Anda di halaman 1dari 49

Pengertian Korupsi

1. Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan


kaidah-kaidah umum yang berlaku di masyarakat.
2. Korupsi di Indonesia telah dianggap sebagai kejahatan luar
biasa dalam realita timbul publik judgement bahwa korupsi
adalah manisfestasi budaya bangsa..
3. Korupsi sesungguhnya sudah lama ada terutama sejak
manusia pertama kali mengenal tata kelola administrasi.
4. Korupsi sering kali perbuatannya tidak lepas dari
kekuasaan, birokrasi, ataupun pemerintahan dan
dikaitkan dengan politik., perekonomian, kebijakan
publik, kebijakan internasional, kesejahteraan sosial,
dan pembangunan nasional.
DEFINISI KORUPSI
1. Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema
Andrea : 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary :
1960). “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu
bahasa Latin kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt”
(Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie”
(Belanda).
2. Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
3. Di Malaysia dan negara lain ,dipakai kata “resuah” berasal
dari bahasa Arab “risywah”, Risywah (suap) secara
terminologis berarti pemberian yang diberikan seseorang
kepada hakim atau lainnya untuk memenangkan perkaranya
dengan cara yang tidak dibenarkan
PENGERTIAN KORUPSI
1. Korupsi (Ensiklopedia Indonesia dari bahasa Latin : corruptio = penyuapan;
corruptore = merusak) gejala di mana para pejabat, badan-badan negara
menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan dan
lainnya Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak. Korupsi menyangkut segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan
dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam
jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatannya
2. Tindak Pidana Korupsi adalah
a. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
b. Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara(Pasal 2 dan 3 UU No. 31 Tahun 1999).
• 
PENGERTIAN KORUPSI
Unsur unsur Tindak Pidana Korupsi berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001
1 Secara melawan Hukum,
2.Merperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi .
3.Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

