Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola


ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas manusia termasuk:
Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau
legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko
keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-
instrumen keuangan. Sasaran dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko
yang berbeda-beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Hal ini dapat berupa berbagai jenis ancaman yang disebabkan oleh
lingkungan, teknologi, manusia, organisasi dan politik. Di sisi lain pelaksanaan manajemen
risiko melibatkan segala cara yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen
risiko (manusia, staff, dan organisasi). Situasi krisis keuangan global mengakibatkan proses
produksi dan investasi menjadi terbatas karena tingginya ketidakpastian. risiko yang disebabkan
oleh perubahan nilai investasi terhadap nilai tukar mata uang

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa Pengertian Risiko Nilai Tukar?

1.2.2 Bagaimana Mengukur Risiko Nilai Tukar?

1.2.3 Bagaimana Dampak Nilai Tukar?

1.2.4 Bagaimana Sistem Informasi Manajemen Risiko Nilai Tukar?

1.2.5 Bagaimana Pengendalian Risiko Nilai Tukar?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Mengetahui Pengertian Risiko Nilai Tukar

1.3.2 Mengetahui Pengukuran Risiko Nilai Tukar

1.3.3 Mengetahui Dampak Nilai Tukar

1.3.4 Mengetahui Sistem Informasi Manajemen Risiko Nilai Tukar

1.3.5 Mengetahui Pengendalian Risiko Nilai Tukar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Risiko Nilai Tukar

Risiko Nilai Tukar adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar
pada saat bank memiliki posisi terbuka.

Risiko Nilai Tukar merupakan risiko inherent dalam semua posisi atau transaksi dalam fx
(foreign exchange). Dengan demikian pemilik dari risiko nilai tukar adalah setiap satuan kerja
yang terlibat dalam kegiatan pembentukan posisi maupun satuan kerja yang terlibat dalam
pelaksanaan transaksi fx. Satuan kerja tersebut terdiri dari Satuan Kerja Tresuri (Terasury
Department/Division) , Credit Department khususnya dalam pemberian kredit dalam valuta asing
, International Division di Kantor Pusat bank danInternationan Trade and Services
Department (Bagian Eksport/Import dan Jasa Valuta Asing) di Cabang-Cabang serta unit
penjualan dan pembelian valuta asing di semua gerai bank.

Risiko Nilai Tukar terdiri dari tiga jenis risiko:

1. Risiko Transaksi

Merupakan potensi naik turunnya arus kas perusahaan (berkaitan dengan valuta asing) akibat
nilai tukar.

Risiko transaksi nilai tukar berlaku untuk:

(1) Transaksi Masukan adalah transaksi yang menyebabkan masuknya uang perusahaan.
Contoh; penjualan & investasi sekuritas.
(2) Transaksi Keluaran adalah transaksi yang menyebabkan perusahaan berkewajiban
membayar. Contoh; pembayaran impor bahan baku & pembayaran kewajiban.

2. Risiko Akuntansi ( Risiko transaksi atau risiko konsolidasi)

3
Merupakan potensi fluktuasi laba perusahaan.

Perusahaan yang bisa terkena risiko akuntansi ada dua macam:

(1) Perusahaan jenis pertama adalah mereka yang memiliki pinjaman/ asets dalam mata
uang asing.
(2) Perusahaan jenis kedua yang terkena risiko akuntansi adalah mereka yang memiliki
cabang/ anak perusahaan di luar negeri.

3. Risiko Ekonomi

Risiko ekonomi merupakan potensi fluktuasi nilai perusahaan atau kekayaan pemegang
saham akibat perubahan nilai tukar. Dengan kata lain, risiko ekonomi berkaitan dengan
potensi fluktuasi pada eksposur korporat. Eksposur korporat berupa nilai perusahaan atau
kekayaan pemegang saham. Bagi perusahaan yang telah go public, eksposur korporat
tercermin pada harga saham. Karena harga saham merupakan objek yang perlu dikukur,
dimonitor, dan dikendalikan terhadap resiko dan objek tersebut mencerminkan kinerja
perusahaan secara keseluruhan.

Nilai perusahaan atau harga saham tergantung pada dua variabel: ekspektasi arus kas dan
factor diskon. Perubahan nilai tukar bias menyebabkan perubahan arus kas.

