupa pemberian perlakuan khusus kepada teman
atau yang mempunyai kedekatan hubungan dalam rangka menduduki jabatan publik
perlakuan pengutamaan dalam segala bentuk yang bertentangan dengan norma atau
peraturan yang berlaku
5. Korupsi Autogenik adalah korupsi yang dilakukan individu karena mempunyai
kesempatan untuk mendapat keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya atas
sesuatu yang hanya diketahui sendiri
6. Korupsi Suportif adalah korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang kondusif
untuk melindungi atau mempertahankan keberadaan tindak korupsi yang lain
7. Korupsi Defensif adalah korupsi yang terpaksa dilakukan dalam rangka mempertahankan
diri dari pemerasan.

Sedangkan bentuk atau perwujudan utama korupsi menurut Amundsen menyebutkan bahwa
terdapat 6 karakteristik dasar korupsi, yaitu:

1. Sup (Bribery) adalah pembayaran dalam bentuk wang atau barang yang diberikan atau
diambil dalam hubungan korupsi. Suap merupakan jumlah yang tetap, persentase dari
sebuah kontrak, atau bantuan dalam bentuk uang apapun. Biasanya dibayarkan kepada
pejabat negara yang dapat membuat perjanjian atas nama negara dan mendistribusikan
keuntungan kepada perusahaan atau perorangan.
2. Penggelapan (Embezzlement) adalah pencurian sumberdaya oleh pejabat yang diajukan
untuk mengelola sumber daya tersebut. Penggelapan merupakan salah satu bentuk
korupsi ketika pejabat pemerintah yang menyalahgunakan sumberdaya publik atas nama
masyarakat.
3. Penipuan (Fraud) adalah kejahatan ekonomi yang melibatkan jenis tipu daya, penipuan
atau kebohongan. Penipuan melibatkan distorsi maupun manipulasi informasi ole pejabat
publik. Penipuan terjadi ketika pejabat pemerintah mendapatkan tanggung jawab untuk
melaksanakan perintah dan memanipulasi aliran informasi untuk keuntungan pribadi.
4. Pemerasan (Extortion) adalah sumberdaya yang diambil dengan menggunakan paksaan,
kekerasan atau ancaman. Pemerasan adalah transaksi korupsi dimana uang diambil oleh
mereka yang memiliki kekuatan untuk melakukannya.
5. Favoritisme adalah kecenderungan diri dari pejabat negara atau politisi yang memiliki
akses sumberdaya negara dan kekuasaan untuk memutuskan pendistribusian sumberdaya
tersebut. Favoritisme juga memberikan perlakuan istimewa kepada kelompok tertentu
6. Nepotisme adalah bentuk khusus dari favoritisme. Mengalokasikan kontrak berdasarkan
kekerabatan atau persahabatan.

Terlepas dari tingkatan sosial dan pembangunan ekonomi yang ada di setiap negara,
korupsi dapat terjadi di mana saja. Korupsi umumnya terjadi di sektor publik dan sektor swasta,
dan khususnya terjadi pada pejabat publik yang memiliki tanggungjawab langsung atas ketetapan
pelayanan publik dan regulasi khusus. Dari segi politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata
kelola pemerintahan yang baik,di mana korupsi dapat menghancurkan proses formal yang sudah
dibentuk. Korupsi pada pemilu dan badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan
dalam pembuatan kebijakan, korupsi pada sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum
dan korupsi pada pemerintahan publik yang menyebabkan ketidakadilan dalam pelayanan pada
masyarakat. Korupsi juga menurunkan legitimasi pemerintahan dan nilai-nilai demokrasi.
(Nawatmi, 2014).

Perilaku korupsi dapat digambarkan sebagai tindakan tunggal yang secara rasional bisa
dikategorikan sebagai korupsi. Euben (1989) menggambarkan korupsi sebagai tindakan tunggal
dengan asumsi setiap orang merupakan individu egois yang hanya peduli pada kepentingannya
sendiri. Asumsi tersebut sejalan dengan karyanya Leviathan bahwa manusia satu berbahaya bagi
manusia lainnya, namun setiap manusia dapat mengamankan keberadaan dan memenuhi
kepentingan dirinya melalui kesepakatan bersama sehingga menjadi legitimasi dari hasil
kesepakatan bersama (standar) demi kepentingan seluruh individu/publik. Pada dasarnya sebab
manusia terdorong untuk melakukan korupsi antara

lain:

