Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ni Made Arista Pramawati

NIM : P07134222013

Kelas : IIA

Prodi : Sarjana Terapan

Jurusan : Teknologi Laboratorium Medis

Mata Kuliah : PBAK

➢ PENGERTIAN KORUPSI

Korupsi berasal dari Bahasa latin yaitu Corruptus dan Corruption, artinya buruk, bejad,
menyimpang dari kesucian, perkataan menghina, atau memfitnah. Dalam Black Law Dictionary, Korupsi
adalah suatu perbuatan yang dilakukan dengan sebuah maksud untuk mendapatkan beberapa keuntungan
yang bertentangan dengan tugas resmi dan kebenaran-kebenaran lainnya. Korupsi juga dapat diartikan
sebagai sesuatu perbuatan dari suatu yang resmi atau kepercayaan seseorang yang mana dengan
melanggar hukum dan penuh kesalahan memakai sejumlah keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang
lain yang bertentangan dengan tugas dan kebenaran-kebenaran lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia korupsi memiliki makna sebagai penyelewengan/penyalahgunaan uang negara (perusahaan,
organisasi, yayasan, dsb) untuk memperoleh keuntungan pribadi atau orang lain.

Prinsip korupsi dikategroikan sebagai tindakan setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana
yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan negara atau perekonomian
negara.

Dalam konteks kriminologi atau ilmu tentang kejahatan ada sembilan tipe korupsi yaitu:

1. Political bribery adalah termasuk kekuasaan dibidang legislatif sebagai badan pembentuk
Undang-Undang. Secara politis badan tersebut dikendalikan oleh suatu kepentingan karena dana
yang dikeluarkan pada masa pemilihan umum sering berkaitan dengan aktivitas perusahaan
tertentu. Para pengusaha berharap anggota yang duduk di parlemen dapat membuat aturan yang
menguntungkan mereka.

2. Political kickbacks, yaitu kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sistem kontrak pekerjaan
borongan antara pejabat pelaksana dan pengusaha yang memberi peluang untuk mendatangkan
banyak uang bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Election fraud adalah korupsi yang berkaitan langsung dengan kecurangan pemilihan umum.

4. Corrupt campaign practice adalah praktek kampanye dengan menggunakan fasilitas Negara
maupun uang Negara oleh calon yang sedang memegang kekuasaan Negara.

5. Discretionary corruption yaitu korupsi yang dilakukan karena ada kebebasan dalam
menentukan kebijakan.

6. Illegal corruption ialah korupsi yang dilakukan dengan mengacaukan bahasa hukum atau
interpretasi hukum. Tipe korupsi ini rentan dilakukan oleh aparat penegak hukum, baik itu polisi,
jaksa, pengacara, maupun hakim.
7. Ideological corruption ialah perpaduan antara discretionary corruption dan illegal corruption
yang dilakukan untuk tujuan kelompok.

8. Mercenary corruption yaitu menyalahgunakan kekuasaan semata-mata untuk kepentingan


pribadi.

Namun menurut Alatas (1987) Setidaknya, ada tujuh jenis korupsi yaitu :

1. Korupsi transaktif

Ditunjukan kepada orang yang memeberi dan menerima keuntungan dan adanya kesepakatan
dari kedua pihak dengan cara mencari celah hukum untuk mendapatkan sejumlah keuntungan.
Contoh bentuk korupsi ini yaitu dunia usaha dalam usaha dalam mendapatkan usaha sebanyak-
banyaknya dengan oknum pemerintah yang berusaha mendapatkan keuntungan.

2. Korupsi pemerasan

Ditunjukan terhadap situasi dimana salah satu pihak memaksa pihak lain yang berwenang untuk
disuap. Contohnya seperti aparat pemerintah dalam melayani masyarakat meminta uang lebih saat
melayani agar urusan tersebut lancar.

3. Korupsi defensive yaitu korupsi dari korban tipe pemerasan.

Apabila orang tersebut mau memberui insentif lebih maka orang tersebut juga melakukan
korupsi dan penyuapan.

4. Korupsi investif

Pemberian barang atau jasa kepada orang yang berwenang diluar dari kepentingan utama.

5. Korupsi perkerbatan

Korupsi yang dilakukan ada tali persaudaraan atau kekerabatan untuk diberi perlakuan yang
istimewa.

6. Korupsi otogenik

Korupsi yang dilakukan seseorang tanpa melibatkan orang lain. Contoh anggota DPR dalam
membuat udang-undang tanpa mendengarkan suara rakyat untuk kepentingan tertentu.

