Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PRNDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia saat ini dalam kondisi sangat memprihatinkan, banyak masalah


menimpa bangsa kita. Salah satu issue terbesar untuk dituntaskan oleh negara
Indonesia yaitu korupsi. Korupsi telah muncul disegala aspek kehidupan negara
indonesia. Bahkan dari sektor terkecilpun korupsi bisa saja terjadi. Seiring
berjalannya waktu dan perkembangan kehidupan masyarakat, kini korupsi makin luas
dalam hal bentuk-bentuknya, serta metode tindak pidana korupsi. Korupsi dari
kalangan terbawah sampai kalangan jabatan tertinggi di Indonesia ini pun sudah
terbiasa dengan nama yang satu ini “korupsi “

Dengan adanya pancasila dapat digunakan sebagai sumber nilai anti korupsi
yang telah dibenarkan dengan pernyataan Komisi Pemberantasan Korupsi, yang
menegaskan bahwa Pancasila merupakan sumbernilai anti korupsi. Yang menjadi
permasalahan adalah dimana arah ideologi sekarang seperti di persimpangan jalan.
Nilai-nilai lain yang dianut seperti kapitalis yang menjadikan seseorang terdorong
untuk melakukan tindakan korupsi.Saatnya Pancasila kembali direvitalisasi sebagai
dasar filsafat Negara bersama dengan norma agama.

Nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar untuk seluruh


masyarakat Indonesia berbuat baik, sehingga Pancasila dianggap sebagai ideologi
yang bersifat universal karena dalam Pancasila ada nilai-nilai sosialis religius dan
nilai-nilai etis. Korupsi merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Masih banyak orang yang sadar bahwa korupsi itu merupakan tindakan
menyimpang. Oleh karena itu, orang-orang tersebut harus dibekali dengan ilmu dan
nilai-nilai yang baik agar terhindar dari tindakan menyimpang.

Benar adanya bahwa korupsi terjadi karena pemahaman kita mengenai Pancasila
masih kurang. Kebanyakan dari kita hanya mengetahui sila-sila dari Pancasila namun
dalam memaknainya masih kurang sehingga masih banyak pelanggaran-pelanggaran
dan penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di negeri ini. Hal-hal tersebut yang
menjadikan Pancasila itu diperlukan sebagai pendidikan anti korupsi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi?
3. Bagaimana pancasila sebagai sumber hukum untuk memberantas korupsi?
4. Apa peran pancasila sebagai anti korupsi?
5. Apa Nilai dan prinsip anti korupsi?
6. Bagaimana pendidikan anti korupsi?
1.3 Tujuan

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio (Fockema Andrea, 1951)


atau corruptus (Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya, disebutkan pula
bahwa corruptio berasal dari kata corrumpere satu kata dari bahasa Latin yang lebih
tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt”
(Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda).

Dari segi terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruptio” dalam bahasa
latin yang berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula untuk menunjukkan
keadaan atau perbuatan yang busuk.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi  didefinisikan


lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan, organisasi, yayasan, dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.

Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia,
adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan
ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya,
“perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan
sebagainya” (WJS Poerwadarminta: 1976).

2.2.1. Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang

Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah: 

“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan


perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan  yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara.”

UU No. 24 tahun 1960:

3
“Perbuatan  seseorang,  yang  dengan  atau  karena  melakukan  suatu
kehajatan atau dilakukan dengan menyalah gunakan jabatan atau
kedudukan.”

2.2.2. Korupsi Menurut Ilmu Politik

Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan


jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri
sendiri maupun orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan
pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum,
perusahaan, atau pribadi lainnya.  

2.2.3. Korupsi Menurut Ahli Ekonomi

Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi


didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara prestasi dan
kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-diam
dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya
merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu
pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.

