TEORI HUKUM

Materi Kuliah pada Program Doktor (S3) Ilmu Hukum

Fakultas Hukum Universitas Andalas Padang

Oleh
Prof.Dr.H.Elwi Danil, SH.MH
 TEORI PERILAKU HUKUM
(DONALD BLACK)
FUNGSI TEORI INI:
• MENJELASKAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL YANG
MEMPENGARUHI PENEGAKAN/PENERAPAN
HUKUM.
• SEPERTI GEJALA-GEJALA ALAM BERPERILAKU,
MAKA GEJALA SOSIAL, TERMASUK HUKUM,
JUGA BERPERILAKU.
 DASAR-DASAR PENJELASAN:
• LAW IS GOVERNMENTAL SOCIAL CONTROL.
• HUKUM VARIABEL KUANTITATIF: JUMLAH
HUKUM BISA BERKURANG DAN BERTAMBAH.
• KUANTIFIKASI/JUMLAH HUKUM DAPAT
DIUKUR MELALUI LAPORAN KPD POLISI,
GUGATAN ATAU TUNTUTAN DI PENGADILAN.
 LANJUTAN
• PENAHANAN DIARTIKAN LEBIH BANYAK HUKUM
DARIPADA PELEPASAN.
• PUTUSAN HAKIM YANG MENGHUKUM TERDAKWA
ATAU MENGABULKAN GUGATAN DIARTIKAN HUKUM
LEBIH BANYAK DARIPADA PEMBEBASAN TERDAKWA
ATAU PENOLAKAN GUGATAN
• SEMAKIN BERAT HUKUMAN ATAU BESAR GANTI
RUGI YANG DIKABULKAN DIARTIKAN SEMAKIN
BESAR PULA JUMLAH HUKUM.
 LANJUTAN
• PEMBANGUNAN RUMAH PENJARA, KANTOR POLISI,
KANTOR KEJAKSAAN ATAU KANTOR PENGADILAN
DIARTIKAN SEMAKIN BERTAMBAH HUKUM.
• JIKA SENGKETA DISELESAIKAN MELALUI NEGOSIASI
ATAU MEDIASI BERARTI LEBIH BANYAK HUKUM
DARIPADA GAGAL DISELESAIKAN.
• JUMLAH HUKUM DAPAT DIUKUR MELALUI
BANYAKNYA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN,
HAK-HAK, KEWAJIBAN-KEWAJIBAN, PERINTAH DAN
LARANGAN.
 LANJUTAN
• JUMLAH HUKUM BERVARIASI ANTARA SATU
NEGARA DENGAN NEGARA LAINNYA.
• JUMLAH HUKUM DALAM SEBUAH NEGARA
JUGA DAPAT BERBEDA DARI SATU MASA KE
MASA LAINNYA (MISALKAN INDONESIA, ORDE
LAMA, ORDE BARU DAN ORDE REFORMASI).
 BAGAIMANA HUKUM BERPERILAKU?
PERILAKU HUKUM DOPENGARUHI OLEH LIMA
FAKTOR SOSIAL, YAITU:
• STRATIFIKASI SOSIAL.
• MORPOLOGI SOSIAL.
• KULTUR/BUDAYA.
• ORGANISASI.
• KONTROL SOSIAL LAIN.
 PERILAKU HUKUM YANG DIPENGARUHI
STRATIFIKASI SOSIAL
STRATIFIKASI SOSIAL:
PELAPISAN ATAU PENJENJANGAN YANG ADA
DALAM MASYARAKAT DISEBABKAN OLEH
PERBEDAAN STATUS, KEDUDUKAN,
KETURUNAN DAN HARTA KEKAYAAN.
 PERILAKU HUKUM DIPENGARUHI OLEH
STRATIFIKASI SOSIAL
DALIL-DALIL:
1. LAW VARIES DIRECTLY WITH STRATIFICATION:
MAKNANYA:
JIKA DALAM SUATU MASYARAKAT BANYAK
PELAPISAN SOSIAL, MAKA JUMLAH HUKUM
DALAM MASYARAKAT ITU SEMAKIN BANYAK
PULA.
 2. LAW VARIES DIRECTLY WITH RANK
MAKNANYA:
 ORANG-ORANG BERKEDUDUKAN TINGGI MEMILIKI
HUKUM YANG LEBIH BANYAK DIBANDINGKAN ORANG-
ORANG BERKEDUDUKAN RENDAH.