7. Korupsi dukungan

Korupsi ini tidak secara langsung menyangkut tentang uang atau imbalan tetapi memberikan
dukungan untuk melancarkan kepentingan tertentu.

Sehingga dalam konteks hukum pidana, tidak semua tipe korupsi yang kita kenal tersebut
dikualifikasikan sebagai perbuatan pidana. Oleh Karena itu, perbuatan apa saja yang dinyatakan sebagai
korupsi harus merujuk pada Undang-Undang pemberantasan korupsi.
➢ CIRI-CIRI KORUPSI

Berikut ciri-ciri tindakan korupsi yang perlu diketahui:

1. Melibatkan lebih dari satu orang, biasanya beberapa orang akan bekerja sama untuk melancarkan
rencana.

2. Menunjukkan perilaku diam-diam atau merahasiakan sesuatu.

3. Melibatkan elemen perizinan yang membantu melancarkan rencana korupsi yang akan
dilakukan.

4. Orang yang melakukan tindakan korupsi cenderung menginginkan keputusan-keputusan yang


tegas dan memiliki pengaruh untuk kepentingannya.

5. Melibatkan tindakan penipuan yang dilakukan oleh badan hukum publik.

6. Tindakan korupsi melibatkan sikap pengkhianatan dari kepercayaan atau wewenang yang telah
diberikan.

7. Tindakan kontradiktif, seperti sikap dermawan yang sering kali ditampilkan oleh koruptor patut
dicurigai. Terlebih jika orang tersebut sudah menunjukkan tingkah laku lain yang mengarah pada
tindakan korupsi.

Selain ciri-ciri tersebut menurut Shed Husein Alatas, ciri-ciri korupsi antara lain sebagai berikut:

1. Korupsi senantiasa melibatkan lebih dari satu orang.

2. Korupsi pada umumnya dilakukan secara rahasia, kecuali korupsi itu telah merajalela dan begitu
dalam sehingga individu yang berkuasa dan mereka yang berada dalam lingkungannya tidak
tergoda untuk menyembunyikan perbuatannya.

3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.

4. Kewajiban dan keuntungan yang dimaksud tidak selalu berupa uang.

5. Mereka yang mempraktikan cara-cara korupsi biasanya berusaha untuk menyelubungi


perbuatannya dengan berlindung di balik pembenaran hukum.

6. Mereka yang terlibat korupsi menginginkan keputusan yang tegas dan mampu untuk
mempengaruhi keputusan-keputusan itu.

7. Setiap perbuatan korupsi mengandung penipuan, biasanya dilakukan oleh badan publik atau
umum (masyarakat).

8. Setiap tindakan korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.

9. Unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi


➢ POLA KORUPSI

1. Kerugian Keuangan Negara

Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi. Pelakunya memiliki tujuan menguntungkan diri sendiri serta menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada. Misalnya, seorang pegawai pemerintah melakukan mark up anggaran
agar mendapatkan keuntungan dari selisih harga tersebut. Tindakan ini merugikan keuangan negara
karena anggaran bisa membengkak dari yang seharusnya.

2. Suap Menyuap

Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Aparatur Sipil Negara, penyelenggara negara, hakim,
atau advokat dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya. Suap
menyuap bisa terjadi antarpegawai maupun pegawai dengan pihak luar. Suap antarpegawai misalnya
dilakukan untuk memudahkan kenaikan pangkat atau jabatan. Sementara suap dengan pihak luar
misalnya ketika pihak swasta memberikan suap kepada pegawai pemerintah agar dimenangkan dalam
proses tender.

3. Penggelapan dalam Jabatan

Tindakan dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga, atau melakukan pemalsuan buku-
buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi. Contoh penggelapan dalam jabatan,
penegak hukum merobek dan menghancurkan barang bukti suap untuk melindungi pemberi suap.

4. Pemerasan

Pegawai negeri atau penyelenggara negara menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri. Misalnya, seorang pegawai negeri menyatakan bahwa tarif pengurusan dokumen adalah
Rp50 ribu, padahal seharusnya hanya Rp15 ribu atau malah gratis. Pegawai itu memaksa masyarakat
untuk membayar di luar ketentuan resmi dengan ancaman dokumen mereka tidak diurus.

5. Perbuatan Curang

Perbuatan curang dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi yang dapat membahayakan
orang lain. Misalnya, pemborong pada waktu membuat bangunan atau penjual bahan bangunan
melakukan perbuatan curang yang membahayakan keamanan orang atau barang. Contoh lain, kecurangan
pada pengadaan barang TNI dan Kepolisian Negara RI yang bisa membahayakan keselamatan negara
saat berperang.