2.2 Faktor- Faktor Penyebab Korupsi

Korupsi di tanah negeri, ibarat, “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap
lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang
datang silih berganti.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam
diri pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika
perilaku matrealistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih
“mendewakan” materi maka dapat “memaksa” terjadinya permainan uang dan korupsi
(ansari Yamamah: 2009) “Dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat
kemudian “terpaksa” korupsi kalau sudah menjabat.

Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila disederhanakan


penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. 

2.3.1. Aspek Internal

4
Aspek Internal merupkan aspek faktor pendorong korupsi dari dalam diri
atau pribadi, yaitu seperti
a. Sifat tamak/rakus manusia

Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka


membuuhkan makan. Korupsi adalah kehjahatan orang profesional yang
rakus. Sedah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat besar untuk
memperkaya diri.

b. Moral yang kurang kuat

Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung tergoda untuk


melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat,
bawahannya, atau pihak yang  lain yang memberi kesempatan untuk itu.

c. Gaya hidup konsumtif

Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup


seorang konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk
melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi  hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

2.3.2. Faktor Eksternal


Faktor eksternal merupakan pemicu perilaku korupsi yang disebabkan oleh
faktor dari luar diri pelaku, yaitu seperti
a. Aspek sikap masyarakatterhadap korupsi
 Nilai-nilai di masyakat kondusif untuk terjadinya korupsi. Korupsi bisa
ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya, masyarakat
menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah
masyarakat sendiri. Anggapan umum terhadap peristiwa korupsi, sosok
yang paling dirgikan adalah negara. Padahal bila negara merugi,
esensinya yang paling rugi adalah masyarakat juga.
 Masyarakat kurang menyadari dirinya terlibat korupsi. Setiap
perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini
kuurang disadari oleh masyarakat.
5
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan
diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan
pemberantasan. Pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa
masalah korupsi adalah tanggungjawab pemerintah semata.
b. Aspek Sosial
Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum
behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat
memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sikap
baik seseorang. Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan
dan bukan memberikan hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan
kekuasaannya.
c. Aspek ekonomi

Pendapatan tidak menutupi kebutuhan. Dalam tentang kehidupan ada


kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi.
Keterdesakan itu membuka peluang bagi seseorang untuk mengambil jalan
pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.

d. Aspek Politis

Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses


yang dulakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku
untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai harapan
masyarakat. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis,
meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan
perilaku korupsi.

e. Aspek Organisasi
 Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Kurang memadainya sistem akuntabilitas
 Kelemahan sistem pengendalian manajemen 
 Lemahnya pengawasan

6
2.3 Pancasila Sebagai Sumber Anti Korupsi
Pentingnya pengetahuan Pancasila dan filsafat pancasila bagi seluruh rakyat
Indonesia sebagai cara untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, internalisasi nilai-nilai Pancasila dapat
terwujud didahului dengan pengetahuan mendasar mengenai Pancasila. Banyak dari
rakyat Indonesia yang hanya menghapal Pancasila, tetapi tidak mengerti maksud
dasar dari Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, Pendidikan Pancasila mutlak
diperoleh oleh setiap rakyat Indonesia. Sistem nilai-nilai budayaPancasila akan
dipertahankan melalui proses-proses pendidikan, pemasyarakatan, pembudayaan,
penataran, dan sebagainya.
Pentingnya Nasionalisme selalu berkaitan dengan upaya internalisasi nilai-nilai
Pancasila. Sikap bangga dan cinta terhadap negara Indonesia memang sangat penting
untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Nasionalisme yang rendah, memungkinkan
suatu bangsa akan mengalami perpecahan, terlebih Indonesia sebagai negara yang
beraneka ragam suku bangsa dan kebudayaan. Dengan semangat Nasionalisme,
bangsa dapat mempertahankan goncangan dari dalam dan dari luar.
Selain internalisasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, agama, kesenian,
adat-istiadat memainkan peranan yang sangat penting. Jika dilihat dari segi anggota
masyarakat, internalisasi (pembatinan) nilai-nilai budaya itu merupakan sarana untuk
mengakhiri dan menyelesaikan ketegangan-ketegangan atau persoalan yang selalu
timbul dalam setiap sistem sosial. Agama merupakan pondasi mutlak yang krusial
bagi pendidikan dan keluhuran sipil, dan kesatuan serta ketertiban negara. Alasannya
karena agama memberikan kewenangan kepada negara sehingga memungkinkannya
memerintahkan loyalitas dan kepatuhan warga negara. Negara menjadi sakral dan
pembangkangan sipil apapun atau tindakan melawan negara merupakan masalah
pelanggaran hal-hal sakral. Selain itu, fungsi esensial agama adalah mendorong
perilaku luhur, yang pada saatnya menghasilkan suatu lingkungan kepercayaan dan
kerja sama saling menguntungkan. Melalui agama, sebuah masyarakat yang damai
dan tertib dapat diteguhkan, memiliki moral, kegigihan, dan kekuatan yang diperlukan
untuk penjagaan diri dalam dunia yang penuh tantangan (Joseph Losco, 2005).

