Anda di halaman 1dari 16

ISTILAH DAN DEFINISI KORUPSI

Dr. Fitri Wahyuni.SH.MH


Istilah dan Definisi Korupsi
• Kata korupsi telah dikenal luas oleh masyarakat, tetapi
definisinya belum tuntas dibukukan. Pengertian korupsi
berevolusi pada tiap zaman, peradaban, dan teritorial.
Rumusannya bisa berbeda tergantung pada titik tekan dan
pendekatannya, baik dari perspektif politik, sosiologi, ekonomi
dan hukum. Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam
kehidupan sosial, budaya, kemasyarakatan, dan kenegaraan
sudah dikaji dan ditelaah secara kritis oleh banyak ilmuwan dan
filsuf.
• Aristoteles misalnya, yang diikuti oleh Machiavelli, telah
merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai korupsi moral
(moral corruption).
 Korupsi bersasal bahasa latin “ Corruptio,” atau “Corruptos”
Kata tersebut kemudian diadopsi ke dalam beberapa bahasa, diantaranya yaitu :
Bahasa Inggris : Corruption ( Corrupt )
Bahasa Belanda : Corruptie
Bahasa Indonesia : Korupsi

 Korupsi secara harfiah bisa berarti :


1. Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidakjujuran
2. Perbuatan yg buruk (penggelapan, uang, penerimaan uang sogok, dsb)
3. Perbuatan yg kenyataan menimbulkan keadaan yg bersifat buruk

 Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang dalam 30 buah Pasal
dalam UU No.31 Tahun 1999 jo UU No.20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal
tersebut, korupsi dirumuskan ke dalam 7 (tujuh) bentuk / jenis tindak pidana korupsi.
Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa
dikenakan pidana penjara karena korupsi.
Definisi Korupsi
• Menurut Andi Hamzah korupsi diartikan buruk, bejat,
tidak jujur, dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang
menghina dan memfitnah.
• Robert Klitgaard mendefinisikan “corruption is the
abuse of public power for private benefit”, korupsi
adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk
keuntungan pribadi. Korupsi juga berarti memungut
uang bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan,
atau menggunakan wewenang untuk mencapai
tujuan yang tidak sah.
• Henry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai “an act done with an intent to give some
advantage inconsistent with official duty and the rights of others”, (terjemahan bebasnya:
suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang
tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak lain). Termasuk dalam pengertian
“corruption” menurut Black adalah perbuatan seseorang pejabat yang secara melanggar
hukum menggunakan jabatannya untuk mendapatkan suatu keuntungan yang berlawanan
dengan kewajibannya.
• A. S Hornby istilah korupsi diartikan sebagai suatu pemberian atau penawaran dan
penerimaan hadiah berupa suap (the offering and accepting of bribes), serta kebusukan atau
keburukan (decay).6 5. Wertheim menggunakan pengertian yang lebih spesifik. Menurutnya,
seorang pejabat dikatakan melakukan tindak pidana korupsi, adalah apabila ia menerima
hadiah dari seseorang yang bertujuan mempengaruhinya agar mengambil keputusan
yangmenguntungkan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang-kadang pengertian ini juga
mencakup perbuatan menawarkan hadiah, atau bentuk balas jasa yang lain. Pemerasan
berupa meminta hadiah atau balas jasa karena sesuatu tugas yang merupakan kewajiban
telah dilaksanakan seseorang, juga dikelompokkan oleh Wertheim sebagai perbuatan korupsi.
Di samping itu, masih termasuk ke dalam pengertian korupsi adalah penggunaan uang negara
yang berada di bawah pengawasan pejabat-pejabat pemerintah untuk kepentingan pribadi
yang bersangkutan. Dalam hal yang terakhir ini, para pejabat pemerintah dianggap telah
melakukan penggelapan uang negara dan masyarakat.
• Dari kategori perumusan secara umum yang dilihat
dengan pengelompokan seperti dikemukakan John A.
Gardiner dan David J Olson itu, Soedjono
Dirdjosisworo sampai pada sebuah kesimpulan
bahwa korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan
keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau
aparatur pemerintahan, penyelewengan kekuasaan
dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi
dan politik, serta penempatan keluarga dan golongan
ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya.
• J.s.Nye berpendapat bahwa korupsi adalah perilaku yang
menyimpang dari atau melanggar peraturan kewajiban normal
peran, instansi pemerintah dengan jalan melakukan atau
mencari pengaruh, status dan gengsi untuk kepentingan
pribadi.
• Carl J. Fredrich, berpendapat bahwa korupsi dari kepentingan
umum apabila seseorang yang memegang kekuasaan atau yang
berwenang untuk melakukan hal-hal tertentu mengharapkan
imbalan uang atau semacam hadiah lainnya yang tidak
diperbolehkan Undang-Undang Membujuk untuk mengambil
langkah atau menolong siapa saja yang menyediakan hadiah
sehingga benar-benar membahayakan kepentingan umum
• Menurut Sudarto tindak pidana korupsi diartikan
melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
orang lain, atau suatu badan, bersifat melawan
hukum baik secara formil maupun materil dan
perbuatan itu secara langsung atau tidak langsung
merugikan keuangan negara dan atau
perekonomian negara atau perbuatan itu diketahui
atau patut disangka oleh si pembuat bahwa
merugikan negara atau perekonomian negara.
KKN
• Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur tindak pidana korupsi.
• Kolusi adalah pemufakatan atau kerja sama secara
melawan hukum atau penyelenggara negara atau antara
penyelenggara negara dan pihak lain yang merugikan orang
lain, masyarakat dan atau negara.
• Nepotisme adalah setiap perbuatan penyelenggara negara
secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan
keluarganya dan atau kronnya di atas kepentingan
masyarakat, bangsa dan Negara.
• Secara sederhana bahwa korupsi, kolusi, nepotisme
dan suap adalah tindakan atau perbuatan
memanfaatkan jabatan atau kedudukan untuk
mendapatkan keuntungan, baik material atau
prestise bagi pribadi atau keluarga, atau kelompok,
tanpa melihat kapabilitas, profesionalitas dan
moralitas, dengan jalan melanggar ketentuan-
ketentuan yang ada, yang mana akibatnya
merugikan orang lain, masyarakat, bangsa, dan
negara.
KRITERIA KKN
1. Penyalahgunaan wewenang untuk
kepentingan pribadi, keluarga, atau
kelompok.
2. Penyelewengan dana, seperti dalam bentuk-
bentuk: (a) pengeluaran fiktif; (b) manipulasi
harga pembelian atau kontrak.
3. Menerima suap untuk memenangkan yang
batil
PENYEBAB ATAU SUMBER KKN
1. Proyek pembangunan fisik dan pengadaan barang. Hal ini
menyangkut harga, kualitas, dan komisi.
2. Bea dan cukai yang menyangkut manipulasi bea masuk
barang dan penyelundupan administratif.
3. Perpajakan yang menyangkut proses penentuan besarnya
pajak dan pemeriksaan pajak.
4. Pemberian izin usaha, dalam bentuk penyelewengan komisi,
dan serta pungutan liar, atau suap.
5. Pemberian fasilitas kredit perbankan dalam bentuk
penyelewengan komisi dan jasa serta pungutan liar, atau
suap
DAMPAK NEGATIF KKN
• Menghancurkan wibawa hukum. Orang yang
salah dapat lolos dari hukuman, sedangkan
yang belum jelas kesalahannya dapat
meringkuk dalam tahanan. Pencuri ayam lebih
berat hukumannya daripada pencuri uang
rakyat (koruptor) yang merugikan negara dan
masyarakat, karena dia memiliki uang yang
banyak untuk menyuap.
• Menurunnya etos kerja. Para pemimpin dan pejabat yang mangkal di
pemerintahan adalah mereka yang tidak mempunyai etos kerja yang baik,
sehingga mengakibatkan menurunnya etos kerja. Bagi mereka uang
segala-galanya.
• Menurunnya kualitas. Seorang pandai dapat tersingkirkan oleh orang
yang bodoh tetapi berkantong tebal (berduit). Seorang profesional dapat
terdepak oleh mereka yang belum berpengalaman tetapi berbacking kuat,
karena nepotisme dan banyak duit. Kesenjangan sosial dan ekonomi.
Karena uang negara hanya beredar dikalangan kelas elite dari para
konglomerat, yang berakibat tidak terdistribusikannya uang secara
merata, maka lahirlah fenomena di atas. Pemimpin dan pejabat yang naik
kursi karena korupsi, kolusi, nepotisme dan suap berlaku congkak dan
secara kontinyu memeras uang rakyat, sehingga membuat kesenjangan
dalam sosial dan ekonomi makin menajam.
PIHAK KEMUNGKINAN MELAKUKAN PRAKTIK
KKN
1. Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara
2. Pejabat negara pada lembaga tinggi negara
3. Menteri
4. Gubernur
5. Hakim di semua tingkatan peradilan
6. Pejabat negara yang lain sesuai ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku
7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis terkait
penyelenggaraan negara.
PEJABAT LAIN YANG BERPOTENSI
MELAKUKAN KKN
1. Direksi, komisaris dan pejabat struktural lain pada BUMN dan
BUMN
2. Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan Penyehatan
Perbankan Nasional
3. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri
4. Pejabat Eselon I dan pejabat lain yang disamakan di lingkungan
sipil, militer dan Kepolisian Negara RI
5. Jaksa
6. Penyidik
7. Panitera pengadilan
8. Pemimpin dan bendaharawan proyek.

Anda mungkin juga menyukai