1.Secara melawan hukum mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti


formil maupun dalam arti materil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur
dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap
tercela, karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan
sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana.
2 Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi dengan melawan
hukum dari ketentuan tindak pidana korupsi tersebut merupakan sarana untuk
melakukan perbuatan korupsi
3.Merugikan Keuangan negara atau perekonomian negara adalah sama artinya
dengan menjadi rugi atau menjadi berkurang, sehingga dengan demikian yang
dimaksudkan dengan unsur merugikan keuangan negara adalah sama artinya
dengan menjadi ruginya keuangan negara atau berkurangnya keuangan negara.
DEFINISI KORUPSI
1. Poerwadarminta, 1976 Istilah Korupsi dalam pembendaharaan
kata bahasa Indonesia, adalah “ kejahatan, kebusukan, dapat
disuap, tidak bermoral, kebejatan & ketidakjujuran”.
Pengertian lainnya Korupsi , perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya
2. Robert Klitgaard, Pengertian korupsi adalah suatu tingkah laku
yang menyimpang dari tugas-tugas resmi jabatannya dalam
negara, di mana untuk memperoleh keuntungan status atau uang
yang menyangkut diri pribadi (perorangan, keluarga dekat,
kelompok sendiri), atau melanggar aturan pelaksanaan yang
menyangkut tingkah laku pribadi . (Perspektif administrasi negara).
3. (The Lexicon Webster Dictionary) Pengertian Korupsi adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap,
tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan
yang menghina atau memfitnah
DEFINISI KORUPSI
4. Gunnar Myrdal, Pengertian Korupsi menurut korupsi adalah suatu
masalah dalam pemerintahan karena kebiasaan melakukan penyuapan
dan ketidakjujuran membuka jalan membongkar korupsi dan tindakan-
tindakan dengan terhadap pelanggar.
5. Black’s Law Dictionary Korupsi merupakan suatu perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk memberikan keuntungan yang tidak
resmi dengan mempergunakan hak-hak dari pihak lain, yang secara
salah dalam menggunakan jabatannya atau karakternya di dalam
memperoleh suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau orang lain,
yang berlawanan dengan kewajibannya dan juga hak-hak dari pihak
lain
6. UU No.31 Tahun 1999, Pengertian korupsi yaitu setiap orang yang
dengan sengaja secara melawan untuk melakukan perbuatan dengan
tujuan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang mengakibatkan kerugian keuangan negara atau perekonomian
negara.
DEFINISI KORUPSI
 Jadi Korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak
sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk,
menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan termasuk penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatan
 Menurut UU No 31 Tahun 1999 ttg Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah
“Setiap orang yang dikategorikan melawan , melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri, atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalah gunakan kewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau
perekonomian Negara”.
Ciri-ciri Korupsi
1. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan dan selalu melibatkan
lebih dari dari satu orang. ( membedakan antara korupsi dengan
pencurian atau penggelapan )
2. Motif korupsi bersifat rahasia, tertutup tdk diketahui org lain
3. Melibatkan s e t i a p elemen dengan adanya kewajiban dan
keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain.
4. Berusaha untuk berlindung dibalik pembenaran dan adanya usaha
untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk pengesahan.
5. Mereka yang memiliki kekuasaan atau wewenang serta
mempengaruhi keputusan-keputusan tsb
6. Setiap tindakan mengandung penipuan, biasanya pada badan
publik atau pada masyarakat umum melibatkan fungsi ganda
yang kontradiktif dari mereka yang melakukan tindakan tersebut
7. Adanya niat kesengajaan untuk menempatkan kepentingan umum
di bawah kepentingan pribadi.
Faktor Penyebab Korupsi
1. Faktor utama penyebab korupsi , yaitu: Niat, Kesempatan
dan Kewenangan.
2. Niat adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait
dengan individu manusia, misalnya perilaku dan nilai-nilai
yang dianut oleh seseorang.
3. Kesempatan lebih terkait dengan sistem yang ada yang
dalam suatu keadaan atau suatu unit/instansi
4. Kewenangan yang dimiliki seseorang akan secara langsung
memperkuat kesempatan yang tersedia.
Upaya memerangi korupsi pada dasarnya adalah upaya untuk
menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga
faktor utama tersebut.
Faktor Penyebab Korupsi
I Korupsi,Kolusi dan Nepotisme adalah melanggar kaidah-kaidah kejujuran
dan norma hukum. Faktor Korupsi dari aspek social adalah :
1. Desintegrasi sosial karena perubahan sosial terlalu cepat sejak revolusi
nasional, dan melemahnya batas milik negara dan milik pribadi;
2. Fokus budaya bergeser, nilai utama orientasi sosial beralih menjadi
orientasi harta, kaya tanpa harta menjadi kaya dengan harta;
3. Pembangunan ekonomi menjadi panglima pembangunan bukan
pembangunan sosial atau budaya;
4. Penyalahgunan kekuasaan negara sebagai short cut mengumpulkan
harta;
5. Paternalisme, korupsi tingkat tinggi, menurun, menyebar, meresap
dalam kehidupan masyarakat. Bodoh kalau tidak menggunakan
kesempatan menjadi kaya
6. Pranata-pranata sosial kontrol tidak efektif lagi.termasuk etika ,norma
dan kebudayaan
Faktor Penyebab Korupsi
II Lemahnya pendidikan agama dan etika serta kurangnya pendidikan,
moral dan hukum dan tidak adanya sanksi yang keras, kelangkaan lingkungan
yang subur untuk pelaku anti korupsi, struktur pemerintahan, perubahan
radikal.Faktor yang paling penting dalam dinamika korupsi adalah keadaan
moral dan intelektual para pemimpin masyarakat (Hartanti, 2006).
III Terjadinya perilaku koruptif pada hampir semua penegak hukum akibat
terjadinya demoralisasi dari para penegak hukum itu sendiri dimana
menerima uang secara tidak halal, menurut persepsi mereka, bukanlah
sesuatu yang aneh lagi, Terdapat empat hal faktor penyebab yaitu :
a.Kesejahteraan atau gaji rendah, akan tetapi life style-nya tinggi;
b.Ketidakpercayaan timbal balik di antara penegak hukum itu sendiri;
c.Akibat pola korupsi yang terjadi pada masa Orde Baru;
d.Tidak adanya standar profesi bagi advokat (Luhut, 2002).
Faktor Penyebab Korupsi
IV Rekomendasi Center for The Independence of Judge and Lawyer
(CIJL 2000) di Amsterdam,
a. bahwa judicial coruption terjadi karena tindakan-tindakan yang
menyebabkan ketidakmandirian lembaga peradilan dan institusi
hukum (polisi, jaksa, advokat dan hakim).
b.Hakim mencari/menerima keuntungan atas penyalahgunaan
kekuasaan kehakiman atau perbuatan suap, pemalsuan, pemanfatan
kepentingan umum untuk kepentingan pribadi,adanya tekanan, ancaman,
nepotisme, conflict of interest, kompromi dengan pembela/ advocat,
pertimbangan keliru memperlambat proses peradilan, dan tunduk kepada
kemauan pemerintah dan partai politik (Putu, 2001)
c. Korupsi tsb mengakibatkan seluruhnya, produk lembaga peradilan tidak
mencerminkan rasa keadilan dan kepastian hukum,
Indeks Persepsi Korupsi
Tabel 1 – Posisi negara berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi

Posisi Nama Negara IPK Posisi Nama Negara IPK


Negara Negara
1 Islandia 9,7 137 Indonesia 2,2
2 Finlandia 9,6      
3 Selandia Baru 9,6 152 Pantai Gading 1,9
4 Denmark 9,5 153 Guenia 1,9
5 Singapura 9,4 154 Nigeria 1,9
6 Swedia 9,2 155 Haiti 1,8
7 Swiss 9,1 156 Burma 1,8
8 Norwegia 8,9 157 Turkmenistan 1,8
9 Australia 8,8 158 Bangladesh 1,7
10 Austria 8,7 159 Chad 1,7
• Korupsi dan anti-korupsi itu sendiri
merupakan sebuah fenomena yang kompleks,
bisa dilihat dari berbagai perspektif yang pada
hakikatnya saling melengkapi
• Korupsi merupakan perbuatan yang
bertentangan dengan Kaidah-kaidah,Norma
norma umum yang berlaku di masyarakat 
• Praktik korupsi adalah perilaku serakah,
kesempatan melakukan kecurangan, dan
kebutuhan kehidupan yg menurutnya
mumpuni
Jenis jenis Korupsi
Undang-undang No 20 Tahun 2001 menetapkan 7
(tujuh) jenis Tindak pidana Korupsi yaitu korupsi
terkait
 Kerugian Keuangan Negara,
 Suap-menyuap,
 Penggelapan dalam jabatan,
 Pemerasan,
 Perbuatan curang,
 Benturan kepentingan dalam pengadaan dan
 Gratifikasi.
Tindak Pidana Korupsi
1. Melawan untuk memperkaya diri dan dapat merugikan
keuangan negara
2. Menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan diri
sendiri dan dapat merugikan keuangan negara
3. Menyuap pegawai negeri
4. Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena
jabatannya
5. Pegawai negeri menerima suap,menerima hadiah yang
berhubungan dengan jabatannya
6. Menyuap hakim dan pejabat negara lainnya
7. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan
penggelapan memalsukan buku untuk pemeriksaan
administrasi,merusakkan bukti
8. Pegawai negeri pemerasan terhadap orang lain
9. Perbuatan curang dilakukan demi keuntungan diri sendiri
atau org lain
Berbagai bentuk korupsi Lainnya
1. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal,
penyelundupan.
2. Penggelapan barang milik lembaga,swastanisasi anggaran
pemerintah, menipu dan mencuri.
3. Penggunaan uang yang tidak tepat dan penggelapkan
pajak,menyalahgunakan dana.
4. Pemalsuan dokumen dan penggelapan uang dengan
mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi.
5 Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa,
penganiayaan, memberi ampun dan grasi tidak pd tempatnya
6. Menipu dan mengecoh, memberi.kesan yang salah,
mencurangi dan memperdaya, memeras.
7. Mengabaikan keadilan, melanggar, memberikan kesaksian
palsu, menahan secara tidak sah, menjebak.
Berbagai bentuk korupsi Lainnya
8 Tidak menjalankan tugas, desersi, hidup dari korupsi.
9. Penyuapan,penyogokan, memeras, mengutip pungutan,
meminta komisi.perkoncoan. 10.
Menggunakan informasi internal dan informasi rahasia untuk
kepentingan pribadi; membuat laporan palsu.
11. Menjual tanpa izin jabatan pemerintah, barang milik negara
12. Menghindari pajak, meraih laba berlebih-lebihan.
13. Manipulasi peraturan ,menjual pengaruh, menawarkan jasa
perantara, konflik kepentingan.
14 Menerima hadiah, uang jasa, uang pelicin dan hiburan,
perjalanan yang tidak pada tempatnya.
15. Berhubungan dengan organisasi kejahatan, operasi pasar
gelap.menutupi kejahatan memata-matai secara tidak sah
16 Menyalahgunakan stempel dan kertas surat kantor, rumah
jabatan, dan hak istimewa jabatan.
( Gerald E. Caiden dalam Toward a General Theory of Official
Corruption )
Jenis Tipologi Korupsi
1. Korupsi Transaktif (Transactive corruption); yaitu menunjukkan
kepada adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli
dan pihak penerima, demi keuntungan kedua belah pihak dan
dengan aktif diusahakan tercapainya keuntungan ini oleh kedua
duanya.
2. Korupsi yang memeras (Extortive corruption) adalah jenis
korupsi di mana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna
mencegah kerugian yang sedang mengancam dirinya,
kepentingannya atau orang-orang dan hal-hal yang dihargainya.
3. Korupsi investif (investive corruption) adalah pemberian
barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dari keuntungan
tertentu, selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di
masa yang akan datang.
Jenis Tipologi Korupsi
4. Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption) adalah
penunjukan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara
untuk memegang jabatan dalam pemerintahan atau tindakan yang
memberikan perlakuan yang mengutamakan dalam bentuk uang
atau bentuk-bentuk lain, kepada mereka, secara bertentangan
dengan norma dan peraturan yang berlaku.
5. Korupsi defensif (defensive corruption) adalah perilaku korban
korupsi dengan pemerasan, korupsinya adalah dalam rangka
mempertahankan diri.
6. Korupsi otogenik (autogenic corruption) yaitu korupsi yang
dilaksanakan oleh seseorang seorang diri.
7. Korupsi dukungan (supportive corruption) yaitu korupsi tidak
secara langsung menyangkut uang atau imbalan langsung dalam
bentuk lain.
Jenis Tipologi Korupsi Lainnya
a. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan
pengusaha kepada penguasa.
b. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki
kepentingan ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk
membuat peraturan atau UU yang menguntungkan bagi usaha
ekonominya.
c. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan
kekeluargaan, pertemanan, dan sebagainya.
d. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan
negara secara sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing
dengan sejumlah keuntungan pribadi.Di antara model-model
korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah: pungutan liar,
penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian
(hadiah atau hibah) yang berkaitan dengan jabatan atau profesi
seseorang.
KORUPSI DALAM BERBAGAI PERSPEKTIF
• PERSEPTIF BUDAYA
Manusia sangat dipengaruhi kebiasaan ,adat ,norma
sikap ,watak,pola pikir,pola sikap dan pola tindak yang terjadi
setiap waktu dalam suatu kelompok masyarakat Pengaruh ini
akan membentuk budaya suatu kelompok masyarakat atau suatu
suku bangsa atau suatu bangsa
Kondisi ini mempengaruhi setiap individu terhadapat kepatuhan
dan ketataan maupun pola hidup masayrakat baik terhadap aturan
atau pengaruh dari dalam maupun dari luat
Korupsi menjadi suatu yg dianggap biasa karena telah dilakukan
baik secara sadar maupun tidak sadar dalam kehidupan sehari-
hari.
Perspektif Sosial Budaya