Internalisasi atau penjiwaan nilai-nilai Pancasila memunculkan kesadaran diri


akan pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek kehidupan, tanpa kecuali.
Selama kesadaran diri tertanam dalam setiap lapisan masyarakat dari warga negara

7
biasa hingga petinggi negara senantiasa memelihara standar-standar pribadi yang
tinggi serta menjauhi perilaku immoral dan melawan hukum maka dimungkinkan
persoalan korupsi dapat diatasi.

Selain itu, pemberantasan korupsi yang menjadi penyakit kronis bangsa ini
harus dilandasi dengan Pancasila. Kita sepakat korupsi merupakan musuh bersama
yang harus dilawan sampai kapanpun tanpa pandang bulu dan putus asa. Siapapun
yang terlibat harus diproses secara hukum. Terlebih lagi penyebaran penyakit ini telah
menular kemana-kemana hingga ke tingkat pemerintahan desa. Tentunya masalah ini
tak bisa dibiarkan terus mengalir begitu saja. Apalagi setiap harinya, pemberitaan
korupsi di media massa terus menghiasinya seolah rutinitas para pekerja pers yang tak
bisa absen dari liputannya. Namun seiring itupula tindak pidana korupsi semakin
menjadi-jadi. Pemberantasan korupsi bagi bangsa ini mutlak menjadi agenda penting
yang bersifat emergency. Disinilah diperlukan penegak hukum yang berani dan tidak
takut pada siapapun kecuali kepada Tuhan. Hanya ketakutan pada Tuhanlah lah yang
harus menjadi modal utama para penegak hukum dalam memproses kasus pidana
korupsi khususnya. Dalam kaitan ini kita sangat berharap pada institusi KPK terus
menunjukan taringnya tanpa takut pada pihak manapun. Disinilah makna spirit sila
pertama pancasila, ketuhanan Yang Maha Esa.
Selanjutnya, unsur keadilan bagi semua pihak yang terlibat kasus korupsi juga
harus menjadi landasan utama penengakan hukum. Sehingga tidak lagi melukai rasa
keadilan bagi masyarakat. Terlebih belakangan ini penanganan kasus-kasus korupsi
masih diskriminatif. Dalam hal inilah Pancasila sila ke dua jelas menegaskan bahwa
keadilan sosial hanya bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab hanya dengan bersikap
adillah yang akan memperkokoh dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa kita
sebagai mana tercantum dalam sila ke tiga.
Sila ke empat yang mengisyaratkan pentingnya kedaulatan rakyat sebagai
perumusan kebijakan dalam mengawasi jalannya proses pemberantasan korupsi bukan
malah terlibat di dalamnya. Kita sebagai rakyat sangat berharap pemberantasan
korupsi di negeri ini tidak surut. Namun begitu bukan berarti rakyat harus berdiam
tetapi terus melakukan pengawasan dengan caranya sendiri. Pemberantasan korupsi
akan sulit dilakukan tanpa adanya kesadaran dari seluruh elemen bangsa akan bahaya
kejahatan ini. Tentu hal ini bukan semata tanggung jawab penegak hukum semata.
Tetapi menjadi kewajiban kita sama-sama sebagai warga negara. Untuk itulah

