Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

PROBLEMATIKA MASALAH BELAJAR SISWA DI


SEKOLAH BESERTA SOLUSINYA

ADRIYANI
C18 331 101

PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PEMBANGUNAN INDONESIA (STKIP-PI) MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas Rahmat-Nya

maka kamii dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Penyusunan makalah ini

merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah

Pengembangan Pendidikan pada program Studi Magister Pendidikan Ekonomi

STKIP-PI Makassar.

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penyajian dan

referensi yang dapat penyusun pergunakan dalam makalah ini. Dan kami menyadari

bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kelemahan dan kekurangan sehingga

diharapkan kritik dan saran dari teman pembaca dan sebagai dosen mata kuliah

Pengembangan Pendidikan, demi perbaikan dan kesempurnaan pemahaman yang

penyusun dapatkan dalam pembuatan tugas-tugas lainnya. Demikian makalah ini

disusun semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Pangkep, 15 Oktober 2019


Penyusun

2
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2
D. Manfaat ........................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN .............................................................................. 3


A. Definisi Belajar ................................................................................ 3
B. Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar ..................................... 4
C. Menentukan siswa yang mengalami masalah belajar ...................... 13
D. Mengenal masalah belajar siswa ..................................................... 16
E. Usaha mengatasi Masalah belajar siswa .......................................... 19

BAB III. PENUTUP ......................................................................................


A. Kesimpulan ...................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv

iv
1

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa

bila guru mengajar, maka diharapkan siswa belajar. Namun adakalanya didalam

kegiatan belajar mengajar di sekolah sering ditemukan masalah-masalah yang

berkenaan dengan belajar yang dialami siswa tersebut. Masalah-masalah

tersebut dipengaruhi oleh faktor internal(yang berasal dari dalam diri siswaitu

sendiri) dan juga oleh faktor eksternal(yang berasal dari luar siswa itu sendiri.

Masalah-masalah yang dialami oleh siswa apabila tidak segera diatasi

tentunya akan menghambat proses belajar siswa dan akan berdampak pada

pencapaian tujuan dari belajar tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar

apabila siswa itu tidak mempunyai masalah yang dapat mempengaruhi proses

belajarnya. Jika terdapat siswa yang mempunyai masalah dan permasalahan siswa

tersebut tidak segera ditemukan solusinya, siswa akan mengalami kegagalan atau

kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan rendah prestasinya/tidak lulus,

rendahnya prestasi belajar, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar.

Untuk itu, sebagai seorang guru ataupun pendidik kita harus mengetahui kondisi

siswa agar tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif.

1
2

B. Rumusan Masalah.

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

“Bagaimana cara mengenal dan mengatasi kesulitan belajar siswa?”

C. Tujuan.

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui cara mengenal dan mengatasi kesulitan belajar siswa

D. Manfaat.

1. Mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan masalah belajar.

2. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.

3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana menentukan siswa yang

mengalami masalah belajar.

4. Mahasiswa dapat mengetahui mengenal dan mengatasi kesulitan

belajar siswa.

2
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Masalah Belajar.

Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan, ada

yang melihat sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorangg, dan adapula yang

mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakan. Prayitno (1985)

mengemukakan bahwa masalah adalah sesuatu yang tidak disukai adanya,

menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri atau orang lain, ingin atau perlu

dihilangkan. Sedangkan menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan

suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian

belajar dapat didefinisikan “ Belajar ialah sesuatu proses yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.

“Belajar adalah proses perubahan pengetahuan atau perilaku sebagai hasil

dari pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan

lingkungannya” ( Anita E, Wool Folk, 1995: 196 ).

Menurut ( Garry dan Kingsley, 1970: 15 ) “belajar adalah proses tingkah

laku dalam arti luas), ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan latihan”.

3
4

Sedangkan menurut Gagne ( 1984:77) bahwa “belajar adalah suatu proses

dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Dari

definisi masalah dan belajar dapat diartikan atau didefinisikan sebagai berikut:

“Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid

akan menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan”.

Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan dirinya yaitu berupa

kelemahan-kelemahan dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak

menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh

murud-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-

murid yang pandai atau cerdas.

Dalam interaksi belajar mengajar siswa merupakan kunci utama

keberhasilan belajar selama proses belajar yang dilakukan. Proses belajar

merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar.

Faktor-faktor yang dialami dan dihayati oleh siswa dan hal ini akan sangat

berpengaruh terhadap proses belajar.

1. Faktor-faktor Internal Belajar.

Didalam belajar siswa menghadapi masalah-masalah belajar secara

internal. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak dapat

belajar dengan baik. Faktor-faktor internal masalah belajar pada siswa antara

lain sebagai berikut :

4
5

a. Sikap Terhadap Belajar.

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang

sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian

terhadap sesuatu memberikan sikap menerima, menolak atau

mengabaikannya begitu saja. Selama melakukan proses pembelajaran

sikap siswa akan menentukan hasil dari pembelajaran

tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan

membawa siswa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran

tersebut. Sikap siswa ini akan mempengaruhinya terhadap tindakan belajar.

Sikap yang salah akan membawa siswa merasa tidak peduli dengan belajar

lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif.

Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap

siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu sendiri. Ketika

siswa sudah tidak peduli terhadap belajar maka upaya pembelajaran yang

dilakukan akan sia-sia, maka siswa sebaiknya mempertimbangkan masa-

masa akibat sikap terhadap belajar.

b. Motivasi Belajar.

Tidak diragukan bahwa dorongan belajar mempunyai peranan besar

dalam menumbuhkan semangat pada siswa untuk belajar. Karena seorang

siswa meski memiliki semangat yang tinggi dan keinginan yang kuat, pasti

akan tetap ditiup oleh angin kemalasan, tertimpa keengganan dan kelalaian.

Maka tunas semangat ini harus dipelihara secara terus menerus.

5
6

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong

terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar

akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi

rendah. Oleh karena itu motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat

terus menerus.

Motivasi yang diberikan dapat meluputi penjelasan tentang

keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila siswa mengetahui betapa

besarnya keutamaan sebuah ilmu dan betapa besarnya ganjaran bagi orang

yang menuntut ilmu, maka siswa akan merasa haus untuk menuntut ilmu.

Selain itu bagai mana seorang guru mampu membuat siswanya merasa

membutuhkan ilmu. Bila sesorang merasakan membutuhkan ilmu maka

tanpa disuruhpun siswa akan mencari ilmu itu sendiri. Sehingga semangat

siswa untuk menuntut ilmu sangat tinggi dan hal ini akan memudahkan

proses belajar.

c. Konsentrasi Belajar.

Konsenterasi belajar merupakan kemampuan memusatkan

perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi

bahan belajar maupun proses memperolehnya. Untuk memperkuat

perhatian, guru perlu melakukan berbagai strategi belajar mengajar dan

memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. yang perlu

diperhatikan oleh guru ketika memulai proses belajar ialah, sebaiknya

seorang guru tidak langsung melakukan pembelajaran, namun seorang guru

harus memusatkan perhatian siswanya terlebih dahulu sehingga siswa siap

6
7

untuk melakukan pembelajaran. Sebab ketika awal masuk kelas perhatian

siswa masih terpecah-pecah dengan berbagai masalah. Sehingga sangat

perlu untuk melakukan pemusatan perhatian dengan berbagai strategi.

Menurut seorang ilmuan ahli pisikologis, kekuatan belajar

seseorang setelah tiga puluh menit telah mengalami penurunan. Ia

menyarankan agar guru melakukan istirahat selama beberapa menit. Istilah

ini tidak harus keluar kelas melainkan dapat berupa obrolan ringan yang

mampu membuat siswa merasa rileks kembali. Dengan memberikan

selingan istirahat, maka perhatian dan prestasi belajar dapat ditingkatkan.

d. Menyimpan Prolehan Hasil Belajar.

