Anda di halaman 1dari 6

1.

Sejarah Korupsi
Korupsi merupakan gejala masyarakat yang dapat dijumpai dimana-mana.
Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap negara dihadapkan pada masalah
korupsi. Tidak berlebihan jika pengertian korupsi selalu berkembang dan
berubah sesuai dengan perubahan zaman. Sementara itu, pengertian korupsi
dibedakan menjadi 3 yakni:
 Menurut Etimologi
Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus” yang
berarti kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,
dan tidak bermoral kesucian. Dan kemudian muncul dalam bahasa
Inggris
dan Perancis “Corruption” yang berarti menyalahgunakan
wewenangnya, untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Dari bahasa latin turun ke banyak bahasa Eropa seperti
Inggris: corruption, corrupt; Perancis: corruption; dan Belanda:
corruptie (korruptie), dari bahasa Belanda itulah turun ke bahasa
Indonesia menjadi korupsi. Arti harfiah kata tersebut ialah kebusukan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral.
 Menurut Kamus
Korup=busuk, palsu, suap (kamus besar Bahasa indonesia,1991)
•Korup=suka menerima uang sogok, menyelewengkan uang/barang
milik perusahaan atau negara, menerima uang dengan menggunakan
jabatan untuk kepentingan pribadi (kamus hukum,2002)
•Korup=kebejatan, ketidakjujuran, tidak bermoral,penyimpangan dari
kesucian (the lexicon webster dictionary,1978)
•Korupsi adalah ajakan (dari seorang pejabat politik)dengan
pertimbangan-pertimbangan yang tidak semestinya (misalnya suap)
untuk melakukan pelanggaran tugas. Menurut kamus lengkap “Web
Ster’s Third New International Dictionary”
 Menurut Para Ahli
Pengertian korupsi pada dasarnya dapat memberi warna pada korupsi
dalam hukum positif, karena itu, maka rumusan pengertian korupsi
tidak ada yang sama pada setiap negara.
a) Menurut Syed Hussein Alatas dalam bukunya “Corruption and
the Disting of Asia” menyatakan “bahwa tindakan yang dapat
dikategorikan sebagai korupsi adalah penyuapan, pemerasan,
nepotisme, dan penyalahgunaan kepercayaan atau jabatan
untuk
kepentingan pribadi. “Manifestasi dari sebuah perilaku bisa
dikategorikan sebagai praktik korupsi, menurut Hussein Alatas,
apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.Korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang.
2.Korupsi pada umumnya dilakukan penuh kerahasiaan.
3.Korupsi melibatkan elemen saling menguntungkan dan saling
berkewajiban.
4.Pihak-pihak yang melakukan korupsi biasanya bersembunyi
dibalik justifikasi hukum.
5.Pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi adalah pihak
yang berkepentingan terhadap sebuah keputusan dan dapat
mempengaruhi.
6.Tindakan korupsi adalah penipuan baik pada badan publik
atau masyarakat umum.
7.Setiap tindak korupsi adalah suatu pengkhianatan
kepercayaan.
8.Setiap tindak korupsi melibatkan fungsi ganda yang
kontradiktif dari mereka yang melakukan korupsi.
9.Suatu perubahan korupsi melanggar norma-norma
tugas dan pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat.
b) Menurut Jeremy Pope, “Korupsi melibatkan perilaku dipihak
para pejabat sektor publik, baik politisi maupun pegawai negeri
sipil. Mereka secara tidak wajar dan tidak sah memperkaya diri
sendiri atau orang yang dekat dengan mereka dengan
menyalahgunakan wewenang yang dipercayakan kepada
mereka”.

