PENDAHULUAN
Permasalahan yang muncul terkait dengan etika kaum birokrat di Indonesia sulit
untuk diatasi. Sekarang ini seharusnya yang menjadi prioritas yaitu bagaimana cara dalam
mengatasi etika birokrat itu sendiri dan kebijakan apa yang akan dibuat untuk mengatasi
itu. Karena seakan sudah menjadi kebiasaan para birokrat dalam melanggar kode etik
birokrasi. Hal tersebut tentu merugikan masyarakat karena pelayanan yang diberikan
birokrat menjadi tidak maksimal. Bahkan masyarakat Indonesia malas berurusan dengan
birokrasi karena birokrasi di Indonesia ini terkesan ribet dan berbelit –belit serta sebagian
elit birokrat memiliki prinsip kalau bisa dipermudah kenapa dipersulit jika memiliki uang.
Tetapi berbanding terbalik jika masyarakat tidak memiliki uang, birokrat akan berprinsip
kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah. Pengabaian etika dalam bekerja yang
dilakukan birokrat menjadi permasalahan yang belum dapat dipecahkan. Karena masih
banyaknya birokrat yang belum sadar akan kesalahannya dan terus mengabaikan kode etik
birokrasi yang tentunya berdampak pada buruknya pelayanan yang diberikan. Oleh karena
itu, banyaknya masalah etika yang terjadi pada diri birokrat maka itu perlu diteliti lebih
lanjut mengenai “Etika dan Tahap Kelakuan Makhluk Hidup Terhadap Birokrat” (Studi
Kasus Pada Kabid Usaha Ekonomi Desa di Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
Kabupaten Ogan Ilir).
Etika Administrasi terdari dari dua unsur kata yaitu etika dan administrasi. Etika
menurut KBBI artinya ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak). Sedangkan administrasi menurut KBBI berarti usaha dan
kegiatan yang meliputi penetapan tujuan serta penetapan cara-cara penyelenggaraan
pembinaan. Jika digabungkan berarti kebiasaan yang mengandung seperangkat nilai yang
tentang baik atau buruk, yang dijadikan sebagai acuan apa yang harus atau sebaiknya
dilakukan dalam melaksanakan tugas. Menurut Pasolong (2007:193) mengatakan bahwa
etika administrasi publik diartikan sebagai filsafat dan professional standar (kode etik)
atau right rules of conduct (aturan berperilaku yang benar) yang seharusnya dipatuhi oleh
pemberi pelayanan publik atau administrasi publik.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa etika administraai
merupakan suatu aturan yang didalamnya terdapat nilai tentang baik atau buruknya suatu
moral atau tindakan dimana etika tersebut dapat dijadikan pedoman dalam berperilaku para
birokrat dalam memberi pelayanan publik atau administrasi publik.
2.1 Birokrat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), birokrat adalah anggota dari
suatu birokrasi yang menjalankan tugas-tugas administrasi dari sebuah organisasi yang
seringkali merupakan cerminan atas kebijakan organisasinya. Dalam bentuk ukuran besar
maupun kecil, namun biasanya istilah ini mengacu pada seseorang yang berada di dalam
sebuah lembaga pemerintah. Tugas dan pekerjaan umum sering berupa pekerjaan
administrasi "pekerjaan meja".
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa birokrat merupakan orang
– orang yang bertugas menjalankan sistem administrasi atau bisa disebut sebagi orang yang
menjalankan birokrasi sesuai dengan aturan yang mengatur dan adanya kejelasan hierarki
dengan tujuan memberikan pelayanan yang prima kepada orang yang akan dilayani.
2.2 Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perilaku /pe·ri·la·ku/ n adalah
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Menurut Heri
Purwanto (2003), perilaku adalah pandangan-pandangan atau perasaan yang disertai
kecendrungan untuk bertindak sesuai sikap objek tadi. Sedangkan menurut Skinner, seperti
yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), juga merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus
– Organisme – Respon.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
merupakan suatu tindakan atau reaksi manusia terhadap rangsangan yang menimbulkan
kecenderungan bertindak sesuai dengan objek tersebut yang mempunyai bentangan yang
sangat luas mulai dari segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Dalam bab ini, kami akan membahas 3 (tiga) poin utama, yaitu pertama etika
birokrat pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Ogan Ilir, kedua yaitu birokrasi yang
dijalankan oleh birokrat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Ogan Ilir, dan ketiga yaitu
tahap kelakuan makhluk hidup pada birokrat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Ogan
Ilir.