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan

menyimpan isi pesan dan cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan

tersebut dapat berlangsung dalam jangka waktu yang pendek maupun dalam

jangka waktu yang panjang. Proses belajar terdiri dari proses pemasukan,

proses pengolahan kembali dan proses penggunaan kembali. Biasanya hasil

belajar yang disimpan dalam jangka waktu yang panjang akan mudah

dilupakan oleh siswa. Hal ini akan terjadi jika siswa tidak membuka kembali

bahan belajar yang telah diberikan oleh guru.

Untuk mengatasi hal ini sebaiknya guru mengingatkan agar materi yang

telah lama diberikan dibuka dan dipelajari kembali, serta guru memberikan

pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga mau atau tidak

mau siswa akan berusaha untuk mengingat kembali materi yang telah lama

disampaikan serta membuka kembali buku yang berkaitan dengan materi

7
8

tersebut. Sehingga ingatan yang disimpan dalam jangka waktu yang panjang

akan teringat kembali.

e. Menggali Hasil Belajar Yang Tersimpan.

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses

mengaktifkan pesan yang telah diterima. Dalam hal ini siswa akan memperkuat

pesan dengan cara mempelajari kembali atau mengaitkannya dengan bahan

lama. Dalam hal ini siswa akan menggali atau membangkitkan kembali pesan

dan pengalaman lama untuk suatu ujuk hasil belajar. Ada kalanya siswa

mengalami gangguan dalam menggali pesan dan kesan lama. Gangguan

tersebut bukan hanya bersumber pada penggalian atau pembangkitannya

sendiri. Gangguan tersebut dapat dikarenakan kesukaran penerimaan,

pengolahan dan penyimpanan.

Jika siswa tidak memperhatikan dengan baik pada saat penerimaan

maka siswa tidak akan memiliki apa-apa. Jika siswa tidak berlatih sunggu-

sungguh maka siswa tidak akan memiliki keterampilan (intelektual, sosial,

moral, dan jasmani) yang baik.

f. Kemampuan Berprestasi.

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan puncak

suatu proses belajar. Pada tahap ini siswa membuktikan hasil belajar yang telah

lama ia lakukan. Siswa menunjukkan bahwa ia telah mampu memecahkan

tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar. Dari pengalaman sehari-hari

disekolah diketahui bahwa ada sebagian siswa yang tidak mampu berprestasi

dengan baik. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh pada proses-proses

8
9

penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pengolahan, penympanan serta

penggalian untuk pembangkitan pesan dan pengalaman.

g. Rasa Percaya Diri.

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkaitan

dengan adanya pengakuan dari lingkungan.

Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap

pembuktian perwujudan diri yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.

Semakin sering siswa mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa

percaya dirinya akan meningkat, Dan apabila sebaliknya yang terjadi maka

siswa akan merasa lemah percaya dirinya.

h. Intelegensi Dan Keberhasilan Belajar.

Intelegensi merupakan suatu kecapaian global atau rangkuman

kecapaian untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan

bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadu actual

bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.

Dengan memproleh hasil belajar yang rendah, yang disebabkan oleh

intelegensi yang rendah atau kurangnya kesungguhan belajar, berarti

terbentuknya tenaga kerja yang bermutu rendah. Hal ini akan merugikan calon

tenaga kerja itu sendiri. Oleh karena itu pada tempatnya mereka didorong untuk

melakukan belajar dibidang keterampilan.

9
10

i. Kebiasaan Belajar.

Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi

kemampuanya dalam berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan

oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat berupa belajar pada akhir semester,

belajar tidak teratur, menyia-nyiakan kesempatan belajar. Kebiasaan-kebiasaan

buruk tersebut dapat ditemukan disekolah-sekolah plosok, kota besar, dan kota

kecil. Sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidak mengertian siswa

dengan arti belajar bagi diri sendiri.

j. Cita-cita Siswa.

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan memiliki

cita-cita yang harus ditanamkan sejak mulai kecil. Cita-cita merupakan harapan

besar bagi siswa sehingga siswa selalu termotivasi untuk belajar dengan serius

demi menggapai cita-cita tersebut. Dengan mengkaitkan pemilikan cita-cita

dengan kemampuan berprestasi maka siswa diharapkan berani bereksplorasi

sesuai dengan kemampuanya sendri.

