PRNDAHULUAN
Dengan adanya pancasila dapat digunakan sebagai sumber nilai anti korupsi
yang telah dibenarkan dengan pernyataan Komisi Pemberantasan Korupsi, yang
menegaskan bahwa Pancasila merupakan sumbernilai anti korupsi. Yang menjadi
permasalahan adalah dimana arah ideologi sekarang seperti di persimpangan jalan.
Nilai-nilai lain yang dianut seperti kapitalis yang menjadikan seseorang terdorong
untuk melakukan tindakan korupsi.Saatnya Pancasila kembali direvitalisasi sebagai
dasar filsafat Negara bersama dengan norma agama.
Benar adanya bahwa korupsi terjadi karena pemahaman kita mengenai Pancasila
masih kurang. Kebanyakan dari kita hanya mengetahui sila-sila dari Pancasila namun
dalam memaknainya masih kurang sehingga masih banyak pelanggaran-pelanggaran
dan penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di negeri ini. Hal-hal tersebut yang
menjadikan Pancasila itu diperlukan sebagai pendidikan anti korupsi.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi?
3. Bagaimana pancasila sebagai sumber hukum untuk memberantas korupsi?
4. Apa peran pancasila sebagai anti korupsi?
5. Apa Nilai dan prinsip anti korupsi?
6. Bagaimana pendidikan anti korupsi?
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Dari segi terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruptio” dalam bahasa
latin yang berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula untuk menunjukkan
keadaan atau perbuatan yang busuk.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia,
adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan
ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya,
“perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya” (WJS Poerwadarminta: 1976).
3
“Perbuatan seseorang, yang dengan atau karena melakukan suatu
kehajatan atau dilakukan dengan menyalah gunakan jabatan atau
kedudukan.”
Korupsi di tanah negeri, ibarat, “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap
lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang
datang silih berganti.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam
diri pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika
perilaku matrealistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih
“mendewakan” materi maka dapat “memaksa” terjadinya permainan uang dan korupsi
(ansari Yamamah: 2009) “Dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat
kemudian “terpaksa” korupsi kalau sudah menjabat.
4
Aspek Internal merupkan aspek faktor pendorong korupsi dari dalam diri
atau pribadi, yaitu seperti
a. Sifat tamak/rakus manusia
d. Aspek Politis
e. Aspek Organisasi
Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Kurang memadainya sistem akuntabilitas
Kelemahan sistem pengendalian manajemen
Lemahnya pengawasan
6
2.3 Pancasila Sebagai Sumber Anti Korupsi
Pentingnya pengetahuan Pancasila dan filsafat pancasila bagi seluruh rakyat
Indonesia sebagai cara untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, internalisasi nilai-nilai Pancasila dapat
terwujud didahului dengan pengetahuan mendasar mengenai Pancasila. Banyak dari
rakyat Indonesia yang hanya menghapal Pancasila, tetapi tidak mengerti maksud
dasar dari Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, Pendidikan Pancasila mutlak
diperoleh oleh setiap rakyat Indonesia. Sistem nilai-nilai budayaPancasila akan
dipertahankan melalui proses-proses pendidikan, pemasyarakatan, pembudayaan,
penataran, dan sebagainya.
Pentingnya Nasionalisme selalu berkaitan dengan upaya internalisasi nilai-nilai
Pancasila. Sikap bangga dan cinta terhadap negara Indonesia memang sangat penting
untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Nasionalisme yang rendah, memungkinkan
suatu bangsa akan mengalami perpecahan, terlebih Indonesia sebagai negara yang
beraneka ragam suku bangsa dan kebudayaan. Dengan semangat Nasionalisme,
bangsa dapat mempertahankan goncangan dari dalam dan dari luar.