 PERSELISIHAN ANTARA ORANG BERKEDUDUKAN
TINGGI LEBIH BANYAK SAMPAI KE POLISI/PENGADILAN
DARIPADA PERSELISIHAN ORANG-ORANG BERKEDUDUKAN
RENDAH.
 JIKA ORANG BERKEDUDUKAN RENDAH MENCEDERAI ORANG
BERKEDUDUKAN RENDAH HUKUMANNYA TIDAK SEBERAT
JIKA ORANG BERKEDUDUKAN TINGGI MENCEDERAI ORANG
BERKEDUDUKAN TINGGI.
 3. DOWNWARD LAW IS GREATER
THAN UPWARD LAW
MAKNANYA:
HUKUM DALAM BERBAGAI BENTUK: UU,
LARANGAN-LARANGAN DAN PERINTAH,
PELAPORAN, PENAHANAN, PENUNTUTAN
DAN PENGHUKUMAN LEBIH BANYAK
DIARAHKAN KEPADA ORANG-ORANG YANG
BERSTATUS RENDAH DALAM MASYARAKAT.
 LANJUTAN
DALAM KASUS PIDANA: JIKA KORBAN
BERKEDUDUKAN LEBIH TINGGI DARIPADA
PELAKU, MAKA KORBAN CENDERUNG
MELAPORKAN PERSOALAN KEPADA POLISI
ATAU MENGGUGAT KE PENGADILAN
DIBANDINGKAN JIKA KORBAN ORANG
BERKEDUDUKAN RENDAH DAN PELAKU
BERSTATUS TINGGI.
 PERILAKU HUKUM DIPENGARUHI OLEH
MORPOLOGI SOSIAL
MORPOLOGI SOSIAL:
PERBEDAAN HORIZONTAL DALAM
MASYARAKAT ANTARA LAIN KARENA
PERBEDAAN PROFESI/PEKERJAAN DAN
KEDEKATAN/INTIMASI DAN INTEGRASI.
 DALIL-DALIL
1.THE RELATIONSHIP BETWEEN LAW AND
DIFFERENTIATION IS CURVELINEAR
MAKNANYA:
DALAM MASYARAKAT YANG MEMILIKI LEBIH BANYAK
PERBEDAAN MORPOLOGI SOSIAL, MAKA JUMLAH
HUKUM SEMAKIN BANYAK PULA DAN SEBALIKNYA.
CONTOH: JENIS KONTRAK LEBIH BANYAK TERJADI
DALAM MASYARAKAT DENGAN VARIASI MORPOLOGI
TINGGI DARIPADA MASYARAKAT DENGAN
MORPOLOGI SEDIKIT.
 2. THE RELATIONSHIP BETWEEN LAW AND
RELATIONAL DISTANCE CURVILINEAR
MAKNANYA:
HUKUM TIDAK BERLAKU DI ANTARA ORANG-
ORANG YANG BERHUBUNGAN DEKAT.
HUKUM SEMAKIN MENINGKAT BERSAMAAN
DENGAN JARAK ATAU KERENGGANGAN.
 3. LAW VARIES DIRECTLY WITH
INTEGRATION
MAKNANYA:
 ORANG-ORANG YANG BERADA DALAM PUSAT
LINGKARAN SOSIAL LEBIH MEMILIKI HUKUM
DIBANDINGKAN ORANG-ORANG BERADA PADA
BAGIAN TERLUAR LINGKARAN SOSIAL(MARGINAL).
 CONTOH: PERSELISIHAN ANTARA DUA ORANG
BEKERJA CENDERUNG SAMPAI KE
POLISI/PENGADILAN DARIPADA PERSELISIHAN
ANTARA ORANG-ORANG PENGANGGUR ATAU
GELANDANGAN.
 PERILAKU HUKUM DIPENGARUHI
OLEH BUDAYA
BUDAYA: ASPEK SIMBOLIS DALAM MASYARAKAT SEPERTI APA
YANG BAIK DAN BURUK, APA YANG INDAH DAN BURUK,
TERMASUK KARYA SENI DAN BAHASA.
DALIL-DALIL:
1. LAW VARIES DIRECTLY WITH CULTURE.
MAKNANYA: DITEMUKAN LEBIH BANYAK HUKUM DALAM
MASYARAKAT DENGAN KEBUDAYAAN TINGGI.