8
partisipasi publik dalam hal ini jelas sangat diperlukan dan bisa menjadi masukan
penting dalam proses memberantas tindakan korupsi. Meski ekspetasi ini berlebihan
dan hanya isapan jempol di negeri ini, tetapi tidak berarti kita harus mundur atau
bahkan putus asa.
Sila ke lima jelas memberikan spirit yang sangat konstruktif, artinya meski kita
muak dengan para tersangka kasus korupsi bukan berarti kita harus bercaci maki
tanpa memperdulikan atika-etika kemanusiaan. Sebab bagai manapun yang terlibat
kasus korupsi punya hak untuk diberikan keadilan dalam hukum. Namun begitu
bukan berarti para koruptor tidak semata-mata diberi keringanan dengan vonis hukum
yang tidak adil. Oleh karena korupsi merupakan kejahatan paling keji di negeri ini,
sehingga harus diberikan vonis yang berat dengan harapan dapat memberikan efek
jera. Selama ini vonis hukum bagi tersangka kasus korupsi tidak dapat memberikan
efek yang sistematik sehingga orang takut melakukan korupsi. Terlebih lagi suap
menyuap merupakan budaya yang tengah merajarela dalam sistem pemerintahan kita
yang seolah menjadi hal yang lumrah dalam memuluskan suatu persoalan. Gelinya
lagi, hukum di Indonesia masih berpihak pada yang memiliki uang.

2.4 Nilai- Nilai dan Prinsip Anti Korupsi


2.5.1. Nilai- Nilai Anti Korupsi

Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran,


kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras,
kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah yang akan
mendukung prinsip-prinsip anti korupsi untuk dapat dijalankan dengan baik.

1) Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati,
tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang
sangat penting bagi kehidupan mahasiswa,tanpa sifat jujur mahasiswa
tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008).
2) Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan,
memperhatikan dan menghiraukan (Sugono : 2008).
3) Kemandirian

9
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan diri
yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas
dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk masa depannya, harus
mengatur kehidupannya dan orang-orang yang berada di bawah tanggung
jawabnya sebab tidak mungkin orang yang tidak dapat mandiri mengatur
dirinya sendiri) akan mampu mengatur hidup orang lain.
4) Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan (kepatuhan)
kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur kehidupan kampus
baik akademik maupun social mahasiswa perlu hidup disiplin. Hidup
disiplin tidak berarti harus hidup seperti pola militer di barak militier
namun hidup disiplin adalah dapat mengatur dan mengelola waktu yang
ada untuk dipergunakan.
5) Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).
6) Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan
jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan,
keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang mundur. Bekerja
keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai
dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika
tanpa adanya pengetahuan.
7) Sederhana
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak me-
ngenyam masa pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana, dibiasakan
untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat
memenuhi semua kebutuhannya. Kerap kali kebutuhan diidentikkan
dengan keinginan semata, padahal tidak selalu kebutuhan sesuai dengan
keinginan dan sebaliknya
8) Keberanian

10
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang sedang
mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian, untuk
menumbuhkan sikap keberanian, dituntut untuk tetap berpegang teguh
pada tujuan. Di mana pun dan dalam kondisi apa pun sering kali harus
diambil keputusan yang cepat dan harus dilaksanakan dengan cepat pula.
Salah satu kesempatan terbaik untuk membentuk suatu pendapat atau
penilaian yang sebaik-baiknya adalah dalam kesunyian di mana dia bisa
berpikir tanpa diganggu. Rasa percaya kepada diri sendiri adalah mutlak
dan diperlukan. Pengetahuan mengenai kepribadian dan kemampuan
sendiri perlu dikaitkandengan pengetahuan mengenai lingkungan.

9) Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah,
tidak memihak. Di dalam kehidupan sehari-hari, pemikiran-pemikiran
sebagai dasar pertimbangan untuk menghasilkan keputusan akan terus
berkembang seiring dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki
seseorang. Dalam masa perkuliahan setiap mahasiswa perlu didorong
untuk mencari pengalaman dan pengetahuan melaluiinteraksinya dengan
sesama mahasiswa lainnya. Dengan demikian mahasiswa diharapkan
dapatsemakin bijaksana dalam mengambil keputusan dimana
permasalahannya semakin lama semakinkompleks atau rumit untuk
diselesaikan.
2.5.2. Prinsip- Prinsip Anti Korupsi

Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk mencegah


faktor internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-
korupsi yang meliputi akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan
kontrol kebijakan, untuk mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.

1) Akuntabilitas\
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja.
Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main
baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun konstitusi (de jure), baik
pada level budaya (individu dengan individu) maupun pada level lembaga

11
(Bappenas : 2002). Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor
bisnis, masyarakat, publik, maupun interaksi antara ketiga sektor.
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya,
antara lain adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas
keuangan, akuntabilitas outcome,akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas
politik (Puslitbang, 2001).

Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan


dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi atas
kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang
diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka
panjang dari sebuah kegiatan.

2) Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi.
Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari
transparansi dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara
terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik
(Prasojo : 2007). Dalam bentuk yang paling sederhana, transparansi
mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi
kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini
merupakan modal awal yang sangat berharga bagi para mahasiswa untuk
dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya pada masa kini dan masa
mendatang (Kurniawan : 2010).

3) Kewajaran/ fairness
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran.
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah terjadinya
manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam
bentuk mark upmaupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip
kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin,
fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan informatif.

4) Kebijakan

12
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan anti korupsi
ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa
berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
desentralisasi,undang-undang anti-monopoli, maupun lainnya yang dapat
memudahkan masyarakat mengetahuisekaligus mengontrol terhadap
kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara.

5) Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol
kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang di buat betul-betul efektif
dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.
2.5 Pendidikan Anti Korupsi

Pendidikan anti korupsi memiliki makna yang kian penting sekarang ini karena
semakin banyaknya kasus-kasus korupsi yang dilakukan oleh orang-orang
berpendidikan tinggi.Pendidikan ini dengan demikian merupakan bagian
dari pendidikan berbasis karakter karena dilakukan demi tercapainya pemahaman
manusia atas etika dan norma yang unversal diakui sebagai norma yang baik.

Pada dasarnya pendidikan ini harus dilakukan semenjak dini demi menanamkan
pemahaman yang lebih mudah mengenai buruknya korupsi pada siswa sesuai dengan
tahap perkembangan psikologis mereka.

Pengenalan bahwa korupsi sepintar apapun tetap akan ditemukan merupakan


bagian dari pendidikan yang bisa sangat efektif khususnya ketika hal tersebut
disajikan dengan contoh yang tepat dan populer.

13
Pendidikan Anti Korupsi dan Berbagai Langkahnya

Sebenarnya pendidikan karakter kebangsaan juga merupakan langkah yang bisa


menyaran pada sikap anti korupsi.Korupsi jelas merugikan negara dan sikap cinta
tanah air yang merupakan bagian integral dari karakter kebangsaan akan menolak
tindakan korupsi.

Konsep-konsep jujur, religiius, dan mandiri akan sangat mendorong siswa untuk
menjauhi berlaku korupsi yang merupakan bagian dari perilaku tidak jujur dan
curang.Setiap agama juga jelas melarang melakukan tindakan korupsi karena kerugian
yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.

Pendidikan anti korupsi yang dilakukan secara berjenjang dari tahap dasar


sampai tinggi pendidikan formal merupakan pilihan yang sangat cocok pada kondisi
seperti sekarang ini.