Selain internalisasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, agama, kesenian,
adat-istiadat memainkan peranan yang sangat penting. Jika dilihat dari segi anggota
masyarakat, internalisasi (pembatinan) nilai-nilai budaya itu merupakan sarana untuk
mengakhiri dan menyelesaikan ketegangan-ketegangan atau persoalan yang selalu
timbul dalam setiap sistem sosial. Agama merupakan pondasi mutlak yang krusial
bagi pendidikan dan keluhuran sipil, dan kesatuan serta ketertiban negara. Alasannya
karena agama memberikan kewenangan kepada negara sehingga memungkinkannya
memerintahkan loyalitas dan kepatuhan warga negara. Negara menjadi sakral dan
pembangkangan sipil apapun atau tindakan melawan negara merupakan masalah
pelanggaran hal-hal sakral. Selain itu, fungsi esensial agama adalah mendorong
perilaku luhur, yang pada saatnya menghasilkan suatu lingkungan kepercayaan dan
kerja sama saling menguntungkan. Melalui agama, sebuah masyarakat yang damai
dan tertib dapat diteguhkan, memiliki moral, kegigihan, dan kekuatan yang diperlukan
untuk penjagaan diri dalam dunia yang penuh tantangan (Joseph Losco, 2005).
7
biasa hingga petinggi negara senantiasa memelihara standar-standar pribadi yang
tinggi serta menjauhi perilaku immoral dan melawan hukum maka dimungkinkan
persoalan korupsi dapat diatasi.
Selain itu, pemberantasan korupsi yang menjadi penyakit kronis bangsa ini
harus dilandasi dengan Pancasila. Kita sepakat korupsi merupakan musuh bersama
yang harus dilawan sampai kapanpun tanpa pandang bulu dan putus asa. Siapapun
yang terlibat harus diproses secara hukum. Terlebih lagi penyebaran penyakit ini telah
menular kemana-kemana hingga ke tingkat pemerintahan desa. Tentunya masalah ini
tak bisa dibiarkan terus mengalir begitu saja. Apalagi setiap harinya, pemberitaan
korupsi di media massa terus menghiasinya seolah rutinitas para pekerja pers yang tak
bisa absen dari liputannya. Namun seiring itupula tindak pidana korupsi semakin
menjadi-jadi. Pemberantasan korupsi bagi bangsa ini mutlak menjadi agenda penting
yang bersifat emergency. Disinilah diperlukan penegak hukum yang berani dan tidak
takut pada siapapun kecuali kepada Tuhan. Hanya ketakutan pada Tuhanlah lah yang
harus menjadi modal utama para penegak hukum dalam memproses kasus pidana
korupsi khususnya. Dalam kaitan ini kita sangat berharap pada institusi KPK terus
menunjukan taringnya tanpa takut pada pihak manapun. Disinilah makna spirit sila
pertama pancasila, ketuhanan Yang Maha Esa.
Selanjutnya, unsur keadilan bagi semua pihak yang terlibat kasus korupsi juga
harus menjadi landasan utama penengakan hukum. Sehingga tidak lagi melukai rasa
keadilan bagi masyarakat. Terlebih belakangan ini penanganan kasus-kasus korupsi
masih diskriminatif. Dalam hal inilah Pancasila sila ke dua jelas menegaskan bahwa
keadilan sosial hanya bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab hanya dengan bersikap
adillah yang akan memperkokoh dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa kita
sebagai mana tercantum dalam sila ke tiga.
Sila ke empat yang mengisyaratkan pentingnya kedaulatan rakyat sebagai
perumusan kebijakan dalam mengawasi jalannya proses pemberantasan korupsi bukan
malah terlibat di dalamnya. Kita sebagai rakyat sangat berharap pemberantasan
korupsi di negeri ini tidak surut. Namun begitu bukan berarti rakyat harus berdiam
tetapi terus melakukan pengawasan dengan caranya sendiri. Pemberantasan korupsi
akan sulit dilakukan tanpa adanya kesadaran dari seluruh elemen bangsa akan bahaya
kejahatan ini. Tentu hal ini bukan semata tanggung jawab penegak hukum semata.
Tetapi menjadi kewajiban kita sama-sama sebagai warga negara. Untuk itulah
8
partisipasi publik dalam hal ini jelas sangat diperlukan dan bisa menjadi masukan
penting dalam proses memberantas tindakan korupsi. Meski ekspetasi ini berlebihan
dan hanya isapan jempol di negeri ini, tetapi tidak berarti kita harus mundur atau
bahkan putus asa.
