Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

AUDIT PERBANKAN, HUKUM PERBANKAN DAN BERKOMUNIKASI YANG


BAIK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah General Banking

Dosen Pengampu:

Drs. Syahru Syarif, M.M

Disusun oleh:

Rahmaniar (12211282)

STIE BANK BPD JATENG

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1 Audit Perbankan ............................................................................................... 3

2.2.1 Pengertian Audit ........................................................................................ 3

2.1.2 Jenis-Jenis Audit ........................................................................................ 4

2.1.3 Tujuan Audit .............................................................................................. 5

2.1.4 Sasaran Bank Auditing ............................................................................. 5

2.1.5 Audit dalam Kegiatan Operasional Bank ............................................... 6

2.1.6 Tehnik-Tehnik Pemeriksaan .................................................................... 6

2.1.7 Bentuk-Bentuk Pemeriksaan..................................................................... 7

2.2 Hukum Perbankan ............................................................................................ 7

2.2.1 Pengertian Hukum Perbankan ................................................................ 7

2.2.2 Sumber-Sumber Hukum Perbankan ....................................................... 9

2.2.3 Asas-Asas Hukum Perbankan .................................................................. 11

2.2.4 Fungsi dan Tujuan Perbankan ................................................................ 12

2.3 Komunikasi ........................................................................................................ 13

2.3.1 Pengertian dan Manfaat Komunikasi ..................................................... 13

2.3.2 Proses Komunikasi .................................................................................... 13

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi i


2.3.3 Konteks Komunikasi ................................................................................. 14

2.3.4 Unsur dan Jenis Komunikasi ................................................................... 15

2.3.5 Komunikasi yang Efektif .......................................................................... 16

2.3.6 Hambatan dalam Komunikasi ................................................................. 17

2.3.7 Berbicara dan Mendengar Efektif ........................................................... 17

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 20

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 20

3.2 Saran ................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era perbankan yang terus bertransformasi dengan kompleksitas yang


meningkat, audit perbankan, hukum perbankan, dan kemampuan berkomunikasi yang
efektif memainkan peran yang semakin penting untuk menjaga stabilitas dan
keberlanjutan lembaga perbankan. Audit perbankan bukan hanya sekadar proses
pemeriksaan keuangan; ini telah berkembang menjadi alat strategis yang mampu
mengidentifikasi dan mengelola risiko operasional, memastikan kepatuhan terhadap
regulasi yang berkembang, dan meningkatkan efisiensi operasional.

Hukum perbankan, pada gilirannya, merupakan tulang punggung regulasi yang


merangkum aspek-aspek krusial yang mengatur keberadaan dan operasional lembaga
perbankan. Ini mencakup pendirian dan pengelolaan bank, perlindungan konsumen,
kebijakan privasi, serta tindakan hukum yang berkaitan. Dalam perubahan ekonomi dan
global yang cepat, evolusi hukum perbankan menjadi cermin dari dinamika industri,
serta tanggapan terhadap berbagai perubahan dan tantangan yang dihadapi sektor
perbankan.

Keterkaitan erat antara hasil audit perbankan dan hukum perbankan menyoroti
pentingnya kepatuhan dan praktik yang sesuai dengan regulasi. Hasil audit yang baik
dapat menjadi dasar yang kuat untuk memitigasi risiko dan masalah kepatuhan,
sementara hukum perbankan memberikan fondasi hukum yang diperlukan bagi proses
audit yang efektif. Oleh karena itu, sinergi antara audit dan hukum perbankan
menciptakan landasan yang solid untuk menjaga integritas dan kesehatan sektor
perbankan.

Selain itu, komunikasi yang baik di dalam dan di luar lembaga perbankan menjadi
kunci untuk membangun dan memelihara kepercayaan pemangku kepentingan.
Komunikasi yang transparan mengenai hasil audit, perubahan regulasi, dan langkah-
langkah perbaikan yang diambil oleh lembaga perbankan memberikan pemahaman yang
lebih baik kepada nasabah, investor, dan otoritas pengawas. Dengan demikian, hal ini

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 1


bukan hanya tentang memenuhi persyaratan regulasi, tetapi juga tentang menciptakan
citra yang positif dan kepercayaan di antara pemangku kepentingan.

Dalam menghadapi tantangan di era digital, termasuk keamanan siber dan


kepatuhan terhadap regulasi teknologi keuangan, audit perbankan dan hukum perbankan
harus terus beradaptasi. Penerapan metodologi audit yang canggih dan regulasi yang
responsif terhadap inovasi teknologi menjadi imperatif untuk menjaga keamanan dan
kepatuhan dalam lingkungan perbankan yang terus berkembang.

