Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN RESIKO II

Pengukuran Risiko Kredit

Dosen Pengampu:
Dr. Darsono, MBA., CA

Disusun Oleh Kelompok 2:


1. Tri Yuli Tiastuti Susanti 12010121420136
2. Puji Astuti 12010121420147
3. Umi Rahmawati 12010121420170

Kelas: BC1KU 60

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2023

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan ........................................................................................................ 1
C. Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
A. Risiko Kredit.................................................................................................. 3
B. Jenis Risiko Kredit ........................................................................................ 4
C. Pengukuran Resiko kredit.............................................................................. 8
D. Mitigasi resiko ............................................................................................... 9
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan dari sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya adalah untuk mendapatkan
keuntungan atau laba. Keuntungan diperoleh apabila hasil penjualan melebihi biaya produksi.
Besarnya laba yang dihasilkan tentu harus minimal sama dengan target yang telah ditentukan,
dan bahkan jika bisa harus melebihi dari target. Dalam praktiknya, memang banyak kendala
yang dihadapi dalam rangka peningkatan penjualan tersebut, misalnya daya beli masyarakat
yang rendah, pola konsumsi yang berubah-ubah, harga yang cenderung naik, pesaing yang
makin kompetitif, kemajuan teknologi, dan faktor-faktor lainnya. Oleh karena itu, terkadang
untuk memperoleh hasil penjualan secara tunai dalam kondisi tertentu amat sulit akibat
faktor-faktor tersebut di atas.
Salah satu cara untuk meningkatkan penjualan selain dengan meningkatkan mutu
barang, penurunan harga, memberikan diskon khusus atau harga khusus adalah dengan cara
menjual barang atau jasanya yang pembayarannya dicicil (diangsur). Dengan demikian, bagi
konsumen yang tadinya tidak memiliki kemampuan atau kurang memiliki dana untuk
membeli secara tunai, maka dengan pembayaran secara cicilan akan menjadi mampu untuk
membeli. Bagi perusahaan sendiri, di samping meningkatkan penjualan, perusahaan juga akan
memperoleh keuntungan berupa harga yang ditawarkan biasanya lebih tinggi daripada dibayar
secara tunai.
Penjualan secara kredit menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan dalam rangka
meningkatkan volume penjualannya. Namun harus diingat bahwa dengan menjual secara
kredit, maka akan muncul piutang dagang. Asalkan pelanggan mampu membayar secara tepat
waktu bagi perusahaan aman-aman saja, namun jika pelanggan mengalami kesulitan
pembayaran dengan berbagia sebab, tentu akan mengganggu keuangan perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan perlu menganalisis dan menghadapi risiko kredit yang mungkin terjadi
dari transaksi kredit tersebut. Oleh karena itu, penulis dalam makalah ini akan membahas
lebih mengenai risiko kredit perusahaan.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan risiko kredit?
b. Apa jenis-jenis risiko kredit?
c. Bagaimana pengukuran resiko kredit?
d. Bagaimana mitigasi resiko?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian risiko kredit.
b. Untuk mengetahui jenis-jenis risiko kredit.
c. Untuk mengetahui pengukuran kredit.
d. Untuk mengetahui mitigasi resiko.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Risiko Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga. Risiko adalah potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa tertentu. Risiko Kredit
adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada
Bank.
Ada banyak alasan untuk default. Di satu sisi, risiko ini dapat bersumber dari berbagai
aktivitas fungsional bank seperti penyaluran pinjaman, kegiatan treasuri dan investasi, dan kegiatan
jasa pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam buku bank. Di sisi lain, risiko ini timbul karena
kinerja satu atau lebih debitur yang buruk berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan debitur untuk
memenuhi sebagian atau seluruh isi perjanjian kredit yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Sumber risiko kredit antara lain: (1) lending risk yaitu risiko akibat debitur atau nasabah
tidak mampu melunasi fasilitas yang telah disediakan oleh bank, baik fasilitas kredit langsung
maupun tidak langsung (cash loan maupun non-cash loan); (2) counterparty risk yaitu risiko yang
timbul karena pasangan usaha (counterparty) tidak dapat melunasi kewajibannya kepada bank, baik
sebelum maupun pada tanggal kesepakatan; (3) issuer risk yang timbul karena penerbit suatu surat
berharga tidak dapat melunasi sejumlah nilai surat berharga yang dimiliki bank.
Yang termasuk dalam kelompok Risiko Kredit adalah Risiko konsentrasi kredit,
counterparty credit risk, dan settlement risk.
1. Risiko konsentrasi kredit merupakan risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya penyediaan
dana kepada 1 (satu) pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor, dan/atau area geografis
tertentu yang berpotensi menimbulkan kerugian cukup besar yang dapat mengancam
kelangsungan usaha Bank.
2. Counterparty credit risk merupakan risiko yang timbul akibat terjadinya kegagalan pihak
lawan dalam memenuhi kewajibannya dan timbul dari jenis transaksi yang memiliki
karakteristik tertentu, misalnya transaksi yang dipengaruhi oleh pergerakan nilai wajar atau
nilai pasar.
3. Settlement risk merupakan risiko yang timbul akibat kegagalan penyerahan kas dan/atau
instrumen keuangan pada tanggal penyelesaian (settlement date) yang telah disepakati dari
transaksi penjualan dan/atau pembelian instrumen keuangan.
Kuantitas risiko kredit Eksposur kredit