 Pengaruh social budaya yang merupakan kekuatan-kekuatan sosial


(social forces) yang mempengaruhi bekerjanya hukum di masyarakat,
yang berupa elemen- elemen nilai dan sikap masyarakat berhubungan
dengan institusi hukum dan aturan norma etika dan kekuatan social
masyarakat ..
 Sosial budaya sebagai pengetahuan publik,akan sngat berpengaruh
pada sikap dan pola perilaku masyarakat berkaitan dengan sistem
hukum,kehidupan,peradapan dan system social dalam masyarakat
baik secara positif atau negatif
 Sosial budaya ini akan mempengaruhi ketaatan dan kepatuhan kita
pada etika ,norma ,aturan peraturan dan hukum yang berlaku
 Sosial budaya baik internal maupun eksternal merupakan kekuatan
masyarakat terhadap bagaimana sikap dan pengetahuan masyarakat
terhadap ketentuan peraturan,globalisasi pengaruh luar negeri dll
PERSEPTIF SOSIAL BUDAYA
Pengaruh sosial budaya dalam kekhidupan masyarakat dapat akibat dari kondisi
kondisi
a. Terjadinya desintegrasi sosial karena perubahan sosial budaya yang terlalu
cepat akibat pengaruh luar negeri ,globalisasi dengan melemahnya batas milik
negara dan milik pribadi dan sifat ingin memiliki yang lebih dari orang lain ;
b. Pergeseran budaya masyarakat semula nilai utama orientasi sosial beralih
menjadi orientasi harta, konsumerisme menjadi sasaran keberhasilan utama tanpa
mengindahkan norma yang berlaku
c. Kurangnya pembangunan budaya dalam masyarakat dan pendidikan tentang
etika dan norma norma social dalam kehidupan masyarakat ;
d. Pranata-pranata sosial control sebagai sarana yang dapat membendung dan
membentengi kehidupan masyarak sudah tidak efektif lagi karena sudah
terkontasminasi dengan pranata lain yang dari luar
PERSEPTIF SOSIAL BUDAYA
Akibat Korupsi dari aspek social :

1. Bertambahnya rakyatmiskin dikarenakan uang tunjangan


bagi rakyat miskin yang seharusnya disalurkan dikorupsi.
2. Mahalnya biaya yang harus rakyat keluarkan untuk
mendapatkan layanan dasar seperti pendidikan dan
kesehatan yang seharusnya bersubsidi.
3. Kesenjangan pendapatan semakin tinggi.
4. Banyaknya rakyat yang di PHK akibat perusahaan kecil
tempat mereka kerja gulung tikar akibat dana investasinya
dikorupsi.
5.   Hidup manusia menjadi susah dan etika ,norma dalam
kehidupan tdk diindahkan
FENOMENA KORUPSI BID KESEHATAN YG DIANGGAP KEBIASAAN