2. Faktor-faktor Eksternal Belajar.

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsik siswa. Disamping itu

proses belajar juga dapat terjadi, atau menjadi bertambah kuat, bila didorong

oleh lingkungan siswa. Dengan kata lain aktivitas belajar dapat meningkat bila

program pembelajaran disusun dengan baik. Program pembelajaran sebagai

rekayasa pendidikan guru disekolah merupakan faktor eksternal belajar.

10
11

Ditinjau dari segi siswa, maka ditemukan beberapa faktor ekternal yang

berpengaruh pada aktivitas belajar.

Faktor-faktor eksternal tersebut adalah sebagai berikut :

a. Guru Sebagai Pembina Siswa Belajar.

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang

studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda

generasi bangsanya. Guru yang mengajar siswa adalah seseorang pribadi

yang tumbuh menjadi penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai

seorang pribadi ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai

seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi

masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai manusia.

Guru juga menumbuhkan diri secara profesional, Ia bekerja dan bertugas

mempelajari profesi guru sepanjang hayat. Kemampuan mengatasi kedua

masalah tersebut merupakan keberhasilan guru membelajarkan seorang siswa.

b. Prasarana Dan Sarana Belajar.

Prasarana belajar meliputi sarana olahraga, gedung sekolah, ruang

belajar, tempat ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana

pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan pasilitas

laboratorium sekolah serta berbagai media pengajaran yang lain. Lengkapnya

sarana dan prasarana belajar merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal

ini tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan jaminan

melakukan proses belajar yang baik. Justru disinilah muncul bagaimana

11
12

mengolah sarana dan prasarana pembelajaran sehingga terselenggara proses

belajar yang berhasil dengan baik.

c. Kebijakan Penilaian.

Kegiatan penilaian merupakan proses belajar mencapai puncaknya

pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil dengan

ujuk kerja tersebut, maka proses belajar berhenti untuk sementara Dan

terjadilah penilaian.

Hasil belajar merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar

adalah siswa. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru. Dengan

demikian, hasil belajara merupakan hasil yang dapat dipandang dari dua sisi,

dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang

lebih baik bila dibandingkan pada saat pra belajar. Tingkat perkembangan

mental tersebut berwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, efektif dan

pisikomotorik. Hasil belajar dinilai dari ukuran-ukuran guru, tingkat sekolah

dan tingkat nasional. Jika digolongkan lulus maka dapat dikatakan proses

belajar siswa dan tindak mengajar guru berhenti sementara. Jika digolongkan

tidak lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa dan mengajar ulang bagi

guru.

d. Lingkungan Sosial Siswa Disekolah.

Tiap siswa dalam lingkungan sosial memiliki kedudukan, peranan

dan tanggung jawab sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi

pergaulan seperti hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi

hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi, atau bersaing.

12
13

e. Kurikulum Sekolah.

Kurikulum yang diberlakukan disekolah adalah kurikulum nasional

yang disahkan oleh pemerintah atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun

berdasarkan tuntutan kemajuan masyarakat. Dengan kemajuan dan

perkembangan masyarakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan akibatnya

kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. /Adanya rekontruksi itu

menimbulkan kurikulum baru. perubahan kurikulum sekolah menimbulkan

masalah seperti tujuan yang akan dicapai mungkin akan berubah, isi

pendidikan berubah, kegiatan belajar mengajar berubah serta evaluasi

berubah.

C. Menentukan Siswa Yang Mengalami Masalah Belajar.

Belajar disekolah terkait dengan beberapa hal. Dalam bertindak belajar,

siswa berhubungan dengan guru, bahan ajaran, pemerolehan pengetahuan dan

pengalaman, serta tata kerja evaluasi belajar. Disamping itu, siswa secara internal

menghadap disiplin, kebiasaan dan semangat belajarnya sendiri. Faktor internal

siswa tersebut merupakan hal yang cukup kompleks.