Dimensi risiko kredit

Probabilitas gagal bayar


Kualitas risiko kredit Kualitas jaminan
Probabilitas likuidasi jaminan

Besarnya risiko kredit terdiri dari dua faktor: besarnya eksposur kredit dan kualitas eksposur
kredit. Besarnya eksposur kredit sama dengan besarnya pinjaman itu sendiri. Semakin besar
pinjaman, semakin besar juga tingkat eksposur kredit. Kualitas eksposur dicerminkan oleh
kemungkinan gagal bayar dari debitur atau pembeli secara kredit dan kualitas dari jaminan yang
diberikan oleh debitur atau pembeli kredit. Semakin rendah kualitas jaminan, semakin rendah
kualitas kredit, semakin tinggi risiko kredit. Ada kemungkinan kredit yang gagal bayar dapat
diupayakan untuk dipeproleh (recovery). Oleh karena itu, sekalipun telah menyisihkan biaya
terhadap kredit macet, bagian penagihan tetap mengupayakan untuk melakukan recovery kredit.

B. Jenis Risiko Kredit


Dengan demikian, ada tiga jenis risiko yang membantu risiko kredit: risiko gagal bayar,
risiko eksposur, dan risiko recovery.

1. Risiko gagal bayar


Ukuran risiko gagal bayar adalah probabilitas terjadinya gagal bayar pada periode tertentu.
Untuk mengukur probabilitas gagal bayar, perusahaan dapat melakukan pemeringkatan (rating).
Setiap perusahaan memiliki model pemeringkatan sendiri-sendiri. Namun secara umum, ada
lima faktor yang sering digunakan, yang sering dikenal dengan 5C, yaitu character, capital,
capacity, collateral, dan condition.
a. Karakter (character) berkaitan dengan perilaku calon kreditur atau pembeli secara kredit
mengenai keinginan untuk membayar dan memenuhi kewajiban. Umumnya perusahaan
menggunakan data masa lalu dari si calon mengenai track record-nya. Perusahaan perlu
secara kreatif mencari sumber-sumber informasi mengenai yang bersangkutan. Karakter
sering dikaitkan dengan masalah pelanggaran moral (moral hazard), yaitu kecenderungan
seseorang dengan sengaja menyimpangkan wewenang dan kemampuan untuk kepentingan
pribadi dengan mengorbankan kepentingan orang lain dan menggunakan kemampuan atau
kekayaan milik orang lain.
b. Kapasitas (capacity) menunjukkan kemampuan calon debitur atau pembeli secara kredit
untuk membayar kewajiban pinjam-meminjam. Potensi pembayaran kewajiban in bisa
dilihat dari laporan keuangan historis maupun proformanya. Analisis laporan keuangan lebih
fokus pada laporan dan proforma arus kas. Namun demikian, laporan dan proforma dua
laporan keuangan lainnya, neraca dan laba/rugi, juga perlu diperhatikan. Analis biasanya
menghitung rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan pemenuhan kewajiban. Rasio
tersebut, antara lain rasio lancar, rasio kas, dan efisiensi.
c. Modal (capital) ditunjukkan oleh perbandingan antara pinjaman dan modal sendiri (ekuitas).
Analis kadang-kadang menggunakan pinjaman jangka panjang saja dalam analisis ini.
Sebagian analis yang lain menggunakan semua pinjaman yang menanggung beban bunga
(interest bearing loans). Rasio pinjaman ekuitass (debt-equity ratio), merupakan indikator
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban pinjaman dari sisi permodalan. Semakin
tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban.
d. Jaminan (collateral) merupakan piranti pengaman pinjaman yang terakhir. Jaminan akan
dieksekusi apabila perusahaan debitur atau pembeli secara kredit menyatakan tidak dapat
membayar dan pinjaman tidak mungkin direstrukturisasi.
Perusahaan kreditur perlu hati-hati dalam menetapkan jaminan karena perlu hati-hati dalam
menetapkan jaminan karena beberapa faktor. Pertama, pastikan status hukum dari jaminan.
Properti sebagai jaminan, misalnya perlu dipastikan bahwa properti yang bersangkutan
dimiliki oleh perusahaan debitur atau pembeli secara kredit. Kedua, pastikan bahwa nilai
jaminan melebihi dari nilai kewajibannya. Banyak bank menetapkan bahwa nilai jaminan
sama dengan 150% dari nilai pinjaman. Ketiga, apstikan bahwa eksekusi mudah
dilaksanakan bila terjadi kemacetan kredit. Kesulitan eksekusi menyebabkan jaminan tidak
efektif. Kemudahan eksekusi berarti biaya eksekusi kecil, jaminan mudah dijadikan uang
tunai atau diperdagangkan.
e. Kondisi (conditions) mengacu kepada kondisi eksternal perusahaan yang mempengaruhi
mati hidupnya atau kelangsungan perusahaan. yang termasuk ke dalam kondisi perusahaan
adalah kondisi ekonomi, politik, selera konsumen, lingkungan, dan faktor lain yang terkait
dengan kepentingan pihak tertentu (stakeholders).