CONTOH: SUKU NOMADEN TIDAK MEMILIKI HUKUM SEBANYAK
MASYARAKAT DENGAN KEBUDAYAAN TINGGI.
2. LAW IS GREATER IN A DIRECTION TOWARD LESS
CONVENTIONALITY THAN MORE CONVENTIONALITY
MAKNANYA:
KEJAHATAN YG DILAKUKAN OLEH ORANG-ORANG YG
WARNA KULITNYA/ PENAMPILAN FISIKNYA BERBEDA
DARI PENDUDUK MAYORITAS DAN KORBANNYA
ADALAH DARI KALANGAN MAYORITAS, MAKA
HUKUMAN LEBIH BERAT DIBANDINGKAN
SEBALIKNYA.
CONTOH: PELAKU KULIT HITAM ATAU INDIAN
TERHADAP ORANG KULIT PUTIH.
 3. LAW IS GREATER TOWARD LESS CULTURE THAN
TOWARD MORE CULTURE
MAKNANYA:
KEJAHATAN OLEH ORANG YG TIDAK
BERBUDAYA/BERPENDIDIKAN RENDAH THD ORANG
YANG BERBUDAYA/BERPENDIDIKAN TINGGI,
HUKUMAN DIJATUHKAN LEBIH BERAT
DIBANDINGKAN JIKA PELAKU BERPENDIDIKAN
TINGGI, SEDANGKAN KORBAN DARI KALANGAN
TIDAK BERBUDAYA/TIDAK BERPENDIDIKAN.
 4. CENTRIFUGAL LAW IS GREATER THAN
CENTRIPETAL LAW
MAKNANYA:
TINDAK PIDANA OLEH SEORANG
MARGINAL/PENGANGGURAN THD ORANG
DARI PUSAT LINGKARAN
SOSIAL/BERKEDUDUKAN TERPANDANG,
HUKUMAN AKAN LEBIH BERAT
DIBANDINGKAN KASUS SEBALIKNYA.
 PERILAKU HUKUM DIPENGARUHI OLEH
ORGNASISASI
ORGNAISASI:
NEGARA, ADMINISTRASI PEMERINTAHAN,
PERUSAHAAN, LEMBAGA-LEMBAGA LAIN.
DALIL-DALIL:
1. LAW VARIES DIRECTLY WITH ORGANIZATION
MAKNANYA:
SEMAKIN BANYAK INTERVENSI OLEH NEGARA THD
MASYARAKAT SEMAKIN BANYAK PULA HUKUM.
 2. LAW GREATER IN DIRECTION TOWARD LESS
ORGANIZATION THAN TOWARD MORE ORGANIZATION
MAKNANYA:
 HUKUM LEBIH BANYAK DIARAHKAN KEPADA ORANG
DARIPADA ORGANISASI.
 ORGANISASI/PERUSAHAAN LEBIH CENDERUNG MELAPORKAN
INDIVIDU KEPADA POLISI DARI PADA ORANG MELAPORKAN
PERUSAHAAN KE POLISI.
 DI AMERIKA SERIKAT: SEBAGIAN BESAR PENGGUGAT
PERKARA PERDATA ADALAH ORGANISASI, SEDANGKAN
TERGUGAT ADALAH INDIVIDU.
 ORGANISASI LEBIH SERING MENANG DALAM BERPERKARA
DARIPADA INDIVIDU.
 PERILAKU HUKUM DIPENGARUHI KONTROL
SOSIAL LAIN
KONTROL SOSIAL LAIN: NORMA ADAT, AGAMA, ETIKA,
ATAU MORAL.

DALIL-DALIL:
1. LAW VARIES INVERSELY WITH OTHER SOCIAL
CONTROL.
MAKNA:
JIKA KONTROL SOSIAL KUAT, KONTROL HUKUM
MELEMAH DAN SEBALIKNYA PULA.
2. LAW VARIES DIRECTLY WITH
RESPECTABILITY
MAKNANYA:
HUKUM LEBIH BANYAK DITEMUKAN
KALANGAN ORANG TERHORMAT
DIBANDINGKAN DI KALANGAN ORANG-
ORANG TIDAK TERHORMAT SEPERTI
PENJAHAT, RESIDIVIS, PELACUR,
GELANDANGAN.