Sila ke lima jelas memberikan spirit yang sangat konstruktif, artinya meski kita
muak dengan para tersangka kasus korupsi bukan berarti kita harus bercaci maki
tanpa memperdulikan atika-etika kemanusiaan. Sebab bagai manapun yang terlibat
kasus korupsi punya hak untuk diberikan keadilan dalam hukum. Namun begitu
bukan berarti para koruptor tidak semata-mata diberi keringanan dengan vonis hukum
yang tidak adil. Oleh karena korupsi merupakan kejahatan paling keji di negeri ini,
sehingga harus diberikan vonis yang berat dengan harapan dapat memberikan efek
jera. Selama ini vonis hukum bagi tersangka kasus korupsi tidak dapat memberikan
efek yang sistematik sehingga orang takut melakukan korupsi. Terlebih lagi suap
menyuap merupakan budaya yang tengah merajarela dalam sistem pemerintahan kita
yang seolah menjadi hal yang lumrah dalam memuluskan suatu persoalan. Gelinya
lagi, hukum di Indonesia masih berpihak pada yang memiliki uang.
1) Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati,
tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang
sangat penting bagi kehidupan mahasiswa,tanpa sifat jujur mahasiswa
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
2) Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan,
memperhatikan dan menghiraukan (Sugono : 2008).
3) Kemandirian
9
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas
dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya, harus
mengatur kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah tanggung
jawabnya sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri mengatur
dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup orang lain.
4) Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus
baik akademik maupun social mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup
disiplin tidak berarti harus hidup seperti pola militer di barak militier
namun hidup disiplin adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang
ada untuk dipergunakan.
5) Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).
6) Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan
jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Bekerja
keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai
dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika
tanpa adanya pengetahuan.
7) Sederhana
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak me-
ngenyam masa pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, dibiasakan
untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan diidentikkan
dengan keinginan semata, padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan
keinginan dan sebaliknya
8) Keberanian
10
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang sedang
mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk
menumbuhkan sikap keberanian, dituntut untuk tetap berpegang teguh
pada tujuan. Di mana pun dan dalam kondisi apa pun sering kali harus
diambil keputusan yang cepat dan harus dilaksanakan dengan cepat pula.
Salah satu kesempatan terbaik untuk membentuk suatu pendapat atau
penilaian yang sebaik-baiknya adalah dalam kesunyian di mana dia bisa
berpikir tanpa diganggu. Rasa percaya kepada diri sendiri adalah mutlak
dan diperlukan. Pengetahuan mengenai kepribadian dan kemampuan
sendiri perlu dikaitkandengan pengetahuan mengenai lingkungan.
9) Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak. Di dalam kehidupan sehari-hari, pemikiran-pemikiran
sebagai dasar pertimbangan untuk menghasilkan keputusan akan terus
berkembang seiring dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
seseorang. Dalam masa perkuliahan setiap mahasiswa perlu didorong
untuk mencari pengalaman dan pengetahuan melaluiinteraksinya dengan
sesama mahasiswa lainnya. Dengan demikian mahasiswa diharapkan
dapatsemakin bijaksana dalam mengambil keputusan dimana
permasalahannya semakin lama semakinkompleks atau rumit untuk
diselesaikan.
2.5.2. Prinsip- Prinsip Anti Korupsi
1) Akuntabilitas\
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main
baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik
pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga
11
(Bappenas : 2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor
bisnis, masyarakat, publik, maupun interaksi antara ketiga sektor.
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya,
antara lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas
keuangan, akuntabilitas outcome,akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas
politik (Puslitbang, 2001).
2) Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik
(Prasojo : 2007). Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi
mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi
kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini
merupakan modal awal yang sangat berharga bagi para mahasiswa untuk
dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada masa kini dan masa
mendatang (Kurniawan : 2010).
3) Kewajaran/ fairness
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran.
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam
bentuk mark upmaupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip
kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin,
fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.
4) Kebijakan
12
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan anti korupsi
ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa
berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi,undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahuisekaligus mengontrol terhadap
kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.
5) Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol
kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang di buat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.
2.5 Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan anti korupsi memiliki makna yang kian penting sekarang ini karena
semakin banyaknya kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh orang-orang
berpendidikan tinggi.Pendidikan ini dengan demikian merupakan bagian
dari pendidikan berbasis karakter karena dilakukan demi tercapainya pemahaman
manusia atas etika dan norma yang unversal diakui sebagai norma yang baik.