Dampak perubahan nilai tukar terhadap ekspektasi arus kas sangat beragam, tergantung dari
aktivitas perusahaan. Bagi perusahaan yang menggunakan bahan baku impor dan
pembayaran dalam US$, sedangkan penjualan produk hanya di dalam negeri dalam
pembayaran Rupiah, melemahnya Rupiah terhadap US$ berdampak sangat buruk. Ini sudah
terbukti selama krisis sejak pertengahan tahun 1997. Karena beban pembayaran bahan baku
impor meningkat, sedangkan nilai jual tidak meningkat seperti naiknya biaya bahan baku
tersebut.

Sebaliknya, menguatnya Rupiah terhadap US$ menguntungkan pengguna bahan baku impor.
Perusahaan dapat menghemat Rupiah untuk membayar bahan baku sementara penjualan
konstan, atau bahkan meningkat. Akibatnya, ekspektasi keuntungan membaik dan ekspektasi
arus kas juga membaik.

4
Berbeda bagi eksportir. Melemahnya Rupiah terhadap US$ justru menguntungkan
perusahaan. Dengan penjualan yang sama dalam US$, pendapatan dalam Rupiah meningkat.
Akibatnya, ekspektasi keuntunan meningkat dan ekspektasi arus kas juga meningkat. Dan
juga sebaliknya.

Faktor diskon mencerminkan tingkat resiko perusahaan. Semakin tinggi persepsi mengenai
tingkat risiko perusahaan, semakin tinggi juga faktor diskon. Dampaknya, nilai perusahaan
atau harga saham semakin kecil.

Melemahnya Rupiah cenderung menyebabkan faktor diskon meningkat. Depresiasi Rupiah


terjadi karena memburuknya kondisi ekonomi, bahkan juga memburuknya kondisi politik
dan pemerintahan, keamanan, dan potensi ekonomi. Hal-hal tersebut menyebabkan hilangnya
daya tarik investasi karena investor takut. Ketakutan tersebut kemudian tercermin dalam
faktor diskon.

2.2 Pengukuran Risiko Nilai Tukar :

Dalam menilai eksposur risiko nilai tukar yang melekat pada beberapa aktivitas fungsional, Bank
sekurang-kurangnya dapat mengukur beberapa parameter, antara lain:

> coverage potential loss karena fluktuasi nilai tukar, dari sisi penanaman dana termasuk
transaksi rekening administratif;
> potential loss karena fluktuasi nilai tukar, dari sisi penghimpunan dana termasuk
komitmen pada transaksi rekening administratif.

Disamping parameter tersebut di atas, dalam pengukuran risiko nilai tukar maka Bank harus
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

Faktor Struktural, yang meliputi:

> tingkat permodalan Bank yang memperhitungkan risiko nilai tukar sebagaimana yang
diwajibkan oleh ketentuan yang berlaku;

5
> potensi volatilitas rasio permodalan Bank berdasarkan perhitungan nilai tukar terhadap
rekening/posisi dalam denominasi mata uang asing;

eksposur risiko nilai tukar, seperti:

> volume dan stabilitas portofolio yang mengandung risiko nilai tukar;
> pos pendapatan dan biaya dalam denominasi mata uang asing;
> mismatching antara asset dan liabilities dalam mata uang asing.

Faktor Strategik

efektivitas lindung nilai untuk mengendalikan eksposur risiko nilai tukar, seperti matching arus
kas, lindung nilai pendapatan yang diproyeksikan, dan penggunaan kontrak finansial,
seperti futures dan options ;

> volume dan jangka waktu posisi yang berdenominasi mata uang asing;
> volume dan jangka waktu cross currency mismatches;
> dampak perubahan strategi usaha Bank.

Faktor Eksternal,

> seperti dampak dari kondisi ekonomi , perubahan ketentuan, dan persaingan pasar
terhadap eksposur risiko nilai tukar.

Dalam melakukan manajemen resiko nilai tukar, terdapat dua informasi penting yaitu:

1. Informasi mengenai kondisi ekonomi berbagai negara yang sedang terjadi saat ini dan kita
antisipasi dan informasi historis mengenai pergerakan nilai.
2. Informasi mengenai arus kas dalam tiap mata uang yang sedang terjadi saat ini dan
diantisipasi dalam setiap anak perusahaan.