Dengan demikian, pendekatan holistik yang melibatkan audit perbankan yang


efektif, pengembangan hukum perbankan yang adaptif, dan komunikasi yang transparan
menjadi kunci untuk menghadapi perubahan dan memanfaatkan peluang di dunia
perbankan yang terus berkembang dan berubah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai


berikut:
1. Apa saja ruang lingkup Audit Perbankan?
2. Apa saja ruang lingkup Hukum Perbankan?
3. Apa saja ruang lingkup Komunikasi?

1.3 Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas, yang menjadi tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui ruang lingkup Audit Perbankan
2. Untuk mengetahui ruang lingkup Hukum Perbankan
3. Untuk mengetahui ruang lingkup Komunikasi

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Audit Perbankan


2.1.1 Pengertian Audit
Audit merupakan suatu ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap
pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan
supaya dapat mendeteksi terjadinya penyelewengan dan ketidakwajaran yang dilakukan
oleh perusahaan baik dalam perbankan maupun non perbankan. Untuk memahami
pengertian audit secara baik, berikut ini pengertian audit menurut pendapat beberapa ahli:
Menurut Agoes (2012), Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.
Menurut Mulyadi (2014), suatu proses sistematik untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pemakaian yang berkepentingan.
Menurut Arens (2015), audit adalah Pengumpulan dan evaluasi bukti tentang
informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan
criteria yang telah ditetapkan.
Dari berbagai pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa audit merupakan suatu
proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematik terhadap laporan keuangan,
pengawasan intern, dan catatan akuntansi suatu perusahaan. Audit bertujuan untuk
mengevaluasi dan memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuagan
berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dan dilakukan oleh seorang yang independen dan
kompeten.

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 3


2.1.2 Jenis-Jenis Audit
Dalam melaksanakan pemeriksaan, ada bebrapa jenis audit yang harus dilakukan
oleh para auditor sesuai dengan tujuan pelaksanaan pemeriksaan. Menurut Mulyadi
(2014) auditing pada umunya dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu:
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit Laporan Keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen
terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dalam audit laporan keuangan ini,
auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya
dengan prinsip akuntansi berterima umum.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit Kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit
sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan umumnya
dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit kepatuhan banyak
dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan operasional, atau
bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Pihak yang
memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit
operasional diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

Sedangkan menurut Agoes (2012) ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa
dibedakan menjdi 4 jenis yaitu:
1. Manajemen Audit (Operational Auditing)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien
dan ekonomis.
2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Auditing)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah menaati
peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan
oleh pihak intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 4


eksternal (pemerintah, Bapepam LK, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan
lain-lain).
3. Pemeriksaan Intern (Internal Auditing)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap
kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4. Computer Auditing
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya
dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) System.

2.1.3 Tujuan Audit


Dalam perusahaan baik perbankan maupun non perbankan, perlu memiliki suatu
pengendalian intern untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah direncanakan.
Berdasarkan beberapa definisi audit yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui
bahwa tujuan audit pada umumnya untuk menentukan keandalan dan integritas informasi
keuangan, ketaatan dengan kebijakan, rencana, prosedur, hukum, dan regulasi dari Bank
Indonesia jika itu perusahaan perbankan dan pengamanan aktiva. Tujuan audit tersebut
tidaklah semata-mata ditujukan untuk mencari kesalahan seseorang atau manajemen saja.
Dan tujuan audit adalah merupakan kegiatan yang sangat diperlukan secara terus
menerus walaupun dalam bank tersebut tidak terdapat penyimpangan-penyimpangan.

2.1.4 Sasaran Bank Auditing


Sasaran bank auditing mencakup tiga ruang lingkup yaitu:
1. Bidang Keuangan (Financial Audit)
2. Bidang Operasional (Operational Audit)
3. Bidang Manajemen (Policy Audit)
Diantara ketiga ruang lingkup tersebut dalam praktik memang sulit dipisahkan satu
sama lainnya. Oleh karena itu tata cara dan prosedur pemeriksaannya akan digabung
menjadi satu rangkaian investigasi untuk sekaligus dapat mengambil manfaat dari tiga
ruang lingkup audit di atas yang satu sama lainnya akan mempunyai hubungan yang
sangat erat.