Siswa yang belajar di sekolah merupakan akibat dari program

pembelajaran guru. Guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar.

Dengan demikian sebagai pendidik generasi muda bangsa, guru berkewajiban

mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.

1. Pengamatan Perilaku Belajar.

13
14

Sekolah merupakan pusat pembelajaran. Guru bertindak menjelaskan,

dan siswa bertindak belajar. Tindakan belajar tersebut dilakukan oleh siswa.

Sebagai lazimnya tindakan seseorang, maka tindakan tersebut dapat diamati

sebagai perilaku belajar. Dengan kata lain, perilaku belajar merupakan “gejala

belajar” menurut pengamat. Sedangkan tindak belajar atau proses belajar

merupakan “gejala belajar” yang dialami dan dihayati oleh siswa.

Guru selaku pembelajar bertindak membelajarkan dan mengajar serta

melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa. Bila ditemukan masalah pada

peserta didik, maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan

masalah.

Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut:

a. Menyusun rencana pengamatan seperti tindak belajar berkelompok

atau belajar sendiri, atau yang lain.

b. Memilih siapa yang akan diamati meliputi beberapa orang siswa.

c. Menentukan berapa lama berlangsungnya pengamatan, seperti dua, tiga,

atau empat bulan.

d. Menentukan hal-hal apa saja yang akan diamati, seperti cara siswa

membaca, cara menggunakan media belajar, prosedur, dan cara

proses belajar sesuatu.

e. Mencatat hal-hal yang diamati.

f. Menafsirkan hasil pengamatan.

14
15

2. Analisis Hasil Belajar.

Dalam setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil

belajar tersebut dapat berupa lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian,

ataupun berwujud karya atau benda. Hasil belajar tersebut digunakan oleh guru

untuk melakukan perbaikan tindak belajar dan evaluasi. Bagi siswa berguna

untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

Dalam melakukan analisis hasil belajar, guru melakukan langkah-

langkah berikut:

a. Merencanakan analisis sejak awal semester, sejalan dengan desain

instruksional.

b. Merencanakan jenis-jenis ujian dan alat evaluasi dan menganalisis

kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi.

c. Mengumpulkan hasil belajar siswa baik yang berupa jawaban ujian

tulis, ujian lisan, dan karya tulis maupun benda.

d. Melakukan analisi secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan

mengkategori karya-karya yang tidak bisa diangkakan.

e. Mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa, perilaku

belajar siswa tersebut dikategorikan secara ordinal.

f. Mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas yang

dibandingkan dengan program kurikulum yang berlaku.

g. Memperhatikan kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada

pengaruhnya dalam belajar.

15
16

h. Guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa

menjelang akhir semester, pada angket tersebut dapat dinyatakan tanggapan

siswa tentang jalannya proses belajar mengajar dan kesukaran belajar.

Dengan analisis tersebut, guru mengambil kesimpulan tentang hasil belajar

kelas dan individu.

c. Tes Hasil Belajar.

Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa, meskipun demikian

keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan kebiasaan tertentu. Artinya,

jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Tes hasil belajar dapat digunakan untuk menilai kemajaun belajar,

dan mencari masalah-masalah dalam belajar, pada umumnya penyusun tes adalah

oleh guru sendiri. Untuk mencari masalah-masalah dalam belajar, sebaiknya

penyusunan tes adalah tim guru bersama-sama konselor sekolah. Oleh karena itu,

pada tempatnya guru profesional memiliki kemampuan melakukan penelitian

secara sederhana.

D. Mengenal Masalah Belajar Siswa.

Dalam pelaksanaan tugas pembelajaran, guru tidak hanya berkewajiban

menyajikan materi pelajaran dan mengevaluasi siswa, akan tetapi juga

bertanggungjawab terhadap pelaksanaan bimbingan belajar. Sebagai pembimbing

belajar siswa, guru harus mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan

intruksional, akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi

(personal approach) dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung.