• Memberi uang pelicin/tip kpd petugas kesehatan utk mendpt


kemudahan
• Petugas Kesehatan merekomendasikan bobot pesanan
sponsor krn telah mendapat gratifikasi dari produsen obat
• Petugas Kesehatan merekomendasikan obat pesanan sponsor
kpd pasien krn tlh mendapat gratifikasi
• Penyalah gunaan kartu miskin utk mendapat pengobatan
gratis
• Manipulasi data pelaporan tindakan medik yg berdampak
besarnya klaim pada askes/BPJS
• Manipulasi pasien non covid dibaut menjadi pasien covid
untuk mendapatkan klaim
PERSEPTIF AGAMA
• Perspektif agama memandang bahwa korupsi terjadi sebagai
dampak dari lemahnya nilai-nilai agama dalam diri individu,
dan oleh karenanya upaya yang harus dilakukan adalah
memperkokoh internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam diri
individu dan masyarakat untuk mencegah tindak korupsi kecil
(petty corruption), apalagi korupsi besar (grand corruption).
• Tidak ada agama yg mengajarkan para penganutnya utk
melakukan tindakan korupsi
• Agama mengajarkan penganutnya utk berperilaku jujur, lurus
dan benar
• Korupsi termasuk kategori mencuri yang diharamkan oleh
semua agama dan merupakan tindakan pendosa
PERSEPTIF AGAMA
Di Indonesia ada lima kitab suci yang dipercayai oleh umat
beragama , yaitu Al-Qur’an bagi Islam, Bibel atau Alkitab
bagi Kristen [Katolik dan Protestan], Weda bagi Hinda,
Tripitaka bagi Buddha dan Si Shu atau Su Si bagi Khonghucu.
Semua kitab suci tersebut, membicarakan tentang pencuri
milik orang lain atau milik pemerintah dengan istilah
korupsi. Korupsi itu adalah mencuri, merampas atau
perampok harta benda dan pada dasarnya, semua kitab suci itu
melarang melakukan kejahatan dan dosa, terutama yang
menyangkut pencurian sehingga koruptor yang melakukan
korupsi perlu menerapkan hukuman berdasarkan kitab suci
buat mereka yang melakukan pencurian atau korupsi
PERSEPTIF AGAMA ISLAM
 Kitab Suci Al-Qur’an adalah pedoman dan sumber ajaran agama Islam yang
harus diimani dan dipercayai serta diamalkan dalam kehidupan seorang
muslim. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang memberikan perintah yang
harus dikerjakan dan menjauhi larangan supaya manusia selamat hidup di
dunia dan di akhirat.antaralain larangan korupsi atau pencurian atau pun
merampok orang lain atau milik masyarakat /milik negara.
 Allah dalam firman-Nya. “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang
mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana” [QS. Al-Maidah [5]: 38]. Hukuman Allah
Maha Pencipta adalah pemotongan tangan..“Sesungguhnya pembalasan
terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan
membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau
disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik
atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu
(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat
mereka beroleh siksaan yangbesar” [QS. Al-Maidah [5]: 33].
PERSEPTIF AGAMA ISLAM

Hukum Islam memandang korupsi sebagai


1. Ghulul (Penggelapan),
2. Riswah (Penyuapan),
3. Ghasab (MengambilPaksaHak/Harta Orang lain),
4. Khianat, Sariqah (Pencurian),
5. Hirabah (Perampokan),
6. Al maks (pungutan liar),
7. Al ikhtilas (pencopetan),
8. Al ihtihab (perampasan).
 
PERSEPTIF AGAMA ISLAM
Mencuri dan merampok adalah kejahatan dan kerusakan sama
seperti orang yang memerangi Allah dan Rasul yang harus dihukum
dengan tegas adalah hukum mati dan disalib. Hukuman bagi pencuri
harus ditegakkan supaya tidak ada lagi pencurian atau korupsi
Allah memerintahkan untuk ditegakkan hukumnya pasti ada
kemaslahatan bagi manusia menjadi aman dan tentram.ditegaskan
oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya:
“Wahai sekalian manusia, bahwasanya yang membinasakan orang-
orang sebelum kalian adalah ketika orang-orang terpandang
mereka mencuri, mereka membiarkannya [tidak menghukum],
sementara jika orang-orang yang rendahan dari mereka mencuri
mereka menegakkan hukuman had. Demi Allah, sekiranya Fatimah
binti Muhammad mencuri, sungguh aku sendiri yang akan
memotong tangannya” [HR. Bukhari dan Muslim].7
PERSEPTIF AGAMA KRISTEN
Kitab Suci Bibel atau Alkitab adalah pedoman dan sumber ajaran
agama Kristen yang melarang untuk melakukan pencurian atau
korupsi. Sebagaimana yang tertera dalam “Ten Commandments” atau
Sepuluh Perintah Tuhan antar lain Jangan mencuri, Jangan
menginginkan hak milik orang lain tanpa hak. Selain itu dalam Kitab
Keluaran dan Ulangan melarang mencuri. Pencurian atau korupsi
menurut Martin Luther sama saja dengan mendapatkan milik
orang lain secara tidak sah adalah suatu kejahatan
Dalam Kitab Imamat sebagai berikut “Janganlah kamu mencuri,
jangan kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang
kepada sesamanya”.
Dalam Kitab Keluaran sebagai berikut.
•“Apabila seseorang mencuri seekor lembu atau seekor domba dan
membantainya atau menjualnya, maka ia harus membayar gantinya,
yakni lima ekor lembu ganti lembu itu dan empat ekor domba ganti
domba itu.
PERSEPTIF AGAMA HINDU