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 5


2.1.5 Audit dalam Kegiatan Operasional Bank
Audit kegiatan bank adalah suatu pengujian menyeluruh terhadap tujuan organisasi,
kegiatan, dan teknik-teknik manajemen. Audit kegiatan bank meliputi semua aspek, bisa
ditinjau dari struktur organisasi sehingga audit diawali dari unit kerjanya, bisa ditinjau
dari produk, sehingga audit diawali dari jenis produk atau jasa, atau bisa ditinjau dari
buku besar yang digunakan. Untuk tujuan audit dalam kegiatan operasional bank adalah
untuk mengetahui sampai sejauh mana tujuan bank dapat tercapai. Manfaat lebih jauh
adalah:
a. Identifikasi tujuan, kebijakan, sasaran dan prosedur organisasi yang sebelumnya
tidak jelas.
b. Identifikasi kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat tercapainya
tujuan bank dan menilai kegiatan manajemen bank.
c. Evaluasi yang independen dan obyektif atas suatu kegiatan tertentu.
d. Penetapan apakah organisasi sudah mematuhi prosedur, peraturan, kebijakan, serta
tujuan yang ditetapkan.
e. Penetapan efektivitas dan efisiensi sistem pengendalian manajemen.
f. Penetapan tingkat keandalan (reliability) dan kemanfaatan (usefulness) dari berbagai
laporan manajemen.
g. Identifikasi daerah-daerah permasalahan dan mungkin juga penyebabnya.
h. Identifikasi berbagai kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk lebih
meningkatkan laba, mendorong pendapatan, dan mengurangi biaya atau hambatan
dalam organisasi.
i. Identifikasi berbagai tindakan alternative dalam berbagai daerah kegiatan.

2.1.6 Tehnik-Tehnik Pemeriksaan


1. Memeriksa (Examine)
2. Membandingkan (Compare)
3. Memeriksa Dokumen Dasar (Vouching)
4. Menganalisa (Analyze)
5. Mengecek (Checking)
6. Menginspeksi (Inspect)
7. Bertanya (Inquire)
8. Merekonsiliasi (Reconcile)
Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 6
9. Mengkonfirmasi (Confirm)
10. Menghitung (Calculate)
11. Footing dan Crossfooting
12. Opname

2.1.7 Bentuk-Bentuk Pemeriksaan


Pemeriksaan ini dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Pemeriksaan Reguler
Pemeriksaan yang dilakukan secara periodic, sesuai dengan program kerja
pemeriksaan.
2. Pemeriksaan Insidental (Insidental Audit)
Pemeriksasan incidental adalah pemeriksaan yang dilakukan yang bersifat khusus
(Insidental), sehubungan adanya kasus-kasus atau gejala ketidakwajaran.

2.2 Hukum Perbankan


2.2.1 Pengertian Hukum Perbankan
Secara sederhana hukum perbankan adalah hukum positif yang mengatur segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan
yang fungsi utamanya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Dari sejarah
pembentukan hukum perbankan itu, kita dapat membandingkan ketentuan hukum
perbankan yang pernah berlaku di Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa pengertian
hukum perbankan adalah serangkaian ketentuan hukum positif yang mengatur segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta
cara dan proses pelaksanaan kegiatan usahanya.

Menurut Muhammad Djumhana, hukum perbankan adalah “sebagai kumpulan


peraturan hukum yang mengatur kegiatan lembaga keuangan bank yang meliputi segala
aspek, dilihat dari segi esensi, dan eksistensinya, serta hubungannya dengan bidang
kehidupan yang lain.

Ruang lingkup dari pengaturan hukum perbankan itu meliputi:

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 7


1. Asas-asas perbankan, seperti norma efisiensi, keefektivan, kesehatan bank,
profesionalisme pelaku perbankan, maksud dan tujuan lembaga perbankan,
hubunganm hak dan kewajiban bank.
2. Para pelaku bidang perbankan, seperti dewan komisioner, direksi dan karyawan,
maupun pihak terafiliasi. Mengenai bentuk badan hukum pengelola, seperti PT
Persero, Perusahaan Daerah, koperasi dan perseroan terbatas. Mengenai bentuk
kepemilikan, seperti milik pemerintah, swasta, patungan dengan asing, atau bank
asing;
3. Kaidah-kaidah perbankan yang khusus diperuntukkan untuk mengatur perlindungan
kepentingan umum dari tindakan perbankan, seperti pencegahan persaingan yang
tidak sehat, antitrust, perlindungan nasabah dan lain-lain.
4. Struktur organisasi yang berhubungan dengan bidang perbankan, seperti eksistensi
dari Dewan Moneter, Bank Sentral dan lain-lain.
5. Mengarah kepada pengamanan tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh bisnis bank
tersebut, seperti pengadilan, sanksi, insentif, pengawasan, pruden banking, dan lain-
lain.