Faktor Individu

1. Sikap tamak
2. Moral yang lemah menghadapi godaan
3. Gaya hidup konsumtit

Faktor Lingkungan

1. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi


2. Aspek ekonomi
3. Aspek politis
4. Aspek organisasi

KTP ELEKTRONIK (E-KTP)

E-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem
keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis
pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP
yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK) sesuai Perpres No.26 Tahun 2009. NIK
adalah identitas penduduk dalam melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna
mendukung pelayanan publik di bidang administrasi kependudukan sesuai dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2011 (Kemendagri 2011). NIK bersifat unik atau
khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk Indonesia. NIK
terdari rangkaian angka yang mengandung makna tertentu. Dalam e-KTP terdapat data
biometrik, yaitu verifikasi dan validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik. Ada banyak
jenis pengamanan dengan cara ini, antara lain sidik jari (fingerprint), retina mata, DNA, bentuk
wajah, dan bentuk gigi. Pada e-KTP, yang digunakan adalah sidik jari. Penggunaan sidik jari e-
KTP lebih canggih dari yang selama in telah diterapkan untuk SIM (Surat Izin Mengemudi).
Fungsi dan tujuan e-KTP, antara lain:

1. Bersifat nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan izin,
pembukaan rekening Bank, dan sebagainya.
2. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP.
3. Terkait Pemilu, menjadi dasar penetapan daftar pemilih tetap.
4. Memudahkan pembuatan paspor.
5.
Pengertian 16 digit NIK, sebagai berikut:

NIK = AABBCCDDEEFFGGGG, AA:kode propinsi NIK diterbitkan,

BB : kode kabupaten/kota NIK diterbitkan,

CC : kode kecamatan NIK diterbitkan,

DD : tanggal lahir, jika wanita tanggal ditambah 40,

EE: bulan lahir,

FF : dua angka terakhir tahun lahir,

GGGG :nomor urut 0001-9999.

Perekaman e-KTP diambil di kecamatan. Data yang diambil adalah data tekstual sesuai isian di
formulir F1.07 dan non tekstual (biometrik), antara lain: sidik jari, mata, wajah, tanda tangan.

2. Data tekstual akan disinkronisasi dengan data SIAK. Beberapa item yang disinkronisasi antara
lain: NIK, nama, alamat, nama ayah, nama ibu, pekerjaan,

3.tanggal lair, status kawin. Data hasil sinkronisasi akan disimpan secara berkala dan dibuat
cadangan data untuk internal Disdukcapil.

Teknik Analisis Is: Pendekatan Fishbone Diagram

Pendekatan Fishbone diagram adalah teknik analisis isu yang berupaya untuk memahami
persoalan dengan memetakan is berdasarkan cabang-cabang terkait. Diagram tulang ikan ini
lebih menekankan hubungan sebab akibat atau yang disebut dengan cause and effect diagram.
Fishbone diagram akan mengidentifikasi berbagai sebab potensial dari satu efek atau masalah,
dan menganalisis masalah tersebut melalui sesi brainstorming. Masalah akan dipecah menjadi
sejumlah kategori yang berkaitan, mencakup manusia, material, mesin, prosedur, kebijakan, dan
sebagainya. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sei
brainstorming. Langkah-langkah pembuatan fishbone diagram adalah sebagai berikut:
1. Menyepakati pemyataan masalah
2. Mengidentifikasikategori-kategori
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
4. Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang mungkin
BAB III

ANALISIS DAN SOLUSI

Kronologis Kasus E-KTP

Pada tahun 2006 Kementerian Dalam Neger telah membuat rencana untuk membuat e-
KTP, dengan anggaran yang disediakan sebesar 6 triliun. Pengadaan e-KTP mulai dilakukan
pada tahun 2011 dengan target 6,7 juta penduduk. Lalu, pada tahun 2012 dengan target 200 juta
penduduk Indonesia. Pada pelaksanaannya.proyek e-KTP dilakukan ole konsorsium yang terdiri
dari beberapa perusahaan atau pihak terkait. Untuk memutuskan konsorsium mana yang berhak
melakukan proyek, maka pemerintah kemudian melaksanakan lelang tender pada 21 Februari
hingga 15 Mei 2011. Pemenang lelang dalam pengadaan e-KTP adalah konsorsium PNRI yang
terdiri dari beberapa perusahaan, yakni Perm PNRI, PT LEN Industri, PT Quadra Solution, PT
Sucofindo dan PT Sandipala Artha Putra. konsorsium PNRI kemudian melakukan
penandatanganan kontrak bersama untuk pengadaan e-KTP tahun anggaran 2011-2012 dengan
nilai pekerjaan sebesar Rp 5.841.896.144.993. Kontrak tersebut disepakati pada 1 Juli 2011
Kecurigaan bahwa adanya praktek korupsi pada proyek -KTP dirasakan oleh Government Watch
(GOWA), yang berbuntut pada laporan kepada KPK.