Kitab Suci Weda adalah pedoman dan sumber ajaran agama Hindu yang
melarang melakukan pencurian atau mengkorupsi harta benda milik
orang lain, maka harus dihukum dengan keras dan yang menghukum
adalah para Pandita yang tidak diragukan integritasnya, pencuri, orang
berdosa dan musuh [negara] seharusnya dihukum berat.15 Hukuman bagi
pencuri atau korupsi menurut Kitab Veda harus dipotong kaki, tangan
dan kepalanya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Kitab Atharvaveda
sebagai berikut.
a. “Yo adya stena ayati, aghayur martyo ripuh, pra griva pra iro
hanat” Artinya “Potong kepala dan leher seorang pencuri, orang
berdosa dan musuh” [Atharvaveda, XIX.49.9].
b. Pra padau na yathayati pra hastau na yathasisat” Artinya
“Potonglah kaki dan tangan seorang pencuri sehingga dia tidak bisa
hidup lebih lama” [Atharvaveda, XIX.49.10].
PERSEPTIF AGAMA BUDDHA
Kitab Suci Tripitaka adalah pedoman dan sumber ajaran agama
Buddha yang melarang melakukan kejahatan dengan mencuri yang
menyebabkan kemiskinan dan kesengsaran orang lain. Melakukan
pencurian atau korupsi adalah perbuatan jahat, buruk dan dosa, bahkan
Buddha Gotama menyatakan dalam Majjhima 117 bahwa pencurian akan
menjadi tidak benar ketika mata pencariannya dimanfaatkan untuk
menipu [kuhana], membual [lapana], memeras [memittakata], dan
merampok agar mendapat hasil yan banyak. Mencuri atau korupsi adalah
kejahatan yang harus diberantas dan disadarkan sebagaimana Buddha
Gotama bersabda.
•“Bila seseorang berbuat jahat, hendaklah ia tidak mengulang-
ulangnya lagi dan jangan merasa senang akan perbuatan itu.
Penderitaan adalah akibat dari memupuk perbuatan jahat”
[Dhammapada, IX. 117].
• 
PERSEPTIF AGAMA KHONGHUCHU
Kitab Suci Si Shu atau Su Si adalah pedoman dan sumber ajaran
agama Khonghuchu yang melarang melakukan perbuatan yang tidak
terhormat dengan jalan mengumpulkan kekayaan dengan cara mencuri
atau korupsi yang mengakibatkan kemiskianan dan sia-sia belaka.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam firman Thian.
• “Maka menimbun kekayaan itu akan menimbulkan perpecahan di
antara rakyat, sealiknya tersebarnya kekayaan akan menyatukan
rakyat. Maka kata- kata yang tidak senonoh itu akan kembali
kepada yang mengucapkan, begitu pula kekayaan yang diperoleh
dengan tidak halal itu akan habis dengan tidak karuan” [DA XUE,
X. 9-10]..
• Kitab Suci Khonghucu menekankan kepada manusia supaya
mencari kekayaan dengan jalan yang baik dan halal, bukan dengan
cara mencuri atau korupsi yang tidak akan memberikan kebahagian
melainkan memberikan kesengsaraan dan akan habis yang tidak
karuan.
Kesimpulan Perseptif Agama
1. Korupsi harus dihukum dengan sangat keras yang melakukan korupsi
dengan hukuman penggal kepala sehingga mati sebagaimana yang
ditegaskan dalam kitab suci agama Hindu dan Islam. Dengan cara ini
akan mengurangi pelaku korupsi, pencuri, perampas, perampog
karena yang melakukan akan berfikir dan rasa ketakutan kepada
pelakunya.
2. Korupsi harus dihukum dengan keras yang melakukan korupsi
dengan hukuman potong tangan atau potong kaki sebagaimana yang
ditegaskan dalam kitab suci agama Islam dan Hindu. Dengan cara ini
akan mengurangi pelaku korupsi yang sudah merajalela di Indonesia,
maka dipermalukan dengan cara potong tangan sehingga mereka
akan berfikir disaat akan melakukan perbuat jahatnya.
Kesimpulan Perseptif Agama
3. Korupsi harus dihukum dengan tidak keras tetapi sedang yang
melakukan dengan hukaman penjara sebagai kehinaannya.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab suci Islam. Hal ini,
merupakan pelajaran yang berharga bagi pencuri supaya dapat
menyadari lebih dalam sehingga tidak mengulangi perbuatan yang
hina ini.
4. Korupsi harus dihukum dengan dengan hukuman untuk mengganti
rugi bagi yang dicuri bendanya atau di ambilnya. Sebagaimana
yang dijelaskan dalam kitab suci Kristen dan Islam sebagai
perbuatan yang buruk dan tercela yang telah menodai kebaikan
dengan kejahatan dan perbuatan dosa.
5. Korupsi harus dihukum dengan hukuman minta maaf dan
penyesalam lebih dalam. Sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab
suci Islam, Kristen, Buddha dan Khonghuci yang diserahkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang akan membalasnya.
PERSEPTIF HUKUM
• Perspektif hukum memandang bahwa korupsi merupakan
kejahatan luar biasa ( extra ordinary crime), koruptor adalah
penjahat dan oleh karenanya yang harus dilakukan oleh
pemerintah adalah menindak para koruptor dengan jerat-jerat
hukum serta memberantas korupsi dengan memperkuat
perangkat hukum seperti undang-undang dan aparat hukum
• Korupsi merupakan tindakan melawan hukum dan dianggap
sbg kejahatan luar biasa (extra ordinary crime)
• 50 % tind korupsi di Indonesia adl PENYUAPAN :
• dianggap extra ordinary sebab :
a. bersifat transnasional uangnya dikirim ke LN
b. pembuktian korupsi di Ind ekstra keras /sulit
c. dampaknya luar biasa dari sektor ekonomi
d. dampak pada kedidupan dan peradaban bangsa
Perseptif Hukum
Korupsi dari Perspektif hukum, dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang
telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 dirumuskan kedalam 30
bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal- pasal tersebut menerangkan
secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi
pidana karena korupsi. Bentuk/jenis tindak pidana korupsi dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kerugian keuangan negara
2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi
Perseptif Hukum
Bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut masih ada tindak pidana lain
yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang tertuang pada UU
No.31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. adalah:
1. Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
2. Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang
tidak benar.
3. Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka.
4. Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi
keterangan palsu.
5. Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan
keterangan atau memberikan keterangan palsu.
6. Saksi yang membuka identitas pelapor
Perspektif Budaya Hukum