2. Bentuk-Bentuk Korupsi
1. Korupsi Merugikan Keuangan Negara
Jenis-jenis korupsi yang pertama adalah korupsi uang negara. Jenis
perbuatan yang merugikan negara ini terbagi menjadi dua bagian,
a.Mencari keuntungan dengan cara melawan hukum dan
b.Merugikan negara serta menyalahgunakan jabatan untuk mencari
keuntungan dan merugikan negara.
Syaratnya harus ada keuangan negara yang masih diberikan. Biasanya
dalam bentuk tender, pemberian barang, atau pembayaran pajak yang tidak
sesuai.
2. Korupsi Suap Menyuap
Jenis-jenis korupsi berikutnya adalah korupsi suap menyuap yang
merupakan tindakan pemberian uang atau menerima uang atau hadiah
yang dilakukan oleh pejabat pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya sebagaimana
perbedaan hukum formil dan materiil. Contoh dari kasus korupsi suap-
menyuap:
1. Menyuap pegawai negeri yang karena jabatannya bisa menguntungkan
orang yang memberikan suap, menyuap hakim, pengacara, atau advokat.
Korupsi jenis ini telah diatur dalam UU PTPK.
2. Oknum Pegawai DINKES menerima sejumlah uang dari Farmasi tuntuk
memasukan obat tertentu. Oknum Pegawai DINKES menerima uang untuk
meloloskan Izin Praktik RS/Dokter.
3. Korupsi Penggelapan Jabatan
Penggelapan dalam jabatan termasuk juga ke dalam kategori yang sering
dimaksud sebagai penyalahgunaan jabatan, yakni tindakan seorang pejabat
pemerintah dengan kekuasaan yang dimilikinya melakukan penggelapan
laporan keuangan, menghilangkan barang bukti atau membiarkan orang
lain menghancurkan barang bukti yang bertujuan untuk menguntungkan
diri sendiri dengan jalan merugikan negara.
4. Korupsi Tindakan Pemerasan
Tindakan pemerasan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pegawai
negeri atau penyelenggara negara untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain dengan cara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya dengan memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri. Pemborong proyek curang
terkait dengan kecurangan
5. Perbuatan Curang
proyek bangunan yang melibatkan pemborong (kontraktor), tukang,
ataupun took bahan bangunan. Mereka dapat melanggar Pasal 7 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 31Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 dengan ancaman penjara maksimal 7 tahun atau
denda maksimal Rp350 juta. Pengawas proyek juga curang, dengan
membiarkan bawahannya melakukan kecurangan terkait dengan pekerjaan
penyelia (mandor/supervisor) proyek yang membiarkan terjadinya
kecurangan dalam proyek bangunan. Pelakunya dianggap melanggar Pasal
7 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 dengan ancaman penjara maksimal 7
tahun atau denda maksimal Rp350 juta.
6. Benturan Kepentingan
dalam Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menghadirkan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh suatu instansi atau
perusahaan. Orang atau badan yang ditunjuk untuk pengadaan
barang atau jasa ini dipilih setelah melalui proses seleksi yang disebut
dengan tender. Pada dasarnya, proses tender harus berjalan dengan bersih
dan jujur. Instansi atau kontraktor yang rapornya paling bagus dan
penawaran biayanya paling kompetitif, maka instansi atau kontraktor
tersebut yang akan ditunjuk dan menjaga, pihak yang menyeleksi tidak
boleh ikut sebagai peserta. Jika ada instansi yang bertindak sebagai
penyeleksi sekaligus sebagai peserta tender maka itu dapat dikategorikan
sebagai korupsi. Hal ini telah diatur dalam Pasal 12 huruf I UU PTPK.
7. Korupsi Gratifikasi
Jenis-jenis korupsi berikutnya adalah korupsi gratifikasi yang merupakan
tindakan pemberian hadiah yang diterima oleh pegawai Negeri atau
Penyelenggara Negara dan tidak dilaporkan kepada KPK dalam jangka
waktu 30 hari sejak diterimanya gratifikasi. Gratifikasi dapat berupa uang,
barang, diskon, pinjaman tanpa bunga, tiket pesawat, liburan, biaya
pengobatan, serta fasilitas-fasilitas lainnya. Jenis korupsi ini diatur dalam
Pasal 12B UU PTPK dan Pasal 12C UU PTPK. Contoh Gratifikasi: a.
Oknum Pegawai Dinkes menerima hadiah liburan
dari PBF. b. Oknum Pejabat Dinkes menerima uang dari
tenaga Kesehatan.

Kelompok Kurupsi Berdasarkan Tipe Syed Hussein Alatas yang


mengemukakan bahwa berdasarkan tipenya korupsi dikelompokkan
menjadi tujuh jenis korupsi sebagai berikut:
1. Korupsi transaktif (transactive corruption) yaitu menunjukkan kepa- da
adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan pihak penerima,
demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan
tercapainya keuntungan ini oleh kedua-duanya.
2. Korupsi yang memeras (extortive corruption) adalah jenis korupsi di
mana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian
yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau orang-orang dan
hal-hal yang dihargainya.
3. Korupsi investif (investive corruption) adalah pemberian barang atau
jasa tanpa ada pertalian langsung dari keuntungan tertentu, selain
keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.
4. Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption) adalah penunjukan yang
tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan
dalam
pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang
mengutamakan dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada
mereka, secara
5. Korupsi defensif (defensive corruption) adalah perilaku korban korupsi
dengan pemerasan, korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan
diri. 6. Korupsi otogenik (autogenic corruption) yaitu korupsi
yang dilaksanakan oleh seseorang seorang diri.
7. Korupsi dukungan (supportive corruption) yaitu korupsi tidak secara
langsung menyangkut uang atau imbalan langsung dalam bentuk lain.

Anda mungkin juga menyukai