Sementara itu Munir Fuady menyatakan, hukum perbankan (banking law) sebagai
seperangkat kaidah hukum dalam bentuk peraturan perundang-undangan, yurisprudensi,
doktrin, dan lain-lain sumber hukum, yang mengatur masalah-masalah perbankan
sebagai lembaga, dan aspek kegiatannya sehari-hari, rambu-rambu yang harus dipenuhi
suatu bank, perilaku petugas-petugasnya, hak, kewajiban, tugas dan tanggung jawab para
pihak yang tersangkut dengan bisnis perbankan, apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh bank, eksistensi perbankan, dan lain-lain yang berkenaan dengan dunia
perbankan.

Dari pendapat-pendapat di atas, dapat dirumuskan pengertian hukum perbankan


yaitu kumpulan ketentuan hukum, yang meliputi peraturan hukum (norma) dan asas-asas
hukum, struktur hukum dan budaya hukum yang mengatur segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur yang terkandung di dalam hukum


perbankan adalah:
Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 8
1. Serangkaian ketentuan hukum positif (perbankan). Adanya ketentuan hukum
perbankan dengan dikeluarkannya sebagai peraturan perundang-undangan, baik
berupa UU, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Peraturan BI, Keputusan
Direksi dan Surat Edaran Bank Indonesia, dan peraturan pelaksana lainnya.
2. Hukum positif (perbankan) tersebut bersumberkan ketentuan yang tertulis dan tidak
tertulis.
3. Ketentuan hukum perbankan tersebut terdiri dari atas peraturan hukum (norma) dan
asas-asas hukum perbankan, pengertian-pengertian hukum perbankan, struktur
hukum perbankan serta budaya yang berkembang dalam hukum perbankan.
4. Ketentuan hukum perbankan tadi mengatur ketatalaksanaan kelembagaan bank.
5. Ketentuan hukum perbankan tadi juga mengatur aspek-aspek kegiatan keusahaannya.

2.2.2 Sumber-Sumber Hukum Perbankan


Sumber hukum perbankan dapat dibedakan menjadi sumber hukum dalam arti
formal dan sumber hukum dalam arti material. Sumber hukum dalam arti material adalah
sumber hukum yang menentukan isi hukum itu sendiri dan tergantung dari sudut
pandang, baik dari sudut pandang ekonomi, sejarah, teknologi atau filosofis, atau ahli
industri perbankan menyatakan bahwa kebutuhan lembaga perbankan dalam suatu
masyarakat menghasilkan isi hukum yang bersangkutan. Sumber hukum materil baru
dapat diperhitungkan ketika pengetahuan tentang asal usul hukum dianggap perlu.
Sebaliknya, sumber hukum formal adalah tempat di mana peraturan dan tatanan hukum
baik tertulis maupun tidak tertulis dapat ditemukan.
Dibawah ini disebutkan berbagai peraturan-peraturan perundang-undangan yang
secara khusus mengatur atau yang berkaitan dengan masalah perbankan dan
kebanksentralan, yang menjadi sumber hukum perbankan yang berlaku dewasa ini,
diantaranya yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (disebut Undang-Undang Perbankan
yang diubah).
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah
diubah pertama dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 dan terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 9


sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009
(disebut UUBI).
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai
Tukar.
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2008 sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor
Tahun 2009 (disebut UULPS).
5. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
6. Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), terutama ketentuan
dalam Buku II dan Buku III mengenai jaminan kebendaan dan perjanjian.
7. Wetboek Van Koophandel (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang), terutama
ketentuan dalam Buku I mengenai surat-surat berharga.
8. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 Tentang Perusahaan Daerah.
9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
10. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, yang kemudian
diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007.
11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggunan Atas Tanah Beserta
Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah
12. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
13. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 Tentang Sistem Resi Gudang