 3. LAW IS GREATER IN A DIRECTION TOWARD LESS
RESPECTABILITY THAN TOWARD MORE RESPECTABILITY

MAKNANYA:
ORANG-ORANG TIDAK TERHORMAT LEBIH
BANYAK/SERING DIJADIKAN SASARAN HUKUM
DAN ORANG-ORANG TIDAK TERHORMAT
CENDERUNG TIDAK MEMPEROLEH MANFAAT
DARI HUKUM ITU.
 REALISME HUKUM
O.W.HOLMES DAN JEROME FRANK:
 KAJIAN THD PROSES PERADILAN.
 HUKUM ADALAH PENGALAMAN PARA PELAKU
DALAM SISTEM PERADILAN.
 PANDANGAN: RULE SCEPTICS DAN FACT SCEPTICS.
 RULE (ATURAN) DAN FAKTA DALAM PROSES
PENGADILAN AMAT TERGANTUNG PADA
INTERPRETASI HAKIM.
 LANJUTAN
 MEMBEDAKAN ANTARA PAPER RULES
(ATURAN DI ATAS KERTAS) DAN REAL RULES
(ATURAN NYATA)
 PAPER TIDAK DAPAT DIANDALKAN SEBAGAI
PERWUJUDAN NORMA YANG
SESUNGGUHNYA DAN TIDAK DAPAT MENJADI
PREDIKSI PUTUSAN PENGADILAN.
 REAL RULES: NORMA HUKUM
 CRITICAL LEGAL STUDIES
CRITICAL LEGAL STUDIES (CLS)= STUDI HUKUM KRITIS:
MENGKRITISI TEORI-TEORI HUKUM YANG ADA,
TERUTAMA POSITIVISME:
• ATURAN MENENTUKAN PENYELESAIAN KASUS
(CERTAINTY DAN DETERMINACY).
• CLS MENOLAK ANGGAPAN ATURAN MENENTUKAN
PENYELESAIAN KASUS SEBAB ATURAN YANG SAMA
DAPAT DIMANIPULASI SHG MENGHASILKAN
PUTUSAN BERBEDA UNTUK KASUS-KASUS YANG
SERUPA.
 LANJUTAN
• INTERPRETASI HAKIM YANG MENENTUKAN
(DETERMINAN)
• DOKTRIN HUKUM: KONTRADIKSI: ASAS KEBEBASAN
BERKONTRAK: BEBAS MENENETUKAN DGN SIAPA
DAN SYARAT-SYARAT PERJANJIAN LAWAN PRINSIP
TIDAK BOLEH MERUSAK TATANAN MASYARAKAT,
PROSES PEMBUATAN PERJANJIAN TIDAK FAIR, TIDAK
DAPAT DITEGAKKAN.
 LANJUTAN
• HUKUM ADALAH POLITIK YANG
MEMPERTAHANKAN LIBERALISME.
• LIBERALISME MENYUBURKAN DOMINASI DAN
HIRARKI DALAM MASYARAKAT/NEGARA.
• LIBERALISME MERUSAK MORAL INDIVIDU
DAN KEHIDUPAN POLITIK MODERN.
 ROBERTO UNGER, EKSPONEN CLS MENGUSULKAN PENATAAN
HUKUM DAN MASYARAKAT UNTUK MENIADAKAN DOMINASI
DAN HIRARKI
• .IMMUNITY RIGHTS: KEWENANGAN UNTUK MELAWAN
DOMINASI INDIVIDU DAN NEGARA.
• DESTABILIZATION RIGHTS: MENJADI DASAR UNTUK
MELAWAN LEMBAGA DAN PRAKTIK SOSIAL YANG TELAH
MAPAN.
• MARKET RIGHTS: MENJADI DASAR BAGI PEMERATAAN
MODAL/ASET SOSIAL DALAM MASYARAKAT.
• SOLIDARITY RIGHTS: MENJADI DASAR MENDORONG SALING
TERGANTUNG, KERJASAMA DAN TANGGUNGJAWAB DALAM
MASYARAKAT.
 TRANSFORMASI SOSIAL: MENGUBAH
MASYARAKAT MENYELURUH
• CLS TIDAK PERCAYA DENGAN KONSEP
PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBARUAN
HUKUM.