2. Risiko eksposur
Risiko eksposur merupakan risiko yang melekat pada besarnya kreidt yang menghadapi
risiko gagal bayar. Bagi perbankan, kredit termasuk komitmen dalam bentuk line of credit termasuk
bagian dari eksposur. Bagi perusahaan perdagangan, besarnya transaksi secara kredit merupakan
besarnya eksposur.
Perlu diingat, ada beberapa status kredit yang berimplikasi pada berbedanya eksposur. Ada
kesepakatan transaksi yang dapat dikembalikan (revocable). Perjanjian seperti ini bermakna
perusahaan dapat membatalkan transaksi tanpa menunggu kesepakatan dari lawan bisnis. Apabila
perusahaan mengidentifikasi adanya risiko gagal bayar dari lawan bisnis, pembatalan perlu segera
dilakukan. Sebaliknya, kesepakatan yang bersifat irrevocable tidak dapat dibatalkan, kecuali
dengan kesepakatan kedua pihak. Status transaksi dan kredit dalam kondisi ketidakpastian apabila
lawan bisnis sudah mentransfer pembayaran, sedangkan perusahaan belum menerimanya. Status
terselesaikan (settled) terjadi apabila uang pembayaran telah masuk ke rekening perusahaan.
sebaliknya, status gagal (failed) adalah pada saat ditetapkan bahwa lawan bisnis dinyatakan gagal
bayar.
3. Risiko recovery
Risiko recovery berkaitan dengan apabila terjadi gagal bayar dari lawan bisnis. Tingkat
recovery adalah sejauh mana perusahaan dapat tetap mengupayakan supaya nilai kredit yang
gagal bayar trsebut dapat diupayakan berapapaun nilai nominal yang bisa diperoleh. Semakin
kecil kemungkinan perolehan dari kredit macet, semakin besar risiko recovery. Risiko recovery
dinyatakan dalam bentuk persentase kemungkinan recovery dari kredit macet.
Di atas telah diulas mengenai jaminan sebagai bagian dari usaha memperkecil risiko gagal
bayar. Jaminan ini merupakan pusat perhatian manajemen dalam rangka mengupayakan
recovery. Oleh karena itu, semakin kecil risiko yang terkait dengan jaminan dan eksekusinya,
semakin kecil recovery dan semakin besar tingkat recovery (recovery rate).
Ada beberapa risiko yang merupakan bagian dari risiko recovery. Pertama, risiko
jaminan. Risiko ini terkait dengan kejelasan status hukum jaminan, fluktuasi nilai likuidasi
jaminan, dan kemudahan eksekusi. Kedua, risiko jaminan pihak ketiga. Banyak jaminan bukan
dalam bentuk aset, tetapi kepercayaan pada seseorang. Jaminan ini bisa lebih sulit dieksekusi.
Bahkan, kegagalan eksekusi bisa sangat tinggi. Ketiga, risiko hukum. Risiko ini berkaitan
dengan kemungkinan-kemungkinan mengubah kontrak dan status pinjaman untuk
mengakomodasikan kepentingan dan kemampuan perusahaan dan debitur. Perubahan kontrak
tersebut, antara lain reschedule pinjaman, pemotongan pinjaman, dan penukaran pinjaman
menjadi setoran modal (debt to equity swap). Kegagalan untuk melakukan renegosiasi
menyebabkan tindakan hukum harus ditempuh. Dalam hal ini, semua transaksi dan pembicaraan
berkaitan dengan kredit harus dihentikan sampai adanya keputusan hukum.

