Anda di halaman 1dari 5

IKHITISAR MODUL PERLUASAN WAWASAN (ANTI KORUPSI)

Oleh : 02. Agustina Retno Kusumaningrum, S.I.P. BKPSDM Kab. Subang

Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK) adalah lembaa negara


yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari
pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. KPK
didirikan berdasarkan kepada UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi. KPK berpedoman pada lima asas, yaitu kepastian hukum,
keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK bertanggung
jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada
Presiden, DPR, dan BPK.
A. Pengertian
1. Gratifikasi
Dasar hukum gratifikasi adalah UU Nomor 31 Tahun 1999 dan UU Nomor 20
Tahun 2001. Menurut Penjelasan Pasal 12B Ayat (1) UU Nomor 31 Tahun 1999
juncto UU Nomor 20 Tahun 2001, Yang dimaksud gratifikasi adalah pemberian
dalam arti luas, yakni meliputi pemberian biaya tambahan (fee), uang, barang,
rabat (diskon), komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi
tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri yang dilakukan
dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
Ancaman hukuman untuk gratifikasi adalah dipidana penjara seumur hidup
atau pidana penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda
paling sedikit 200 juta rupiah dan paling banyak 1 miliar rupiah. Setiap gratifikasi
yang diperoleh pegawai negeri sipil atau penyelenggara negara dianggap suap,
namun ketentuan yang sama tidak berlaku apabila penerima melaporkan gratifikasi
yang diterimanya kepada KPK yang wajib dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh)
hari terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.

2. Korupsi
Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk
pada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka
mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Perilaku korupsi identik
dengan penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk
keuntungan sendiri.
B. Penyelenggara Negara
Meliputi :
1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara
2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara
3. Menteri
4. Gubernur
5. Hakim
6. Pejabat negara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam kaitannya
dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

C. Bentuk Korupsi
Bentuk Korupsi Bentuk Korupsi Menurut M.
Amien Rais

1. Penyuapan (bribery), baik memberi atau 1. Korupsi ekstortif, berupa


menerima suap dalam bentuk apapun sogokan dari pengusaha ke
2. Embezzlement, yaitu tindakan penipuan penguasa
dan pencurian sumber daya oleh pihak 2. Korupsi manipulatif, seperti
yang mengelola sumber daya tersebut permintaan seseorang yang
3. Fraud, yaitu tindakan kejahatan memiliki kepentingan ekonomi
ekonomi yang melibatkan penipuan kepada eksekutif atau legislatif
(trickery or swindle) terkait peraturan/UU yang
4. Excortion, tindakan meminta uang atau menguntungkan baginya
sumber daya dengan cara paksa disertai 3. Korupsi nepotistik, yaitu terkait
intimidasi dengan ikatan kekeluargaan,
5. Favouritism, yaitu penyalahgunaan pertemanan, dsbnya
kekuasaan yang berimplikasi pada 4. Korupsi subversif, yakni mereka
privatisasi sumber daya yang merampok kekayaan
6. Melanggar hukum yang berlaku dan negara untuk dialihkan ke pihak
merugikan negara asing demi keuntungan pribadi
7. Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan
secara kolektif atau korupsi berjamaah
Faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab tindakan korupsi diantaranya :
1. Iman yang tidak kuat
2. Lemahnya penegakan hukum
3. Kurangnya sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat
4. Desakan kebutuhan ekonomi
5. Pengaruh lingkungan

D. Jenis Korupsi
Memperhatikan UU Nomor 31 Tahun 1999 dan UU Nomor 20 tahun 2001
tindak pidana korupsi dapat dilihat dari dua segi yaitu korupsi aktif (melakukan,
memberi, menyalahgunakan wewenang, dsbnya) dan korupsi pasif (menerima
pemberian, janji, bahan baku, hadiah, dsbnya). Sedangkan dalam prakteknya
dikenal 2 jenis korupsi, yaitu :
1. Administrative Corruption dimana segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai
dengan hukum/peraturan yang berlaku akan tetapi individu-individu tertentu
memperkaya dirinya sendiri.
2. Againts The Rule Corruption, yaitu korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya
bertentangan dengan hukum.