Mereka berspekulasi bahwa telah terjadi upaya pemenangan terhadap satu konsorsium
perusahaan dalam proses lelang tender berdasarkan investigasi yang telah dilakukan sejak Mart
hingga Agustus 2011. Dari hasil investigasi tersebut mereka mendapatkan petunjuk berupa
dugaan terjadinya kolusi pada proses lelang oleh Direktorat Jenderal Kependudukan dan
Pencatatan Sipil dan menemukan fakta bahwa telah terjadi 11 penyimpangan, pelanggaran dan
kejanggalan kasatmata dalam pengadaan lelang. Selanjutnya, Konsorsium Lints Peruri Solusi
menduga bahwa telahterjadinya penyalahgunaan wewenang sehingga dana untuk e-KTP
membesar hingga Rp4 triliun lebih dalam proses tender. Kenyataannya, penawaran yang
diajukan oleh Konsorsium Lintas Peruri Solusi lebih rendah, yakni sebesar Rp4,75 triliun namun
yang memenangkan tender justru konsorsium PNRI yang mengajukan penawaran lebih tinggi,
yakni sebesar Rp5,84 triliun dari anggaran senilai 5,9 triliun. Mereka juga mending bahwa
panitia lelang telah menerima uang sebesar Rp50 juta pada 5 Juli 2011 dari konsorsium
pemenang tender. Indikasi korupsi juga dipaparkan oleh Muhammad Nazaruddin pada 31 Juli
2013. Saat diperiksa oleh KPK terkait kasus Hambalang, a menyerahkan bukti-bukti terkait
korupsi e-KTP. Pengacaranya, Elza Syariet mending bahwa telah terjadi penggelembungan dana
pada proyek e-KTP. Dari total proyek sebesar Rp5,9 triliun, 45% di antaranya merupakan hasil
penggelembungan dana. la juga mengatakan bahwa Ketua Fraksi Partai Golkar Setya Novato dan
mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum terlibat dalam kasus ini. Dari laporan
- laporan seta kecurigaan pada proyek e-KTP yang telah diselidiki lebih lanjut, KPK akhirnya
menetapkan tersangka proyek megakorupsi

KTP yaitu:

1. 22 April 2014, Sugiharto diduga melakukan penyalahgunaan wewenang dan melakukan