Kedua informasi tersebut diatas diperlukan untuk me-managepengaruh terhadap fluktuasi nilai
tukar dimana informasi pertama dapat kita gunakan untuk meramalkan nilai tukar di masa yang

6
akan datang, sedangkan informasi yang kedua dapat kita gunakan untuk mengukur pengaruh
fluktuasi nilai mata uang terhadap arus kas perusahaan.
Cara me-manage pengaruh fluktuasi nilai tukar adalah dengan melakukan analisa terhadap:
1. Bagaimana eksposur dapat mempengaruhi arus kas berdasarkan berbagai scenario nilai
tukar.
2. Perlu atau tidak dilakukan batasan terhadap eksposur dan teknik batasan mana yang
dipilih untuk meminimalisir risiko.
Ada saatnya dimana perusahaan dipengaruhi oleh perubahan kurs. Ini disebut dengan eksposur.
Secara khusus, perusahaan multinasional menghadapi eksposur transaksi, translasi dan ekonomi,
yang berubah akibat kurs valas dan mempengaruhi perusahaan dalam cara yang berbeda dan
memerlukan teknik manajemen yang berbeda.

Ada tiga cara pengukuran eksposur yaitu:

1. Translation exposure
Merupakan eksposur laporan rugi/laba dan Neraca MNC terhadap perubahan-perubahan nilai
tukar nominal. MNC harus mengkonsolidasi rekeningnya ke dalam mata uang lokal melalui cash
flow-nya yang didenominasi mata uang asing ke dalam mata uang lokal. Sebagai contoh jika
perusahaan memiliki rekening dalam mata uang asing pada bank luar negeri, ukuran/jumlah
deposit dalam mata uang asing tidak terpengaruh, tetapi jumlah deposit yang dilaporkan dalam
laporan keuangan (dalam mata uang domestic) akan berpengaruh pada statements konsolidasi
dari subsidiary asing kepada perusahaan induknya, nilai dari beberapa pos-posnya akan
bervariasi dari waktu ke waktu terhadap kurs valas. Translaction exposure secara sederhananya
merupakan perbedaan antar exposed assets dan exposed liabilities. Exposed berarti bahwa nilai
dari aset yang dihitung dalam reporting currency (mata uang negara asal) turun akibat devaluasi
functional currency.

2. Transaction exposure
Adalah eksposur valas perusahaan dalam transaksi-transaksinya dengan negara lain dimana
transaksi tersebut terjadi pada saat ini namun pembayarannya dilakukan pada masa datang, pada
saat jatuh tempo/penyelesaian transaksi-transaksi tersebut menaikkan keuntungan-keuntungan

7
atau kerugian mata uang. Dengan kata lain, selama periode komitmen-komitmen pembayaran
atau penerimaan tersebut belum jatuh tempo, kurs nominal dapat berubah dan membuat nilai
transaksi ada dalam risiko. Contohnya adalah piutang dan hutang dalam valas.

3. Economic exposure
Adalah eksposur valas cash flows perusahaan terhadap perubahan-perubahan nilai tukar riil
(mengukur perubahan-perubahan nilai tukar yang mempengaruhi nilai perusahaan yang diukur
dalam ekspektasi cash flows masa datang). Eksposur yang didasarkan pada nilai-nilai pasar
mengasumsikan bahwa tujuan financial perusahaan adalah untuk memaksimumkan kekayaan
pemegang saham

2.3 Dampak Nilai Tukar

Dampak nilai tukar mirip dengan dampak suku bunga. Nilai tukar dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan dari sisi arus kas, asset, maupun kewajiban. Perusahaan mengalami kerugian pada
sisi asset dan arus kas masuk bila mata uang asing melemah terhadap Rupiah. Dan juga
sebaliknya.

Kondisi sebaliknya terjadi pada sisi kewajiban dan arus kas keluar. Perusahaan mendapat
keuntungan bila valuta asing melemah terhadap Rupiah. Dan sebaliknya

2.4 Sistem Informasi Manajemen Risiko Nilai Tukar:

Sistem informasi harus dapat memantau perubahan nilai tukar secara harian serta pengaruh dari
perubahan tersebut terhadap pendapatan dan permodalan Bank.

