Anda di halaman 1dari 12

KONSEP KORUPSI

Dosen Pembimbing : Nur Islamyati S.Tr. M.KM

Disusun Oleh : Kelompok 1


PENGERTIAN KORUPSI

pengertian korupsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (W.J.S. Poerwadarminta) adalah sebagai
perbuatan curang, dapat disuap, dan tidak bermoral. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan dan sebagainya
untuk kepentingan pribadi maupun orang lain. Sedangkan di dunia Internasional pengertian korupsi
menurut Black’s Law Dictionary, korupsi adalah perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
memberikan suatu keuntungan yang tidak resmi dengan hak-hak dari pihak lain secara salah
menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan suatu keuntungan untuk dirinya
sendiri atau orang lain, berlawanan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain.

Jadi, korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap orang yang secara melawan hokum
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan negara atau perekonomian negara.
CIRI-CIRI KORUPSI
1. Selalu melibatkan lebih dari satu orang, inilah yang membedakan antara korupsi dengan
pencurian atau penggelapan.
2. Pada umumnya bersifat rahasia, tertutup terutama motif yang melatarbelakangi perbuatan
korupsi tersebut.
3. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik. Kewajiban dan keuntungan tersebut
tidaklah selalu berbentuk uang.
4. Berusaha untuk berlindung dibalik pembenaran hukum.
5. Mereka yang terlibat korupsi ialah mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang serta
mempengaruhi keputusan-keputusan itu.
6. Pada setiap tindakan mengandung penipuan, biasanya pada badan publik atau pada masyarakat
umum.
7. Setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka yang melakukan
tindakan tersebut.
8. Dilandaskan dengan niat kesengajaan untuk menempatkan kepentingan umu dibawah.
9. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
10. Perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam masyarakat.
JENIS-JENIS KORUPSI
1. Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal
3. Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan
yang melibatkan sejumlah pemberian kepada seorang
atau penampilan informasi yang menghancurkan guna
dengan sedemikian rupa sehingga bertentangan dengan
membujuk seseorang agar mau bekerjasama. Dalam hal
tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang diberikan
ini pemangku jabatan dapat menjadi pemeras atau
sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa
korban pemerasan.
barang berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan
ataupun janji tindakan, suaraatau pengaruh seseorang
4. nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara
dalam sebuah jabatan publik.
negara secara melawan hukum yang menguntungkan
kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas
2. Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang
kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara, (Pasal 1
melibatkan pencurian uang, properti, atau barang
angka 5). Contoh nepotisme, misalnya seorang pejabat
berharga. Oleh seseorang yang diberi amanat untuk
negara mengangkat anggota keluarganya menduduki
menjaga dan mengurus uang, properti atau barang
jabatan tertentu, tanpa memperhatikan aturan hukum
berharga tersebut. Penggelembungan menyatu kepada
yang berlaku.
praktik penggunaan informasi agar mau mengalihkan
harta atau barang secara suka rela.
LANJUTAN

5. Gratifikasi adalah Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi


pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik
yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik (Penjelasan Pasal 12B UU Pemberantasan Tipikor).
BENTUK-BENTUK KORUPSI

1. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan negara.


2. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap.
3. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan.
4. Korupsi yang terkait dengan pemerasan.
5. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang.
6. Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan.
7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi.
KORUPSI DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF

 Dalam perspektif agama korupsi dipandang sebagai suatu perbuatan yang sangat tercela. Dalam
perspektif ajaran islam, korupsi termasuk perbuatan fasad atau perbuatan yang merusak
kemaslahatan, kemanfaatan hidup, dan tatanan kehidupan. Pelakunya dikategorikan melakukan
jiniyah kubro (dosa besar). Dalam konteks ajaran islam yang lebih luas, korupsi merupakan
tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan (al-‘adalah), akuntabilitas (al-amanah), dan
tanggung jawab.