 Budaya hukum oleh Friedman untuk menyebut kekuatan-kekuatan


sosial (social forces) yang mempengaruhi bekerjanya hukum di
masyarakat, yang berupa elemen- elemen nilai dan sikap masyarakat
berhubungan dengan institusi hukum.Budaya hukum mengacu pada
pengetahuan publik, sikap dan pola perilaku masyarakat berkaitan
dengan sistem hukum.
 Budaya hukum nasional yang dibedakan dari sub-budaya
hukum yang berpengaruh secara positif atau negatif terhadap
hukum nasional baik internal dan budaya hukum eksternal.
 Budaya hukum internal adalah budaya hukum masyarakat
yang melaksanakan tugas- tugas hukum secara khusus,
seperti polisi, jaksa hakim dalam menjalankan tugasnya,
sedangkan eksternal bagaimana sikap dan pengetahuan
masyarakat terhadap ketentuan globalisasi pengaruh luar dll
Perseptif budaya hukum
1. Bedakan budaya hukum tradisional dan budaya hukum
modern.maka dengan adanya pelbagai sistem hukum dalam suatu
komunitas politik tunggal maka disebut pluralisme hukum.
Pluralisme hukum dapat berbentuk horizontal atau vertikal. Yang
masing- masing subsistem atau sub-budaya mempunyai
kekuatan hukum sama, sedangkan yang vertikal kekuatan
hukumnya berbeda-beda.
2. Budaya hukum menunjuk pada unsur adat- istiadat berkaitan
dengan kebudayaan secara menyeluruh; dan unsur nilai nilai social
dan sikap social yang berkembang dalam masyarakat
3. Konsep budaya hukum ini dipergunakan untuk melihat penanganan
korupsi, maka akan nampak makna korupsi itu sendiri akan sangat
ditentukan oleh nilai-nilai yang ada dibalik korupsi itu sendiri.
4. .Budaya hukum internal penegakan hukum sendiri juga tidak
mendukung pemberantasan korupsi, yang ditunjukkan dengan
Perseptif budaya hukum
1. Budaya hukum seseorang akan menentukan perilaku menerima
atau menolak hukum Perbedaan budaya hukum para pelaku dapat
menimbulkan interpretasi dan pemahaman terhadpa norma hukum
2. Dalam menjalankan fungsi hukum maka hukum selalu berhadapan
dengan nilai-nilai atau pola perilaku yang ada dalam masyarakat,
sehingga dapat muncul ketidaksesuaian antara apa yang seharusnya
(das sollen) dan apa yang senyatanya (das sain) (perbedaan antara law
in the book and law in action)
4. Budaya hukum eksternal dan budaya hukum internal harus dapat
dibedakan penerapanya Kultur atau budaya adalah nilai-nilai sikap
yang mengikat sistem secara bersama atau menentukan tempatnya
5. Asas-asas dan kaidah-kaidah, kelembagaan hukum dan proses-proses
perwujudan kaidah- kaidah dalam kenyataan.
6. Substansi hukum adalah peraturan yang dipakai oleh para pelaku
hukum melakukan perbuatan dan hubungan hukum; sedangkan kultur
hukum adalah tuntutan atas penyelesaian masalah-masalah hukum
Penegak Hukum Progresif