3.1 Etika Birokrat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa
Etika merupakan hal yang berkaitan mengenai moral baik atau buruk, benar atau
salah dan acuan bagi manusia untuk bertingkah laku dalam bersikap maupun mengeluakan
tindakan yang tidak menyalahi aturan norma dan nilai yang ada didalam lingkungan
masyarakat. Adapun hasil penilaian etika bagi para birokrat Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Desa Kabupaten Ogan Ilir setelah kami melakukan observasi adalah sebagai
berikut:
1. Pendapat Hasil Observasi Yoga
(belum fix) Berdasarkan penjelasan yang telah di jelaskan oleh Bapak Sulaiman Midun
tugas dari Kasi Penetapan dan pelaksananya itu lebih kepada mengoreksi data-data dari
masyarakat yang kemudian akan di teruskan ke tingkatan selanjutnya. Misalnya saat
masyarakat ingin membayar pajak, persyaratan yang dibawa oleh masyarakat itu di koreksi
oleh pihak pelaksana dari bidang penetapan, selain itu juga yang sering terjadi kesalahan
adalah terkait dengan keuangan terkadang mesin yang mencetak jumlah uang yang harus
dibayar itu salah terkadang kelebihan atau bahkan kurang, maka tugas dari pihak
penetapan ini mengoreksinya agar tidak ada kekeliruan. Selain terkait dengan pajak,
bidang penetapan juga ada mutasi kendaraan dan sebagainya. Dari 4 pelaksana dari kasi
penetapan ini semuanya bekerja sama satu sama lain.
5.2 Tahap Kelakuan Makhluk Hidup pada Birokrat Disdukcapil Ogan Ilir
Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan dengan beberapa pertimbangan yang
matang, dan dengan melihat bagaimana cara bapak Sulaiman Midun melakukan tugasnya
bahwa beliau sudah berada di tahap manusia meskipun dalam melaksanakan tugasnya
masih ada beberapa kekurangan. Alasan mengapa kami mengatakan beliau berada di tahap
manusia karena beliau mempunyai kesadaran untuk melaksanakan tugasnya dengan baik
dan pergi bekerja baik ke kantor maupun lapangan, meskipun terkadang beliau keluar
untuk pergi ke acara – acara yang bersifat pribadi. Namun jika dilihat bapak Sulaiman
telah mempunyai keinginan untuk mematuhi dan menjalankan tugasnya dengan baik dan
menjadi pegawai yang patuh
ketika kami bertanya kepada beliau mengapa keluar saat jam kerja beliau mengatakan
bahwa beliau diajak oleh bosnya dan tidak bisa menolak, yang berarti beliau berkeinginan
untuk menjadi pegawai yang baik meskipun pada dasarnya itu sangat melanggar aturan.
Dilihat dari pertimbangan rasional benar adanya bahwa meskipun keluat adalah melanggar
hukum tetapi pak Bayu juga tidak bisa menolak ajakan keluar karena yang mengajaknya
keluar adalah bosnya orang yang lebih tinggi dari dirinya, akan tidak enak jika beliau
menolak ajakan.
Selain itu, adanya pengakuan terhadap norma disini jika dilihat dari bapak Sulaiman
beliau sudah sadar untuk melakukan kegiatannya mulai dari tindakan maupun moralnya
sesuai dengan norma yang berlaku, bersikap layaknya seorang pegawai yang telah
ditetapkan seperti beliau berpakain rapi saat datang kekantor dan bekerja sesuai dengan
SOP yang ada.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam bahasa Yunani, etika disebut sebagai ethos yaitu kebiasaan atau watak.