C. Pengukuran Risiko Kredit


Sesuai dengan rekomendasi Komite Basel, pengukuran risiko kredit dapat dilakukan dengan
dua model yaitu Standard Model dan Internal Rating Based:
a. Standard Model: dalam model ini seluruhnya mengacu pada peraturan regulator yang
mengatur penerapan manajemen risiko bagi bank. Peraturan Bank Indonesia mengatur
perhitungan risiko kredit didasarkan pada ketentuan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) yang dikaitkan dengan kondisi kolektibilitasnya.
Kolektibilitas kredit debitur adalah penggolongan kualitas pinjaman debitur berdasarkan
kriteria tertentu sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Jenis kolektibilitas pinjaman
berdasarkan kriteria kualitas pinjaman debitur, sesuai dengan peraturan Bank Indonesia
adalah sebagai berikut :
- Lancar Dalam Perhatian Khusus (DPK)
- Kurang Lancar (KL)
- Diragukan
- Macet
Menurut Bank Indonesia, suatu pinjaman dapat dikategorikan ke dalam kelompok pinjaman
bermasalah apabila kolektibilitas pinjaman tersebut adalah kurang lancar, diragukan dan
macet.
b. Internal Rating Based: model ini berangkat dari pengembangan internal rating system, yaitu
sistem pengukuran kemungkinan besarnya kerugian kredit dengan menghitung besarnya
default per nasabah berdasarkan rating exposure dan recovery rate dari nasabah disesuaikan
dengan karakteristik produk, sistem perkreditan yang dimiliki, karakteristik debitur serta
parameter lain yang mempengaruhinya.
Beberapa komponen yang menjadi parameter utama dalam pendekatan IRB adalah:
Probability of Default (PD),Loss Given Default (LGD), Exposure at Default (EAD),
Maturity (M).
1) Expected Loss (EL) merupakan kerugian akibat gagal bayar (default) yang harus dapat
ditutupi oleh provisi yang telah dicadangkan. Menghitung expected loss didapat dengan
rumus :
EL = PD×LGD×EAD …………………………………………………...(1)
Dimana,
PD = Probability of default debitur (%),
LGD = loss given default debitur (45%), sesuai basel II
EAD = Exposure at default, menggunakan eksposur saldo kredit masing-masing
nasabah.
PD = Probability of default yaitu berapa peluang debitur menjadi default atau mengukur
peluang default (kegagalan membayar) dari nasabah atau selama periode tertentu (1
tahun).
LGD = Loss given default yaitu berapa kerugian apabila terjadi default atau mengukur
persentase kerugian apabila terjadi default setelah dikurangi recovery rate.
EAD=Exposure at default yaitu berapa nilai eksposur yang akan mengalami default
2) Unexpected loss (UL), merupakan kerugian akibat gagal bayar konsumen yang harus
dapat dikendalikan meskipun tidak diharapkan sebelumnya. Unexpected Loss adalah
nilai kumulatif kemungkinan gagal (cumulative probability of default) yang diasumsikan
mencapai tingkat keyakinan tertentu. Menghitung unexpected loss didapat dengan rumus
:
UL = σ×LGD×EAD………………………………………………….(2)
Dimana,
σ = √p(1-p)
p = probability of default (PD)
LGD = loss given default debitur (45%), sesuai basel II
EAD = exposure at default, menggunakan eksposur saldo kredit masing-masing
nasabah.
3) Economic Capital (EC), adalah modal yang harus dimiliki perusahaan untuk menutupi
kerugian maksimum yang disebabkan oleh gagal bayar debitur pada portofolio kredit.
Economic Capital dalam pengukuran risiko kredit diperoleh dari selisih UL dan EL.
EC = UL – EL...........................................................................................(3)

D. Mitigasi Risiko
Pengelolaan Risiko Kredit
Ada beberapa cara pengelolaan risiko kredit yang dapat diterapkan perusahaan.
1. Penyaringan
Cara ini menekankan pada pencegahan supaya gagal bayar terhindar, atau sekecil
mungkin. Perusahaan perlu memiliki tim yang baik untuk melakukan analisis dan
pemeringkatan nasabah atau pembeli sehingga pembeli yang cenderung melakukan moral
hazard bisa dikeluarkan dari daftar calon nasabah atau pembeli.
2. Sistem Pembatasan
Perusahaan menetapkan kebijakan untuk membatasi besarnya kredit yang diterima oleh satu
nasabah atau satu grup nasabah. Dunia perbankan mengenal BMPK, batas maksimum
pemberian membatasi pemberian kredit, atau 3L (legal, lending, limit), yang bertujuan untuk
membatasi pemberian kredit berlebihan kepada satu nasabah atau satu grup nasabah.
3. Diversifikasi Kredit
Perusahaan juga perlu menetapkan kebijakan mengenai diversivikasi pinjaman.
Diversifikasi dapat dikaitkan dengan sistem pembatasan di atas.
Kebijakan diversifikasi dapat berupa:
‣ Sebaran kredit berdasarkan perusahaan,