 Dalam perspektif sosial korupsi dipandang suatu perbuatan yang dapat meningkatkan angka
kemiskinan, perusakan moral bangsa, hilangnya rasa percaya terhadap pemerintah,akan timbul
kesenjangan dalam pelayanan umum dan menurunnya kepercayaan pemerintah dalam pandangan
masyarakat. Dalam sistem ini, menerima sesuatu dari rakyat, walaupun untuk rakyat itu sendiri
harus berkorban dan menderita, tanpa diketahui oleh rakyat itu sendiri mereka telah diperlakukan
tidak adil oleh oknum-oknum korupsi yang tidak bertanggung jawab, merupakan perbuatan
tercela dan penerimaan itu jelas dapat dimasukkan sebagai perbuatan korupsi.
LANJUTAN

 Dalam perspektif budaya korupsi dipandang suatu perbuatan yang akan membentuk
pandangan buruk terhadap reputasi negara, dan secara perlahan akan memutus budaya luhur
bangsa. Almarhum Dr. Mohammad Hatta yang ahli ekonomi pernah mengatakan bahwa
korupsi adalah masalah budaya. Pernyataan bung Hatta tersebut dapat diartikan bahwa
korupsi di Indonesia tidak mungkin diberantas kalau masyarakat secara keseluruhan tidak
bertekad untuk memberantasnya.

 Dalam perspektif teknologi korupsi dipandang sebagai sesuatu yang dapat menghambat
perkembangan teknologi yang ada, penyalahgunaan tindakan yang merugikan negara, dan
terorisme yang terus merajalela.

 Dalam perspektif hukum korupsi menimbulkan pandangan ketidak konsistenan terhadap


hukum yang berlaku, timbul pandangan bahwa hukum bisa diperjual belikan, kepercayaan
masyarakat terhadap hukum menurun, timbul gambaran orang-orang yang berkuasa dan kaya
sebagai pemilik hukum, timbul pemikiran bahwa hukum terlalu bobrok, dan timbul rasa
ketidakadilan didalam diri masyarakat.
LANJUTAN
 Dalam perspektif politik korupsi dapat mempersulit demokrasi dan tata cara pemerintahan yang
baik dengan cara menghancurkan proses formal, sistem politik akan terganggu cenderung tidak
dipercaya oleh masyarakat, akan timbul aklamasi-aklamasi untuk menguatkan kekuatan politik
(menjaga keberlangsungan korupsi) dan akan timbul ketidakpercayaan rakyat terhadap lembaga-
lembaga politik.

 Dalam perspektif ekonomi korupsi berdampak pada pembangunan infrastruktur yang tidak merata,
tidak sesuai dengan yang dianggarkan sebelumnya. Pemerataan pendapatan yang buruk, membuat
pengusaha asing takut untuk berinvestasi di Indonesia, pendapatan negara mengalami penurunan
dan membuat beban lebih berat pada masyarakat.

 Korupsi dalam perspektif Pancasila antara lain :


a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
Manusia Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam hal ini jelas
perilaku tindak pidana korupsi ini tidak mencerminkan perilaku tersebut karena perilaku tindak
pidana korupsi adalah perilaku yang tidak percaya dan taqwa kepada Tuhan. Dia menafikan
bahwa Tuhan itu Maha Melihat lagi Maha Mendengar.
LANJUTAN

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.


Dalam sila ini perilaku tindak pidana korupsi sangat melanggar bahkan sama sekali tidak
mencerminkan perilaku ini, seperti mengakui persamaan derajat, saling mencintai, sikap tenggang
rasa, gemar melakukan kegiatan kemanusiaan serta membela kebenaran dan keadilan.

c. Sila Persatuan Indonesia


Tindak pidana dan tipikor bila dilihat dalam sila ini, pelakunya itu hanya mementingkan pribadi,
tidak ada rasa rela berkorban untuk bangsa dan negara, bahkan bisa dibilang tidak cinta tanah air
karena perilakunya cenderung mementingkan nafsu, kepentingan pribadi atau kasarnya
kepentingan perutnya saja.

d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyarawatan


Perwakilan.
Dalam sila ini perilaku yang mencerminkannya seperti, mengutamakan kepentingan negara dan
masyarakat, tidak memaksakan kehendak, keputusan yang diambil harus dipertanggungjawabkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta menjunjung tinggi harkat martabat manusia dan
keadilannya. Sangat jelaslah bahwa tindak pidana korupsi tidak pernah ada rasa dalam sila ini.
LANJUTAN

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Bangsa Indonesia


Rata-rata bahkan sebagian besar pelaku tindak pidana korupsi itu, tidak
ada perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
gotong royong, adil, menghormati hak-hak orang lain, suka memberi
pertolongan, menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain, tidak
melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum, serta tidak
ada rasa bersama-sama untuk berusaha mewujudkan kemajuan yang
merata dan keadilan sosial.
Nurul Amelia

ALFASANATUL FIDIA jUNATI WIWIN SUMANTIA

RADIATUNNISA FIFI DWI


NINGSIH

Anda mungkin juga menyukai