Generasi anti korupsi tentu saja bukan merupakan generasi yang muncul secara
langsung. Kebiasaan mencontek yang dianggap sepele misalnya bisa menyaran pada
tindakan korupsi juga.Karena itu penanamkan nilai-nilai luhur anti korupsi selain
melalui pendidikan formal lewat kurikulumnya juga bisa dilakukan melalui
pendidikan informal di rumah.Tugas orang tua dalam menanamkan pendidikan
semacam ini bisa jadi bahkan lebih efektif daripada pendidikan formal.

BAB III
PEMBAHASAN

14
3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada
niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai negara hukum adalah
menjadikan nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama, serta peraturan perundang-
undangan sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah
dengan pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk
dari korupsi) dan berwibawa. Korupsi adalah perbuatan pelanggaran hukum, sebuah
tindak pidana. Hubungannya dengan Pancasila adalah melanggar sila ke lima,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena korupsi itu menggerogoti
kekayaan Negara yang ujung-ujungnya adalah memiskinkan Negara dan juga rakyat.
Upaya untuk memberantas korupsi tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Korupsi bukan hanya menghambat proses pembangunan Negara ke arah yang lebih
baik, yaitu peningkatan kesejahteraan serta penuntasan kemiskinan rakyat tapi juga
korupsi merupakan akar dari segala masalah yang menyebabkan nama baik negeri ini
terus terpuruk di dunia Internasional.
Ketidakdayaan hukum dihadapan orang kuat, ditambah minimnya komitmen
dari elit pemerintahan menjadi faktor penyebab mengapa Korupsi masih tumbuh
subur di Indonesia. Semua itu karena hukum tidak sama dengan keadilan, hukum
datang dari otak manusia penguasa, sedangkan keadilan datang dari hati sanubari
rakyat. Tentunya kita sebagai rakyat Indonesia akan terus mendorong dan
mendukung upaya-upaya pemberantasan korupsi negeri ini. Namun begitu butuh
proses yang panjang dan mental yang kuat dalam menjalaninya, kita berharap di masa
yang akan datang Indonesia bisa terbebas dari masalah kejahatan korupsi.
3.2 Saran

15
DAFTAR PUSTAKA

Esti Suntari, S.H., M.Pd, dkk. 2015. Pendidikan Pancasila. Jakarta: UNJ Press.

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Losco, Joseph dan Leonard Williams. 2005. Pholitical Theory, kajian klasik dan
kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Rahima, Afifah. 2013. Budaya Korupsi dalam Perspektif Pancasila. (online)

Suhadi, dkk. 1980. Rangkuman Filsafat Pancasila. Solo: Tiga Serangkai

https://www.academia.edu/31233776/MAKALAH_PANCASILA_SEBAGAI_PENDIDIKA
N_ANTI_KORUPSI_KELOMPOK_7_PEND_PANCASILA.docx
https://www.academia.edu/9830875/pancasila_sebagai_benteng_anti_korupsi

http://politik.kompasiana.com/2013/03/15/budaya-korupsi-dalam-perspektif-pancasila-
543081.html . Diakses pada 20 November 2014.

https://www.academia.edu/9830875/pancasila_sebagai_benteng_anti_korupsi

http://otoritas-semu.blogspot.com/2016/05/pengertian-dan-definisi-tentang-korupsi.html

http://hasbagiilmu.blogspot.co.id/2015/08/faktor-penyebab-korupsi.html

http://guruppkn.com/dampak-korupsi-bagi-negara

http://shilvystewart.blogspot.co.id/2011/09/upaya-pencegahan-korupsi-di-indonesia.html

http://jeyysiska.blogspot.co.id/2013/07/pencegahan-dan-upaya-pemberantasan.html

https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/10/15/nilai-prinsip-anti-korupsi/

http://www.infoduniapendidikan.com/2015/01/makna-dan-tujuan-pendidikan-anti-
korupsi.html

http://korupsidalampandanganpancasila.blogspot.co.id/

16

Anda mungkin juga menyukai