‣ Sebaran kredit berdasarkan industri: ketetapan mengenai persentase pinjaman untuk


industri tertentu,
‣ Sebaran berdasarkan ukuran perusahaan: ketetapan mengenai persentase untuk masing-
masing kelas ukuran perusahaan,
‣ Sebaran berdasarkan sektor: ketetapan mengenai persentase pinjaman untuk maisng-
masing sektor.
Study Kasus
1. Pengungkapan Perhitungan ATMR untuk Risiko Kredit Menggunakan Pendekatan Standar
a. Eksposur Aset di Neraca, kecuali eksposur sekuritisasi
b. Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pada Transaksi Rekening Administratif, kecuali
eksposur sekuritisasi

c. Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat kegagalan Pihak Lawan (Counterparty
Credit Risk)
d. Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Setelmen (settlement risk)

e. Eksposur Sekuritisasi
f. Eksposur Derivatif

g. Total Pengukuran Risiko Kredit (a+b+c+d+e+f)

No Eksposur Tagihan Bersih ATMR Sebelum ATMR setelah


MRK MRK
A Eksposur Aset di 1.764.528.022 868.080.894 870.921.320
Neraca, kecuali
eksposur sekuritisasi
b Kewajiban 54.701.509 24.166.455 24.166.455
Komitmen/Kontinjens
i pada Transaksi
Rekening
Administratif, kecuali
eksposur sekuritisasi
c Yang Menimbulkan 51.898.003 1.265.357 1.265.357
Risiko Kredit akibat
kegagalan Pihak
Lawan (Counterparty
Credit Risk)
d yang Menimbulkan - - -
Risiko Kredit akibat
Kegagalan Setelmen
(settlement risk)
e Sekuritisasi 6.974
f Derivatif 2.366.498 914.709 1.180.933
Total Pengukuran Risiko 1.873.494.032 894.427.415 897.541.039 (A)
Kredit (a+b+c+d+e+f)
FAKTOR PENGURANG ATMR RISIKO KREDIT: Selisih lebih 1.415.259 (B)
antara cadangan umum PPKA atas aset produktif yang wajib
dihitung dan 1,25% ATMR untuk Risiko Kredit
TOTAL ATMR RISIKO KREDIT (A) - (B) 896.125.781

Secara keseluruhan struktur permodalan BRI telah mencapai target. Total modal BRI
mencapai 285.081.611 atau 103,83% dan ATMR 1.116.250.681 atau 100,50%. Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy Ratio (CAR) telah memenuhi
ketentuan atau sebesar 25,54%. Total CAR minimum BRI berada di level 14,46% maka
CAR BRI pada tahun 2022 yang sebesar 23,30% (bank only) dan 25,54% (konsolidasi) telah
memenuhi ketentuan regulator perbankan dan jasa keuangan tersebut
Kolektibilitas kredit dapat diukur dengan rasio kualitas aset atau Non-Performing
Loan (NPL). BRI masih mampu menjaga kualitas kredit dengan sangat baik hal ini terlihat
dalam rasio kredit bermasalah (NPL) pada tahun 2022 sebesar 2,67%, mampu lebih rendah
dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar 3,00%. Penurunan ini sejalan dengan strategi
Perseroan dalam melakukan soft-landing kredit yang terdampak Covid-19 serta penyaluran
kredit terhadap sektor-sektor yang tidak berisiko. Rasio NPL BRI masih berada jauh di
bawah ketentuan maksimal regulasi yang sebesar 5% (NPL net) (PBI No3/25/2001). BRI
akan terus meningkatkan efektivitas manajemen risiko kredit untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas asetnya.

Study kasus : Risiko Kredit Dengan Internal Rating Based Approach (Studi Kasus Pt. Indonesia
Eximbank)
No NamaDebitur Rati PD σ=√p(1-p) LGD EAD EL UL EC
ng
1 SINARMAS AGRO A- 0.0005 0.022355 0.45 675,800,000,000 152,055,000.00 6,798,406,087.24 6,646,351,087.24
RES TECH, Tbk., PT.

2 KARYA TEKHNIK BBB 0.0037 0.060715 0.45 428,947,801,993.00 714,198,090.32 11,719,602,661.83 11,005,404,571.51
UTAMA, PT. +

3 PERTAMINA AA+ 0.0001 0.009999 0.45 427,533,538,657 19,239,009.24 1,923,804,726.51 1,904,565,717.27


(PERSERO), PT.
4 KAHATEX, PT. A- 0.0005 0.022355 0.45 410,000,000,000 92,250,000.00 4,124,513,903.18 4,032,263,903.18
5 ARPENI PRATAMA A- 0.0005 0.022355 0.45 400,000,000,000 90,000,000.00 4,023,916,003.10 3,933,916,003.10
OCEAN LINE, PT.

