Anda di halaman 1dari 7

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan

sistematika penulisan.

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF)

adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus, famili

Flaviviridae yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang terinfeksi

virus dengue ke manusia. Virus dengue mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu Den-1, Den-2,

Den-3 dan Den-4. Penyakit DBD dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan

kematian.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di

daerah tropis dan subtropis. Berdasarkan (Kemenkes RI, 2010) Data dari seluruh dunia

menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap

tahunnya.1 Sedangkan WHO (2007) menyatakan bahwa:

Setiap tahun terdapat sekitar 50-100 juta kasus DBD dengan 500.000
diantaranya memerlukan perawatan di rumah sakit dan diketahui bahwa DBD
merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian di Asia Tenggara dengan
57% dari total kasus DBD di Asia Tenggara terjadi di Indonesia.2
Sementara itu, WHO dalam Kemenkes RI (2010) juga mencatat sejak tahun 1968

hingga tahun 2009 Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Dalam epidemiologi terdapat ukuran-ukuran yang dapat menggambarkan angka

kesakitan/angka insiden (IR/Incident Rate) dan angka kematian (CFR/Case Fatality Rate)

1
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buletin Jendela Epidemioogi. (Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2010), hlm.2
2
WHO.. Case Dengue in South East Asia. (http:/www.who.int/, 2007)
kasus DBD. IR merupakan frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam masyarakat di

suatu wilayah/tempat pada waktu tertentu. Sedangkan menurut Notoatmodjo CFR merupakan

persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu.3

Berdasarkan Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011 dari jumlah penduduk

Indonesia 241.182.182 jiwa terjadi kasus DBD sebanyak 65.432 jiwa dan jumlah kasus

meninggal 595 dengan CFR 0,91% dan IR per 100.000 penduduk adalah 27,56. Sementara

itu, target nasional untuk IR adalah <53 per 100.000 penduduk. Provinsi Banten dengan

jumlah penduduk 10.922.177 jiwa terdapat jumlah kasus 1.736 jiwa dan jumlah kasus

meninggal 32 kasus dengan CFR 1,84% dan IR per 100.000 penduduk adalah 15,89. Angka

IR di atas masih di bawah standar nasional, namun Indonesia dan Provinsi Banten masih

merupakan daerah endemis DBD. Hal ini dikarenakan penyakit DBD di wilayah Indonesia

dan Banten sering terjadi pada populasi secara konstan dalam jumlah sedikit atau sedang.

Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota Endemis DBD di Provinsi Banten.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (2013), IR tahun 2012 adalah 60

per 100.000 penduduk, tercatat juga beberapa Puskesmas masih memiliki angka kesakitan

DBD diatas target nasional. Selain itu, berdasarkan data tersebut diketahui pula bahwa

Puskesmas Kampung Sawah merupakan daerah dengan kasus DBD yang tinggi dibandingkan

dengan Puskesmas lainnya yang berada di wilayah Tangerang Selatan. Dari 66.496 jumlah

penduduk terdapat 79 total kasus DBD dengan 1 orang meninggal dengan IR 11,9 per 10.000

penduduk dan CFR 1,3.

Puskesmas Kampung Sawah mempunyai 2 kelurahan wilayah kerja, yakni Kelurahan

Sawah Lama dan Sawah Baru. Untuk kasus DBD Kelurahan Sawah Lama memiliki angka

kasus paling tinggi dibandingkan dengan Kelurahan Sawah Baru dan Kelurahan lainnya di

Kota Tangerang Selatan, yaitu dengan total 41 kasus dari 35.130 jumlah penduduk.
3
Notoatmodjo, S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 27.
Disamping itu IR dan CFR masing-masing yaitu 11,671 per 10.000 penduduk dan 0,00. Hal

ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang baik sehingga

memungkinkan untuk perkembangan siklus hidup vektor DBD.

Kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk Aedes aegypti hidup merupakan

faktor yang mendorong adanya kejadian DBD. Memutus mata rantai penularan DBD adalah

cara yang tepat untuk mencegah terjadinya penyakit ini. Memberantas jentik-jentik/larva

nyamuk adalah cara yang tepat untuk mencegah kejadian DBD.

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2005)

menetapkan bahwa standar nasional untuk Angka Bebas Jentik (ABJ) yaitu 95%. Namun

menurut Ginanjar, yang sangat penting diperhatikan adalah peningkatan pemahaman, sikap

dan perubahan perilaku masyarakat terhadap penyakit ini akan sangat mendukung percepatan

untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit DBD.4

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan Angka Bebas Jentik (ABJ)

di wilayah kerja Puskesmas Kampung Sawah ini sangat rendah yaitu 69%. Sedangkan untuk

kelurahan wilayah kerjanya yakni Kelurahan Sawah Lama dan Kelurahan Sawah Baru

memiliki Angka Bebas Jentik masing-masing wilayah 53% dan 83%. Studi pendahulan yang

dilakukan peneliti pada 10 rumah di Kelurahan Sawah Lama ditemukan 4 rumah dengan

jentik nyamuk. Hal ini menandakan kurangnya perilaku untuk hidup bersih dan sehat di

masyarakat.