Undang-Undang Perbankan yang diubah merupakan sumber pokok dari hukum


perbankan nasional di Indonesia. Oleh karena itu, segala ketentuan perbankan nasional di
Indonesia harus disesuaikan dengan UU perbankan yang diubah tersebut. Dengan
berlakunya UU Perbankan yang diubah, selain menyatakan tidak berlaku lagi UU Nomor
14 Tahun 1967 tentng Pokok-Pokok Perbankan, juga menyatakan tidak berlaku lagi
peraturan lainnya, yaitu:
a. Staatblad Tahun 1929 Nomor 357 tanggal 14 September 1929 tentang Aturan-
Aturan Mengenai Badan-Badan Kredit Desa dalam Provinsi-Provinsi di Jawa dan
Madura di luar Wilayah Kotapraja-Kotapraja.
b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1962 tentang Bank Pembangunan Swasta
(Lembaga Negara Tahun 1962 Nomor 58, Tambahan Lembaga Nomor 2489).
Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 10
c. Peraturan tentang Usaha Perkreditan yang diselenggarakan oleh Kelurahan di
Daerah Kadipaten Paku Alaman (Rijksblaad dari Daerah Paku Alaman Tahun 1937
Nomor 9).
Peraturan-peraturan perbankan di atas, dinilai sudah tidak dapat mengikuti
perkembangan perekonomian nasional maupun internasional, karenanya perlu diganti
dan disusun undang-undang baru yang mengatur masalah perbankan, yang kemudian
mengalami perubahan dan penambahan sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998.

2.2.3 Asas-Asas Hukum Perbankan


Satjipto Rahardjo menyatakan, bahwa barangkali tidak berlebihan apabila
dikatakan asas hukum merupakan “jantungnya” peraturan hukum. Karena ia merupakan
landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Asas hukum ini tidak
akan habis kekuatannya dengan melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan akan
tetap saja ada dan akan melahirkan peraturan-peraturan selanjutnya. Asas hukum ini
sebagai suatu sarana yang membuat hukum itu hidup, tumbuh, dan berkembang juga
menunjukkan bahwa hukum itu bukann sekadar kumpulan peraturan belaka. Hal ini
disebabkan asas hukum itu mengandung nilai-nilai dan tuntutan-tuntutan etis, yang
merupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum dan cita-cita sosial dan
pandangan etis masyarakatnya.
Dalam melaksanakan kemitraan antara bank dan nasabahnya, untuk terciptanya
system perbankan yang sehat, kegiatan perbankan perlu dilandasi dengan beberapa asas
hukum (khusus), yaitu:
a. Asas Demokrasi Ekonomi
Perbankan dalam menjalankan fungsi dan usahanya harus memperhatikan prinsip-
prinsip demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
b. Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle)
Suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan
kepercayaan antara bank dan nasabahnya. Bank terutama bekerja dengan dana dari
masyarakat yang disimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 11


perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan mempertahankan
kepercayaan masyarakat padanya.
c. Asas Kerahasiaan (Confidential Principle)
Asas yang mengharuskan atau mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut
kelaziman dunia perbankan (wajib) dirahasiakan
d. Asas Kehati-Hatian (Prudential)
Bank sebagai lembaga yang mengelola uang nasabah, diharapkan oleh nasabah itu
pula bahwa bank dapat mengelola uang yang disimpan secara baik dan hati-hati.
Ketika hal ini dapat dilakukan dengan baik oleh pihak bank, maka bukan tidak
mungkin akan dapat meningkatkan kepercayaan nasabah terhadap bank yang
digunakan untuk menyimpan uangnya tersebut.

Asas-asas hukum perbankan yang telah dikemukakan di atas masih bersifat abstrak.
Oleh karena itu menjadikan asas-asas tersebut menjadi konkrit, maka diwujudkanlah
melalui hukum positif, yaitu melalui peraturan Perundang-undangan.

2.2.4 Fungsi dan Tujuan Perbankan

Mengenai fungsi perbankan dapat dilihat dalam Pasal 3 UU Perbankan yang


menyatakan bahwa “Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun
dan penyalur dana masyarakat” dari ketentuan ini tercermin fungsi bank sebagai
Financial Intermediary perantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of
funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lacks of funds).

Perbankan di Indonesia mempunyai tujuan yang strategis dan tidak semata-mata


berorientasi ekomomis, tetapi juga berorientasi kepada hal-hal yang nonekonomis seperti
masalah menyangkut stabilitas nasionalyang mencakup antara lain stabilitas sosial dan
stabilitas politik. Secara lengkap hal ini diatur dalam Pasal 4 UU Perbankan yang
menyatakan bahwa “Perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi,
dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesehjateraan rakyat.