6 INTIBENUA A- 0.0005 0.022355 0.45 352,312,500,000 79,270,312.50 3,544,189,767.10 3,464,919,454.60


PERKASATAMA, PT.

7 TRIPANCA GROUP, BBB 0.0037 0.060715 0.45 345,000,000,000 574,425,000.00 9,426,002,183.82 8,851,577,183.82
PT. -

8 BERLIAN LAJU A- 0.0005 0.022355 0.45 343,750,000,000 77,343,750.00 3,458,052,815.16 3,380,709,065.16


TANKER, PT.

9 PAL INDONESIA BB+ 0.0145 0.119540 0.45 326,344,299,574 2,129,396,554.7 17,555,001,069.13 15,425,604,514.41
(PERSERO), PT. 2

10 SAWIT MAS AA- 0.0001 0.009999 0.45 258,362,500,000 11,626,312.50 1,162,573,116.98 1,150,946,804.48
SEJAHTERA, PT.

11 PTPN IX (PERSERO), BBB 0.0037 0.060715 0.45 250,000,000,000 416,250,000.00 6,830,436,365.09 6,414,186,365.09
PT. +

12 DELTA MERLIN BBB 0.0037 0.060715 0.45 232,952,259,257 387,865,511.66 6,364,662,331.83 5,976,796,820.17
DUNIA TEXTILE, PT.

13 STEEL PIPE BBB 0.0037 0.060715 0.45 230,000,000,000 382,950,000.00 6,284,001,455.88 5,901,051,455.88
INDUSTRY, PT.

14 SAPTAINDRA BB+ 0.0145 0.119540 0.45 216,760,039,393 1,414,359,257.0 11,660,147,666.92 10,245,788,409.88


SEJATI, PT. 4
15 PTPN XII AA 0.0001 0.009999 0.45 202,500,000,000 9,112,500.00 911,204,436.36 902,091,936.36
(PERSERO), PT.

16 GURITA LINTAS BB+ 0.0145 0.119540 0.45 181,394,683,097 1,183,600,307.21 9,757,743,156.11 8,574,142,848.90
SAMUDERA, PT.

17 PTPN V (PERSERO), AA 0.0001 0.009999 0.45 180,000,000,000 8,100,000.00 809,959,498.99 801,859,498.99


PT.

18 BARA JAYA BBB 0.0037 0.060715 0.45 176,040,000,000 293,106,600.00 4,809,720,070.84 4,516,613,470.84
UTAMA, PT. -

19 DJAMBI WARAS, A- 0.0005 0.022355 0.45 169,110,000,000 38,049,750.00 1,701,211,088.21 1,663,161,338.21


PT.
20 BUMI SARIMAS BB 0.0145 0.119540 0.45 165,961,000,000 1,082,895,525.00 8,927,520,830.72 7,844,625,305.72
INDONESIA, PT.

21 NIPRESS Tbk, PT. BBB 0.0037 0.060715 0.45 162,740,459,692 270,962,865.39 4,446,353,415.80 4,175,390,550.42
-
PEMBANGUNAN
22 PERUMAHAN BBB 0.0037 0.060715 0.45 157,031,250,000 261,457,031.25 4,290,367,841.82 4,028,910,810.57
(PERSERO), PT. -

23 KARYA TEKHNIK BBB 0.0037 0.060715 0.45 140,812,783,700 234,453,284.86 3,847,251,033.81 3,612,797,748.95
MULTIFINANCE, +
PT.
CENTRAL
24 PROTEINAPRIMA, BBB 0.0037 0.060715 0.45 137,197,762,879 228,434,275.19 3,748,482,355.11 3,520,048,079.92
PT. -

25 AKR A- 0.0005 0.022355 0.45 131,644,672,102 29,620,051.22 1,324,317,756.99 1,294,697,705.76


CORPORINDO, PT.

26 MEDIA KARYA BB- 0.0145 0.119540 0.45 125,184,315,139 816,827,656.28 6,734,025,349.83 5,917,197,693.55
SENTOSA, PT.

27 KELOLA MINA BB+ 0.0145 0.119540 0.45 122,487,629,879 799,231,784.96 6,588,962,872.30 5,789,731,087.34
LAUT,
PT.
28 RICKY PUTRA BB+ 0.0145 0.119540 0.45 104,839,214,998 684,075,877.86 5,639,603,736.85 4,955,527,858.99
GLOBALINDO, PT.

29 ADHI KARYA A- 0.0005 0.022355 0.45 100,000,000,000 22,500,000.00 1,005,979,000.77 983,479,000.77


(PERSERO), PT.

