Anda di halaman 1dari 3

PENATAAN PNS BERBASIS KOMPETENSI

Oleh: Deli Indra Wahyudi

Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah


melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Dalam rangka mewujudkan tujuan nasional, dibutuhkan Pegawai Aparatur Sipil Negara
(ASN), yang diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas
pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu.
Untuk dapat menjalankan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas
pembangunan tertentu, Pegawai ASN harus memiliki profesi dan Manajemen ASN yang
berdasarkan pada Sistem Merit atau perbandingan antara kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang
dimiliki oleh calon dalam rekrutmen, pengangkatan, penempatan, dan promosi pada
jabatan yang dilaksanakan secara terbuka dan kompetitif, sejalan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik.
Dalam rangka mendukung kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan
pembangunan nasional, diperlukan jumlah dan mutu Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
tepat untuk mampu memberikan pelayanan publik secara adil dan merata. Di dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang ASN dijelaskan PNS diangkat dalam
pangkat dan jabatan tertentu pada Instansi Pemerintah. Pengangkatan PNS dalam jabatan
tertentu berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan kompetensi, kualifikasi, dan
persyaratan yang dimiliki oleh pegawai.
Untuk memperoleh kuantitas, kualitas, komposisi, dan distribusi PNS yang tepat
sesuai dengan kebutuhan organisasi, mewujudkan visi dan misi organisasi menjadi
kinerja yang nyata, meningkatkan profesionalisme pegawai serta sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 perlu dilakukan penataan PNS berbasis
kompetensi. Dalam pelaksanaan penataan PNS, seringkali Instansi terjebak pada rutinitas
belaka misalnya penataan PNS dilakukan dengan berdasarkan pada masa kerja tanpa
memperhitungkan kompetensi yang dimiliki oleh seorang PNS

Kompetensi
Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 8 Tahun
2013, definisi kompetensi adalah karakteristik dan kemampuan kerja yang mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan. Untuk
mendukung terwujudnya profesionalisme Pegawai Negeri Sipil diperlukan standar
kompetensi jabatan yang wajib dimiliki oleh setiap Pegawai Negeri Sipil.

Penataan PNS
Penataan PNS adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
memperoleh kuantitas, kualitas, komposisi dan distribusi pegawai yang tepat sesuai
dengan kebutuhan organisasi, sehingga dapat mewujudkan visi dan misi organisasi
menjadi kinerja nyata.
Dalam pelaksanaan penataan PNS, Instansi Pusat dan Daerah wajib melakukan
analisis jabatan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang
menghasilkan informasi jabatan. Apabila informasi jabatan telah tersedia, maka instansi
pusat dan daerah wajib melakukan peninjauan kembali atas informasi jabatan tersebut.
Penataan PNS dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
1. Menghitung kebutuhan pegawai dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
2. Menganalisis kesenjangan antara profil PNS dengan syarat jabatan.
3. Menentukan Kategori Jumlah Pegawai pada Instansi Pusat dan Daerah dengan cara
membandingkan antara hasil penghitungan kebutuhan pegawai setiap jabatan
dengan jumlah pegawai yang ada