suap pada proyek e-KTP di PR untuk tahun anggaran 2011-2013, melanggar Pasal 2 Ayat
1 subsider Pasal 3 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal
55 Ayat 1 ke-1 juncto Pasal 64 Ayat 1 KUHP. la juga diperkaya dengan wang senilai
450.000 dollar AS dan Rp 460 juta.
2. 30 September 2016, Mantan Direktur Jenderal Dukcapil Kemendagri Irman sebagai
tersangka. Motifnya melakukan korupsi serupa dengan Sugiharto, yakni demi
memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan melakukan penyalahgunaan wewenang.
Berdasarkan surat tuntutan jaksa, Irman diperkaya senilai 573.000 dollar AS, Rp2,9
miliar dan 6.000 dollar Singapura. Perkembangan kasus -KTP kemudian bergulir pada
terjadinya pelimpahan kasus e-KTP ke Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi oleh
KPK pada 1 Maret 2017.
3. 23 Mart 2017, Andi Narogong ditetapkan sebagai tersangka karena berperan dalam
meloloskan anggaran Rp 5,9 triliun untuk pembuatan KTP elektronik dan agar
rencananya lancar, ia juga membagikan uang kepada para petinggi dan anggota komisi Il
DPR serta Badan Anggaran. Andi juga berperan dalam mengatur tender dengan
membentuk tim Fatmawati, sesuai dengan lokasi rukonya sera terlibat dalam merekayasa
proses lelang, mulai dari menentukan spesifikasi teknis hingga melakukan
penggelembungan dana dalam pengadaan TP elektronik.
4. 19 Juli 2017, KPK telah menetapkan anggota PR periode 2009-2014 sekaligus politisi
Partai Golkar, Markus Nari sebagai salah satu tersangka berdasarkan Pasal 3 atau 2 ayat 1
UU Nomor 31 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU
Nomor 20 tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Alasan penetapan Markus sebagai
tersangka adalah karena ia berperan dalam penambahan anggaran e-KTP di DPR dan
diduga meminta uang sebanyak Rp 5 miliar kepada Irma dalam pembahasan
perpanjangan anggaran -KTP sebesar Rp 1,4 triliun. Di samping itu a juga diduga telah
menerima uang sebesar Rp 4 miliar, berupaya menghalangi penyidikan yang dilakukan
oleh KPK dalam menguak kasus e-KTP dan diduga memengaruhi anggota PR Miryam S
Haryani untuk memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
5. 27 September 2017, KPK menetapkan Anang Sugiana Sudiharjo, direktur utama PT
Quadra Solutions sebagai tersangka keenam pada kasus megakorupsi e-KTP. Penetapan
tersebut dilakukan berdasarkan dua bukti yang ditemukan oleh penyidik KPK beserta
fakta-fakta yang dibeberkan oleh Irman, Sugiharto dan Andi Narogong dalam
persidangan. Anang terbukti terlibat dalam penyerahan sejumlah uang kepada Setya
Novato dan anggota PR lainnya dari Andi Narogong. Hal itu membuatnya melanggar
Pasal 2 ayat (1) subsider Pasal 3 Undang-Undang tentang pemberantasan Tipikor Nomor
20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Junto Pasal 55 Ayat (1)
ke-1 KUHP.
6. 17 Juli 2017, Setya Novato ditetapkan sebagai tersangka karena diduga melakukan
penyalahgunaan wewenang dan tindakan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
korporasi dengan ikut mengambil andil dalam pengaturan anggaran proyek e-KTP
sebesar Rp 5,9 triliun sehingga merugikan negara hingga Rp 2,3 triliun. Namun sempat
dibatalkan oleh Hakim Cepi pada sidang praperadilan lanjutan yang diselenggarakan
pada 29 September 2017, Menurut Hakim Cepi, penetapan Novanto sebagai tersangka
tidak sah karena diputuskan di awal penyidikan, bukan di akhir. Selain itu ia juga tidak
bisa menerima alat bukti yang digunakan KPK untuk menangkap Novanto karena telah
digunakan sebelumnya dalam penyidikan Irman dan Sugiharto. Pada akhirnya Setya
Novato ditetapkan kembali sebagai tersangka oleh KPK pada tanggal 10 November 2017.
Penyebab Kasus Korupsi E-KTP Diagram Fishbone

Kasus korupsi e-KTP di Indonesia sudah merugikan negara sebesar 2.314 Triliun dimana
korupsi tersebut sudah menggerus hampir separuh dari anggaran yang telah dianggarkan untuk
proyek tersebut. Terdapat beberapa oknum yang terlibat dalam kasus e-KTP ini di antaranya, 62
orang anggota DPR periode 2009-2014, sejumlah pejabat Kemendagri dan pengusaha swasta
serta ketua DPR-RI Setya Novato. Semenjak terungkapnya kasus ini, KPK terus melakukan
berbagai penyelidikan dan investigasi untuk dapat mengungkap dalang dari kasus korupsi proyek
e-KTP ini. Selama proses penyelidikan kasus ini, para pihak berwenang harus mampu
menjalankan tugasnya dengan sangat baik untuk menciptakan keadilan atas tersangka Setya
Novato.

Selanjutanya GAMBAR DIAGRAM FISHBONENYA

Pada Diagram Fishbone di atas, dapat dilihat bahwa terdapat 3 penyebab utama kasus korupsi e-
KTP yaitu:

A. Kesempatan korupsi yang diberikan oleh penguasa kepada perusahaan-perusahaan yang


mengikuti tender, Keserakahan pemimpin, serta Kekuasaan yang disalahgunakan oleh
para pemimpin merupakan indikasi bahwa pemimpin memiliki standar tindakan yang
buruk. Tingkah laku seorang pimpinan dapat memicu perilaku korupsi. Setya Novato
sebagai eks-ketua PR dan sebagai tersangka utama dalam kasus -KTP berandil besar
dalam terjadinya korupsi ini.
B. Keserakahan para pemimpin dan perusahaan - perusahaan yang mengikuti tender / masuk
dalam konsorsium merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi e-KTP. Hal ini
sesuai dengan teori GONE - Jack Bologne: Teori GONE: Greed + Opportunity + Need +
Expose Faktor-faktor penyebab korupsi adalah keserakahan (greed), kesempatan
(Opportunity), kebutuhan (Needs), dan pengungkapan (Expose). Keserakahan berpoten
si dimiliki setiap orang dan berkaitan dengan individu pelaku korupsi. Organisasi,
instansi, atau masyarakat luas dalam keadaan tertentu membuka faktor kesempatan
melakukan kecurangan.
C. Kurangnya pengawasan yang terjadi baik dalam sistem manajemen maupun individu
merupakan salah satu penyebab dari korupsi. Baik dari internal pemerintah yaitu
inspektorat PR maupun lemahnya lembaga – lembaga pengawas pemerintah.