• DENGAN TIGA METODOLOGI:
• EKSPLIKASI/PENJELASAN TEKSTUAL.
• TEORI SOSIAL
• KRITIK MURNI.
 LANJUTAN
• INTERPRETASI TEKS HUKUM UNTUK
MENGUNGKAPKAN IDEOLOGI, STRUKTUR DAN ISI
HUKUM.
• MENGGUNAKAN TEORI SOSIAL DALAM MEMAHAMI
SISTEM HUKUM.
• MENGKRITISI KEBENARAN DARI DOKTRIN, PRINSIP
YANG DITERIMA KALANGAN PROFESI DAN
AKADEMISI HUKUM
• EKSPERIMEN PENYELESAIAN SENGKETA YANG
MELIBATKAN RAKYAT BIASA SEBAGAI PEMUTUS.
TEORI MASYARAKAT PRISMATIK OLEH
FRED W. RIGGS.
• FUNGSI TEORI INI: MENJELASKAN FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENEGAKAN
HUKUM DAN BIROKRASI DI NEGARA
BERKEMBANG.
• KONSEP-KONSEP:
MEMBAGI MASYARAKAT KE DALAM TIGA TIPE:
 LANJUTAN
• MASYARAKAT TRADISIONAL.
• MASYARAKAT INDUSTRI/MAJU.
• MASYARAKAT PRISMATIK:
MASYARAKAT YANG MENGANDUNG UNSUR-
UNSUR MODERN, TETAPI JUGA MASIH
MEMILIKI UNSUR-UNSUR TRADISIONAL.
 FAKTOR-FAKTOR DALAM MASYARAKAT
PRISMATIK YANG MEMPENGARUHI PENEGAKAN
HUKUM DAN BIROKRASI
• HETEROGENITAS:
CAMPURAN ANTARA UNSUR BIROKRASI
PEMERINTAH MODERN, MISAL CAMAT,
BUPATI, GUBERNUR, PRESIDEN, DENGAN
UNSUR TRADISIONAL: PIMPINAN AGAMA,
ADAT ATAU SUKU.
 FORMALISME:
• ADANYA KESENJANGAN/
KETIDAKSESUAIAN ANTARA NORMA HUKUM
TERTULIS DAN PERILAKU NYATA DALAM
MASYARAKAT.
• LEMAHNYA KEKUATAN SOSIAL UNTUK
MENEKAN BIROKRAT.
 TUMPANG TINDIH STRUKTUR
• TUMPANG TINDIH ANTARA STRUKTUR
PEMERINTAHAN DAN STRUKTUR LAINNYA,
POLITIK, EKONOMI, PASAR DENGAN
STRUKTUR TRADISIONAL.
 NEPOTISME: PAHAM
PERKONCOAN/KELUARGA
• RESMINYA NEPOTISME DILARANG, HUKUM
BERLAKU UMUM, TETAPI PRAKTEKNYA
BERBEDA: PATRIMONIAL DAN KESUKUAN,
KELUARGA, PERKAWANAN IKUT BERPERAN
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN.
 5. POLIKOMUNALISME
• POLIKOMUNALISME DAN KLIK:
PARA PEJABAT/PEGAWAI PEMERINTAH YANG
SEMESTINYA MEMBERLAKUKAN ATURAN DAN
MEMBERI PELAYANAN TANPA MEMBEDA-
MEMBEDAKAN SUKU/KELOMPOK, TERNYATA
SERING MENGUNTUNGKAN
SUKU/KELOMPOK/KAWAN/KELUARGA DAN
MENDISKRIMINASIKAN KELOMPOK LAIN.
6. PEREKONOMIAN BAZAAR CANTEEN
• HARGA DAN PROSEDUR PELAYANAN RESMI
DIUMUMKAN/ DIBUAT MENJADI ATURAN,
TETAPI PELAKSANAANNYA BERBEDA.
 7. POLYNORMATIVISM DAN
KETIADAAN MUFAKAT
• ADA BERBAGAI NORMA YANG BERLAKU DALAM
MASYARAKAT.
• ANGGOTA-ANGGOTA MASYARAKAT TUNDUK PADA
BERBAGAI NORMA.
• ANGGOTA MASYARAKAT MAUPUN PEJABAT
PEMERINTAH TIDAK KONSISTEN DALAM
MENGIKATKAN DIRI PADA BERBAGAI NORMA
TERGANTUNG PADA KEPENTINGAN PRIBADI.