Penataan PNS Berbasis Kompetensi


Dalam melaksanakan penataan PNS berbasis kompetensi, dapat dilakukan
dengan beberapa langkah, antara lain :
1. Merekrut PNS yang berkualitas secara profesional sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Melalui langkah ini diharapkan tersedianya PNS-PNS yang
berkompeten dan siap ditempatkan sesuai bidang keahliannya. Langkah ini dapat
dijalankan melalui upaya melakukan identifikasi kebutuhan PNS melalui Analisis
Kebutuhan Pegawai (termasuk analisis jabatan) serta menyusun job pricing dan
job grading yang dapat dilakukan secara bersama-sama dengan seluruh instansi.
Dengan melakukan upaya identifikasi kebutuhan PNS melalui analisis beban kerja
akan menghasilkan informasi tentang kelebihan atau kekurangan pegawai,
khususnya tenaga fungsional.
2. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan PNS berbasis kompetensi. Langkah ini
menekankan pada penguatan kompetensi PNS melalui kegiatan-kegiatan
kediklatan yang sangat dibutuhkan organisasi. Langkah ini dijalankan melalui
upaya peningkatan kemampuan PNS baik kemampuan teknis, manajerial, maupun
administratif sesuai kebutuhan organisasi dan kebutuhan pegawai dengan
berbasis pada Training Needs Assessment (TNA). Pengembangan kebijakan pada
dimensi pendidikan dan pelatihan PNS memang belum banyak dilakukan inovasi
oleh instansi. Pada umumnya kebijakan diklat hanya berupa pengiriman diklat
baik formal maupun teknis ketika ada penawaran. Oleh karenanya, perlu
dikembangkan assessment center dan development center sebagai sarana untuk
menyeleksi dan mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan potensi
PNS.
3. Menempatkan PNS sesuai standar kompetensi yang dibutuhkan. Langkah ini
menekankan pada kesesuaian antara kompetensi pejabat yang akan menduduki
suatu jabatan dengan persyaratan kompetensi yang dibutuhkan oleh jabatan
tersebut. Langkah ini dijalankan melalui upaya penyusunan standar kompetensi
jabatan; pelaksanaan assessment bagi calon pejabat dan seluruh PNS; serta
menciptakan indikator kinerja bagi PNS yang ditempatkan dalam suatu jabatan,
sehingga bisa diukur dan dievaluasi pencapaian-pencapaian kinerjanya dalam
menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Selain upaya tersebut, juga diperlukan
kebijakan penyusunan pola/alur karir PNS yang jelas dan tegas dengan melakukan
perumpunan atas lingkup atau bidang tugas yang sama. Hal ini sangat berguna
karena, (1) bagi organisasi, agar diperoleh PNS yang betul-betul paham atau ahli
akan suatu bidang tertentu dan upaya pengembangannya akan segaris/linear, (2)
bagi PNS itu sendiri, akan memudahkan dalam merencanakan karir dan
pengembangan potensinya dimasa mendatang.
4. Meningkatkan kesejahteraan PNS berbasis pada kinerja. Langkah ini diarahkan
untuk memotivasi kinerja PNS dengan jalan memberikan tunjangan kinerja dan
fasilitas pendukung lainnya. Insentif atau tunjangan yang diberikan memberikan
bobot yang lebih besar pada kinerja (prestasi kerja) disamping kedisiplinan.
Adapun fasilitas pendukung lainnya juga sangat penting demi menjaga loyalitas
dan integritas aparatur daerah, fasilitas ini dapat berupa pemberian kesehatan
gratis, konsultasi psikologi, atau melaksanakan kegiatan bersama di luar kantor
(family day atau outbond).
5. Mengembangkan budaya kerja organisasi. Langkah ini mengedepankan kesamaan
visi dan persepsi PNS secara utuh dalam mendukung pencapaian tujuan
organisasi. Langkah ini dapat dijalankan dengan melaksanakan forum kelompok
budaya kerja secara reguler yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi,
semangat, serta penegasan diri dalam menjalankan peran sebagai pelaksana tugas
pemerintahan, upaya selanjutnya adalah menciptakan nilai-nilai dasar organisasi
yang kemudian menjadi landasan bagi aparatur dalam bertindak dan berperilaku
sesuai fungsinya kepada pelanggan atau masyarakat.
Penutup
Pelaksanaan penataan PNS merupakan kegiatan yang dinamis mengikuti
perubahan lingkungan strategis dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Upaya
penataan SDM Aparatur dapat berjalan dengan optimal jika didukung oleh pejabat
pembina kepegawaian (PPK), oleh karenanya PPK perlu untuk mengawal kebijakan
kepegawaian sejak proses pengadaan hingga pemberhentian pegawai. Selain itu, dituntut
pula inovasi dan kreativitas PPK dengan didukung secara penuh oleh seluruh aparatur
dalam mewujudkan penataan di bidang kepegawaian yang optimal dalam rangka
mendorong tercapainya reformasi birokrasi.

Anda mungkin juga menyukai