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 12


2.3 Komunikasi
2.3.1 Pengertian dan Manfaat Komunikasi
Komunikasi adalah upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan,
menyampaikan informasi dan sebagainya, agar diketahui atau dipahami oleh orang lain.
Longman, mendefinisikan “komunikasi” sebagai to make opinions, feelings, information,
etc., known or understood by others.
Secara umum, manfaat komuniksi di tempat kerja bagi karyawan, antara lain:
1. Memperoleh keterangan atau informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Mewujudkan kerja sama antarpersonal di tempat kerja dalam rangka pelaksanaan
tugas/pekerjaan.
3. Memudahkan dalam pengambilan keputusan.
4. Memudahkan dalam penyampaian kebijakan, peraturan, ataupun ketentuan yang
berlaku di tempat kerja.
5. Meningkatkan nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan di tempat kerja.
6. Memudahkan karyawan maupun pimpinan dalam mengakses perkembangann ilmu
dan teknologi.

2.3.2 Proses Komunikasi


Proses komunikasi merupakan suatu keterampilan atau kemampuan untuk
mengungkapkan keinginan, ide, perasaan, pikiran, atau pendapat seseorang sehingga
dapat mengerti dan dimengerti oleh orang lain. Dalam proses komunikasi yang terjadi
antara komunikator (orang yang menyampaikan pesan) dengan komunikan (orang yang
menerima pesan), komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan, selanjutnya
komunikan memberikan umpan balik sehingga terjadi proses komunikasi dua arah.

GAMBARAN PROSES KOMUNIKASI

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 13


Pada akhirnya, bagi organisasi, proses komunikasi yang efektif dapat memberikan
berbagai manfaat, berikut beberapa diantaranya:
1. Menciptakan kepuasan kerja
Perusahaan seharusnya mendorong lingkungan untuk melakukan korespondensi
yang terbuka dan mudah antara manajer dengan bawahan.
2. Menyelesaikan konflik
Komunikasi yang terbuka di tempat kerja dapat membantu mencegah timbulnya
konflik dan menyelesaikan konflik yang terjadi.
3. Meningkatkan produktivitas
Komunikasi yang efektif di tempat kerja merupakan hal yang penting bagi
keberhasilan sebuah perusahaan. Setiap perusahaan tentunya memiliki tujuan bisnis,
visi, dan misi. Hal tersebut harus dapat dikomunikasikan kepada seluruh pegawai
dengan jelas dan dipastikan bahwa mereka dan semua pihak yang terlibat dalam
perusahaan menuju tujuan yang sama.

2.3.3 Konteks Komunikasi


Secara luas, konteks komunikasi adalah semua factor diluar orang-orang yang
berkomunikasi yang terdiri dari:
1. Aspek bersifat fisik, seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna
dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang teersedia
untuk menyampaikan pesan.
2. Aspek psikologis, seperti sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi peserta
komunikasi.
3. Aspek sosial, seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya.
4. Aspek waktu, yakni waktu berkomunikasi (hari, jam, pagi, siang, sore, malam).
Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteks
atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Berikut
pengelompokan komunikasi berdasarkan konteks komunikasi:
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi dengan diri sendiri, baik disadari atau tidak. Komunikasi ini merupakan
landasan komunikasi interpersonal (antarpribadi) dan komunikasi dalam konteks-
konteks lainnya.
2. Komunikasi Interpersonal
Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 14
Komunikasi antar orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
nonverbal.
3. Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan sama, yang
berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lain,
dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Komunikasi ini
juga melibatkan komunikasi interpersonal.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak),
yang tidak bisa dikenali satu per satu. Komunikasi ini juga disebut pidato, ceramah,
atau kuliah (umum).
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi yang dapat bersifat formal maupun
informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari komunikasi
kelompok.
6. Komunikasi Massa
Komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (majalah, surat kabar)
maupun elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang
yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar di banyak
tempat, seringkali anonym, dan heterogen.

2.3.4 Unsur dan Jenis Komunikasi


Berdasarkan pengertian dari proses komunikasi, dapat disimpulkan bahwa dalam
proses komunikasi terdapat unsur-unsur berikut:
1. Komunikator (orang yang menyampaikan pesan)
2. Komunikan (orang yang menerima pesan)
3. Channel (saluran komunikasi)
4. Pesan (isi berita)
5. Respons (umpan balik atau reaksi)
Berdasarkan caranya, komunikasi dapat dibagi menjadi 2 kelompok:
1. Komunikasi lisan

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 15


Cara berkomunikasi dengan berbicara. Dalam proses ini, komunikasi dilakukan
dengan langsung, dimana komunikator dapat secara langsung menyampaikan pesan
kepada komunikan.
2. Komunikasi tulisan
Cara menyampaikan pesan melalui tulisan. Dalam proses ini, umumnya komunikasi
dilakukan secara tidak langsung. Namun, dalam perkembangan teknologi saat ini,
komunikasi dengan tulisan bisa pula dilaksanakan secara langsung melalui media
chat.