E. Penyebab Korupsi
Menurut Prof. Dr. Nur Syam, M.Si penyebab seseorang melakukan korupsi
adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu
ditahannya. Sedangkan menurut Erry R. Hardjapamekas, penyebab tingginya kasus
korupsi di Indonesia diantaranya:
1. Kurangnya keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa
2. Rendahnya gaji PNS
3. Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan
perundang-undangan
4. Rendahnya integritas dan profesionalisme
5. Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan, dan
birokrasi belum mapan
6. Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat
7. Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika

F. Ciri-ciri Korupsi
Korupsi dimana pun dan kapan pun selalu memiliki ciri khas, diantaranya:
1. Melibatkan lebih dari satu orang
2. Korupsi tidak hanya berlaku dikalangan PNS atau birokrasi namun juga
diorganisasi usaha swasta
3. Korupsi dapat mengambil bentuk menerima sogok, uang kopi, salam tempel,
uang semir, uang pelancar, baik dalam bentuk uang tunai atau benda atau
wanita
4. Umumnya serba rahasia, kecuali sudah membudaya
5. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak selalu
berupa uang
6. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan
7. Setiap perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan
pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat
8. Di bidang swasta korupsi dapat berbentuk menerima pembayaran uang untuk
membuka rahasia perusahaan dengan mengambil komisi

G. Akibat Korupsi
Korupsi terutama korupsi sistematis selalu membawa konsekuensi negatif,
diantaranya:
1. Korupsi mendelegetimasi proses demokrasi dengan mengurangi kepercayaan
publik terhadap proses politik melalui politik uang.
2. Korupsi mendistorsi pengambilan keputusan pada kebijakan publik, membuat
tiadanya akuntabiilitas publik dan menafikan the rule of law.
3. Korupsi meniadakan sistem promosi dan hukum hanya melayani kekuasaan dan
pemilik modal
4. Kerupsi mengakibatkan proyek-proyek pembangunan dan fasilitas umum
bermutu rendah dan tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
5. Korupsi mengakibatkan jatuhnya sistem ekonomi karena produk yang tidak
kompetitif dan penumpukan beban hutang luar negeri.

H. Strategi Pemberantasan Korupsi


Menurut Andi Hamzah, strategi pemberantasan korupsi bisa disusun dalam
tiga tindakan terprogram, yaitu :
1. Strategi Preventif
Mencegah terjadinya korupsi dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor-
faktor penyebab atau peluang terjadinya korupsi.
2. Public Education
Pendidikan anti korupsi bisa dilakukan dengan sasaran:
a. Pendidikan anti korupsi bagi aparatur pemerintah dan calon aparatur
pemerintah
b. Pendidikan antikorupsi bagi masyarakat luas melalui lembaga-lembaga
keagamaan dan tokoh-tokoh masyarakat.
3. Strategi Punishment
Yaitu tindakan memberi hukuman terhadap pelaku tindak pidana korupsi.
Untuk mencapai visi jangka panjang dan menengah strategi pencegahan dan
pemberantasan korupsi, maka perlu dilakukan strategi berikut:
1. Pencegahan
Keberhasilan strategi pencegahan diukur berdasarkan peningkatan nilai Indeks
Pencegahan Korupsi, yang hitungannya diperoleh dari dua sub indikator yaitu
Control of Corruption Index dan peringkat kemudahan berusaha (ease of doing
business) yang dikeluarkan oleh World Bank.
2. Penegakan hukum
Tingkat keberhasilan diukur berdasarkan Indeks Penegakan Hukum Tipikor yang
diperoleh dari presentase penyelesaian setiap tahapan dalam proses penegakan
hukum terkait kasus Tipikor.
3. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan
Tingkat keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan presentase keseuaian
regulasi anti korupsi Indonesia dengan klausul UNCAC.
4. Kerjasama internasional dan penyelamatan aset hasil tipikor
Keberhasilan strategi ini diukur dari presentase pengembalian aset hasil tipikor
ke kas negara berdasarkan putusan pengadilan dan presentase tingkat
keberhasilan kerjasama internasional terkait pelaksanaan permintaan dan
penerimaan permintaan Mutual Legal Assistance (MLA) dan Ekstradisi.
5. Pendidikan dan budaya anti korupsi
Tingkat keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan Indeks Perilaku Antikorupsi
yang ada dikalangan tata kepemerintahan maupun individu di seluruh Indonesia.
6. Mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi
Keberhasilannya diukur berdasarkan indeks tingkat kepuasan pemangku
kepentingan terhadap laporan PPK.

Anda mungkin juga menyukai