Berdasarkan Penelitian Setiawan5 menunjukkan bahwa adanya hubungan antara letak

TPA/tempat penampungan air, tutup TPA dan frekuensi pembersihan TPA. Selain itu

4
Ginanjar, Genis. Apa Yang Dokter Anda Tidak Katakan Tentang Demam Berdarah. (Yogyakarta: PT. Bentang
Pustaka, 2008), hlm. 32
5
Setiawan. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keberadaan Jentik Aedes Pada TPA Rumah Tangga Di
Kecamatan Bekasi Selatan Tahun Tahun 2001. (Jakarta: Thesis UI, 2002), hlm. 47.
penelitian Damyanti6 mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan praktek 3M (menutup,

mengubur dan menguras) dengan keberadaan jentik Aedes aegypti menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap, praktek menguras tempat penampungan air dan

praktek mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dengan keberadaan jentik

nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Kepolorejo, Magetan.

Berdasarkan uraian di atas, penyebab terjadinya DBD bukan hanya terjadi karena

adanya vektor pembawa virus DBD saja, namun ada faktor lain seperti perilaku masyarakat

terhadap pemberantasan sarang nyamuk atau yang dikenal PSN DBD dengan kegiatan 3M

(mengubur, menutup dan menguras tempat penampungan air/TPA) serta lingkungan yang

mempengaruhi keberadaan vektor tersebut yang menyebabkan keberadaan vektor tetap ada.

Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti mengenai hubungan faktor perilaku dan faktor

lingkungan dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama

tahun 2013.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas identifikasi masalah dapat dirumuskan

sebagai berikut

1) Bagaimana prilaku masyarakat di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013?

2) Bagaimana keadaan lingkungan di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013?

3) Apakah Hubunganya prilaku masyarakat dan keadaan lingkungan terhadap larva nyamuk

Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013?

1.3 Pembatasan Masalah

6
Damyanti..Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Praktek 3M Dengan Keberadaan Jentik Aedes Aegypti Pada
Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Kepolorejo Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan.
(Magtan: Skripsi Undip, 2009), hlm. 52.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, fokus masalah dalam penelitian inialah

Hubungan antara prilaku masyarakat dan keadaan lingkungan terhadap larva nyamuk Aedes

aegypti di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut:

1) Bagaimana prilaku masyarakat di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013?

2) Bagaimana keadaan lingkungan di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013?

3) Apakah Hubunganya prilaku masyarakat dan keadaan lingkungan terhadap larva nyamuk

Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) Prilaku masyarakat di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013

2) Keadaan lingkungan di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013

3) Hubunganya prilaku masyarakat dan keadaan lingkungan terhadap larva nyamuk Aedes

aegypti di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013

1.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dalam karya ilmiah ini sebagai berikut:

H0 : Tidak terjadi hubungan faktor perilaku dan faktor lingkungan dengan keberadaan

larva Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013.

H1 : Terjadi hubungan faktor perilaku dan faktor lingkungan dengan keberadaan larva

Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013.

1.7 Kegunan Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun praktis.

1) Manfaat Teoritis

a) Menambah wawasan bagi peneliti kesehatan dalam mengkaji kepaduan kesehatan

khususnya dalam menghadapi larva nyamuk Aedes aegypt penyebab DBD .

b) Bagi Mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu pemahaman tentang

perkembangan larva nyamuk Aedes aegypt penyebab DBD.

c) Bagi dinas kesehatan, untuk memberikan masukan bagi pengambil keputusan dan pengelola

program pada Dinas Kesehatan dalam melakukan intervensi yang tepat untuk program

pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.

d) Bagi Puskesmas, untuk meningkatkan kinerja dan intervensi dalam program pencegahan dan

penanggulangan penyakit DBD melalui Puskesmas.

e) Bagi Kelurahan, untuk memberikan masukan sebagai upaya peningkatan peran serta

masyarakat dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD.

f) Bagi Program Kesehatan Lingkungan, untuk memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti terhadap

kejadian DBD.

g) Bagi Poltekkes jakarta II, diharapkan memberikan sumbangan penelitian khususnya pada

jurusan Kesehatan Lingkungan.

2) Manfaat Praktis

Bagi peneliti lain, hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan, khususnya

bagi mereka yang tertarik dengan masalah penyebaran larva nyamuk Aedes aegypt penyebab

DBD, dan juga juga dapat dipergunakan sebagai sumber informasi dan referensi untuk

penelitian sejenis.

1.8 Asumsi Keterbatasan Penulis

1) Asumsi Keterbatasan waktu, karena penulis masih sebagai mahasiswa aktif sehingga

penulisan semikripsi ini akan mengalami keterhambatan dalam penulisan semikripsi ini
2) Asumsi keterbatasan biaya sehingga pada penelitian ini penulis hanya menganalisis

sempel yang terbatas

1.9 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor perilaku dan faktor

lingkungan dengan keberadaan larva Aedes aegypti di Kelurahan Sawah Lama tahun 2013.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross sectional.

Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli tahun 2013. Data diperoleh dari data primer yaitu

lembar kuesioner dan lembar observasi serta data sekunder yaitu data Dinas Kesehatan Kota

Tangerang Selatan, Puskesmas Kampung Sawah dan Kelurahan Sawah Lama.

Anda mungkin juga menyukai