Menurut The Liang Gie, etika pada dasarnya berkenaan dengan disiplin ilmu yang
mempelajari nilai-nilai yang dianut oleh manusia beserta pembenarannya dan dalam hal ini
etika merupakan salah satu cabang filsafat. Pada saat ini, etika banyak dikaitkan dengan
moral. Padahal keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan karena moral
berbentuk seperti keyakinan yang mendorong seseorang atau organisasi dalam melakukan
perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk. Sedangkan etika lebih menekankan pada
nilai-nilai normatif seseorang atau organisasi yang dijadikan sebagai suatu kelaziman yang
dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya.
Jika melihat birokrasi pada suatu organisasi atau badan-badan yang ada didaerah,
maka etika para birokratnya juga perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan etika para
birokrat akan mencerminkan kesuksesan dari suatu birokrasi pada organisasi atau badan
tersebut. Karena jumlah birokrat dalam suatu organisasi banyak, maka untuk mencapai
etika yang ideal memang harus berdasarkan pemahaman pribadi dari setiap birokrat. Pada
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Ogan Ilir, kami mengambil Kepala
bagian bidang Usaha Ekonomi Desa sebagai objek observasi atau penelitian. Dari hasil
penelitian yang kami dapatkan dari melihat, mendengar dan merasakan, kami
menyimpulkan bahwa Kepala bagian bidang Usaha Ekonomi Desa, telah melaksanakan
etika yang ideal. Beliau sudah memahami Tupoksi yang ada pada dirinya dan
lingkungannya serta mampu menerapkannya dilingkungan kerjanya baik itu kepada dirinya
sendiri, atasan ataupun bawahannya serta dalam melayani masyarakat umum.
4.2 Saran
Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika Administrasi Negara. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Setiawan, Parta. 10 pengertian makhluk hidup menurut para ahli terlengkap. 2015
(Online). www.gurupendidikan.co.id/10-pengertian-makhluk-hidup -
menurut-para-ahli-terlengkap/. Diakses pada 21 April 2018. Pada 10:50 wib.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yakni
penelitian yang bertujuan untuk (1) mengembangkan suatu register tentang fakta atau
peristiwa secara urut dimana peristiwa itu terjadi, (2) menggambarkan atau
mengarakteristikan, (3) memberikan pengetahuan atau mengajarkan, (4) untuk
membuktikan. Tujuan digunakannya pendekatan studi kasus adalah agar pemahaman atas
permasalahan yang diteliti dapat dijelaskan lebih mendalam dan komprehensif oleh peneliti
(Ahmadi, 2014 : 70). Permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi
pemerintah desa terhadap implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
desa.
1. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek atau subjek yang
akan diteliti. Dalam penelitian ini data primer akan didapatkan secara langsung oleh
peneliti berdasarkan hasil wawancara yaitu informasi yang dilontarkan oleh para
informan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder
yang digunakan peneliti berupa profil desa, recana kegiatan pembangunan desa,
laporan penyelenggaraan pemerintahan desa dan rencana anggaran pengeluaran
pertahapan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data yang berbentuk
tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang
berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi,
peraturan dan kebijakan (Sugiyono, 2014: 82). Dokumentasi merupakan cara
pengumpulan data melalui peninggalan tulisan terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga bukubuku mengenai pendapat, dalil yang berhubungan dengan
masalah penyelidikan. Sumber dokumentasi yang digunakan dalam penelitian
ini diantaranya arsip-arsip yang dimiliki pemerintah desa (Nawawi, 1993: 133).
2. Studi Lapangan
Yaitu pengumpulan data yang dimana kelompok kami secara langsung ke
objek penelitian dengan menggunakan teknik penelitian observasi yaitu salah
satu metode dalam pengumpulan data secara sengaja, sistematis, dan terencana
sesuai tujuan yang akan dicapai dengan mengamati dan mencatat seluruh
kejadian dan fenomena yang terjadi dan mengacu pada syarat dan aturan dalam
penelitian.
3.4 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan observasi kami di mulai pada tanggal 9 April 2018 sampai
dengan 20 April 2018 dan Sesuai dengan judul penelitian ini maka lokasi penelitian ini
dilaksanakan di kantor Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Ogan Ilir