1. Akibat keterpurukan penegakan hukum menangani masalah korupsi yang


terjadi telah membawa bangsa Indonesia terjatuh pada keadaan krisis
hukum.
2. Krisis adalah keadaan tidak normal oleh karena berbagai institusi yang telah
dinormalkan untuk menata proses- proses dalam masyarakat tidak mampu
lagi menjalankan fungsinya secara tepat.
3. Hukum kehilangan kepercayaan dan pamor untuk mewujudkan nilai
keadilan maka harus kembali menata dan mengendalikan proses-proses
ekonomi, sosial, politik dsb,sehingga hukum bekerja secara otentik dan
pasti sesuai aturan yang berlaku
4. Dampak ketidakpercayaan pada penegakan hukum tersebut, sebagian
rakyat kemudian melakukan tindakan penyelesaian sendiri, yang salah
satu bentuknya adalah perbuatan main hakim sendiri (eigenrichting).
Situasi sosial menjadi anomis dan setiap orang bebas membuat tafsiran,
melakukan dan memutuskan tindakan sendiri. (Satjipto, 2002).
Penegak Hukum Progresif

5. Dalam situasi krisis atau tidak normal ini dibutuhkan pula


cara-cara penyelesaian hukum yang tidak normal atau cara
yang di luar kebiasaan (extra-ordinary) akan tetapi masih
dalam koridor atau kerangka dari tujuan hukum tersebut.
6. Cara yang luar biasa ini bukan berarti bertindak anarkis,
akan tetapi berwatak progresif. Intinya adalah tidak
membaca undang-undang seperti biasa akan tetapi mencari
dan mengungkap makna dari undang-undang tersebut dan
berani bertindak rule-breaking. Berpikir luar biasa ini harus
dimulai dari kalangan komunitas hukum seperti hakim,
jaksa, advokat, polisi dan akademisi (Satjipto, 2006)
7. Rule-breaking pendekatan cara penyelesaian hukum yang
holistik dan bahkan ekstra legal untuk menggali makna
hukum.karena penyelesaian hukum pendekatan yuridis-
formal yang bersifat linier hanya menambah deretan
Kesimpulan berbagai Persepektif Korupsi

1. Korupsi kata Latin yaitu Corrumpere, Corruptio, atau


Corruptus. Secara harfiah kata korupsi berarti penyimpangan
dari kesucian (Profanity), tindakan tak bermoral, kebejatan,
kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran atau kecurangan.
2. Korupsi merupakan penyalahgunaan kewenangan oleh pihak
pribadi maupun kelompok. Korupsi memiliki konotasi adanya
tindakan- tindakan hina, fitnah atau hal-hal buruk lainnya.
3. Korupsi merupakan penyelewengan tanggung jawab kepada
masyarakat, dan secara faktual korupsi dapat berbentuk
penggelapan, kecurangan atau manipulasi
4. Korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan
administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh
diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk
memperoleh keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan
kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi
Kesimpulan berbagai Persepektif Korupsi

5. Faktor internal, faktor pendorong korupsi dari dalam


diri.yaitu Sifat tamak/rakus manusia. Korupsi adalah
kejahatan orang profesional yang rakus, sudah
berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk
memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku
semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak
dan rakus.
6. Moral yang tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan,
teman setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang
memberi kesempatan untuk itu.
7. Gaya hidup yang konsumtif bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan membuka peluang
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan untuk
memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu
adalah dengan korupsi.
Kesimpulan berbagai Persepektif Korupsi

8. Aspek Sosial, perilaku korup dapat terjadi karena dorongan k


lingkungan keluarga yang secara kuat memberikan dorongan
bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat baik
seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya memberikan
dorongan menyalahgunakan kekuasaannya.
9. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi, pada umumnya
jajaran manajemen selalu menutupi tindak korupsi yang
dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi akibat terus
berjalan dengan berbagai bentuk.
10. Aspek ekonomi, pendapatan tidak mencukupi kebutuhan.
Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang
mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan
itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
Kesimpulan berbagai Persepektif Korupsi

11. Aspek politis kontrol sosial adalah suatu proses yang


dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar
bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol
sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan berbagai
aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara
sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara politik,
melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya..
12. Aspek organisasi, kurang adanya sikap keteladanan
pimpinan. suatu lembaga formal maupun informal
mempunyai pengaruh penting bagi bawahannya. Kultur
organisasi biasanya punya pengaruh kuat terhadap
anggotanya. Apabila kultur organisasi tidak dikelola dengan
baik, akan menimbulkan berbagai situasi tidak kondusif
mewarnai kehidupan organisasi.

Anda mungkin juga menyukai