Bagi Bank yang aktif melakukan kegiatan derivatif dan perdagangan instrumen keuangan
lainnya khususnya dalam denominasi mata uang asing, sekurang-kurangnya memiliki sistem
yang mampu memantau eksposur risiko nilai tukar dan pergerakan nilai tukar secara harian, serta
mengembangkan sistem tersebut sehingga pergerakan dimaksud dapat dipantau secara real time
basis .

Satuan Kerja Manajemen Risiko bertanggung jawab menyusun dan mendistribusikan laporan
secara akurat dan tepat waktu, mengenai:

8
> keuntungan dan kerugian dari eksposur risiko nilai tukar;
> sensitivitas eksposur terhadap kerugian sebagai dampak dari perubahan nilai tukar di
pasar
> potensi kerugian yang dapat terjadi karena perubahan nilai tukar di pasar.

Satuan Kerja Manajemen Risiko harus mengkaji secara berkala kecenderungan perubahan nilai
tukar atau kemungkinan terjadinya tekanan pasar. Hasil kajian tersebut selanjutnya disampaikan
kepada Komite Manajemen Risiko dan Direksi sebagai bahan evaluasi untukmeninjau kembali
eksposur risiko nilai tukar yang ada dan limit yang ditetapkan.

2.5 Pengendalian risiko nilai tukar :

1). Bank harus melaksanakan pengendalian risiko nilai tukar yang bertujuan untuk:

> Melindungi nilai keuntungan dalam denominasi FX dan atau biaya dan kerugian dalam
denominasi FX terhadap pergerakan yang berlawanan dari FX currency rates;
> Mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan pemilihan strategi lindung nilai yang tepat
terhadap penyediaan dana dan transaksi yang mencakup eksposur risiko kredit dalam FX
currencies; memprioritaskan pembentukan provisi dalam FX currencies yang ekuivalen
dalam jumlah mata uang domestik.

2). Aktivitas fungsional atau satuan kerja Bank yang tidak memiliki limit posisi FX
currency tidak diperkenankan untuk melakukan transaksi dengan risiko FX currency, sehingga
posisi yang tidak memiliki otorisasi dapat segera diidentifikasi dan diatasi permasalahannya.

3). Pengendalian risiko nilai tukar yang tepat harus ditetapkan dan diterapkan secara efektif
dalam rangka memenuhi batasan dan persyaratan yang diatur dalam ketentuan yang berlaku.

BAB III

PENUTUP

9
3.1 Simpulan

Manajemen dalam risiko sangat penting bagi setiap perusahaan. Karena yang namanya risiko
adalah sesuatu yang harus dihadapi, dan bagaimana risiko itu akan dihadapi tentu saja
membutuhkan manajemen dan strategi mengatasinya. Seperti yang dibahas di atas, strategi yang
dapat diambil antara lain adalah Bank harus melaksanakan pengendalian risiko nilai tukar yang
bertujuan untuk melindungi nilai keuntungan dalam denominasi FX dan atau biaya dan kerugian
dalam denominasi FX terhadap pergerakan yang berlawanan dari FX currency rates dan
mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dan pemilihan strategi lindung nilai yang tepat
terhadap penyediaan dana dan transaksi, aktivitas fungsional atau satuan kerja Bank yang tidak
memiliki limit posisi FX currency tidak diperkenankan untuk melakukan transaksi dengan
risiko FX currency, sehingga posisi yang tidak memiliki otorisasi dapat segera diidentifikasi dan
diatasi permasalahannya, pengendalian risiko nilai tukar yang tepat harus ditetapkan dan
diterapkan secara efektif dalam rangka memenuhi batasan dan persyaratan yang diatur dalam
ketentuan yang berlaku

Sementara pentingnya manajemen risiko itu sendiri yaitu dapat menunjukan bahwa manajemen
dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan mengendalikan resiko keuangan serta harapan
yang besar dari investor pihak-pihak berkepentingan lainya, agar manajer keuangan mampu
mengidentifikasikan dan mengelola resiko nilai tukar yang dihadapi secara aktif.

DAFTAR PUSTAKA

10
http://pipimafia.blogspot.com/2009_05_01_archive.html

http://pityrose.blogspot.com/2012/01/risiko-nilai-tukar.html

11

Anda mungkin juga menyukai