 8. DISTRIBUSI KEKUASAAN:
KEWENANGAN VS KONTROL
• CENDERUNG PADA OVERSENTRALISASI.
• APARATUR YANG BERWENANG TIDAK MAMPU
MENGONTROL PERILAKU MASYARAKAT SECARA
TOTAL SUPAYA PATUH PADA HUKUM/ PROGRAM
PEMERINTAH.
• ANGGOTA-ANGGOTA MASYARAKAT TUNDUK PADA
KONTROL DARI KEKUATAN-KEKUATAN LAIN.
 TEORI HUKUM SEJARAH
• TOKOH UTAMA: CARL VON SAVIGNY
• HUKUM TIDAK DICIPTAKAN, TETAPI
DITEMUKAN DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT.
• SUMBER HUKUM ADALAH KEHIDUPAN
MASYARAKAT YANG MEWUJUD DALAM
KEYAKINAN BERSAMA (COMMON
CONVICTION, SPIRIT, VOLKGEIST).
 LANJUTAN
• HUKUM BERASAL DARI KEBIASAAN
(CUSTOMS) DALAM MASYARAKAT.
• HUKUM SEBAGAI BAGIAN DARI KEBUDAYAAN
MASYARAKAT.
• HUKUM BERKEMBANG SESUAI DENGAN
PERKEMBANGAN MASYARAKAT/BANGSA.
SIAPA YANG MENEMUKAN KEBIASAAN DALAM
MASYARAKAT?
• PARA SARJANA HUKUM: HAKIM, AKADEMISI
DAN PARA PENGACARA YANG MENEMUKAN
DAN MERUMUSKAN KEBIASAAN YANG
KEMUDIAN MENJADI HUKUM.
• SAVIGNY MENOLAK KODEFIKASI.
• LEGISLASI SEKEDAR MENCATAT HUKUM
KEBIASAAN.
 PLURALISME HUKUM
• BENDA BECKMANN, SALLY FALK MORE, SALLY
NEGLE MERRY, GRIFFITHS.
• ASAL MULA:
STUDI NORMA-NORMA MASYARAKAT
JAJAHAN/BERKEMBANG, KEMUDIAN
BERKEMBANG STUDI NORMA-NORMA DI
NEGARA-NEGARA MAJU.
 LANJUTAN
• PENJELASAN DASAR PLURALISME HUKUM:
DALAM SETIAP MASYARAKAT/NEGARA BERLAKU
BERBAGAI NORMA HUKUM, BAIK NORMA YANG
DIBUAT NEGARA (STATE LAW, LAWYERS’ LAW,
OFFICIAL LAW, BOURGEOIS LEGALITY) MAUPUN
NORMA-NORMA LAIN YANG TIDAK DIBUAT OLEH
NEGARA (NON-STATE LAW, FOLK LAW, INDEGENOUS
LAW), MISAL NORMA AGAMA, ETIKA, ADAT,
KEBIASAAN, ORGANISASI.
 LANJUTAN
• STUDI HUKUM YANG HANYA MEMBATASI PADA
STUDI NORMA-NROMA YANG DIBUAT NEGARA
(STATE LAW): TIDAK MEMADAI, TIDAK
MEMPEROLEH ILMU LENGKAP TENTANG
KENYATAAN EMPIRIS DALAM MASYARAKAT.
• PERLU STUDI MENYELEURUH TERMASUK NORMA-
NORMA LAIN YANG MEMPENGARUHI PERILAKU
MASYARAKAT.
 FOKUS STUDI PLURALISME
• ANALISIS INTERAKSI, KOMPETESI, SALING PENGARUH
ANTARA BERBAGAI NORMA DALAM MASYARAKAT
YANG MEMBENTUK PERILAKU MASYARAKAT.
• MENGELOBORASI HUKUM ADAT/KEBIASAAN DALAM
MASYARAKAT.
• MEMBUAT GARIS BATAS ANTARA BERBAGAI NORMA
DALAM MASYARAKAT.
 KONSEP PENTING:
• SEMIAUTONOMOUS SOCIAL FIELD:
SEBUAH MASYARAKAT MEMILIKI ATURAN-ATURAN
DAN SIMBOL-SIMBOL SENDIRI, TETAPI JUGA
DIPENGARUHI OLEH ATURAN-ATURAN, KEKUATAN-
KEKUATAN DARI LUAR MASYARAKAT ITU.