30 MASPION, PT. A- 0.0005 0.022355 0.45 100,000,000,000 22,500,000.00 1,005,979,000.77 983,479,000.77


31 TRI BAKTI BBB 0.0037 0.060715 0.45 98,647,500,000 164,248,087.50 2,695,221,885.30 2,530,973,797.80
SARIMAS, +
PT.
32 FAIRCO BUMI BBB 0.0037 0.060715 0.45 98,000,000,000 163,170,000.00 2,677,531,055.11 2,514,361,055.11
LESTARI, PT.

DELTA MERLIN
33 SANDANG BB+ 0.0145 0.119540 0.45 97,029,472,431 633,117,307.61 5,219,495,160.44 4,586,377,852.8
TEXTILE, PT. 3

ALUMINDO LIGHT
34 METAL BB+ 0.0145 0.119540 0.45 90,000,000,000 587,250,000.00 4,841,359,564.99 4,254,109,564.99
INDUSTRIES,
PT.
35 MULTISTRADA BBB 0.0037 0.060715 0.45 89,252,500,000 148,605,412.50 2,438,534,086.70 2,289,928,674.2
ARAH SARANA, PT. 0

36 KRAKATAU STEEL BBB 0.0037 0.060715 0.45 83,333,546,376 138,750,354.72 2,276,817,942.39 2,138,067,587.68
(PERSERO), PT. +

37 PHONIX MAS B 0.0659 0.248107 0.45 80,025,317,619 2,373,150,793.99 8,934,686,397.97 6,561,535,603.98


PERSADA, PT.

ARAPUTRA
38 FORTUNA BBB 0.0037 0.060715 0.45 78,518,714,281 130,733,659.28 2,145,268,325.46 2,014,534,666.18
PERKASA, PT.

39 SAMUDERA BBB 0.0037 0.060715 0.45 75,000,000,000 124,875,000.00 2,049,130,909.53 1,924,255,909.53


INDONESIA, PT. -

1
40 OPTIMA SINERGI BBB 0.0037 0.060715 0.45 70,462,500,000 117,320,062.50 1,925,158,489.50 1,807,838,427.00
COMVESTAMA, PT.

41 EFFENDI BB- 0.0145 0.119540 0.45 70,342,367,262 458,983,946.38 3,783,918,806.31 3,324,934,859.92


TEXTINDO,
PT.
PERUSAHAAN GAS
42 NEGARA A+ 0.0005 0.022355 0.45 65,765,000,000 14,797,125.00 661,582,089.86 646,784,964.86
(PERSERO), PT.

43 TRIAS SENTOSA, BBB 0.0037 0.060715 0.45 63,416,250,000 105,588,056.25 1,732,642,640.55 1,627,054,584.30
PT. +
KARYA CIPTA
44 BUANA SENTOSA, A- 0.0005 0.022355 0.45 59,650,000,000 13,421,250.00 600,066,473.96 586,645,223.96
PT.

45 TIRTA SARI A- 0.0005 0.022355 0.45 56,370,000,000 12,683,250.00 567,070,362.74 554,387,112.74


SURYA,
PT.
46 KEMILAU BB- 0.0145 0.119540 0.45 53,028,247,016 346,009,311.78 2,852,542,343.39 2,506,533,031.61
BINTANG
TIMUR, PT.
47 FALAK JAYA BB 0.0145 0.119540 0.45 52,580,570,437 343,088,222.10 2,828,460,529.09 2,485,372,306.98
FURNITAMA, PT.

48 PTPN III AA 0.0001 0.009999 0.45 50,000,000,008 2,250,000.00 224,988,749.75 222,738,749.75


(PERSERO),
PT.
49 JAYA AGRA BBB 0.0037 0.060715 0.45 50,000,000,000 83,250,000.00 1,366,087,273.02 1,282,837,273.02
WATTIE, PT. +

50 PTPN VII A- 0.0005 0.022355 0.45 50,000,000,000 11,250,000.00 502,989,500.39 491,739,500.39


(PERSERO), PT.

VICTORY
51 CEMERLANG BBB 0.0037 0.060715 0.45 49,500,000,000 82,417,500.00 1,352,426,400.29 1,270,008,900.29
INDONESIA, PT.

52 DALLE ENERGY BBB 0.0037 0.060715 0.45 48,466,504,411 80,696,729.84 1,324,189,496.87 1,243,492,767.03
BATAM, PT. -

53 FAIRCO AGUNG BB+ 0.0145 0.119540 0.45 47,500,000,000 309,937,500.00 2,555,161,992.63 2,245,224,492.63
KENCANA, PT.

TIRTA MAHAKAM
54 RESOURCES, Tbk., BB+ 0.0145 0.119540 0.45 46,975,000,000 306,511,875.00 2,526,920,728.50 2,220,408,853.50
PT.