Pada dasarnya pendidikan ini harus dilakukan semenjak dini demi menanamkan
pemahaman yang lebih mudah mengenai buruknya korupsi pada siswa sesuai dengan
tahap perkembangan psikologis mereka.
13
Pendidikan Anti Korupsi dan Berbagai Langkahnya
Konsep-konsep jujur, religiius, dan mandiri akan sangat mendorong siswa untuk
menjauhi berlaku korupsi yang merupakan bagian dari perilaku tidak jujur dan
curang.Setiap agama juga jelas melarang melakukan tindakan korupsi karena kerugian
yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
Generasi anti korupsi tentu saja bukan merupakan generasi yang muncul secara
langsung. Kebiasaan mencontek yang dianggap sepele misalnya bisa menyaran pada
tindakan korupsi juga.Karena itu penanamkan nilai-nilai luhur anti korupsi selain
melalui pendidikan formal lewat kurikulumnya juga bisa dilakukan melalui
pendidikan informal di rumah.Tugas orang tua dalam menanamkan pendidikan
semacam ini bisa jadi bahkan lebih efektif daripada pendidikan formal.
BAB III
PEMBAHASAN
14
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada
niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai negara hukum adalah
menjadikan nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama, serta peraturan perundang-
undangan sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah
dengan pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk
dari korupsi) dan berwibawa. Korupsi adalah perbuatan pelanggaran hukum, sebuah
tindak pidana. Hubungannya dengan Pancasila adalah melanggar sila ke lima,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena korupsi itu menggerogoti
kekayaan Negara yang ujung-ujungnya adalah memiskinkan Negara dan juga rakyat.
Upaya untuk memberantas korupsi tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Korupsi bukan hanya menghambat proses pembangunan Negara ke arah yang lebih
baik, yaitu peningkatan kesejahteraan serta penuntasan kemiskinan rakyat tapi juga
korupsi merupakan akar dari segala masalah yang menyebabkan nama baik negeri ini
terus terpuruk di dunia Internasional.
Ketidakdayaan hukum dihadapan orang kuat, ditambah minimnya komitmen
dari elit pemerintahan menjadi faktor penyebab mengapa Korupsi masih tumbuh
subur di Indonesia. Semua itu karena hukum tidak sama dengan keadilan, hukum
datang dari otak manusia penguasa, sedangkan keadilan datang dari hati sanubari
rakyat. Tentunya kita sebagai rakyat Indonesia akan terus mendorong dan
mendukung upaya-upaya pemberantasan korupsi negeri ini. Namun begitu butuh
proses yang panjang dan mental yang kuat dalam menjalaninya, kita berharap di masa
yang akan datang Indonesia bisa terbebas dari masalah kejahatan korupsi.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Esti Suntari, S.H., M.Pd, dkk. 2015. Pendidikan Pancasila. Jakarta: UNJ Press.
Losco, Joseph dan Leonard Williams. 2005. Pholitical Theory, kajian klasik dan
kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
https://www.academia.edu/31233776/MAKALAH_PANCASILA_SEBAGAI_PENDIDIKA
N_ANTI_KORUPSI_KELOMPOK_7_PEND_PANCASILA.docx
https://www.academia.edu/9830875/pancasila_sebagai_benteng_anti_korupsi
http://politik.kompasiana.com/2013/03/15/budaya-korupsi-dalam-perspektif-pancasila-
543081.html . Diakses pada 20 November 2014.
https://www.academia.edu/9830875/pancasila_sebagai_benteng_anti_korupsi
http://otoritas-semu.blogspot.com/2016/05/pengertian-dan-definisi-tentang-korupsi.html
http://hasbagiilmu.blogspot.co.id/2015/08/faktor-penyebab-korupsi.html
http://guruppkn.com/dampak-korupsi-bagi-negara
http://shilvystewart.blogspot.co.id/2011/09/upaya-pencegahan-korupsi-di-indonesia.html
http://jeyysiska.blogspot.co.id/2013/07/pencegahan-dan-upaya-pemberantasan.html
https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/10/15/nilai-prinsip-anti-korupsi/
http://www.infoduniapendidikan.com/2015/01/makna-dan-tujuan-pendidikan-anti-
korupsi.html
http://korupsidalampandanganpancasila.blogspot.co.id/
16