ATURAN DI LUAR MASYARAKAT MEMASUKI
MASYARAKAT, TETAPI TIDAK MENDOMINASI, ADA
RUANG UNTUK MENOLAK ATURAN-ATURAN ITU,
MASYARAKAT OTONOM.
 FEMINIST LEGAL THEORY (TEORI HUKUM
KAUM PEREMPUAN)
• LATARBELAKANG: DISKRIMINASI THD KAUM
PEREMPUAN DALAM BERBAGAI ASPEK
KEHIDUPAN MASYARAKAT DI BARAT,
KHUSUSNYA DI INGGRIS DAN AMERIKA PADA
ABAD SILAM.
• TEORI HUKUM FEMINIS LAHIR DAN
BERKEMBANG 30 TAHUN LALU.
 INTI PEMIKIRAN DAN AKTIVITAS:
• MENELAAH PERAN DAN FUNGSI HUKUM DALAM
KAITANNYA DENGAN KAUM PEREMPUAN.
• STUDI HUKUM DARI PERSPEKTIF KAUM
PEREMPUAN.
• HASIL-HASIL PENELITIAN/STUDI YANG DILAKUKAN
OLEH KAUM PEREMPUAN:
• KAUM PEREMPUAN MENEMUKAN BAHWA HUKUM
TIDAK ADIL, MERENDAHKAN DAN TIDAK
MEMUASKAN BAGI KAUM PEREMPUAN.
 LANJUTAN
• HUKUM ITU MENGANDUNG HIRARKI,
MELETAKKAN PRIA LEBIH TINGGI DAN
DOMINAN DARI KAUM PEREMPUAN.
• HUKUM BERKARAKTER PRIA: SPT PRIA
RASIONAL, OBJEKTIF, ABTSRAK, BUKAN
SEPERTI PEREMPUAN: TIDAK RASIONAL,
SUBJEKTIF, BERPERASAAN.
 LANJUTAN
• HUKUM TIDAK MEMPERHATIKAN WILAYAH
RUMAHTANGGA, HUBUNGAN SUAMI ISTERI:
WILAYAH PRIVAT, NEGARA TIDAK BOLEH CAMPUR
TANGAN.
• NEGARA BUKAN INSTITUSI NETRAL, TETAPI
BERPIHAK KPD KAUM PRIA
• ADALAH SALAH ANATOMI TUBUH PEREMPUAN
DIPANDANG SEBAGAI SUMBER KELEMAHAN
PEREMPUAN
 LANJUTAN
• SEBAGIAN FEMINIST: PEREMPUAN HARUS
DIPERLAKUKAN SAMA DENGAN PRIA TIDAK SAJA
SECARA FORMAL TETAPI JUGA SUBSTANSIAL.

• SEBAGIAN FEMINIST: PEREMPUAN HARUS

DIPERLAKUKAN BERBEDA, DIBERIKAN HAK-HAK
KHUSUS AGAR MEREKA DAPAT SETARA SECARA
SUBSTANSIAL.
 HAK/PERLAKUAN KHUSUS THD
PEREMPUAN
• REED V. REED, HUKUM NEGARA BAGIAN
IDAHO MENYATAKAN SEORANG ISTERI TIDAK
BERWENANG MENGELOLA HAK ATAS TANAH
• MAH AGUNG AS MENYATAKAN HUKUM
NEGARA BAGIAN IDAHO TIDAK SAH
 MICHAEL M V. SUPERIOR COURT
• MICHAEL, 17 TAHUN MENGGUGAT ATURAN
PEMERKOSAAN: ADALAH KEJAHATAN BAGI PRIA
YANG BERHUBUNGAN SEX DENGAN PEREMPUAN
BERUSIA DI BAWAH 18 TAHUN.
• MICHAEL MENGGUGAT KE MAH AGUNG MENGAPA
DIA DITUNTUT SEDANGKAN PEREMPUAN
PASANGANNYA BERUSIA 16 TAHUN TIDAK
DITUNTUT.
• GUGATAN MICHAEL DITOLAK KARENA PEREMPUAN
MEMILIKI RISIKO HAMIL.