16
17

Melalui pendekatan pribadi, guru akan secara langsung mengenal dan

memahami siswa secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil belajar

yang optimal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa setiap guru adalah

sebagai pengajar sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar

mengajar.

Abdilla (2008), mengemukakan bahwa sebagai pembimbing dalam proses

belajar mengajar, seorang guru diharapkan mampu:

1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.

2. Membantu setiap siswa dalam mengatasi setiap masalah pribadi yang

dihadapinya.

3. Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.

4. Memberikan setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat

belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.

5. Mengenal dan memahami murid baik secara individual maupun secara

kelompok.

6. Agar bimbingan belajar lebih terarah dalam upaya membantu siswa

mengatasi masalah belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah berikut:

a. Identifikasi.

Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan

siswa yang mengalami masalah belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa

dengan melakukan kegiatan berikut:

1) Data dokumen hasil belajar siswa.

2) Menganalisis absensi siswa di dalam kelas.

17
18

3) Mengadakan wawancara dengan siswa.

4) Menyebar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar.

5) Tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau

permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Diagnosis.

Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dan

pengolahan data tentang siswa yang mengalami masalah belajar dan jenis masalah

yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

1) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar siswa.

2) Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-

sebab kesulitan belajar.

3) Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami

kesulitan belajar.

Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara:

1) Membandingkan prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-

rata nilai seluruh individu.

2) Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut.

3) Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan

yang diharapkan.

c. Prognosis.

Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program

yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa.

Prognosis ini dapat berupa:

18
19

1) Bentuk treatmen yang harus diberikan.

2) Bahan atau materi yang diperlukan.

3) Metode yang akan digunakan.

4) Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan.

5) Waktu kegiatan dilaksanakan.

d. Terapi Atau Pemberian Bantuan.

Terapi disini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami

kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap

prognosis. Bentuk terapi yang dapat diberikan antara lain melalui:

1) Bimbingan belajar kelompok.

2) Bimbingan belajar individual.

3) Pengajaran remedial.

4) Pemberian bimbingan pribadi.

5) Alih tangan kasus.

e. Tindak Lanjut Atau Follow up.

Tindak lanjut atau follow up adalah usaha untuk mengetahui

keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya

yang didasari hasil evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya

pemberian bimbingan.

E. Usaha Mengatasi Masalah Belajar.

Dalam rangka usaha mengatasi masalah belajar tidak bisa diabaikan

dengan kegiatan mencari faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya.

19
20

Karena itu, mencari sumber-sumber penyebab utama dan sumber-sumber

penyebab penyerta lainnya, mutlak dilakukan secara akurat, efektif, dan

efisien.

Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka

usaha mengatasi masalah belajar anak didik, dapat dilakukan dengan 6 tahap,

yaitu: pengumpulan data, pengolahan data, diagnosis, prognosis, treatment,

dan evaluasi.

1) Pengumpulan Data

Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak

informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu

pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data.

Menurut Samisbani dan R isbani, dalam pengumpulan data dapat

dipergunakan berbagai metode, diantaranya adalah:

a) Observasi

b) Kunjungan rumah

c) Studi kasus

d) Case history

e) Daftar pribadi

f) Meneliti pekerjaan anak

g) Tugas kelompok

h) Melaksanakan test (baik tes IQ maupun tes prestasi/achievement).

Dalam pelaksanaannya, metode-metode tersebut tidak harus semuanya

digunakan secara bersama-sama akan tetapi tergantung pada masalahnya, kompleks

20
21

atau tidak. Semakin rumit masalahnya, maka semakin banyak juga kemungkinan

metode yang dapat dipergunakan, sebaliknya semakin sederhana masalahnya,

mungkin dengan satu metode observasi saja, sudah dapat ditemukan faktor apa

yang menyebabkan kesulitan belajar anak.

2) Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada

artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus diolah dan

dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dihadapi

oleh anak.