6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan

Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja
turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan padahal dia ditugaskan untuk mengurus atau
mengawasinya. Misalnya, dalam pengadaan alat tulis kantor seorang pegawai pemerintahan menyertakan
perusahaan keluarganya untuk proses tender dan mengupayakan kemenangannya.
7. Gratifikasi

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap,
apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya. Misalnya,
seorang pengusaha memberikan hadiah mahal kepada pejabat dengan harapan mendapatkan proyek dari
instansi pemerintahan. Jika tidak dilaporkan kepada KPK, maka gratifikasi ini akan dianggap suap.

➢ MODUS KORUPSI

Seseorang yang melakukan tindak pidana korupsi dengan cara atau prosedur yang berbeda dan
berciri khusus, meletakan kepentingan pribadi diatas kepentingan masyarakat dan sesuatu yang
dipercayakan kepadanya tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya sebagaimana disebut modus
operandi.

1. Meninggikan harga atau nilai kontrak untuk memenangkan pengusaha tertentu

2. Pengusaha memengaruhi kepala daerah untuk mengintervensi proses pengadaan barang/jasa


agar rekanan tertentu dimenangkan dalam tender atau ditunjuk langsung dan harga barang
dinaikkan (di-mark up) manajer atau karyawan memenangkan rekanan tertentu dalam tender
atau menunjuknya secara langsung dan harga barang/jasa dinaikkan (di mark up) untuk masuk
kantong sendiri.

3. Panitia pengadaan membuat spesifikasi barang yang mengarah ke merk atau produk tertentu
dalam rangka memenangkan rekanan tertentu dan melakukan mark up harga barang atau nilai
kontrak

4. Kepala Daerah/Pejabat Daerah memerintahkan bawahannya untuk mencairkan dan


menggunakan dana/anggaran yang tidak sesuai dengan peruntukannya kemudian
mempertanggungjawabkan pengeluaran dimaksud dengan menggunakan bukti-bukti yang tidak
benar atau fiktif

5. Kepala Daerah/Pejabat Daerah memerintahkan bawahannya menggunakan dana/uang daerah


untuk kepentingan pribadi koleganya, atau untuk kepentingan pribadi kepala/pejabat daerah ybs,
kemudian mempertanggungjawabkan pengeluaran-pengeluaran dimaksud dengan
menggunakan bukti-bukti yang tidak benar, bahkan dengan menggunakan bukti-bukti yang
kegiatannya fiktif

6. Kepala Daerah menerbitkan peraturan daerah sebagai dasar pemberian upah pungut atau honor
dengan menggunakan dasar peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang tidak berlaku
lagi

7. Pengusaha, pejabat eksekutif, dan pejabat legislatif daerah bersepakat melakukan ruislag atas
aset Pemda dan melakukan mark down atas aset Pemda serta mark up atas aset pengganti dari
pengusaha/rekanan

8. Para Kepala Daerah meminta uang jasa (dibayar dimuka) kepada pemenang tender sebelum
melaksanakan proyek

9. Kepala Daerah menerima sejumlah uang dari rekanan dengan menjanjikan akan diberikan
proyek pengadaan
10. Kepala Daerah membuka rekening atas nama kas daerah dengan specimen pribadi (bukan
pejabat dan bendahara yang ditunjuk), dimaksudkan untuk mepermudah pencairan dana tanpa
melalui prosedur

11. Kepala Daerah meminta atau menerima jasa giro/tabungan dana pemerintah yang ditempatkan
pada bank

12. Kepala Daerah memberikan izin pengelolaan sumber daya alam kepada perusahaan yang tidak
memiiki kemampuan teknis dan finansial untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya

13. Kepala Daerah menerima uang/barang yang berhubungan dengan proses perijinan yang
dikeluarkannya

14. Kepala Daerah/keluarga/kelompoknya membeli lebih dulu barang dengan harga yang murah
kemudian dijual kembali kepada instansinya dengan harga yang sudah di-mark up

15. Kepala Daerah meminta bawahannya untuk mencicilkan barang pribadinya menggunakan
anggaran daerahnya

16. Kepala Daerah memberikan dana kepada pejabat tertentu dengan beban kepada anggaran dengan
alasan pengurusan DAU/DAK

17. Kepala Daerah memberikan dana kepada DPRD dalam proses penyusunan APBD

18. Kepala Daerah mengeluarkan dana untuk perkara pribadi dengan beban anggaran daerah.

Anda mungkin juga menyukai