BEKASI FAJAR
55 INDUSTRIAL BBB 0.0037 0.060715 0.45 46,196,681,524 76,917,474.74 1,262,173,973.71 1,185,256,498.97
ESTATE, PT. +

56 PERDANA KARYA BBB 0.0037 0.060715 0.45 41,920,000,000 69,796,800.00 1,145,327,569.70 1,075,530,769.70
PERKASA, PT.

KARYA BINA 1,890,715,362.22


57 BERSAMA, PT. BB+ 0.0145 0.119540 0.45 40,000,000,000 261,000,000.00 2,151,715,362.22

58 KIRANA SAPTA, PT. A- 0.0005 0.022355 0.45 37,580,000,000 8,455,500.00 378,046,908.49 369,591,408.49
CITRA KENCANA
59 INDUSTRI, PT. BB- 0.0145 0.119540 0.45 34,751,250,000 226,751,906.25 1,869,369,962.03 1,642,618,055.78

DAYA SAKTI
60 UNGGUL CORP., B- 0.0659 0.248107 0.45 29,779,992,062 883,125,664.60 3,324,883,898.30 2,441,758,233.71
Tbk., PT.

PTPN VIII
61 (PERSERO), PT. AA- 0.0001 0.009999 0.45 23,878,957,336 1,074,553.08 107,449,935.11 106,375,382.03

62 ACE OLDFIELDS, A 0.0005 0.022355 0.45 17,850,500,000 4,016,362.50 179,572,281.53 175,555,919.03


PT.
DONG JOE
63 INDONESIA, PT. BB- 0.0145 0.119540 0.45 17,596,524,401 114,817,321.72 946,567,796.88 831,750,475.16
CAKRA
64 PETROKIND BBB 0.0037 0.060715 0.45 17,145,875,000 28,547,881.88 468,455,232.44 439,907,350.57
O UTAMA,
PT.
PRIMA ALLOY
65 STEEL UNIVERSAL BB+ 0.0145 0.119540 0.45 11,639,626,248 75,948,561.27 626,129,065.21 550,180,503.94
Tbk., PT.

BUMI NIAGA
66 PRATAMA, PT. BBB 0.0037 0.060715 0.45 10,398,997,676 17,314,331.13 284,118,767.55 266,804,436.42
-
ADITAMARAYA
67 FARMINDO, PT. A 0.0005 0.022355 0.45 10,000,000,000 2,250,000.00 100,597,900.08 98,347,900.08

LOMBOK MANDIRI
68 INVESTAMA, PT. BB+ 0.0145 0.119540 0.45 9,844,033,125 64,232,316.14 529,538,932.53 465,306,616.39

BUMI ALAM
69 LESTARINDO A- 0.0005 0.022355 0.45 8,200,000,000 1,845,000.00 82,490,278.06 80,645,278.06
INDAH,
PT.
PTPN XIII
70 (PERSERO), PT. A 0.0005 0.022355 0.45 7,999,984,000 1,799,996.40 80,478,159.11 78,678,162.71

71 DUTA GRAHA A 0.0005 0.022355 0.45 6,000,000,000 1,350,000.00 60,358,740.05 59,008,740.05


INDAH, PT.

72 MULTI BBB- 0.0037 0.060715 0.45 4,600,000,000 7,659,000.00 125,680,029.12 118,021,029.12


STRUCTURE, PT.

73 SAMUDERA MINA BBB- 0.0037 0.060715 0.45 2,989,500,000 4,977,517.50 81,678,358.05 76,700,840.55
PERSADA, PT.

74 DWI PERKASA BBB 0.0037 0.060715 0.45 2,800,000,000 4,662,000.00 76,500,887.29 71,838,887.29
JAYA, PT.

75 ROSE INDAH, CV. BBB 0.0037 0.060715 0.45 2,700,800,000 4,496,832.00 73,790,570.14 69,293,738.14
NUSANTARA
76 TURBIN & A- 0.0005 0.022355 0.45 1,885,583,170 424,256.21 18,968,570.73 18,544,314.52
PROPULSI, PT.

77 BIOFARMA AA+ 0.0001 0.009999 0.45 - - - -


(PERSERO), PT.

9,264,328,504,743 21,139,725,027.08 232,480,135,982.13 211,340,410,955

Dari hasil perhitungan, maka diperoleh EL total sebesar Rp 21,14 milyar, sedangkan
nilai ULtotal sebesar Rp 232,48 milyar. Untuk itu, EC atau modal yang harus dicadangkan
untuk menutupi potensi kerugian maksimum akibat risiko kredit pada bulan Desember 2009
sebesar Rp 211,34 milyar.
BAB III
KESIMPULAN

Dari penjelasan pada bab pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan, institusi, lembaga
maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu baik pada
saat jatuh tempo maupun sesudah jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan
kesepakatan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18 /POJK.03/2016 Tentang Penerapan Manajemen


Risiko Bagi Bank Umum

Anda mungkin juga menyukai