2.3.5 Komunikasi yang Efektif


Komunikasi yang dianggap efektif paling tidak harus meghasiljan 5 hal, yaitu
pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan
tindakan (Stewart L. Tubbd dan Sylvia Moss), sebagaimana yang dapat disimak melalui
penjelasan berikut:
1. Menyampaikan informasi dan menghasilkan pengertian
Penerimaan yang cermat dari isi pesan seperti yang dimaksud oleh pemberi atau
sumber pesan.
2. Menghasilkan kesenangan
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk
pengertian. Komunikasi ini lebih dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan.
Komunikasi seperti inilah yang membuat hubungan seseorang dengan seseorang
lainnya/sekelompok orang menjadi hangat, akrab, dan menyenangkan.
3. Mempengaruhi sikap
Bentuk komunikasi ini termasuk komunikasi yang sering dilakukan dan sering pula
disebut komunikasi persuasif.
4. Menghasilkan hubungan sosial yang lebih baik
Sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Philip G. Zimbardo membuktikan
bahwa kurangnya komunikasi (tingginya anonimitas/tidak saling mengenal)
menjadikan orang agresif, senang mencuri, merusak, dan kurang memiliki tanggung
jawab sosial. Apa yang terjadi bila orang gagal menumbuhkan hubungan
interpersonal? Banyak, menurut Vance Pakard (1974) seseorang akan menjadi
agresif, senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan menderita flight
syndrome (ingin melarikan diri dari lingkungannya).
Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 16
5. Menghasilkan tindakan nyata
Untuk menimbulkan tindakan, seseorang harus terlebih dahulu berhasil
menanamkan pengertian, membentuk dan mengubah sikap, atau menumbuhkan
hubungan yang baik. Meski demikian hal tersebut sering kali tak mudah. Tindakan
adalah hasil kumulatif dari seluruh proses komunikasi.
Selain itu, perlu dipahami bahwa terdapat 5 hal yang membuat komunikasi menjadi
efektif, yaitu:
a. Komunikator dapat berperan dengan baik
b. Tujuan komunikasi jelas
c. Isi komunikasi jelas
d. Alat komunikasi tepat
e. Komunikasi menarik

2.3.6 Hambatan dalam Komunikasi


1. Hambatan pada komunikator dan komunikan
Hambatan ini disebabkan oleh adanya perbedaan individu, perbedaan peran dan
kedudukan organisasional, dan perbedaan budaya.
2. Hambatan pada kode-kode yang digunakan
Setiap profesi memiliki istilah teknis yang berbeda.
3. Hambatan pada saluran komunikasi
Hambatan pada saluran komunikasi ini umumnya bersifat teknis.
4. Hambatan situasi komunikasi
Hambatan ini berkaitan dengan suasana psikologis yang terjadi saat komunikasi
berlangsung.

2.3.7 Berbicara dan Mendengar Efektif


Berbicara adalah proses mengeluarkan suara yang dapat dimengerti sebagai
ungkapan pikiran (perasaan) yang dihasilkan oleh koordinasi otak, pita suara, udara, dan
alat-alat yang mengadakan modifikasi suara. Berbicara efektif adalah berbicara secara
menarik dan jelas sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicara dan tujuan dari
komunikasi dapat tercapai. Terdapat 6 hal yang harus disiapkan agar dapat berbicara
efektif:

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 17


1. Menetapkan sasaran
Sebelum berbicara, seseorang harus menetapkan sasarannya terlebih dahulu. Dalam
hal ini, sasaran yang dimaksud adalah tujuan berbicara.
2. Mengenali pendengar
Seseorang harus mengenali terlebih dahulu audiens atau pendengarnya untuk dapat
Menyusun kata-kata yang tepat.
3. Mempelajari tempat dan sarana
Penting bagi seseorang untuk mempelajari tempat dan sarana ia akan berbicara.
4. Melakukan manajemen waktu
Manajemen waktu harus diperhatikan dalam rangka berbicara efektif karena berkaitan
dengan konsentrasi pendengar.
5. Mempersiapkan bahan
Seseorang harus mempersiapkan bahan terlebih dahulu, mempelajari bahan-bahan
tersebut, menyiapkan contoh-contoh, dan menuangkan semua bahan yang sudah
disiapkan dalam media tertentu.
6. Mengelola teknik penyampaian
Berbicara di depan umum akan berhasil jika menggabungkan beberapa hal, sebagai
berikut:
 7% : penggunaan kata
 38% : penggunaan nada dan suara
 45% : penggunaan ekspresi muka, bahasa tubuh, dan gerakan tubuh