Dalam pengolahan data, langkah yang ditempuh antara lain adalah:

a) Identifikasi kasus

b) Membandingkan antar kasus

c) Membandingkan dengan hasil tes, dan

d) Menarik kesimpulan

3) Diagnosis

Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan

data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a) Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak(berat dan ringannya).

b) Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab

kesulitan belajar.

c) Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar,

dan sebagainya.

21
22

4) Prognosis

Prognosis artinya”ramalan”. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap

diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan

mengenai bantuan apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi

masalahnya.

Pendek kata, prognosis adalah merupakan aktivitas menyusun

rencana/program yang diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan belajar anak

didik.

5) Treatment (Perlakuan)

Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang

bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah

disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat

diberikan:

a) Melalui bimbingan belajar individual.

b) Selalui bimbingan belajar kelompok.

c) Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.

d) Melalui bimbingan orang tua di rumah.

e) Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-

masalah psikologis.

f) Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.

g) Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan

karakteriktik setiap mata pelajaran.

22
23

6) Evalusi

Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang

telah diberikan berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat

dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal atau berhasil

treatment yang telah diberikan kepada anak, dapat diketahui sampai sejauh mana

kebenaran jawaban anak terhadap item-item soal yang diberikan dalam jumlah

tertentu melalui alat evaluasi berupa tes prestasi belajar atau achievement test.

Karenanya, perlu pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab

dari kegagalan itu.

Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, disini perlu ditegaskan bahwa

pengecekan kembali hanya dilakukan bila terjadi di kegagalan treatment

berdasarkan evaluasi, di mana hasil prestasi belajar anak didik masih rendah, di

bawah standar. Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagalan treatment, secara

teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:

a) Re-ceking data (baik yang berhubungan dengan masalah

pengumpulan maupun pengolahan data).

b) Re-diagnosis

c) Re-prognosis

d) Re-treatment

e) Re-evaluasi

Dengan demikian, perlu adanya penanganan dari guru BK untuk

melakukan penanganan bagi anak yang mengalami kesulitasn belajar. Bimbingan

dan konseling dimaksudkan agar siswa mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya

23
24

sendiri serta menerima secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan

diri lebih lanjut.

Selain itu guru juga dapat melakukan hal-hal berikut untuk mengatasi

masalah belajar peserta didik. Berikan perintah yang terperinci. Karena anak–anak

mengalami kesulitan belajar, guru perlu mengulang atau memberikan perintah baru

ketika tahap pelajaran berikutnya dimulai. Gunakan semua indera pada saat

mengajar. Jika perlu, tanyakan pada orangtua atau guru lainnya, indera mana yang

potensial bagi anak untuk dapat belajar dengan maksimal.

Sebisa mungkin jangan ada gangguan di dalam kelas, karena anak – anak

ini mudah terganggu. Gambar – gambar, mainan, atau barang – barang yang tidak

diperlukan sangat berpeluang mengganggu konsentrasi mereka.

Sampaikan pelajaran dengan menggunakan contoh – contoh konkret. Anak

yang mengalami kesulitan dalam belajar akan memahami maknanya jika ia dapat

melihat dan merasakan apa yang dijelaskan. Memperhatikan beberapa anak yang

mengalami kesulitan dalam belajar ini terlihat sangat aktif atau bahkan terlalu aktif.

Maka kita harus berusaha supaya anak ini terus berada di dekat kita. Kontak fisik

seperti merangkul atau memegang pundak bisa meningkatkan perhatian mereka.

24
25

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang

sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan

terapi terhadap permasalan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui berbagai

media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik, siswa dan

orang tua dirumah. Karena walau bagaimanapun juga sebagaian waktu anak lebih

banyak dihabiskan di rumah dari pada di sekolah di bawah pengawasan orang tua.

Dalam hal ini pendidik yakni guru di sekolah dan orang tua di rumah

dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi

oleh siswa/anak. Dengan memahami jenis masalah, diharapkan pendidik mampu

memberikan solusi penanggulangan sesuai dengan masalah yang bersangkutan.

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja RosdaKarya

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi
Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis


Integrasi). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Zulkifli. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja RosdaKarya

26

Anda mungkin juga menyukai