Anda di halaman 1dari 3

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

YANG BERSIH DAN BEBAS KKN

Oleh : M. Alvin Naufal R

Kelas J1

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 199 tentang


Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
khususnya pasal 1 dijelaskan, Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang
menjalankan fungsi eksekutif, legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan
tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Maksudnya berarti seluruh komponen pemerintahan, dari
paling tertinggi yaitu Presiden selaku Eksekutif, DPR selaku legislatif, dan MA selaku
yudikatif merupakan komponen Penyelenggara negara.

Penyelenggara Negara yang bersih adalah Penyelenggara Negara yang menaati asas-asas
umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta
perbuatan tercela lainnya. Pada dasarnya, Undang-Undang telah menghimbau, menuntut
barangkali, kepada penyelenggara Negara agar bekerja dengan bersih, khususnya bebas dari
yang tiga, yaitu KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme).

Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan


perundangundangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. Kolusi adalah
permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar Penyelenggara Negara atau
antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau
negara. Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum
yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan
masyarakat, bangsa, dan negara.

Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi
dan nepotisme, UU No. 28 Tahun 1999 ini ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan
negara yang meliputi asas kepastian hukum, asas tertib penyeienggaraan negara, asas
kepentingan umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas
akuntabilitas.
1. Asas kepastian hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara negara.
2. Asas tertib penyelenggara negara adalah asas yang menjadi landasan keteraturan,
keselarasan, dan kesinambungan dalam pengendalian penyelanggara negara.
3. Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
4. Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak aasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara.
5. Asas proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara.
6. Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Agar undang-undang ini dapat mencapai sasaran secara efektif maka diatur pembentukan
Komisi Pemeriksa yang bertugas dan berwenang melakukan pemeriksaan harta kekayaan
pejabat negara sebelum, selama, dan setelah menjabat, termasuk meminta keterangan baik
dari mantan pejabat negara, keluarga dan kroninya, maupun para pengusaha, dengan tetap
memperhatikan prinsip praduga tak bersalah dan hak-hak asasi manusia. Susunan
keanggotaan Komisi Pemeriksa terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat mencerminkan
independensi atau kemandirian dari lembaga ini.

Namun, Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) berakhir


tugasnya pada 29 Juni 2004. Lembaga yang dibentuk pada masa pemerintahan Abdurrahman
Wahid itu dilebur ke dalam Komisi Pemberantasan Korupsi. Penyerahan tugas, wewenang,
dan administrasi KPKPN kepada KPK dilakukan secara simbolis oleh Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Feisal Tamin kepada Ketua KPK Taufiequrachman Ruki di
Gedung KPKPN, Jakarta. Dengan demikian, seluruh pegawai KPKPN secara otomatis
menjadi pegawai KPK.
Asas-asas penyelenggaraan dalam UU Nomor 28 Tahun 1999 ini hanyalah sekedar
tulisan belaka, tidak adanya penerapan yang pasti dan tegas, juga tidak adanya kesadaran
dalam menerapkan dan menanamkan asas tersebut. Buktinya saja, tidak lama ini tertangkap
OTT oleh KPK, yaitu gubernur Sulawesi Selatan yang mempunyai latar belakang bagus,
pernah juga mendapat penghargaan anti korupsi. Ini menggambarkan betapa gelap sekali
jurang korupsi ini, yang pada umumnya pejabat tidak ingin melakukan, namun tergiur oleh
iming-iming yang diberikan. Alhasil banyaknya kerugian negara yang dialami.

Anda mungkin juga menyukai