Mendengar efektif memiliki arti bahwa seseorang tidak hanya sekadar mendengar,
tetapi mendengar dengan konsentrasi dan diikuti disertai usaha untuk memahami pesan
atau informasi yang disampaikan.
Dalam arti luas, mendengarkan adalah usaha memperoleh suatu pengertian
terhadap berita atau pesan dengan menggunakan indra pendengaran dan kemampuan
pikiran untuk memahami lebih lanjut terhadap pesan yang diterima (penerimaan pesan
secara lisan maupun tertulis).
Oleh karena itu, kualitas pendengar dapat dibagi menjadi beberapa tingkata, yaitu:
1. Bukan pendengar

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 18


Pendengar yang berpura-pura mendengarkan, tetapi sesungguhnya tidak sedang
mendengarkan.
2. Pendengar dangkal
Pendengar yang hanya mendengarkan suara, tetapi tidak mencoba memahami pesan.
3. Pendengar yang bersikap kurang perhatian
Pendengar yang mendengarkan suara dan memahami pesan, tetapi sambal
melakukan aktivitas lain, seperti membaca sms, menulis, merapikan buku, atau
mencari sesuatu.
4. Pendengar dengan sikap sungguh-sungguh
Pendengar yang selalu memperhatikan dan memahami pembicaraan sehingga pesan
melekat di ingatannya.

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 19


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan, audit perbankan, hukum perbankan, dan komunikasi yang
efektif memiliki peran yang sangat penting dalam memastikan keberlanjutan, kepatuhan,
dan kepercayaan lembaga perbankan. Audit perbankan bukan sekadar proses
pemeriksaan keuangan, melainkan instrumen strategis untuk mengidentifikasi dan
mengelola risiko operasional. Keterkaitan erat antara hasil audit dan hukum perbankan
menyoroti pentingnya kepatuhan dan praktik yang sesuai dengan regulasi yang
berkembang. Evolusi hukum perbankan mencerminkan dinamika industri dan tanggapan
terhadap perubahan dalam skenario ekonomi dan global. Komunikasi yang baik,
terutama dalam hal hasil audit, perubahan regulasi, dan langkah-langkah perbaikan, tidak
hanya membangun kepercayaan pemangku kepentingan tetapi juga menciptakan citra
positif di kalangan nasabah dan investor. Sinergi antara ketiga elemen ini, yakni audit
perbankan, hukum perbankan, dan komunikasi yang efektif, menciptakan fondasi kokoh
untuk menjaga integritas sektor perbankan, memitigasi risiko, dan beradaptasi dengan
perubahan dalam lingkungan perbankan yang terus berkembang.

3.2 Saran
Untuk meningkatkan kinerja dan keberlanjutan lembaga perbankan, perlu
optimalisasi audit dengan teknologi canggih, pembaruan regulasi hukum yang adaptif,
komunikasi transparan melalui laporan jelas, pelatihan kontinu bagi profesional,
kolaborasi antar lembaga, investasi keamanan siber, dan peningkatan tanggung jawab
sosial. Langkah-langkah ini diharapkan memperkuat fondasi lembaga, menjaga
kepercayaan publik, dan mendukung keberlanjutan operasional.

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 20


DAFTAR PUSTAKA

Gazali, Djoni S, dan Rachmadi Usman 2012. Hukum Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika

Ikatan Bankir Indonesia. 2013. Memahami Bisnis Bank. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rachmadi Usman, 2001. Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Rahayu, Siti dan Ely Suhayati. “Auditing: Konsep Dasar Dan Pedoman Pemeriksaan
Akuntan Publik”, Yogyakarta: Graha Ilmu,2010.
Sunardi, Dedi, 2021. Hukum Perbankan dan Perbankan Syariah. Serang -Empat.

Audit Perbankan, Hukum Perbankan dan Komunikasi 21

Anda mungkin juga menyukai