Dampak Korupsi E-KTP

Beberapa dampak kerugian dari kasus penyelewengan ini yaitu :

 Distribusi e-KTP yang tidak merata dan terhambat dikarenakan stok blanko/chip yang
kurang.
 Menurunnya kepercayaan publik pada partai, parlemen, maupun lembaga lembaga
pemerintahan.
 Kerugian yang besar terhadap bidang ekonomi Indonesia, Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) memastikan bahwa kerugian negara akibat kasus mega korupsi e-KTP
adalah sebesar Rp 2,3 triliun. Hal ini akan menambah tingkat kemiskinan, pengangguran
dan juga kesenjangan sosi…
 Penegakan hukum yang lebih ditegaskan, dengan memberikan hukuman seberat -
beratnya untuk para pelaku tindak pidana korups
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mega Korupsi e-KTP termasuk dalam Kejahatan Luar Biasa yang berdampak sangat
merugikan bagi negara. Korupsi e-KTP pun merupakan salah satu kasus korupsi yang sangat
terencana dan terorganisir, mulai dari penggelembungan anggaran yang sudah direncanakan
sejak awal proyek hingga dalam proses pengadaannya yang melibatkan banyak pihak dari
perusahaan – perusahaan pengadaan e-TP hingga para pimpinan - pimpinan lembaga dan negara.
Dampak ekonomi yang ditimbulkan juga sangat besar, sebanyak 2,3 Triliun anggaran atau
hampir setengah dari anggaran yang digunakan untuk proyek e-KTP digunakan untuk korupsi,
hal ini menimbulkan kerugian bagi masyarakat luas mulai dari distribusi e-KTP yang menjadi
tersendat hingga kesulitan masyarakat memenuhi syarat administrasi di berbagai bidang, karena
seperti yang kita ketahui bahwa e-KTP merupaka salah satu syarat dasar dalam memperoleh
layanan dalam masyarakat. Oleh karena itu perlu adanya solusi dan strategi terbaik untuk
menanggulangi masalah korupsi seperti ini, mulai dari melakukan edukasi, pencegahan, hingga
penindakan kepada para pelaku korupsi.

B. Saran

Dapat kita ketahui Korupsi terjadi di mana saja Dapat di cegah dengan melakukan
Pembangunan generasi muda yang paham tentang pentingnya mencegah tindak korupsi.
Membuat pusat layanan pengaduan tindak korupsi. Memberikan hukuman yang dapat
menimbulkan efek jera agar tindak korupsi tidak terulangi kembali pada masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Andvig JC, Fjeldtad OH, Amundsen I, Sissener T, Søreide T. 2000. Research on

Corruption: A Policy Oriented Survey. [NORAD] Norwegian Agency for Development Co-
operation.

[Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri. 2011. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9
Tahun 2011. Tentang Pedoman Penerbitan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk
Kependudukan Secara Nasional

Modul Pelatihan Dasar CPNS Analisis Isu Kontemporer

Modul Pelatihan Dasar CPNS Anti Korupsi

Nawatmi S. 2014. Korupsi dan Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Asia Pasifik. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi (JBE), Maret 2014, Hal 73-82, Vol 21.

Waluyo S. 2016. Grand Corruption dan Defisit Demokrasi: Studi Kasus KTP Elektron ik. Jurnal
Informatika Terpadu Vol 2 No 1 (2016)

https://id.wikipedia.org/wiki/Kasus_korupsi_e-KTP(diakses 6 Aprill 2021)

https://www.kompasiana.com/nikenrahmitasari1218/5df059a7d541df5ab00cb9c4/megakorupsi-
e-ktp-faktor-organisasi-menjadi-penyebab-utama?page=all

https://hot.liputan6.com/read/4436038/faktor-penyebab-korupsi-lengkap-dengan-teori-dan-
jenisnya

https://www.kompasiana.com/yeninov/5a9f9952cf01b470b33ca7c2/dampak-korupsi-e-ktp-di-
berbagai-bidang (diakses 6 April 2021)

Anda mungkin juga menyukai